Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2937 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paton, E.O.
Kiev: Academy of Sciences, 1967
671.521 Pat i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cary, Howard B.
New Jersey: Prentice-Hall, 1989
R 671.521 CAR m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Churniawan
"Pengelasan basah bawah air merupakan salah satu opsi yang dapat diaplikasikan dalam mengatasi kedaruratan di bawah air. Meskipun kualitas lasannya memadai tetapi masih cukup baik untuk digunakan. Pada penelitian ini digunakan jenis material KI-A36 dan dilaksanakan pengelasan basah bawah air dengan menggunakan elektroda E7016 dan E7018. Kedua jenis elektroda tersebut merupakan kelompok elektroda low hydrogen yang banyak beredar di pasaran. Metode pengelasan 1G dengan varibel pengelasan masukan panas HI 0,8 kJ/mm, 1,5 kJ/mm dan 2,5 kJ/mm dan pengelasan dilakukan di kedalaman 1 meter, 5 meter dan 10 meter yang dikomparasi pada hasil pengelasan atmosferik.
Dari hasil pengujian lasan menunjukkan terjadinya penurunan sifat mekanis dan terlihat adanya cacat di lasan. Hal yang menarik dari hasil pengelasan baja KI-A36 dengan las basah bawah air dengan mengaplikasikan elektroda E7016 dan E7018 adalah minimnya tingkat cacat porositas las pada hasil lasan. Sehingga kedua elektroda ini dapat digunakan pada pengelasan baja KI-A36 dalam aplikasi pengelasan bawah air. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Aziz Fauzan
"Dissimilar Metal Welding (DMW) merupakan salah satu metode yang menguntungkan untuk mendapatkan kualitas pengelesan baja yang diinginkan sesuai kebutuhannya dan lebih hemat dalam biaya. Penggabungan baja tahan karat 304L dan baja A335 P11 menjadi salah satu opsi yang biasanya digunakan dalam industri migas, pembangkit listrik nuklir dan pabrik petrokimia. Namun sifat mekanis penggabungan pengelasan logam berbeda dipengaruhi oleh konduktivitas termal berbeda saat proses pengelasan dan munculnya presipitat karbida krom (M23C6) pada batas butir baja tahan karat 304L. Hal tersebut dapat menyebabkan sensitisasi sehingga mudah terkena korosi batas butir. Pada penelitian kali ini menggabungkan pipa baja A335 P11 dengan pipa baja tahan karat 304L menggunakan metode GTAW beserta filler elektroda ER309L untuk menganalisa sifat mekanis. Pipa pengelasan dilakukan variasi temperatur solusi anil dengan pendinginan cepat menggunakan media air pada bagian pipa baja tahan karat 304L untuk menghilangkan sensitisasi yang terjadi di batas butir baja tahan karat 304L tersebut. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penambahan temperatur solusi anil menghasilkan kekerasan dan kekuatan yang berbeda pada setiap sampel. Peningkatan kekuatan tarik dan kekerasan disebabkan pelarutan karbida dan kromium dalam matriks austenit. Penurunan kekuatan tarik dan kekerasan disebabkan oleh perbesaran butir pada sampel. Nilai kekerasan dan kekuatan tarik dipengaruhi oleh struktur mikro dan kandungan delta ferit. Perlakuan panas solution annealing dan penggunaan baja dengan karbon rendah dapat mengurangi pembentukan karbida krom pada baja tahan karat 304L.

