Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Strelan, John G.
Jayapura: Pusat Studi Irian Jaya, 1989
291.42 STR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Qodari
"Menjelang abad ke-21, kita menyaksikan tingkat kegairahan baru umat manusia dalam meyakini dan mengamalkan agama (Naisbitt & Aburdene, 1990).Fenomena kesadaran beragama ini juga berlangsung di Indonesia yang mayoritas rakyatnya beragama Islam. Kalangan mahasiswa Islam tampaknya merupakan kelompok masyarakat yang paling aktif dan antusias menyambutnya.Kebangkitan Islam di kalangan mahasiswa, telah menjelma menjadi sebuah gerakan yang ekstensif dan signifikan bagi tata kehidupan sosial dan masyarakat. Bahkan Azis (1995), seorang peneliti dari Departemen Agama RI, telah menggolongkan gerakan keagamaan oleh mahasiswa di berbagai perguruan tinggi ini sebagai sebuah gerakan sosial.
Di kampus Universitas Indonesia, gerakan keagamaan yang dewasa ini mempunyai pengaruh Iuas di kalangan mahasiswa adalah suatu gerakan yang dapat disebut sebagai gerakan Tarbiyah (Azis, 1995). Sebutan Iainnya mencakup istilah Harakah, Usrah, Liqaa, maupun 'Rohis'. Sebagai sebuah gerakan keagamaan , Tarbiyah memiliki sejumlah karakteristik antara Iain : Pertama, pandangan keagamaan yang dikotomis dan monoIitik. Dikotomis maksudnya, dunia, aiau realitas. cenderung dipandang hitam-putih, misalnya manusia di dunia terbagi dua golongan : muslimin dan jahiliyah (Iihat M. Quthb, 1985: 30; S. Quthb. 1994: 25). Monolitik maksudnya, adanya pengakuan, implisit atau eksplisit, bahwa Islam (dalam kerangka interpretasi merekalah ) yang paling benar (Azis, 1995: 38). Kedua, peran, posisi. dan otoritas murobbi (mentor agama) di dalam keiompok/sel. Para anggola sangat patuh pada murobbi. Murobbi dipercaya mulai dalam ajaran agamanya sampai dalam mencarikan jodoh. Ketiga, kohesivitas dan kolektivitas kelompok. Sejumlah kelompok diketahui mengembangkan doktrin tentang al-wala wal bara (arti harfiahnya adalah loyalitas dan pemisahan diri). Peneliti dari Departemen Agama Rl sendiri menggolongkan gerakan Tarbiyah ini sebagai gerakan fundamentalisme agama.
Kemudian dalam praktik kehidupan sehari-hari di kampus UI, gerakan Tarbiyah ini, dengan segala karakteristik tersebui, selain berkembang dan tumbuh dengan pesat. ternyata juga mengalami interaksi yang seringkali konfliktual. Interaksi yang konfliktual ini barangkali menemukan wujud nyatanya pada proses-proses pemilihan pucuk pimpinan organisasi kemahasiwaan di UI (lihat Kuswari, 1995: 44-45). Menurut catatan Kuswari, pertarungan itu terjadi karena ?kelompok Rohis memiliki visi kemahasiswaan berdasarkan kacamata Islam, sedangkan kelompok non-Rohis melihat dunia kemahasiswaan dari kacamata "sekular". Interaksi konfliktual itu juga dialami beberapa individu. Di antaranya seorang mahasiswa F. Psikologi, non-peserta Tarbiyah, yang disudutkan oleh seorang peserta Tarbiyah dari fakultas Iain dengan kecaman terhadap Psikologi sebagai ilmu yang 'sesat', produk Barat, yang sok tahu tentang motif dan perilaku manusia, padahal yang paling tahu hanya Tuhan". Seorang mahasiswa lain, ketika baru masuk UI, mendapatkan mentoring-mentoring dari Tarbiyah, yang menurutnya menampilkan Islam sebagai wajah yang ?irasional, ekslusif dan penuh amarah", sehingga pada diri mahasiswa tersebut terbangun kekecewaan dan sikap negatif terhadap islam.
