Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah yang diberi judul Semar-Togog-Seh Subakir-Jayabaya-Ratu adil ini, terdiri dari dua pupuh: sinom 27 bait dan pangkur 31 bait (cuplikan gatra 1-2 lihat di bawah), antara lain berisi percakapan antara sang Hyang Semar disertai Togog dengan Seh Subakir, pendeta dari Ngerum. Semar mempertanyakan kepada Seh Subakir, mengapa lelembut-lelembut tanah Jawa yang merupakan keturunannya, mengungsi ke laut. Dijawab oleh Seh Subakir bahwa ia diutus oleh Kanjeng Sultan di Ngerum agar menempatkan manusia yang jumlahnya dua puluh ribu KK (rong leksa somah), agar bersawah di Pulau Jawa. Seh Subakir kemudian membeberkan sejarah Pulau Jawa dengan menyebutkan berturut-turut kerajaan yang ada di Jawa, yaitu Gilingwesi, Kerajaan Buda, Mendhangkawit, Alengka, Wiratha, Madura, Astina, Amarta, Malwa, Bojanagara, Galuh, Sindula, Medhangkamolan. Teks dilanjutkan dengan beberapa ramalan Jayabaya, dan tentang Ratu adil. Naskah salinan ini tidak diketahui penulis, penyalin maupun tempat penulisan dan penyalinannya. Menurut keterangan di h.ii, sebelum sampai ke tangan Pigeaud pada bulan Juli 1927, Kiliaan Charpentier memperoleh naskah ini dari Grobogan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.92-B 3.10
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks diawali dengan kisah Semar yang dihajar Abimanyu, karena mengolok-olok Prabu Kresna. Semar lari ke pondokannya, lalu membayar pondokan tersebut. Roh Semar segera melayang-layang ke Gunung Tidar. Di situ dia mengeluarkan kekuasaan sampai menggoyahkan kediaman para dewa di Suralaya. Bathara Guru lalu mengutus Bathara Brahma dan Bayu turun ke bumi. Mereka berdua masuk ke dalam api di pondokan Semar dan membakar negeri Dwarawati. Prabu Kresna sangat murka. Mereka berdua lalu berkata bahwa api tidak akan musnah, jika Semar tetap disia-siakan. Cerita dilanjutkan dengan kisah pencarian Raden Janaka oleh Semar. Setelah mengalami beberapa rintangan, akhirnya Semar menemukan Arjuna. Arjuna lalu menceritakan kepada Semar bahwa dia akan mencari wahyu keraton di tanah Jawa. Atas petunjuk Betari Durga, Arjuna pergi ke Suralaya mencari wahyu tersebut. Setibanya di sana, Arjuna dipermainkan oleh para dewa. Semar sangat marah lalu mengutuk dewa-dewa itu. Arjuna lalu disarankan oleh Semar untuk bertapa di gunung Kembang dengan nama Bagawan Arjuna Jelur, sedangkan Semar sendiri bertapa di gunung Kombang dengan nama Semar Kuning. Naskah merupakan jilid pertama dari seri dua jilid naskah FSUI, yaitu WY.61 dan WY.69. Disalin oleh Lagutama pada Sabtu Kliwon, 21 Mulud, Tahun Be, 1864 (15 Juli 1933) (h.34). Oleh staf Pigeaud, teks kemudian dibuatkan salinan aksara ketik pada September 1933, lihat FSUI/ WY.59, hal.1-24. Menurut keterangan pada bagian sampul, teks induk merupakan karya dari K. P. Kusumadilaga di Tejomaya. Keterangan referensi lihat : MSB/SW.26,W.16,50,97; Girardet/66535; Pigeaud 1968:299,III:381 ; SMP/Rp.264. [22,29]"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.69 - K 14.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Kartaasmara
"Buku ini berisi mengenai simbol dari ketiga peraga wayang yaitu: Semar, nalagareng dan Petruk. Intinya adalah: asal mula di tanah Jawa ada tontonan wayang, bangsa Hindu menbuat cerita Mahabarata dan juga gambar wayang dan arcanya; masuknya cerita Mahabarata ke tanah Jawa; maksud kata Matswapati, Mangswapati; penggambaran tokoh Semar, Nalagareng dan Petruk."
