Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ediruslan Ps. Amanriza
Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chaidir
Yogayakarta: Adicita Karya Nusa, 2002
327.598 CHA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Veven S.P. Wardhana
Jakarta: Kepuasaan Populer Gramedia, 2002
808.83 War p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Adhi Ksp
Jakarta : Kompas , 2009
927 ROB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Rizal
"Penelitian ini melihat bagatmana kaum waria digambarkan dalam isi media sekaligus menjelaskan kondisi sosial masyarakat dalam memandang waria. Kasus yang diambil adalah film televisi (FTV) Panggil Aku Puspa yang ditayangkan SCTV. Film televisi ini dipilih karena ia dapat mewakili keseluruhan tayangan sinetron televisi yang melibatkan kehadiran waria. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana Teun A. van I Dijk yang menggabungkan tiga dimensi wacana ke dalam satu kesatuan analisis, yaitu teks, kognisi sosial. dan konteks sosial. Untuk teks digunakan analisis pembingkaian meriuruf Pan dan Kosicki dan Teun A. van Dijk. Dalam analisis kognisi sosial, hal yang diteliti adalah latar belakang penulis cerita sebagai komunikator pembuat teks. Analisis konteks sosial dilakukan dengan melihat perkembangan keberadaan waria di dunia dan di Indonesia. Penelitian rnenemukan bahwa FTV Panggil Aku Puspa membuat penggambaran tentang waria lebih positif dan menyentuh nilai-nilai kemanusiaan. la dapat dikatakan sebagai tandingan terhadap penggambaran tentang waria sebelumnya yang mengandung stereotip. Dafam cerita ini waria ditampilkan sebagai sosok tabah dan selalu berusaha menghadapi pelbagai masalah."
2004
TJPI-III-2-MeiAugust2004-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: Hasta Mitra, 2000
920.72 PRA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Rizal
"Skripsi ini menggambarkan bagaimana mengangkat kaum waria dan mengemasnya menjadi suatu isi media. Media yang dipilih adalah media elektronik, yaitu televisi. Tulisan ini. akan menggambarkan sebuah judul cerita di televisi dan sekaligus menjelaskan kondisi sosial masyarakat dalam memandang waria. Keberadaan waria, yang merupakan fenomena transeksual, dalam kehidupan masyarakat dilihat melalui perkembangan kondisi sosial masyarakat di dunia dan di Indonesia. Pembuatan suatu acara beserta isinya dalam program televisi tidak terlepas dari individu yang membuatnya. Melalui cerita yang mengangkat kehidupan seorang waria yang merupakan tokoh utama, dapat dilihat hal-hal yang melatarbelakangi terciptanya cerita tersebut. Hal ini diduga berpotensi untuk membentuk dan mengubah pandangan masyarakat tentang waria. Penulis memilih program FTV "Panggil Aku Puspa" di SCTV sebagai objek penelitian. Skripsi ini "merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis wacana dengan model analisis wacana milik Teun A. van Dijk. van Dijk menggabungkan tiga dimensi wacana ke dalam satu kesatuan analisis, yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis teks yang digunakan adalah analisis framing menurut Pan dan Kosicki dan Teun A. van Dijk. Dalam analisis kognisi sosial, hal yang diteliti adalah latar belakang penulis cerita sebagai komunikator pembuat teks. Analisis konteks sosial dilakukan dengan melihat perkembangan keberadaan waria di dunia dan di Indonesia. Data diperoleh melalui kaset rekaman cerita yang dimiliki SCTV sebagai stasiun televisi yang menayangkan program film televisi (FTV). Selain itu, penulis juga memperoleh data-data sekunder berupa artikel koran/majalah, situs internet Prima Entertainment, dan skripsi terdahulu dengan objek penelitian film televisi. