Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks ini beris tentang orang-orang Tengger Bromo, antara lain: bahasa Jawa dialek Tengger, agama ?Buda? dan kepercayaan orang Tengger, serta hari-hari besarnya termasuk Riadin karo, Riadin mangsa kapat, Riadin mangsa kawolu, Riadin mangsa kasanga, Barikan, Kasada, dan Riadin Unan-unan. Naskah disusun oleh M. Prasman Kertadiwirya, seorang guru injil di Sukapura pada tahun 1932. Naskah diterima Pigeaud atas bantuan H. Kraemer, seorang penginjil besar Surakarta pada tahun 1934. Untuk naskah lain tentang orang Tengger tersebut, lihat FSUI/LL. 37-39, dan PR.7."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LL.38-A 38.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1997
398.216 SUT l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Murni
"Orang Tengger yang tinggal di empat puluh desa di empat kabupaten yakni kabupaten-kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang, dan Probolinggo, merupakan sukubangsa yang masih teguh memegang adat istiadat nenek moyangnya. Penelitian yang dilakukan di desa Ngadisari, kecamatan Sukapura, kabupaten Probolinggo pada Oktober 2000 menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan pengamatan. Penelitian yang berfokus pada aspek kesehatan dengan pendekatan antropologi kesehatan menemukan bahwa konsep sakit dan pengobatanya erat terkait dengan sistem religi asli orang Tengger.
Orang Tengger selalu menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam sekitarnya sebagai manifestasi pengabdian kepada Sang Hyang Tunggal. Perilaku individu yang selalu dijaga dimaksudkan pula untuk terhindar dari penyakit. Penyakit yang timbul dipercaya disebabkan karena personalistik maupun naturalistikk. Beberapa ramuan tanaman yang tumbuh di hutan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit tertentu di samping pula pembacaan mantra. Namun, pengetahuan irii hanya dimiliki oleh beberapa orang tua. Sementara anak muda Tengger jarang yang mengetahui jenis tanaman yang berguna sebagai obat-obatan tradisional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Junus Jahja
Depok: Komunitas Bambu, 2009
302 JUN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Yossa Agung Permana
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S7608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
Cibulan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
930.1 BUD c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soerjono Soekanto
Bandung: Pradnya Paramita, 1989
340.112 SOE b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soerjono Soekanto
Bandung: Alumni, 1983
340.112 SOE b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mahadi
Jakarta: Universitas Indonesia, 1969
347.01 Mah b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarto
"Tengger adalah sebuah dataran tinggi yang bergununggunung dan bertebing curam dengan suhu udara antara 3°-18°C, terletak di ujung timur Pulau Jawa, kira-kira 50 km sebelah timur kota Malang dan 40 km dart dua kota pantai utara Jawa Timur, Pasuruan dan Probolinggo. Ke selatan, berseberangan dengan Gunung Bromo, terletak Gunung Semeru, sebuah gunung suci dalam mitologi Hindu Jawa. Dataran tinggi ini dihuni oleh suku Jawa yang disebut wong Tengger atau orang Tengger, yang secara administratif bertempat tinggal di empat kabupaten, yakni Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Orang Tengger adalah petani tradisional yang masih setia kepada adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Meskipun sejak tahun 1970-an sudah menjadi pemeluk agama Hindu, mereka tidak meninggalkan ritual yang diwarisi dari para pendahulu mereka. Sampai hari ini dukun-dukun Tengger masih mempertahankan tradisi keagamaan mereka, yakni memuja roh-roh leluhur dan dewa yang menjadi penguasa Gunung Berapi Bromo, yang merupakan warisan peribadatan dari nenek moyang mereka, pengungsi dari Majapahit. Pernyataan bahwa nenek moyang orang Tengger pengungsi dari Majapahit perlu dikaji ulang karena pernyataan itu bersumber dari legenda tentang asal mula orang Tengger dan bukan dari data historis. Data historis yang ada menyatakan bahwa wilayah yang sekarang disebut Tengger sudah dihuni oleh pengikut sekte Hindu-Budha sejak zaman kejayaan Kerajaan Majapahit. Setiap tahun, pada bulan ke-12 atau Kasada menurut kalender Tengger, beribu-ribu orang Tengger dari keempat kabupaten tersebut di atas berkumpul di Poten, sebuah tam-pat di Laut Pasir atau Dasar, atau Segara Wadi, yang terletak di kaki Gunung Bromo untuk melakukan upacara kurban."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
D386
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>