Dissimilar Metal Welding (DMW) is a profitable method for obtaining the desired quality of steel welding according to their needs and more cost-effective. The combination of 304L stainless steel and A335 P11 steel is an option that is usually used in the oil and gas industry, nuclear power plants and petrochemical plants. However, the mechanical properties of welding joints of different metals are affected by different thermal conductivities during the welding process and the appearance of chromium carbide (M23C6) precipitates at the grain boundaries of 304L stainless steel. This can cause sensitization so that it is easily exposed to grain boundary corrosion. In this study, combining A335 P11 steel pipes with 304L stainless steel pipes using the GTAW method along with ER309L filler electrodes to analyze mechanical properties. Pipe welding was carried out with variations in the temperature of the annealed solution by rapid cooling using water media on the 304L stainless steel pipe section to eliminate the sensitization that occurs at the grain boundaries of the 304L stainless steel. The results showed that the addition of annealing solution temperature resulted in different hardness and strength in each sample. The increase in tensile strength and hardness is due to dissolution of carbide and chromium in the austenitic matrix. The decrease in tensile strength and hardness is caused by the enlargement of the grains in the sample. The hardness and tensile strength values are affected by the microstructure and delta ferrite content. Solution annealing heat treatment and use of low carbon steel can reduce the formation of chromium carbide in 304L stainless steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Haryanto Soleh Atmaja
"Penelitian ini mengintegrasikan dua pendekatan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas proses pengelasan logam. Studi pertama mengeksplorasi Micro Friction Stir Spot Welding (mFSSW) dengan fokus pada pengaruh profil alat terhadap hasil pengelasan menggunakan paduan aluminium AA1100 berketebalan 0,42 mm. Model Artificial Neural Network dilatih dengan konfigurasi bentuk dan ukuran pahat sebagai inputnya, dan hasil uji tarik sebagai output utamanya menggunakan Rapidminer. Studi kedua membandingkan teknik pengelasan hibrida Resistance Spot Welding (RSW) dan Micro Friction Stir Spot Welding (mFSSW) serta pendekatannya dalam metode hibrida RSW-mFSSW. Evaluasi parameter seperti arus pengelasan, waktu siklus, dan kedalaman plunging menunjukkan bahwa kombinasi arus 8 kVA dengan waktu siklus 4 dan kedalaman plunging 200-400 mikrometer memberikan kekuatan tarik tertinggi. Pendekatan hybrid RSW-mFSSW menunjukkan peningkatan signifikan dalam kekuatan sambungan. Perluasan pengetahuan melalui penggunaan Neural Network dalam optimasi parameter pengelasan dan penelitian awal pengelasan hibrida RSW-mFSSW ini mengkonfirmasi potensi Neural Network sebagai alat yang efektif dalam mendukung inovasi dan peningkatan kualitas dalam proses pengelasan logam.

This research integrates two approaches to enhance the efficiency and quality of metal welding processes. The first study explores Micro Friction Stir Spot Welding (mFSSW), focusing on the influence of tool profiles on welding outcomes using AA1100 aluminum alloy with a thickness of 0.42 mm. An Artificial Neural Network (ANN) model was trained with tool shape and size configurations as inputs and tensile test results as the primary output using RapidMiner. The second study compares hybrid welding techniques: Resistance Spot Welding (RSW) and Micro Friction Stir Spot Welding (mFSSW), and their approach in the hybrid RSW-mFSSW method. Evaluations of parameters such as welding current, cycle time, and plunging depth revealed that the combination of 8 kVA current with a 4-second cycle time and a plunging depth of 200-400 micrometers yielded the highest tensile strength. The hybrid RSW-mFSSW approach demonstrated a significant improvement in joint strength. The expansion of knowledge through the use of Neural Networks in welding parameter optimization and the preliminary research on hybrid RSW-mFSSW welding confirms the potential of Neural Networks as an effective tool in supporting innovation and quality enhancement in metal welding processes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatahillah Putra Kustiawan
"Stainless Steel merupakan logam yang banyak digunakan untuk keperluan industri karena stainless steel memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi. Pada umumnya, penggunaan stainless steel membutuhkan teknik penyambungan yang salah satunya adalah pengelasan. Pemilihan parameter yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang optimal. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui hubungan kuat arus, heat time, dan hold time terhadap kekuatan tarik yang dihasilkan dengan menggunakan teknik pengelasan RSW. Mesin las yang digunakan adalah WIMTOUCH 1800 tipe JPC 35. Kuat arus yang digunakan adalah 7000 A, 7700 A, dan 8400 A; heat time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle; dan hold time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle. Karakterisasi hasil las dilakukan melalui analisis diameter weld nugget dengan menggunakan mikroskop digital dan pengujian kekuatan tarik. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus dan heat time maka diameter weld nugget yang dihasilkan akan semakin besar sedangkan trendline dari hold time pada penelitian ini tidak dapat terlihat. Nilai kekuatan tarik maksimum yang didapatkan adalah 11,3 kN dengan parameter pengelasan arus 7700 A, heat time 15 cycle, dan hold time 10 cycle.

