Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks berisi kisah tentang usaha Kresna mendapatkan kembali negara Dwarawati yang dikuasai oleh raja Narasinga. Dalam usahanya, Kresna bertemu dengan Prabu Wijangkara dari Nungsa Renggi, Prabu Cakarwa dari negara Kucingan, dan Jimbarayeksa. Ketiga-tiganya menginginkan Dewi Mrebes (Dewi Lara Ireng) untuk menjadi isterinya. Kresna menyuruh Prabu Wijangkara dan Prabu Cakarwa untuk terlebih dahulu mengalahkan Narasinga, bagi yang menang akan diberi Dewi Mrebes. Jimbarayeksa berusaha mendapatkan Dewi Mrebes dengan cara bertapa mengapung di tengah lautan, dan pada saat mengenang Dewi Mrebes, kamanya jatuh ke lautan. Sementara itu, sang Hyang Pawang Anala menerima kedatangan cucunya, Bambang Setija, anak dari buah pernikahan Dewi Pertiwi dengan Sang Hyang Wisnu yang sekarang sedang menitis menjadi manusia bernama Giwangkaton Narayana. Bambang Setija memaksa diri untuk mencari ayahnya, sehingga ia kemudian diberi Cangkok Jayamulya, yang dapat menghidupkan apa-apa yang sudah mati dengan cara diletakkan di atasnya. Dalam perjalanan, Setija melihat sampah di pinggir laut, berupa tangga yang rusak, takir pondhang, anjak, bangkai burung dara, bangkai anjing, dan kama. Ketika Cangkok Jayamulya diletakkan di atasnya, semuanya berubah menjadi raksasa. Oleh Setija masing-masing diberi nama sesuai dengan asalnya, yaitu Ditya Pancatnyana, Ditya Anjakogra, Ditya Yayahgriwa, Maundara, Ditya Sinunja, Ditya Jaga-jaga, dan Cantangwilis. Mereka disuruh tetap tinggal di tempat itu, di Surateleng. Cerita beralih dengan saran Bagawan Abiyasa kepada Narayana untuk menyerang Dwarawati, bersama Setiyaki, Wijasena dan Wijakangka. Naskah telah dibuatkan salinan alih aksara ketik, lihat FSUI/WY.56c."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.56a-A 37.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid kedua dari seri dua jilid Lakon Cantangwilis ini mengisahkan penyerangan Wijasena terhadap Singa Mulangjaya, adik Prabu Narasinga, tetapi Wijasena kalah. Bambang Setija bertemu dengan Giwangkaton Narayana, yang akan mengaku dirinya sebagai anaknya bila dapat mengalahkan Narasinga dan adiknya. Dalam peperangan, Setija dapat dibunuh, namiin berhasil dihidupkan kembali berkat pusaka Cangkok Jayamulya. Narasinga kemudian masuk ke badan Narayana dan Singa Mulangjaya memasuki Setiyaki. Narayana menanyakan rahasia kesaktiannya dan meminta seluruh milik Setija termasuk nyawanya, sebagai syarat untuk diakui sebagai anaknya. Jasadnya kemudian dibuang dan jatuh di Surateleng, tempat raksasa-raksasa yang dihidupkannya menunggu. Jim Jimbarayeksa yang mendapat wangsit untuk menemui kamanya, datang ke Surateleng dan bertemu dengan kamanya yang sudah jadi Ditya Cantangwilis, yang sedang menunggu jasad Setija bersama dengan raksasa-raksasa yang lain. Jasad Setija dihidupkan kembali oleh Jim Jimbarayeksa. Setija dan raksasa-raksasa yang dihidupkannya menyerang Dwarawati, dan bertemu dengan Narayana yang sedang dalam perjalanan dari Banjar Patoman ke Dwarawati. Ketika sedang berperang, Sang Hyang Pawang Anala datang, menghentikan peperangan. Narayana tetap tidak mau mengakui Setija, sehingga Sang Hyang Pawala Anala menyuruhnya untuk mengembalikan Cangkok Jayamulya kepada Setija. Setija diajak pulang ke Kahyangan Saptapratala, sedangkan Cantangwilis dan kawan-kawannya disuruh kembali ke Surateleng. Untuk naskah salinan alih aksara ketik, lihat FSUI/WY.56c."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.56b-A 37.