Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagoes P. Wiryomartono
Jakarta : Balai Pustaka, 2002
711 BAG u (1);711 BAG u (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Menno, S.
Jakarta: Rajawali, 1992
306 MEN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aufa Nibras Kautsar
"Loji merupakan gedung besar atau kantor atau benteng pada masa kolonial atau masa penjajahan Belanda di Indonesia. Loji penting dikaji secara arkeologis karena merupakan salah satu bangunan kolonial Belanda yang jarang dibahas. Loji pun tersebar di berbagai kota di Hindia Belanda termasuk Batavia. Sebagai bangunan kolonial yang berupa loji, tentu memiliki ciri khas yang membedakan dengan bangunan kolonial lainnya, termasuk perbedaan tata ruang dan tata bangunan. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tata ruang dan tata bangunan gedung loji Adhuc Stat yang merupakan salah satu loji di Batavia. Penelitian bertujuan untuk memetakan pola struktur ruang agar dapat menentukan distribusi fungsi ruang serta mengetahui material penyusun konstruksi bangunan dan elemen lainnya yang dapat digunakan untuk upaya konservasi dan restorasi bangunan agar tetap sesuai dengan kondisi aslinya. Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa metode penelitian kualitatif dalam kajian bangunan kolonial yang terdiri dari tahap perumusan data, pelaksanaan data, pengumuplan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data. Berdasarkan dari hasil pembahasan, pola tata ruang loji Adhuc Stat berupa pola hierarki dan pola konfigurasi L yang menyesuaikan ruangan berdasarkan fungsinya, korelasi antar ruang, skala dan proporsi yang disesuaikan dengen fungsi, serta orientasi yang memperhatikan sirkulasi udara dan pencahayaan, semuanya berkontribusi pada efisiensi dan kenyamanan bangunan. Tata bangunan loji Adhuc Stat menggunakan material yang hampir sama dari masa lalu hingga masa kini serta konsistensi geometri massa dan tingkatan lantai bangunan yang terbagi menjadi dua lantai memperlihatkan kelestarian dan adaptabilitas bangunan loji dari masa kolonial hingga saat ini.

Lodge is a large building or office or fort during the colonial period or Dutch colonization in Indonesia. Lodge is important to study archaeologically because it is one of the rarely discussed Dutch colonial buildings. Lodges were scattered in various cities in the Dutch East Indies including Batavia. As a colonial building in the form of a lodge, it certainly has characteristics that distinguish it from other colonial buildings, including differences in spatial layout and building layout. The formulation of the problem in this research is how the spatial and building layout of the Adhuc Stat lodge building which is one of the lodges in Batavia. The research aims to map the spatial structure pattern in order to determine the distribution of space functions and to find out the building construction materials and other elements that can be used for conservation and restoration efforts to keep the building in accordance with its original condition. The method used in this research is a qualitative research method in colonial building studies which consists of the stages of data formulation, data implementation, data collection, data processing, data analysis, and data interpretation. Based on the results of the discussion, the spatial pattern of the Adhuc Stat lodge is in the form of a hierarchical pattern and L configuration pattern that adjusts the room based on its function, correlation between spaces, scale and proportions that are adjusted to the function, and orientation that pays attention to air circulation and lighting, all of which contribute to the efficiency and comfort of the building. The layout of the Adhuc Stat lodge building uses almost the same materials from the past to the present and the consistency of the mass geometry and floor levels of the building, which is divided into two floors, shows the preservation and adaptability of the lodge building from the colonial period to the present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Nurzaifie
"Rumah tinggal kolonial Manggarai merupakan salah satu objek kolonial yang memiliki nilai sejarah tinggi dan menarik untuk diteliti karena telah berusia lebih dari satu abad. Kompleks rumah tinggal kolonial di Manggarai mulai dibangun pada tahun 1918 dan dipimpin oleh arsitek dari Belanda bernama Ir. J. Van Gendt. Meski demikian, penelitian mengenai kompleks kolonial tersebut masih belum banyak dilakukan. Berdasarkan objek penelitian yang berjumlah delapan rumah, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dianalisis, yaitu bagaimanakah bentuk dan gaya arsitektur serta pola ruang rumah-rumah tinggal kolonial di Manggarai dan juga apakah terdapat pengaruh tradisional pada unsur-unsur hunian rumah tinggal kolonial Manggarai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap penafsiran data. Hasil analisis dari penelitian ini diantaranya adalah terdapat enam gaya bangunan yang mempengaruhi bangunan rumah tinggal kolonial Manggarai dan terdapat pola ruang yang dijadikan acuan dalam pembangunannya. Selain itu, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh tradisional, khususnya di wilayah setempat, yaitu rumah adat Betawi pada rumah tinggal kolonial Manggarai.

