Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks naskah ini berisi beberapa jawaban pertanyaan tentang srandhul, semacam pertunjukan rakyat yang populer di wilayah Wuryantara, Wanagiri, antara tahun 1925-1931. Pertunjukan ini,yang dimainkan oleh 8 orang lelaki (sebagian berperan sebagai wanita) dengan iringan bendhe, kendhang dan terbang, bertokohkan Pak Ganyong (Arya Tandurun, putra raja Pajajaran, dan Bok Kenya, Putri dari Cempa yang dinikahinya. Naskah ditulis tangan oleh M. Prawirapranata, seorang carik di Pulutan Kulon. Wuryantara,pada tahun 1931. Prawirapranata menyusun catatan ini sebagai jawaban atas pertanyan tertulis yang diajukan Pigeaud (atau staf?) dalam rangka penelitian tentang pertunjukan rakyat untuk bukunya Javanese Volksvertoningen (Betavia: Volkslectuur, 1938). Contoh survey atau daftar pertanyan yang diajukan Pigeau kepada para pakar dan narasumber,lihat FSUI/ST.13, h.1-4. NAma Prawirapranata sendiri tidak disebutkan dalam buku Pigeaud. Keterangan tentang pertunjukan srandhul pada umumnya,lihat ibid, 279-281 (&281); sedangkan tentang topengan di daerah Wuryantara,lihat h.83-84 (&73). Naskah tulisan tangan tersebut kemudian dibuat salinan ketik oleh petugas Panti Boedaja (lihat ST.4a. h.24-31) pada tahun 1931."
[[Place of publication not identified], [Place of publication not identified]]: [[publisher not identified], [publisher not identified]], [date of publication not identified]
ST.4 -A 22.05a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Bagian awalteks (h.1-23) merupakan salinan ketik dari sebuah naskah induk yang tidak diketahui sumbernya, sedangkan untuk h.24-31 menyalinan dari naskah ST.4. Penyalinan dibuat oleh staf Pigeaud (Panti Boedaja?) pada tahun 1931."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.4a-A 22.05b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi beberapa catatan yang disusun pada tahun 1923 oleh M.O.S. Muliadiharja (Moeliadiardja), seorang guru sekolah Kristen di Jombang. Teks memuat uraian tentang beberapa pertunjukan rakyat yang ada di daerahJombang, Khususnya tentang ludrug (h.4-10), lerok (h.10-15), jaran kepang (15-20), dan gendruwon (barongan), serta jepaplok (20-22). Uraian meliputi masalah sejarah keagamaan, cerita yang dipergelarkan, musik, perlengkapan, dan lain-lain sebagainya. Menurut keterangan dari pengarang, informasi yang disajikannya, sebagian dipetik dari Pustakaraja Purwa dan sebagian lagi dari narasumber yang dianggap mengerti tentang masalah yang diteliti. Tidak disebutkan lebih lanjut tentang keberadaan naskah-naskah babon tersebut. Pigeaud beberapa kalimenyebutkan informasi Muliadiharja ini dalam karyanya tentang pertunjukan rakyat di Jawa (1938: 198-199). Pigeud/Panti Boedaja (?) nampaknya memperoleh catatan Muliadiharja ini dari Dr. H. Kraemer. Naskah kemudian dibuat alih aksara ketik sebanyak empat eksemplar, pada tahun 1938. Selain tersimpan di koleksi FSUI ini, tiga salinan sisanya tidak diketahui keberadaannya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.3-A 22.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Parwatri Wahjono
"Penelitian ini merupakan penelitian folklor humanitis, yaitu penelitian dari sudut pandang peneliti yang berlatar belakang ilmu bahasa dan kesusasteraan, yang kemudian memperdalam ilmu folklor.
Definisi Hakikat Permainan Nini Thowok: sebuah folklor Jawa, berupa suatu permainan ritual magis yang berbentuk teater murni tradisional, dapat merupakan hiburan, bersifat Kejawen, mitis, serta shamanistis, yang pada umumnya diadakan waktu terang bulan purnama, malam Selasa atau Jum'at Kliwon, dengan tujuan memohon perlindungan untuk keselamatan desa, anak-anak dan sawah, sebagai pembayar nadar, menanyakan nasib ataupun obat penyakit dan juga untuk memohon hujan.
Secara semiotis permainan Nini Thowok adalah sebuah folklor Jawa yang berupa suatu ritus inisiasi, bersifat mitis, magis, Kejawen, sebagai hiburan, untuk menanyakan obat, membayar nadar, memohon perlindungan dan memohon hujan.