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah merupakan alih aksara ketikan dari FSUI/WY.56a-b. Penyalinan dikerjakan staf Pigeaud pada bulan Juli 1934 di Yogyakarta, sebanyak empat eksemplar (h.i). Tiga eksemplar tersimpan di koleksi FSUI, yaitu A 37.03a (ketikan asli) dan A 37.03b-c (tembusan karbon). Hanya ketikan asli yang dimikrofilm. Sisanya, menurut halaman tersebut, disebutkan terdapat di Panti Boedaja (kini Museum Sonobudoyo). Namun setelah dicek, ternyata naskah ini tidak ada. Naskah juga telah dibuatkan uittreksel oleh Mandrasastra pada Juni 1934 (h.i). Pada halaman tersebut dijumpai pula keterangan yang berbunyi: 'katrangan saking R.M.Ng. Soemahatmaka, Juli 1934: Denawa Tjakil ing kraton Soerakarta, wanda wami 3, minangka sengkalan. Tangan boeta tataning djanma 1552. 1. Klanthangmimis; 2. Banjaktjalora; 3. Gendirpendjalin."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.56c-A 37.03a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid pertama dari seri empat jilid Serat Gandakusuma ini, merupakan saduran dari cerita wayang gedhog dengan mengambil tokoh utama Raden Gandakusuma dari negara Bandaralim. Jilid kedua dari rangkaian naskah ini hilang dari koleksi FSUI. Pada jilid pertama ini, teks diawali dengan cerita sang Prabu Bandaralim sudah merasa tua, ingin turun tahta dan digantikan oleh putranya yang bernama Raden Arya Jayengtilam. Ia sendiri akan giat bertapa agar dikasihani Tuhan. Teks berakhir dengan sang Rajaputra meminta petunjuk kepada seorang resi. Keterangan penyalinan rangkaian naskah ini terdapat di halaman terakhir jilid IV, yaitu disalin oleh R.T. Atmacandrabrata pada tanggal 17 Ruwah, Jimakir 1858 (7 Februari 1928). Pigeaud menerima naskah ini dari R. Gandasukaca Duryasaputran pada tanggal 19 Agustus 1938 (h.1). Daftar pupuh (bandingkan dengan daflar pupuh SJ.194 dan SJ.195): (1) dhandhanggula; (2) sinom; (3) asmarandana; (4) pucung; (5) pangkur; (6) durma; (7) sinom; (8) kinanthi; (9) pangkur; (10) asmarandana; (11) durma; (12) mijil; (13) asmarandana; (14) pangkur; (15) kinanthi; (16) mijil; (17) durma; (18) dhandhanggula; (19) sinom."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.196-NR 329
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan jilid pertama dari seri dua jilid Cariyos Ringgit Purwa yang menyalin dari naskah KBG 679-680. Penyalinan dikerjakan pada tahun 1929 untuk kepentingan penelitian Pigeaud di Surakarta. Keterangan tentang penulis/penyalin naskah tidak ditemukan dalam teks. Teks berisi catatan dan cuplikan daftar pupuh lakon wayang purwa versi Yogya-karta. Lihat Pigeaud dan Moens 1931:335 untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.28-L 7.20
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan salinan ketikan jilid I dari naskah induk yang tidak diketahui keberadaannya. Penyalinan sebanyak empat eksemplar, tiga diantaranya kini terdapat di koleksi FSUI (G 172a.l-3). Hanya (a.l) yang dimikrofilm. Pada koleksi FSUI ini juga dijumpai salinan ketikan jilid II, yaitu FSUI/WY.41. Nama penyalin maupun data tentang babon naskah salinan ini tidak dijumpai dalam teks. Teks jilid I ini memuat 34 lakon wayang, yaitu: l. Watugunung jumeneng ratu Gilingwesi (h.25); 2. Watugunung rampung, wuku 30 (h.46); 3. Wisnu rabi Pretiwi (h.50); 4. Gutama rabi (h.52); 5. Mingsrawana lair (h.57); 6. Maliawan (h.61); 7. Dasamuka lair (h.67); 8. Subali tapa (h.79); 9. Mingsrawana mati, Bisawarna (h.88); 10. Wisnu Sri nitis (h.99); 11. Bukbis lair (h.104); 12. Dasarata rabi (h.113); 13. Dasarata dadi ratu (h.118); 14. Arjunawijaya tapa (h.126); 15. Jumeneng Arjunasasra (h.149); 16. Dasamuka teluk, kasarat kreta (h. 176); 17. Saradan (h. 179); 18. Regawa lair (h. 182); 19. Sinta lair (h.190); 20. Rebutan cupu, Subali lan kadang (h.201); 21. Sakutrem rabi (h.217); 22. Sakri rabi (h.223); 23. Palasara tapa lajeng rabi (h.237); 24. Anggada