Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16284 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Darmasumarta
"Naskah babad ini merupakan buah karangan R. Darmasumarta, di Paguwan, Purwakarta, pada tahun 1927. Teks diawali dengan permohonan Adipati Paguwan kepada Raja Brakumara dari Majapait, agar kedudukannya sebagai adipati Wirasaba dapat digantikan anaknya yang bernama Urang, karena dirinya sudah merasa tua sehingga tidak mampu lagi untuk menunaikan tugasnya sebagai adipati. Dilanjutkan dengan kisah Radenputra Majapait (Raden Baribin?) yang diusir dari istana. Ia kemudian pergi ke Pajajaran. Raja Pajajaran menikahkannya dengan canggah Prabu Maradipa Pajajaran. Pernikahan tersebut menghasilkan empat orang anak, tiga laki-laki dan seorang wanita. Anak laki-laki masing-masing bernama R. Keduu, R. Banyaksasra, R. Banyakgumarang, sedangkan anak perempuannya bernama Ngaisah. R. Keduu pergi ke Majapait, sampai di Wirasaba dipungut anak oleh Adipati Wirasaba. Suatu saat ia pergi ke Majapait mewakili Adipati Wirasaba. Raja Majapait memberikan hadiah berupa isteri dan tanah dari Gunung Sumbing sampai Karawang, dan menjadi adipati Wirasaba dengan gelar Adipati Margautama. Anaknya yang bernama R. Suwarga kemudian menggantikannya sebagai adipati dan bergelar Wargautama pula. Sementara itu, R. Banyaksasra yang ingin mencari R. Keduu disuruh oleh ayahandanya untuk pergi ke Pasirluhur, R. Banyakgumarang ke Keling, dan Ngaisah ke Kejawar. Di Pasirluhur R. Banyaksasra kedatangan anak mranggi Kejawar yang bermimpi kejatuhan bulan dari Pasirluhur. Akhirnya anak mranggi tersebut kawin dengan Ngaisah dan kembali ke Kejawar. Pendhita putra dari Pajajaran pergi ke Pasirluhur, ingin menemui anaknya. Ia bertemu dengan Mangun, anak R. Banyaksasra yang sudah meninggal. Ki Pandita meramalkan bahwa Mangun kelak akan menjadi bupati Banyumas, di pinggir S. Lanang. Di kemudian hari Mangun menikah dengan anak adipati Banyumas. R. Ciungwanara atau Banyakwide sebagai Raja Pajajaran mengusir adiknya yang bernama R. Jaka Susuruh. Ia pergi ke timur, dan setelah mendirikan Majapait, ia kemudian menyerang Banyakwide. Akhirnya Banyakwide melarikan diri ke Banakeling. Setelah seratus tahun, Majapait yang saat itu rajanya bernama Ardiwijaya, hancur karena angin topan. Seiring dengan makin menyurutnya pengaruh kerajaan Majapait, timbul kerajaan baru yaitu kerajaan Demak, dengan rajanya R. Patah yang beragama Islam. Adipati Wargautama juga masuk agama Islam. Setelah Raja Demak wafat, maka diganti oleh Mas Karebet, putra Ki Ageng Pengging, yang diambil menantu oleh Raja Demak. Ia lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir, karena lama tinggal di desa Tingkir. Keraton lalu dipindahkan ke Pajang. Putri Adipati Wirasaba diambil sebagai isteri oleh Adipati Pajang. Ketika mendengar laporan bekas besan Adipati Wirasaba yang menyatakan bahwa istrinya tersebut adalah bekas menantunya, Adipati Pajang menjadi murka dan memerintahkan untuk membunuh Adipati Wirasaba. Sepeninggal Adipati Wirasaba, Banyumas kemudian dibagi empat oleh putra menantunya, yaitu: Banyumas, Bogor, Kerawang dan