Dari strukturnya, Nini Thowok adalah sebuah bentuk teater murni Jawa tradisional, suatu ritus magis dengan permainan sebagai sarananya, dengan tahap-tahap rites inisiasi dan permainan hiburan.
Desa Banyumudal merupakan daerah pegunungan kapur yang memiliki banyak mata air, sebagai pemasok air minum daerah Gombong-Kebumen.
Penduduk 3466 jiwa, 36 % melek huruf, sebagai petani dan pemantik batu. Beragama Islam Kejawen dengan kepercayaan ancestor worship, dan pemujaan batu lingga, pada setiap hari Kliwon dan bila hendak mengadakan hajat. Masih melestarikan sistem pengetahuan tentang hari baik untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pertanian dan upacara daur hidup. Peranan Islam di sini mengukuhkan unsur Kejawen. Kesenian yang masih hidup adalah ebleg (kuda lumping), ketoprak dan cowongan.
Permainan cowongan (dahulu) khusus untuk memohon hujan. Merupakan permainan ritual magis dengan tahapan-tahapan:
a. Ernst (serius), yang bersifat sakral, ialah suatu ritus inisiasi pada ancestor worship pada pembuangan boneka (tahap separation), marge (peralihan), dengan . makna pendewasaan: pada penyemayaman boneka di tempat keramat (bumf Gana bathan) di bawah pohon beringin, dan agregation (pengembalian ke masyarakat): pada pengambilan boneka dan permainan di arena; serta ritus untuk motion hujan dengan mendatangkan bidadari Nini Thowok (Ni Cowong).
b. Spel (hiburan, permainan), yang bersifat profan, ialah endem-endeman, yaitu mabuk-mabukan non alkoholik, bersifat hiburan dan juga mediamik (sebagai sarana permediuman dari dukun cowong untuk memintakan obat dan berkah bagi yang memerlukan).
Sampai kini cowongan dapat survive karena memiliki fungsi sosial dan lingkungan hidup. Fungsi tersebut agak mengalami sedikit pergeseran nilai dari fungsi ritual (sakral)-nya, yaitu menjadi lebih banyak berfungsi permainan (hiburan, profan). Dengan demikian fungsi Permainan Ritual Magis Nini Thowok sebagai sebuah folklor jawa adalah sebagai ritus, hiburan, dan pengesahan pranata (fungsi sosial dan lingkungan hidup).
Permainan ritual magis Nini Thowok akan dapat hidup terus selama masih mengemban fungsi dalam masyarakat pendukungnya, atau bila dijadikan aset pariwisata."
1993
D417
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan bahan penelitian yang berisi bermacam-macam daftar pertanyan, baik dalam bahasa Jawa maupun Melayu, yang disiapkan oleh Th. Pigeaud dalam rangka studinya tentang pertunjukan rakyat Jawa. Hasil penelitian tersebut kemudian dibukukan dalam karya Pigeaud berjudul Javaanse Volksvertoningen (Batavia: Balai Pustaka, 1938). Menurut dugaan penyunting, bahan ini disiapkan Pigeaud sekitar tahun 1930 untuk dipakai oleh tim yang terjun ke lapangan untuk mewawancarai calon narasumber (semacam kuisioner). Adapun masalah pokok yang dipertanyakan dalam survey ini antara lain tentang: srandhul, barongan, reyog, topeng, sandur, dabusan, gambuh, sintren, lais, slawatan,pertunjukan Damarwulan di Ragajampi, sramaan di pulau Madura, ronang, dan srunen. Salah satu contoh dari jawaban pertanyaan ini, lihat catatan Prawirapranata tentang srandhul di daerah Wuryantara, Wanagiri, pada FSUI/ST.4dan 4a."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.13-W 77.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Surawijaya
"Naskah ketikan ini merupakan alih aksara dari buku Gandrung lan Gambuh, karangan R. Surawijaya (alias Suratman), yang diterbitkan di Batavia pada tahun 1907 oleh Landsdrukkerij (lihat Pratelan II:218, 483), Dalam buku tersebut, Surawijaya, seorang mantri guru di Wanakrama, memberikan penyelasan tentang dua macam tontonan atau komedi yang kerap dipergelarkan di wilayah Surabaya,yaitu tarian Gandrung Bali dan Gambuh Banyuwangi (semacam wayang wong). Penyelasan Surawijaya ini meliputi sejarah, tata cara mempergelarkannya, cerita yang dimainkan,iringan musik, sertaacara-acara yang tepat untuk memainkan pertunjukkan tersebut. Staf Pigeaud membuat salinan ketik ini sebanyak empat eksemplar, pada tahun 1931. Penyalinan ini barangkali dimksudkan untuk menunjang penelitian Pigeaud tentang bahasa Jawa maupun pertunjukan Jawa. Dalam bukunya yang berjudul Javaanse Volksvertoningen (Batavia: Volslectuur, 1938), Pigeaud menyinggung pula tentang buku Surawijaya ini -- Lihat h.319 (&313) dan h.327 (&323)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.6-A 24.