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa FTV "Panggil Aku Puspa" mengangkat kisah kehidupan seorang waria sebagai tema utamanya, dengan penggambaran yang lebih positif terhadap waria dan menyentuh nilai-nilai kemanusiaan. Ini dapat dikatakan sebagai tandingan dari penggambaran-penggambaran sebelumnya tentang waria yang mengandung stereotip. Dalam cerita ini, waria ditampilkan sebagai sosok yang tabah dan selalu berusaha. menghadapi btrbagai masalah yang ada. Kehidupan waria dihadirkan lebih lengkap dengan permasalahan atau konflik yang dihadapi oleh kebanyakan waria pada umumnya, namun merupakan suatu hal yang jarang diangkat oleh media. Waria di sini juga digambarkan taat beragama dan diterima oleh anak kandungnya. Penulis cerita membuat cerita ini dilatarbelakangi oleh pengetahuan dan pengalainan, terutama yang berhubungan dengan waria, serta karakteristik pribadi yang dimilikinya. Penggambaran waria dalam cerita ini terkait dengan kondisi sosial masyarakat dalam memandang waria sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat. Keberadaan waria dalam masyarakat disebut sebagai suatu hal yang ambivalen. Di satu sisi ia diterima, setidaknya oleh laki-laki yang memanfaatkan jasa waria pekerja seks komersial, namun di sisi lain, waria ditolak oleh masyarakat karena dianggap telah mengacak tatanan seks dan gender yang selama ini berlaku. Dan waktu ke waktu, kondisi sosial kaum minoritas mengalami perubahan, termasuk pula kaum waria."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Mayendri
"Tesis ini membahas suara perempuan dalam dua novel bertemakan jugun ianfu yang berjudul Jugun Ianfu Jangan Panggil Aku Miyako (2015) dan Momoye Mereka Memanggilku (2007). Analisis kedua novel menggunakan konsep gender (Millet 1970), teori objektifikasi perempuan (Nussbaum 1995, Langton 2009, Fredrickson dan Roberts 1997), serta konsep agensi (Davidson 2017). Teks bertemakan jugun ianfu merupakan wadah untuk mengungkap objektifikasi perempuan yang dilakukan oleh Jepang di negara jajahan. Melalui tokoh-tokoh perempuan yang dihadirkan, teks juga mengungkapkan bahwa objektifikasi perempuan dan perbudakan seksual tidak hanya dilakukan oleh para penjajah, akan tetapi juga masyarakat. Selain pemerkosaan, para budak juga harus menghadapi pandangan rendah masyarakat, rasa berdosa, trauma, serta cacat fisik yang berkepanjangan. Selain, membahas perbudakan kedua teks juga membahas perjuangan para budak seksual menghadapi dan melawan semua bentuk objektifikasi; penolakan, pertarungan fisik, keikutsertaan dalam perang gerilyawan, serta perjuangan untuk bertahan hidup setelah kemeredekaan. Akan tetapi, teks-teks ini juga bisa ditunggangi ide-ide patriarki dalam bentuk pemakluman dan romantisasi perbudakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kedua teks menghadirkan suara perempuan yang bertolakbelakang dalam mengungkap permasalahan jugun ianfu, meskipun keduanya seharusnya menjadi wadah untuk menyuarakan perjuangan para mantan budak seksual.