Stainless Steel is a metal that is widely used for industrial purposes because stainless steel has good corrosion resistance and resistance to high temperatures. In general, the use of stainless steel requires a technique of connection one of which is welding. Selection of appropriate parameters is needed to obtain optimal welding results. In this experiment, the experiment was conducted to find out the relationship of current strength, heat time, and hold time to the tensile strength produced by using RSW welding technique. The welding machine used is WIMTOUCH 1800 type JPC 35. The current strength used is 7000 A, 7700 A, and 8400 A the heat time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles and hold time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles. The characterization of the welding results is done by analyzing the diameter of the weld nugget by using digital microscope and tensile strength test. From the results obtained, it is known that the greater the current strength and heat time then the diameter of the weld nugget generated will be greater while the trendline of hold time in this study can not be seen. The maximum tensile strength value obtained is 11.3 kN with welding parameters 7700 A, heat time 15 cycles, and hold time 10 cycles. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksono Wahyu Aji
"Spatter adalah loncatan bunga api yang muncul sebagai bagian dari proses spot welding. Spatter yang terlalu besar akan memberikan dampak yang merugikan dalam performance proses produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk itu sebagai bagian dari proyek kerja penulis, maka dirasa perlu untuk rnenurunkan level spatter yang muncul. Langkah awal penulis adalah melakukan penelitian proses produksi saat ini untuk melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh spatter. Kemudian yang kedua melakukan pengamatan proses untuk mencari faktor-faktor penyebab spatter hingga menentukan faktor yang paling dominan untuk dilakukan analisa dan perubahan. Dengan melakukan analisa berdasarkan kondisi yang ada dan didasarkan pada teori proses spot welding, diharapkn dapat dilakukan perbaikan dengan memilih solusi dan mengimplementasikan agar kinerja proses spot welding bisa lebih baik dari saat ini. Sehingga munculnya spatter dan dampak yang ditimbulkannya dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan. Selain sebagai bahan skripsi, tulisan ini diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai buku panduan di areal shop welding door assy PT. Astra Daihatsu Motor dalam kaitannya mengatasi problem spatter sebagai bagian dari peningkatan performance proses. Hasil yang didapat bermanfaat dari segi kualitas produk, peningkatan performance proses, produktivitas dan safety. Akhir kata sebagai usaha penyempurnaan yang berlandaskan pada mekanisme KAIZEN, maka perubahan yang dilakukan tetap berlandaskan pada kualitas yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan."
Depok: Fakultas Teknik, 2004
S37611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Rajendra
"Micro Resistance Spot Welding mRSW merupakan metode pengelasan yang banyak digunakan di industri manufaktur dikarenakan prosesnya yang cepat, efisien secara ekonomi, dapat diotomasi, dan dapat digunakan untuk pelat dengan ketebalan rendah. Pelat paduan aluminium, khususnya AA 1100 dengan ketebalan rendah merupakan salah satu bahan yang dewasa ini banyak digunakan dalam industri manufaktur dikarenakan sifatnya yang ringan dengan kekuatan mekanis yang baik. Belum terdapat penelitian yang membahas mengenai parameter optimum dari mRSW untuk pengelasan AA 1100.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengelasan terhadap pelat AA 1100 dengan dimensi 19 mm x 76 mm x 0,4 mm menggunakan instrumen pengelasan mRSW otomatis dengan variabel yaitu diameter tip elektroda dan cycle time pengelasan secara berturut-turut sebesar 2, 4, 6 mm dan 5, 7,5, 10 siklus. Karakterisasi hasil las dilakukan lewat analisis makrostruktur dan pengujian tarik.
Hasil observasi makrostruktur menunjukkan adanya peningkatan diameter weld nugget seiring dengan penggunaan tip dengan diameter lebih besar. Pengujian tarik menunjukkan bahwa diameter tip berbanding lurus dengan tensile load yang terjadi pada hasil las, sementara terjadi penurunan nilai tensile load pada siklus/cycle time yang lebih besar.

Micro Resistance Spot Welding mRSW is commonly used in the manufacturing industry due to its time and economic efficiency, easily automated, and its ability to be used in welding of thin plates. Al alloy plates, such as AA 1100 alloy plates with low thickness are currently utilized in manufacture industries considering its lightweight and good mechanical properties. However, there are no sufficient studies that investigate the optimum mRSW parameters in AA1100 welding.
In this reserach, AA1100 alloys specimens in 19 mm x 76 mm x 0.4 mm dimension were welded using automatic mRSW method with variations on the electrode tip diameter and welding cycle time. Diameters of the electrode tip were 2, 4, and 6 mm, respectively, while welding cycle time were varied for 5, 7.5, and 10 cycles. Characterizations of welded plates were done through macrography observation and tensile testing.