Manglen. Cerita dilanjutkan dengan kisah kerajaan Mataram, peristiwa pemberontakan Untung Surapati di Kartasura, serta kisah pemerintahan Tumenggung Yudanagara di Banyumas berikut anak keturunannya. Naskah terdiri atas dua bagian, berciri A 5.10a dan b. Naskah (b) berbentuk macapat, disalin pada Januari 1928 dan naskah (a) merupakan ringkasan per pupuh dari naskah (b) tersebut, disalin pada Februari 1928. Kedua naskah disalin di Surakarta (h.i), kemungkinan oleh staf Pigeaud. Salinan (a) dikirim kepada R.A.A. Suyana, Bupati Sepuh Pasuruan, pada bulan Juli 1930. Dan salinan (b) dikirim ke Panti Boedaja. Namun kedua salinan tersebut kini tersimpan di koleksi FSUI."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.176-A 5.10a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Panji Jayengkusuma
"Buku ini menceritakan tentang Prabu Linggakarang di Pajajaran dalam rangka mencari pengetahuan mengenai keutamaan. Persahabatan dengan Seh Maulana Sayidina Dahrunapi, Kaji Maulana Atasbinjan. Piwulangan dari Pangeran Atasangin mengenai pengetahuan keselamatan. Kemudian diberi nama Seh Jambukarang atau Sinuwun Lawet sampai pada akhir hayatnya dan dikebumikan di Redi Lawet (Banyumas)."
Surakarta: N.V. Sidyanata, 1935
BKL.0252-CS 10
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah terdiri dari beberapa teks. Teks pertama (h. 1-213) berisi cerita tentang Raja Rum dan Wali Sanga. Teks kedua (h.218-222) berisi kisah Raja Jayabaya. Teks ketiga (h.230-770) berisi teks Babad Mataram dan kemudian Serat Pralambang Jayabaya. Antara teks satu dengan lainnya dibatasi dengan beberapa halaman kosong. Melihat perbedaan gaya tulisan, kemungkinan naskah ini ditulis oleh lebih dari satu orang. Teks pertama, huruf kursif dengan suku panjang ke bawah, sedangkan jenis tulisan pada teks lainnya sama: beraksara kursif tetapi pendek dan berkesan lebih bulat. Pada teks ketiga terdapat kolofon pembuka (h.230) yang menyatakan bahwa naskah telah disalin pada tanggal 7 Sura, Wawu 1842 22 (Januari 1912), di Yogyakarta. Naskah ini diterima Pigeaud dari Ir. Moens di Yogyakarta pada bulan Oktober 1927. Mandrasastra telah membuat ringkasannya pada bulan Oktober 1937, namun ringkasan tersebut kini tidak diketahui lagi keberadaannya. Pada naskah ini juga terdapat beberapa catatan peringatan kelahiran, pernikahan, dan lain sebagainya. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) sinom; (3) girisa; (4) dhandhanggula; (5) durma; (6) asmarandana; (7) mijil; (8) dhandhanggula; (9) sinom; (10) durma; (11) asmarandana; (12) dhandhanggula; (13) ?; (14) dhandhanggula; (15) durma; (16) asmarandana; (17) durma; (18) kinanthi; (19) dhandhanggula; (20) maskumambang; (21) sinom; (22) durma; (23) asmarandana; (24) kinanthi; (25) pangkur; (26) mijil; (27) megatruh. Teks kedua daftar pupuh sebagai berikut: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) dhandhanggula. Teks ketiga, daftar pupuh sebagai berikut: (1) dhandhanggula; (2) sinom; (3) dhandhanggula; (4) durma; (5) asmarandana; (6) ? ; (7) sinom; (8) durma; (9) asmarandana; (10) dhandhanggula; (11) asmarandana; (12) megatruh; (13) megatruh; (14) dhandhanggula; (15) asmarandana; (16) mijil; (17) asmarandana; (18) dhandhanggula; (19) asmarandana; (20) dhandhanggula; (21) sinom; (22) kinanthi; (23) sinom; (24) dhandhanggula; (25) mijil; (26) dhandhanggula; (27) pangkur; (28) dhandhanggula; (29) pucung; (30) durma; (31) dhandhanggula; (32) sinom; (33) dhandhanggula; (34) asmarandana; (35) durma; (36) sinom; (37) girisa; 38. (pangkur; (39) kinanthi; (40) durma; (41) megatruh; (42) dhandhanggula; (43) kinanthi; (44) pangkur; (45)asmarandana; (46) sinom; (47) asmarandana; (48) sinom; (49) dhandhanggula; (50) durma; (51) maskumambang; (52) dhandhanggula; (53) mijil; (54) durma; (55) sinom; (56) asmarandana; (57) durma; (58) sinom; (59) dhandhanggula; (60) asmarandana; (61) sinom; (62) sinom; (63) kinanthi; (64) dhandhanggula; (65) asmarandana; (66) sinom; (67) sinom; (68) dhandhanggula; (69) mijil; (70) megatruh."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.185-NR 4
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Serat Babad Nyanjata ini berisi tentang Arya Mangkunagara Ke-IV dalam kunjungan ke Wanagiri."
no place: no publisher, no year
BKL.0354-SJ 15
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Adipati Cakranagara
"Naskah ini berisi teks Babad Dipanagara dengan jumlah pupuh 74 buah. Pupuh 1-17 sama dengan beberapa pupuh pada teks Babad Dipanagara karangan R. Adipati Cakranagara (LOr 2115, KBG 5). Tentang teks ini, yang juga dikenal dengan judul Buku Kedhung Kebo, lihat Carey 1974,1981. Teks diawali dengan cerita tentang keadaan Kraton Ngayogyakarta menjelang kelahiran Pangeran Dipanagara. Secara garis besar naskah bercerita tentang perjuangan Pangeran Dipanagara ketika melawan bala tentara Belanda, beliau baru bisa ditaklukkan melalui siasat Gubernur Jenderal De Kock yang menginginkan perundingan empat mata di Magelang. Dalam menghadiri perundingan tersebut, sebagai hasil tipu muslihat De Kock, Dipanagara berhasil ditangkap tanpa perlawanan. Tidak ditemukan keterangan tentang penyalinan naskah ini, tetapi berdasarkan gaya tulisan dan jenis kertas, dapat diperkirakan bahwa naskah disalin di Kraton Surakarta sekitar tahun 1870an (?), semasa pemerintahan Pakubuwana DC. Pigeaud memperoleh naskah ini di Surakarta pada tahun 1930. Tahun 1932 dibuatkan daftar pupuhnya, yang sekarang disimpan bersama naskah induk di FSUI. Daftar pupuh ini dimikrofilm bersama naskah induk."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.52-NR 218
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Berisi sejarah dari para bupati di Tuban. Dimulai dari Prabu Banjaransari seorang raja yang sangat terkenal. Sejarah bupati beserta silsilah keluarganya. Kemudian Kyai Lebe Lonthang, R. Arya Bangan, R. Arya Dandhangmiring. Diuraikan pula asal mula nama Tuban yaitu: air yang keluar (metu banyu), tubany (air keluar) dan Tuban. R. Arya Dandhangwacana mulai dari pemerintahannya negara terlihat makmur. Kemudian uraian mengenai makam para Auliya dan para leluhur di daerah Tuban. Pemakaman di Majagung, Majagung tapakan, di Astana Kajongan, Manamdara (kampung Sidamukti), Cungkup Makam Agung, dan masih banyak kota (daerah lainnya.)"