This thesis discusses women’s voices in two novels with the theme of jugun ianfu, entitled Jugun Ianfu Jangan Panggil Aku Miyako (2015) and Momoye Mereka Memanggilku (2007). The analysis of the two novels uses the concept of gender (Millet 1970), the theory of woman objectification (Nussbaum 1995, Langton 2009, Fredrickson and Roberts 1997), and the concept of agency (Davidson 2017). The text with the theme of jugun ianfu is a forum to reveal the objectification of women carried out by Japan in colonial countries. Through the female characters presented, the text also reveals that the objectification of women and sexual slavery was not only done by the colonizers, but also by the community. In addition to rape, slaves also had to face society's low views, guilt, trauma, and prolonged physical disabilities. Apart from discussing slavery, the two texts also discuss the struggles of sexual slaves against all forms of objectification; rejection, physical struggle, participation in guerrilla warfare, and the struggle for survival after independence. However, these texts can also be ridden with patriarchal ideas in the form of proclamation and romanticize of slavery. The results of the study show that both texts present contradictory female voices in revealing the problems of jugun ianfu, even though both are supposed to be a forum for voicing the struggles of former sexual slaves."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Lentera Dipantara, 2012
920.72 KAR p (1);920.72 KAR p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Juni Alfiah Chusjairi
"Etnis Cina di Indonesia sudah beberapa generasi tinggal di Indonesia. Namun kehadirannya hingga hari ini masih belum sepenuhnya dianggap sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Era reformasi tampaknya membawa angin baru bagi etnis Cina di Indonesia. Berbeda dengan jaman Orde Baru yang cenderung membatasi gerak mereka kecuali di bidang ekonomi. Di era reformasi berbagai peraturan yang diskriminatif mulai dicabut. Termasuk juga bahasa dan budaya Cina tidak dilarang lagi. Sikap pemerintah yang melunak terhadap etnis Cina membawa perubahan juga pada media. Selain ada stasiun televisi yang menyiarkan siaran berita dalam bahasa Mandarin, televisi juga menayangkan film/sinetron tentang kehidupan etnis Cina. Film-film ini ditayangkan dalam menyambut Imlek, Tahun Baru etnis Cina.. Penelitian ini hendak meneliti tentang konstruksi identitas etnis Cina di Indonesia melalui film-film Wo Ai Ni Indonesia, Jangan Panggil Aku Cina dan Ca Bau Kan.
Penelitian ini melibatkan empat orang informan yang pernah menonton ketiga film tersebut diatas. Mereka adalah orang etnis Cina yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, namun saat ini tinggal di Jabotabek. Informan tersebut juga mencakup generasi 20130-an, 40-an, 50-an .Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan perspektif fenomenologi dan menggunakan paradigma kritis. Data dalam penelitian diperoleh dari wawancara dengan informan tersebut diatas. Analisis data kemudian dilakukan dengan methods of agreement dan methods of difference.
Teori utama yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah encoding/decoding dari Stuart M. Ada tiga konsep yang dinyatakan oleh Hall yaitu preffered/dominant hegemonic position. Posisi ini terjadi bila pembuat dan pembaca teks mempunyai ideologi yang sama dalam memaknai teks. Kedua negotiated code/position. Posisi ini merupakan sebuah kompromi terhadap teks. Ideologi pembaca yang lebih menonjol berperan dalam memakai teks yang kemudian dinegosiasikan oleh ideologi yang dibawa oleh teks. Ketiga oppositional code/position. Pesan yang dibaca oleh khalayak akan dimaknai secara berseberangan atau berbeda dengan pembuat teks. Selain itu penelitian ini juga mengacu pada konsep identitas yang mencakup self sameness dan solidarity dari Paul Gilroy dalam konsep cultural studiesnya.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan pergaulan yang kemudian ditunjang oleh nilai-nilai budaya yang kuat mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk identitas ke Cinaan seseorang Orang yang bergaul serta berada di lingkungan Cina terus dari kecil hingga dewasa akan menimbulkan sikap eksklusif dan identitas ke Cinaannya cenderung kuat. Hal ini juga berpengaruh terhadap pemaknaan seseorang terhadap ketiga film tersebut yang cenderung negotiated dan oppositional. Berbeda dengan mereka yang lingkungannya pribumi saja atau yang lingkungannya campur antara pribumi dengan etnis Cina. Mereka yang berada di lingkungan pribumi saja atau campur antara pribumi dengan etnis Cina akan cenderung lebih permisif dan adaptif. Pemaknaan terhadap film-film tersebut cenderung dominant/preffered reading."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>