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid ketiga dari seri tujuh naskah Pakem Langendriyan (FSUI/ST.7-12). Keterangan teks pada jilid ini mengisahkan tentang sayembara Patih Lugender untuk membunuh Menak Jingga. Sementara itu tersebar kabar mengenai gugurnya Ranggalawedalam pertempuran. Terjadi pertempuran antara Damarwulan melawan Layang Seta dan Layang Kumitir. Dilanjutkan dengan kisah Damarwulan menjadi penyabit rumput hingga bertemu dengan Dewi Anjasmara. Prajurit Lamongan, Buntaran dan Watangan bertempur dengan Patih Angkatbuta dan Ongkotbuta sampai tertangkap, namun berhasil dibebaskan oleh Menak Koncar. Terjadi pertempuran antara Menak Koncar melawan prajurit Blambangan. Ratu Ayu Kencanawungu memerintahkan Patih Lugender untukmencari Damarwulan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.9-A 2.06
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid Keempat dari seri tujuh naskah Pakem Langendriyan (FSUI/ST.7-12). Keterangan selanjutnya lihat FSUI/ST.7. Teks jilid ini mengisahkan permintaan Ratu Ayu Kencanawungu kepada Raden Damarwulan untuk membunuh Menak Jingga. Damarwulan menyusup ke dalam istana dan bertemu dengan isteri Menak Jingga. Setelah berhasil mengetahui kelemahan Menak Jingga, Damarwulan mencuri senjata pusaka Gada Wesi Kuning dan membunuh Menak Jingga. Damarwulan kembali ke Majapahit dengan membawa bukti Kepala Menak Jingga, namun dalamperjalanan dicegat Layang Seta dan Layang Kumitir yang kemudian merebut kepalaMenak Jingga dan dipersembahkan kepada Ratu Ayu Kencanawungu. Teks berakhir dengan tewasnya Patih Angkatbuta dan Ongkotbutaoleh prajurit Majapahit."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.10-A 2.07
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid kelima dari seri tujuh naskah Pakem Langendriyan (FSUI/ST.7-12). Keterangan selanjutnya lihat FSUI/ST.7. Teks jilid ini mengisahkan kedatangan utusan Prabu Klanasasi dari Wandan Gupita untuk melamar Prabu Kenya, dan kedatangan Layang Seta - Layang Kumitir yang membawa kepala Prabu Urubesma (Menak Jingga). Lamaran Prabu Klanasasi ditolak Sang ratu memerintahkan Layang Seta dan Layang Kumitir untuk membuntuti utusan Wandan Gupita sehingga terjadi pertempuran. Sementara itu, PrabuKenya mendapat keterangan dari putri tawanan bahwa yang membunuh Menak Jingga adalah Damarwulan. Damarwulan menghadap Ratu Kenya sambil membawa bukti Gada Wesi Kuning milik Menak Jingga. Damarwulan diadu dengan Layang Seta dan Layang Kumitir, akhirnya Damarwulan berhasil mengalahkan mereka berdua. Damarwulan menjadi raja dan menikah dengan Prabu Kenya. Patih Lugender beserta kedua anaknya, Layang Seta dan Layang Kumitir membelot ke Wandan Gupita. Teks berakhir dengan kisah peperangan antara bala tentara Majapahit melawan musuh dari Wandan Gupita."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.11-A 2.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi pertunjukkan langendriya yang diadakan pada malam Ahad tanggal 13 bulan Saban tahun Jimakir 1858. Pertunjukkan ini diadakan dalam rangka upacara tetesan putri dalem Gusti R. A. Sekar Kedhaton Kustiyah. Langendriyan ini merupakan sumbangan dari putra dalem K. P. A. A. Mangkunagara VIII. Langendriya ini mengambil cerita tentang Damarwulan, yang tersusun menjadi 9 (sembilan) adegan."
Solo: Swastika, [date of publication not identified]
BKL.0670-WY 26
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>