Sampai di sini, sebagai sebuah gerakan keagamaan yang bergerak di kampus perguruan tinggi dan hidup di kalangan mahasiswa, menjadi sebuah pertanyaan yang mengusik bila kita kaitkan karakteristik gerakan Tarbiyah ini dengan keberadaan mahasiswa sebagai calon-calon intelektual masa depan. Seorang intelektual adalah seseorang yang secara kritis selalu mempertanyakan masalah nilai, mempertanyakan maksud dan tujuan sesuatu, seraya membebaskan dirinya dari pertimbangan-pertimbangan praktis yang bertalian dengan kepentingan masa kini semata-mata (Buchori, 1994: 156). Artinya, setiap mahasiswa harus membiasakan diri untuk membuka cakrawala berpikir seluas-Iuasnya. Melihat dan membandingkan berbagai alternatif pendapat yang berkembang, serta kritis terhadap suatu pemikiran yang mapan (yang tampaknya pasti benar). Jamaluddin al-Afgani, salah seorang tokoh Kebangkitan Islam ternama, menganalisa sebab keterbelakangan masyarakat Islam, terutama para pemimpin agamanya, yang kekurangan minat intelektual (Alatas, 1988: 19). Menurutnya. semangat mengkaji, kenikmatan dalam pencarian intelektual, dan rasa hormat yang mendalam terhadap pengetahuan ilmiah dan rasional ini, sayangnya tidak menyebar Iuas di kalangan masyarakat berkembang (lihat Keddie, 1968 : 105 dalam Alatas, 1988: 19). Mengenai tradisi pemikiran Islam, Abraham S. Halkin, seorang sarjana besar Yahudi, bahkan mengatakan bahwa sikap kaum Muslim terhadap ilmu pengetahuan adalah spontan menghargai, mengadaptasi dan memanfaatkan. Kaum Muslim terdahulu, dengan penuh percaya diri berdasarkan iman, dengan bebas dan tanpa beban psikologis apa pun mengambil apa saja yang baik dan membuang mana saja yang buruk dari budaya asing itu. Karena itu, sebagai contoh para filsuf Muslim tak segan-segan mengambil dan menggunakan budaya Yunani yang ?netraI', seperti sebagian besar filsafat dan ilmu pengetahuan. tetapi mereka manyingkirkan unsur-unsur yang tidak sejalan dengan pokok-pokok ajaran Islam seperti mitologi yang kebanyakan menjadi tema sastra Yunani (Madjid, 1995).
Selain menghadapi persoalan etos berpikir kritis dan perluasan cakrawala pandangan, gerakan Tarbiyah juga tampaknya berjumpa dengan kemajemukan (pluralitas) masyarakat yang kiranya menjadi keniscayaan hidup di dunia. Sebagai ketentuan Ilahi, kemajemukan termasuk kalegori Sunnatullah yang tidak terhindarkan karena kepastiannya (Madjid, 1992: 160). Karena itulah manusia. manusia Muslim dituntut untuk senantiasa merendahkan hati dan bersedia berdialog dengan 'kebenaran' (al-Haqq) dan kesabaran (al-Shabr) dalam setiap langkah hidupnya (lihat Al Quran s. al-Ashr : 1-3). Al Quran, setidaknya dalam jajaran konsep, telah memberi resep atau arahan yang sangat diperlukan bagi manusia muslim untuk memecahkan masalah kemanusian universal, yaitu realitas kemajemukan keberagamaan manusia. Al Quran sering menyebut para pemeluk agama islam sebagai ummatan wasatan ( umat yang berada di tengah-tengah), maksudnya tidak "berlebih-lebihan" dalam segala hal, termasuk di dalamnya ?berlebihan" dalam persoalan kehidupan keberagamaan (Abdullah, 1994: 95-97).
Sampai di sini peneliti berpendapat bahwa pandangan dan perilaku peserta gerakan Tarbiyah tersebut diatas dapat coba dijelaskan dengan teori Sistem Kepercayaan yang disusun oleh Milton Rokeach. Milton Rokeach (1960) dalam bukunya The Open and Closed Mind memberikan gambaran bahwa perilaku sosial seseorang dapat dijelaskan berdasarkan analisa terhadap struktur sistem kepercayaannya (belief system). Adapun pengertian sistem kepercayaan adalah seperangkat kepercayaan, set, harapan, atau dugaan, baik yang disadari atau yang tidak disadari, yang diterima individu sebagai sesuatu yang benar mengenai dunia yang dihuninya (Rokeach 1960: 33). Lebih jelasnya, menurut Rokeach, setiap individu memiliki sistem kepercayaan tertentu yang dapat bersifat terbuka ( low dogmatic/ open minded) atau pun tertutup (high dogmatic/ closed mind).