Manggarai colonial residential houses are notable colonial artifacts with significant historical value and are intriguing subjects for research, having stood for over a century. The colonial residential complex in Manggarai began construction in 1918 under the direction of Dutch architect Ir. J. Van Gendt. However, research on this colonial complex remains sparse. Based on the research objects, consisting of eight houses, several issues can be analyzed: what are the architectural styles and layout configurations of the Manggarai colonial residential houses, and is there any traditional influence on the elements of these colonial houses? This study employs an archaeological research method divided into three stages: data collection, data processing, and data interpretation. The analysis results indicate that six architectural styles influenced the Manggarai colonial houses and that a specific spatial configuration guided their construction. Additionally, the study reveals traditional influences, particularly from the local Betawi traditional houses, on the Manggarai colonial residential houses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
S. Pamudji
Jakarta: Bina Aksara, 1985
351.818 PAM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
McAuslan, Patrick
Jakarta: Gramedia, 1986
333.77 MAC t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Engelbert, Richard
"ABSTRAK

Perpindahan dari satu titik ke titik lain biasa kita kenal dengan istilah mobilitas. Kegiatan berjalan kaki sebagai sarana mobilitas yang telah kita kenal sejak lama membutuhkan perhatian agar kelangsungannya dapat berjalan dengan baik. Mempercepat mobilitas berarti mempercepat pergerakan dengan cara mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Dalam konteks berjalan kaki, pengurangan waktu tempuh atau peningkatan mobilitas dapat dicapai dengan adanya permeabilitas suatu lingkungan terhadap aktor-aktor pergerakan yang adalah pejalan kaki itu sendiri. Permeabilitas lingkungan diciptakan dari faktor-faktor seperti konektivitas dan aksesibilitas. Dalam arsitektur, permeabilitas tercipta dari hal-hal fisik yang ada disuatu kawasan dan hal non fisik yaitu kenyamanan dari manusia itu sendiri. Skripsi ini akan mengulas tentang apa-apa saja yang seharusnya ada dalam suatu kawasan kota agar kota itu dapat bersifat permeabel bagi pejalan kaki khususnya di kawasan perkotaan dimana cenderung terjadi banyak aktivitas berjalan kaki. Lokasi penelitian berada di dua kawasan berbeda dengan harapan dapat terlihatnya perbedaan dalam hal permeabilitas pejalan kaki oleh perbedaan kondisi fisik yang terdapat di masing-masing kawasan.


ABSTRACT

We have known mobility as an activity that requires movement from one point to another. Activity of moving on foot as a primary mobility choice requires no less attention so that it may go well in practice. To increase mobility means to increase speed of human movement by reducing the time needed for movement from one point to another. In context of walking, reduction of such time or an increase of mobility can be reached by an existence of permeability in a neighborhood toward actors of movement whom we have known as the pedestrian. Permeability of a neighborhood is also formed by factors such as connectivity and accessibility. In architectural context, permeability is formed by physical things that are inside the neighborhood and also by non-physical factor which is the feeling of cozyness that a pedestrian can get from within the place itself. This undergraduate thesis is going to discuss about what should probably exist inside a neighborhood of a city so that the place can be permeable for pedestrian movement especially in a neighborhood where activity of movement/mobility is more likely to happen. Location of study is two different neighborhoods in hope that factors affecting pedestrian permeability will be more obvious by difference of physical condition within each respective neighborhood.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismani
Malang: PPIIS Unibraw, 1991
307.76 ISM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985
309.2 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>