balik, Rama obong (h.246); 25. Basukethi lair (h.261); 26. Basukethi rabi (h.265); 27. Sentanu rabi trus jumeneng (h.272); 28. Dewabrata lair (h.284); 29. Abiyasa sampun lair (h.285); 30. Basudewa rabi (h.309); 31. Narasoma (h.326); 32. Pandhu rabi (h.339); 33. Ugrasena rabi (h.345); 34. Pecahing bungkus (h.351)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.40-G 172a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid satu dari seri lima naskah Pakem Ringgit Madya yang diturun dari KBG 145a-e. Seluruhnya berisi seratus judul lakon. Pengalihaksaraan oleh Mandrasastra pada tahun 1931, sebanyak empat atau lima eksemplar. Lihat FSUI/WY.79-83, WY.105-109 (kebanyakan hilang); PNRI/G 35-39 (beberapa hilang); LOr 6683a-e; dan MSB/W.78-82 untuk kopi lain kelima jilid itu. Lihat Behrend 1990:150-154 untuk keterangan lengkap tentang seri naskah ini, termasuk judul masing-masing lakon serta referensi umum mengenai wayang madya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.79-G 35
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah dengan judul Serat Kasantikaning Raga ini terdiri dari empat jilid (WY.42-44), dua jilid terakhir dibendel menjadi satu dalam naskah WY.44. Teks berisi lakon carangan tentang perjalanan hidup Raden Gatutkaca, dari lahir hingga mati. Jilid pertama memuat 25 cerita, jilid kedua 30 cerita, dan jilid ketiga 13 cerita. Teks sama sekali tidak menyebutkan nama pengarang atau penyalinnya, tanggal dan tempat penulisan maupun penyalinannya. Namun diperkirakan naskah ini masih baru, dibuat sekitar abad ke 20, hal ini dapat dilihat dari jenis kertas yang diperguna-kan. Pigeaud sendiri sama sekali tidak membuat catatan mengenai teks naskah ini, sehingga keterangan lebih jauh mengenai naskah ini tidak didapat. Penelusuran terhadap naskah sekorpus pun sama sekali tidak mendapatkan hasil, karena cerita sejenis ini mungkin tidak ada, atau belum ditemukan yang lainnya. Judul-judul yang termuat dalam naskah jilid I ini, adalah: /. Gathutkaca Lair (h.i-46); 2. Gathutkaca Siyung (47-92); 3. Gathutkaca Angsal Topeng Gangsa (93-138); 4. Gathutkaca Wanda Topeng (139-183); 5. Gathutkaca Braja (184-229); 6. Gathutkaca Tosan (232-275); 7. Gathutkaca Klamben (276-321); 8. Gathutkaca Caping (322-367); 9. Gathutkaca Mothol (368-413); 10. Gathutkaca Gelap (414-459); 11. Gathutkaca Wanda Thathit (460-505); 12. Gathutkaca Kilat (506-551); 13. Gathutkaca Belis (552-598); 14. Gathutkaca Lindhu (599-644); 15. Gathutkaca Bendhot (645-692); 16. Gathutkaca Kancil (693-738); 17. Gathutkaca Lawung (739-784); 18. Gathutkaca Dhukun (785-831); 19. Gathutkaca Guru (832-877); 20. Gathutkaca Ratu (878-925); 21. Gathutkaca Narataka (926-968); 22. Gathutkaca Bajing Kering (969-1014); 23. Gathutkaca Angsal Aji Brajawikalpa (1015-1060); 24. Gathutkaca Angsal Pringgadani (1061 -1106); 25. Gathutkaca Keling (1107-1152)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.42-NR 534a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Jasadipura I
"Isi buku ini adalah: 1. Ramayana karangan Walmiki (uraian secara ringkas); 2. Beberapa sarga dijawakan dari Ramayana kakawin, yaitu sarga ke III, sarga ke VII, sarga ke XXVI (hanya sebagian); 3. Gambar berupa foto-foto cerita Rama yang terdapat di Candi Prambanan dan Panataran."
Weltevreden: Bale Pustaka, 1925
BKL.0172-CW 1
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Sang Dwipayana Wiyasa
"Serat Mahabarata ini disalin dari cerita Mahabarata bahasa Inggris. Cerita akan diterbitkan secara bersambung setiap satu bulan sekali. Terbitan I bulan Januari 1927 diawali dengan cerita Adiparwa."
Sala: Losse Teosofi, 1927
BKL.1066-WY 57
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>