Menurul Rokeach, individu yang terbuka sistem kepercayaannya cenderung menerima, mengevaluasi serta bertindak berdasarkan informasi yang relevan sesuai dengan tuntutan situasional. Manifestasi dari keterbukaan kepercayaan antara Iain adalah kecenderungan untuk Iebih mudah menerima ide-ide baru atau pun perubahan-perubahan baru serta Iebih obyektif terhadap realitas. Sebaliknya, mereka yang tertutup sistem kepercayaannya cenderung menerima, mengevaluasi serta bertindak atas dasar tekanan dari faktor-faktor yang tidak relevan, yang berasal dari dalam atau pun luar dirinya. Faktor yang tidak relevan yang berasal dari dalam diri antara Iain kebutuhan untuk berkuasa, kebutuhan unluk mengurangi kecemasan, motif ego yang tidak rasional, kepercayaan atau kebiasaan yang tidak relevan dengan tuntutan situasi dan sebagainya. Sedangkan faktor dari Iuar antara lain adalah adanya ganjaran maupun tekanan dari otoritas di Iuar dirinya, seperti orang tua, guru, norma institusi. norma sosial maupun norma budaya (Rokeach, 1960:57-58). Manifestasi dari ketertutupan sistem kepercayaan antara Iain kurang terbuka bahkan cenderung waspada terhadap terhadap ide-ide baru yang berbeda dengan paham atau keyakinannya, Ioyalitas membuta pada sistem sosialnya serta fanatik terhadap kelompok serta cenderung mempunyai orientasi waktu yang sempit.
Setelah melalui pengukuran memakai Skala Dogmatisme Form E yang dapat menunjukkan kecenderungan keterbukaan-ketertutupan sistem kepercayaan seseorang. serta melakukan wawancara terhadap sejumlah responden peserta Tarbiyah, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem kepercayaan mahasiswa UI peserta Tarbiyah cenderung tertutup (high dogmatic/closed minded). Artinya pandangan dan perilaku keagamaan yang ditarnpilkan peserta gerakan Tarbiyah memang dilatari oleh sistem kepercayaan yang cenderung tertutup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarvie, Ian C.
London: Routledge and Kegan Paul, 1967
301.2 JAR r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Arden
"Cargo plays a very important role in the aviation industry as a supporting revenue. In Airline X, cargo supports the revenue by 4% - 6% of the total revenue. There are opportunities to optimize the cargo compartment in Airline X by analyzing every agent involved in the purpose to know the optimum cargo loaded into the compartment using Agent-Based Modelling. The method used in this research is Rejection Sampling in Monte Carlo and Agent-Based Modelling. In addition, the theory used in this research is distribution function, to determine what type of distribution that represents the agent behavior. The final result shows that with the predetermined number of iterations, which is 300 iterations, the optimal value was obtained base on the convergent result. On the other hand, the distribution of passenger and baggage described as the Gaussian Distribution Function, while the distribution of EBT described as the Negative Exponential Distribution Function. These distributions represent agent behavior."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2021
620 JIA XIII:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Barth, Christoph
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010
261 BAR t (1);261 BAR t (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harun
Jakarta: UI-Press, 1986
297.2 NAS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadlan Awriya
"ABSTRAK
Pada 2030, Indonesia berada di era kehancurannya. Keanekaragaman dalam kepercayaan, ketidakpuasan dan kesombongan manusia menyebabkan mereka menjadi lebih sombong dan merasakan apa yang mereka yakini sebagai hal terbaik dibandingkan dengan yang lain. Simbolisasi kepercayaan yang mengarah pada kesalahpahaman dan personifikasi Allah, membuat manusia tampak telah menyelaraskan diri mereka sebagai Tuhan karena kekuatan yang mereka miliki saat ini lebih rasional daripada kekuatan ilahi. Pada awalnya, agaman datang sebagai sepenuhnya baik untuk semua orang, untuk menjadi titik pembebasan dari rasa tidak aman. Tetapi karena 'iman', kekuatan dan kesalahpahaman tentang dominasi simbolisasi, kita sampai pada masa di mana setiap orang berjuang untuk menjadi satu-satunya Tuhan yang memerintah dunia. Dengan menggunakan sistem teologis, saya ingin mendefinisikan kembali hubungan abstrak antara manusia dan Tuhan dan merasionalisasi kekuatan Tuhan sebagai bentuk yang dapat dianggap sebagai kepercayaan publik untuk mengurangi kemungkinan kesalahan penerjemahan kepercayaan.