Kediri: Tan Khoen Swie, 1936
BKL.0106-CH 1
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi dua teks, yaitu Sri Tanjung (h.57-249) dan Serat Prabu Sinduraja (h.1-53). Semula naskah ini milik Pa Sutrani yang tinggal di dusun Lemahbangdewa, Ragajampi. Naskah dibeli oleh Pigeaud di Banyuwangi pada Oktober 1931, dan telah dibuatkan salinannya oleh Mandrasastra (h.251, 253). Nama pupuh dalam naskah 'pesisiran' ini sama dengan yang lazim dipakai dalam naskah-naskah Jawa 'pedalaman', namun sering berbeda jumlah baris, guru lagu dan guru wilangamiya. Ada juga nama pupuh yang jarang ditemukan, misalnya pupuh ukir (lihat daftar pupuh di bawah). Berdasarkan daftar pupuh di bawah, nampaknya teks ini mempunyai beberapa kesamaan dengan teks FSUI/CH.53, FSUI/CH.51, dan FSUI/CH.54. Untuk keterangan bibliografis selengkapnya lihat pada deskripsi naskah FSUI/CH.53. Daftar pupuh: (1) ukir; (2) mijil; (3) pangkur; (4) ukir; (5) durma; (6) mijil; (7) ukir; (8) sinom; (9) mijil; (10) ukir; (11) ukir; (12) ukir; (13) mijil; (14) ukir; (15) mijil; (16) ukir; (17) maesa langit; (18) ukir; (19) mijil; (20) ukir; (21) durma; (22) ukir."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.55-NR 157
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Ngabehi Sumahatmaka
"Naskah majemuk ini merupakan kumpulan petikan dari berbagai kitab; menceriterakan pembagian zaman secara periodik di Tanah Jawi, seperti sangkalaning karaton, agamining bangsa Jawi, tatacara (ila-ila), nasehat ataupun, tauladan-tauladan (lupiya) dari para leluhur zaman kuno yang harus diturut. Naskah ini merupakan karya dari R.M.Ng. Sumahatmaka, ditulis pada tahun 1912. Kemudian atas prakarsa Dr.Th.Pigeaud naskah ini disalin rangkap empat di Surakarta pada bulan Desember 1930. Tiga di antara empat salinan tersebut sekarang tersimpan di FSUI, ialah CH.2 dan CH.3 ini"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.3-G 7
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi ringkasan teks Babad Siliwangi dari naskah CS 40 pada koleksi Cohen Stuart, PNRI. Ringkasan dibuat oleh Poerbatjaraka di Jakarta pada bulan Agustus 1930, kemudian pada tahun yang sama, ringkasan ini diserahkan kepada Dr. Th. Pigeaud."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.152-L 4.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks diawali dengan mimpi Raja Rum yang melihat tanah Jawa sewaktu masih kosong, belum berpenghuni. Naskah ini rupanya terdiri dari sempalan beberapa cerita yang digabung, baik kisah tentang kerajaan Istambul, kisah Ajisaka sampai dengan kisah pewayangan (kisah Pandawa). Pada naskah ini terdapat tulisan tangan dengan tinta merah, kemungkinan dilaku-kan oleh peneliti sebelumnya dengan maksud untuk meralat beberapa huruf/kalimat yang hilang/tidak jelas terbaca. Keterangan pada h.i menyebutkan bahwa Serat Babad Rum-Madura ini sebelum diterima Pigeaud pada bulan Juli 1927 merupakan milik Kiliaan Charpentier. Naskah telah ditulis kembali/disalin oleh R.M. Suwandi pada bulan Januari 1929 (lihat SJ.136). Keterangan referensi, lihat Pigeaud 1970:366; MSB/S.20,31,156, dan FSUI/SJ.74. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) pangkur; (3) asmarandana; (4) mijil; (5) kinanthi; (6) dhandhanggula; (7) pangkur; (8) sinom; (9) durma; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) kinanthi; (13) durma; (14) dhandhanggula; (15) dhandhanggula; (16) pangkur; (17) dhandhanggula; (18) mijil; (19) sinom; (20) pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.135-NR 26
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>