Results of macrography shows that diameter of weld nuggest increase along with bigger electrode tip diameter. Tensile testing results, indicates that larger tip diameter resulted in higher tensile load. On the other hand, more cycle time applied during welding procedure resulted in lower tensile load of produced weld.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriawan Dwi Putra
"Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu jenis pengelasan tipe las busur listrik (Arc Welding) yang banyak digunakan dalam industri karena aplikasinya yang luas dan stabilitas proses yang baik. Namun kekurangan utama dalam pengelasan TIG adalah sulitnya mendapatkan penetrasi yang dalam pada pengelasan TIG single pass untuk pelat-pelat tebal diatas 6mm. Metode pengelasan dengan fluks atau A-TIG welding pertama kali dikembangkan di Paton Welding Institute pada 1960, metode ini mampu menghasilkan penetrasi yang lebih dalam dibandingkan dengan pengelasan TIG konvensional. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304 dengan metode pengelasan Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG). Pengelasan dilakukan tanpa logam pengisi (autogenous). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dan komposisi kimia pada daerah lasannya. Pengujian struktur mikro dilakukan dengan metode metalografi pada hasil pengelasan dengan menggunakan mikroskop optik sementara pada pengujian komposisi kimia dilakukan dengan metode Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). Dari hasil pengujian metalografi ditemukan bahwa terjadi peningkatan jumlah δ-ferrite pada daerah weld metal dari semua pengelasan yang menggunakan fluks sementara pada daerah HAZ dan logam induk struktur mikro menunjukan butir austenite yang lebih halus jika dibandingkan dengan pengelasan yang dilakukan tanpa fluks. Komposisi kimia pada weld metal dari semua jenis pengelasan tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada kandungan unsur kimia.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a type of electric arc welding that is widely used in industry because of its wide application and good process stability. However, the main disadvantage of TIG welding it is difficult to get deep penetration in single pass welding for plates over 6mm thick. Flux or A-TIG welding method was first developed at Paton Welding Institute in 1960, this method is capable to produce deeper penetration compared to conventional TIG welding. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel by using Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG) welding method. Welding was carried out without filler metal (autogenous). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the microstructure and chemical composition of the weld area. Microstructure testing was carried out by metallography using an optical microscope while chemical composition testing was done by Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). From the results of metallographic testing it was found that an increase in the amount of δ-ferrite in the weld metal region of all welding using flux, while in the HAZ and the base metal micro structure showed finer grain of austenite compared to welding carried out without flux. The chemical composition of weld metal of all types of welding does not show any significant difference in the content of chemical elements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Yuhandri
"Dewasa ini penggunaan baja berkekuatan tinggi semakin meningkat terutama dalam sektor konstruksi dan infrastruktur. Baja berkekuatan tinggi yang diproduksi melalui thermo-mechanical control process memiliki kombinasi kekuatan dan ketangguhan yang sangat baik. Namun proses pengelasan yang dilakukan untuk menyambung baja mengakibatkan terjadinya perubahan sifat mekanik pada sambungan las. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi komposisi nikel pada kawat las dan masukan panas terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja kekuatan tinggi yang dilas dengan metode pengelasan busur rendam (SAW). Material yang digunakan pada penelitian ini adalah pelat baja struktural berkekuatan tinggi, SM570-TMC, yang memiliki kekuatan luluh 460 MPa, kekuatan tarik 570 MPa dan ketebalan 12 mm. Disain sambungan dari pelat baja ini adalah butt joint dengan single v-groove sebesar 30 derajat, root gap sebesar 5 mm. Pelat baja ini dilas dengan variabel masukan panas berbeda (2,2 kJ dan 3 kJ), dengan menggunakan tiga jenis kawat las yang masing-masing memiliki kandungan nikel 0%, 1%, dan 2,1%. Pengamatan struktur mikro dilakukan menggunakan mikroskop optik dan scanning electron microcopy (SEM). Struktur mikro area kampuh las untuk semua sambungan terdiri dari polygonal ferrite (PF), side plate ferrite (SPF), grain boundary ferrite (GBF) dan acicular ferrite (AF). Area HAZ mengalami pertumbuhan butir yang ditandai dengan ukuran butir yang lebih besar dari kampuh las dan logam dasar. Pada pengelasan dengan masukan panas tinggi, ukuran butir HAZ lebih besar dari ukuran butir dengan masukan panas rendah. Uji tarik, ketangguhan impak dan kekerasan mikro dilakukan untuk menentukan sifat mekanik hasil pengelasan. Pengujian ketangguhan impak dilakukan pada temperatur 25oC, 0oC dan - 20oC.

Nowadays the demand for high strength low alloy steel (HSLA) utilization is increasing. HSLA steel produced by thermo-mechanical controlled process (TMCP) has a good combination of strength and toughness. However, thermal cycles during welding lead to deterioration of mechanical properties of welded joint. This research aims to determine the effect of nickel content difference in welding wire and heat input on microstructure and mechanical properties of HSLA steel welded by submerged arc welding method (SAW). Material used in this research is HSLA steel plate SM570-TMC, which has yield strength 460 MPa, tensile strentgh 570 MPa and thickness 12 mm. Joint design is butt joint with 30-degree single v-groove and 5 mm root gap. The plates are welded with the heat input variable (2,2 kJ dan 3 kJ), using three different electrodes which have different nickel content (0%, 1%, dan 2.1%). Microstructures were observed using optical microscope and scanning electron microcopy (SEM). Microstructure in weld metal consist of polygonal ferrite (PF), side plate ferrite (SPF), grain boundary ferrite (GBF) and acicular ferrite (AF). HAZ microstructure is coarser than weld metal and base metal due to grain growth. In high heat input welding, HAZ grain size is higher than HAZ in low heat input joint. Tensile test, Impak test and hardness test were utilized to measure the mechanical properties of welded joint. Impact tests were done in weld metal and HAZ area at temperature of 25oC, 0oC and -20oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>