Proyek ini membentuk bahasa spasial baru yang didasarkan pada sistem teologi sebagai tujuannya dan menempatkannya konteks kota sebagai pendekatannya. Di satu sisi, ini adalah peristiwa yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan di sisi lain itu adalah sistem eksperimental perkotaan yang mungkin tidak meneyelesaikan masalah daripada menjadi solusi. Ini adalah arsitektur anti-heroik yang hanya terlihat seperti sindiran politik

ABSTRACT
In 2030, Indonesia is in the era of its destruction. Diversity in belief, dissatisfaction and arrogance of humans causes them to be more arrogant and feel what they believe is the best thing compared to others. The symbolization of the belief that leads of misunderstandings and personification of God, make human sem to have aligne themselves as God(s) becaus they power the possess today is more rational than divine power. At first, religion came as wholly good for everyone, to be relieve point from insecurities. But due to 'faith', power and misconception of the dominance of symbolization, we have come to the time where everyone fight to be the only God to rule the world. Using the theological system, I want to redefine the abstract relationship between humans and God and rationalize the power of God(s) as a form that can be perceived as public belief to lessen the chance of mistranslation of the beliefs.
This projects forms a new spatial language that bases on theology system as its objective and put it the city context as its approach. Pn pne side, is is a forecasted event that might happen in future, and on another it was an urban experimental system that might not solving problem rather than to be solution. This is an anti-heroic architecture that merely looks like political satire.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Citra Cornelia
"The Help 2009 adalah sebuah novel karangan penulis Amerika, Kathryn Stockett, yang mengangkat tema tentang sebuah kejadian bersejarah di America pada tahun 1950s mdash;1960s, yaitu civil right movement. Novel in diadaptasikan menjadi film yang dirilis tahun 2011 dan disutradai oleh sutradara Amerika, Tate Taylor. Kedua versi dari The Help, walaupun berangkat dari satu cerita yang sama-sama berasal dari novel, namun memiliki beberapa perbedaan yang cukup menarik untuk dibahas, terutama dari sudut isu gender dan dinamika komunitas perempuan dalam film dan novel tersebut. Menggunakan teori keperempuanan dari Simone de Beauvoir The Second Sex 1949 dan analisa narasi white saviour pada film-film Hollywood, studi ini akan menganalisa empat karakter wanita di buku maupun film The Help untuk memperlihatkan bagaimana keempat karakter tersebut dibuat ideal di versi adaptasi filmnya.

The Help 2009 is a novel by an American writer, Kathryn Stockett, which takes up the theme of an actual historical event happened in America during the 1950s mdash 1960s, the civil rights movement. This novel is adapted into a movie which was released in 2011 and directed by an American director, Tate Taylor. The two versions of The Help, although the movie adapts the story from the novel, have several differences that are quite fascinating to be discussed, especially through the issue of gender and the dynamic of women community in the novel and its movie adaptation. Using the concept of womanhood by Simone de Beauvoir in her classic The Second Sex 1949 and an analysis of white savior narrative in Hollywood produced movies, this study will analyze four white women characters to shows how those characters are idealized in The Help movie adaptation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Munir Mulkhan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995
297 ABD t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian tentang masalah trafficking dilakukan untuk mendiskripsikan permasalahan dasar terjadinya trafficking ,karakteristik daerah asal korban trafficking yang telah dilakukan oleh lembaga sosial
."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>