Solo: Stoomdrukkerij De Bliksem, 1930
BKL.0194-CH 6
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini memuat dua lakon wayang, yaitu Lampahan Semar Kuning (h.1-24) dan Lampahan Arjuna Jelur (h.24-46). Naskah merupakan alih aksara ketikan dari FSUI/WY.61 dan 69 (karya Lagutama). Kedua naskah tersebut diterima Pigeaud pada tanggal 10 Agustus 1933, sedangkan Lagutama menyalin dari naskah induk yang diterimanya dari K.P. Kusumadilaga, di Tejamaya. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan September 1933, sebanyak empat eksemplar. Keterangan referensi, lihat FSUI/WY.69; MSB/SW.50."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.59-B 33.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah merupakan alih aksara ketikan dari MSB/W.70. Salinan lainnya dapat dilihat pada MSB/W.70a. Naskah ini diterima Pigeaud pada bulan Mei 1935. Pada h.16, dijumpai keterangan nama Lagutama. Tidak diketahui secara pasti apakah dia sebagai penulis teks induk atau sebagai penyalin teks ini. Keterangan selanjutnya, Hhat MSB/W.44,70, dan 70a. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.95-A 38.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini merupakan buku panduan pergelaran wayang orang di Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan HB VIII dalam rangka menghormati tamunya, Residen P. Westra, di Yogyakarta pada tanggal 26 Februari 1932. Adapun lakon dalam pergelaran wayang orang tersebut adalah Parta Krama. Diawali dengan “Jejer Kayangan” sampai dengan “Dewi Wara Sembadra Pralaya”."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BKL.1116-WY 62
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Redi Tanaya
"Buku ini menyajikan cerita wayang berjudul Kartawiyoga yang terdiri atas 16 bagian, yaitu: 1. Jejer nagara Mandaka; 2. Adegan Gapuran; 3. Kadhaton; 4. Pasewanan Jawi, Bidhalan, Prang Ampyek; 5. Jejer negara Astina; 6. Jejer negara Tirta Kandhasan memberangkatkan tentaranya; 7. Perang Gagal Korawa dengan Raksasa; 8. Kartawiyoga bertemu dengan Dewi Erawati; 9. Adegan Permadi di hutan, dilanjutkan perang kembang; 10. Semar Ambarang Jantur di Pertapaan Argasonya; 11. Prabu Salya menemui Pendeta Jaladara; 12. Keraton Mandraka kemasukan maling; 13. Jatuhnya negara Tirta Kandhasan; 14. Endhang Bratajaya di Pertapaan Argasonya; 15. Pendeta Jaladara dirampok Korawa; 16. Perang Sampak."
Betawi Sentrem: Bale Pustaka, [date of publication not identified]
BKL.1115-WY 61
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII
"Buku ini menyajikan lakon-lakon wayang: No. 41. Gathutkaca menikah dengan Dewi Pergiwa; 42. Sasi Kirana; 43. Raden Catuk (Gathutkaca) menjadi raja; 44. Brajadenta, Brajamusti; 45. Sridenta."
Batavia Sentrem: Bale Pustaka, 1932
BKL.1114-WY 60
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII
"Buku ini berisi lakon-lakon: No. 26. Arjuna Papa; 27. Bondhan Paksajandhu; 28. Bale Sagala-gala; 29. Raden Setakrama; 30. Perkawinan Raden Untara dan Raden Wratsangka."
Weltevreden: Bale Pustaka, [date of publication not identified]
BKL.1113-WY 59
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini merupakan saduran dari episode wayang purwa, menceritakan keberhasilan Prabu Dipayana menguasai ilmu jayan kawijayan yang diberikan Bagawan Sambu. Prabu Dipayana kemudian bergelar Darmasarana. Keterangan dalam teks menyebutkan bahwa naskah ini disusun oleh R.Ng. Citrasantana di Mangkunagaran, Surakarta, sekitar 1910. Pigeaud memperoleh naskah ini dari M. Sinu Mundisura pada bulan Agustus 1939. Daftar pupuh sebagai berikut: 1) dhandhanggula; 2) durma; 3) sinom; 4) asmarandana; 5) kinanthi; 6) pucung; 7) mijil; 8) asmarandana; 9) gambuh; 10) sinom; 11) pangkur; 12) dhandhanggula; 13) kinanthi; 14) mijil; 15) sinom; 16) dhandhanggula; 17) gambuh; 18) asmarandana; 19) megatruh; 20) kinanthi; 21) sinom; 22) pangkur; 23) durma; 24) mijil; 25) dhandhanggula; 26) asmarandana; 27) durma; 28) pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.13-NR 385
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>