Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161273 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johanes Donny Bima Herdjoeno
"Perkembangan rights issue di pasar modal Indonesia yang dimulai pada tahun 1989 semakin tahun terakhir ini. Pemahaman mengenai rights
issue merupakan salah satu tujuan skripsi ini. Sedangkan melalui studi lapangan, skripsi ini bertujuan meneliti pengaruh rights issue terhadap kinerja harga saham sekaligus menguji efisiensi bentuk setengah kuat pada Bursa Efek Jakarta. Studi kepustakaan dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui landasan teoritis dari rights issue dan efisiensi pasar. Pengaruh rights isssue terhadap kinerja harga saham diteliti melalui suatu event study di sekitar minggu pengumuman dan minggu terjadinya ex-right. Penelitian ini mengambil sampel saham-saham yang melakukan rights issue di lingkungan Bursa Efek Jakarta pada periode Januari - 0ktober 1994. Dalam mengestimasi imbalan normal saham digunakan tiga buah metode, yaitu: Market Adjusted Return Method, Simple Market Model, dan AC Method-Market Model. Hasil penelitian dengan ketiga metode menunjukkan bahwa meskipun terdapat imbalan abnormal rata-rata yang signifikan sebelum tanggal pengumuman namun tidak terdapat indikasi yang menunjukkan antisipasi pasar terhadap informasi akan adanya right issue. Setelah tanggal pengumuman didapati adanya suatu reaksi positif dari pasar terhadap pengumuman rights issue selama enam minggu yang ditunjukkan adanya imbalan abnormal rata-rata yang positif walaupun nilainya tidak signifikan. Reaksi positif ini kemudian diikuti adanya penurunan nilai imbalan abnormal rata-rata hingga satu minggu sebelum akhir masa pengamatan yang diperkirakan karena setelah saham memasuki masa masa exright terjadi koreksi harga yang tajam sehingga mengakibatkan adanya abnormal loss yang signifikan. Adanya imbalan abnormal yang signifikan pada minggu ex-right serta abnormal loss yang signifikan pada beberapa minggu setelah minggu pengumuman dan minggu ex-right menunjukkan bahwa Bursa Efek Jakarta belum memasuki efisiensi pasar bentuk setengah-kuat. Penelitian efisiensi pasar modal hendaknya diperkuat oleh penelitian-penelitian sejenis dengan perbaikan pada jumlah sampel dan metodologi penelitiannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S18853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangeran Banjarnahor
"Peningkatan hasil survei inklusi keuangan sektor pasar modal tidak diiringi dengan naiknya indeks literasi keuangan. Berdasarkan tesis Lennart J.P. van Loo & Jonathan Molander, pada tahun 2020, passive investing unggul dibandingkan active investing, dan sejalan dengan hal tersebut, Arthur J. Keown mengungkapkan dividend investing dapat digunakan untuk akumulasi kekayaan. Dalam jangka pendek, dividend investing dapat dijadikan solusi metode investasi terhadap masyarakat yang masih memiliki indeks literasi keuangan yang rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia, yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sample penelitian adalah 107 perusahaan yang secara rutin membagikan dividen tunai selama periode 2018 - 2022. Penelitian juga dilakukan dengan meninjau kategori sample high, dan sample low berdasarkan ukuran perusahaan. Ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan positif pada keseluruhan kategori adalah profitability. Sedangkan variabel liquidity berpengaruh signifikan positif pada keseluruhan sample dan sample low. Variabel growth berpengaruh signifikan positif pada kategori sample high, dan variabel firm’s size berpengaruh signifikan positif pada sample low.

The increase in financial inclusion survey results in the capital market sector is not supported along with the increase in the financial literacy index. Based on the thesis of Lennart J.P. van Loo & Jonathan Molander, in 2020, passive investing is superior to active investing, and in line with this, Arthur J. Keown revealed that dividend investing can be used for wealth accumulation. In the short term, dividend investing can be used as an investment method solution for people who still have a low financial literacy index.
This study aims to determine the financial performance of companies on the Indonesia Stock Exchange, which affects dividend policy. The research sample is 107 companies that regularly distribute cash dividends during the period 2018 - 2022. Research was also conducted by reviewing the high sample category, and low sample based on company size. It was found that the variable that had a significant positive effect on the entire category was profitability. Meanwhile, the liquidity variable has a significant positive effect on the entire sample and sample low. The growth variable has a significant positive effect on the sample high category, and the firm's size variable has a significant positive effect on the sample low.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvinia Cristovalin Paat
"Penyelenggara Pasar Alternatif (PPA) adalah suatu sistem perdagangan di luar bursa yang baru diperkenalkan melalui POJK No. 8/POJK.04/2019 untuk mengakomodasi perdagangan efek bersifat utang dan/atau sukuk di luar bursa dengan regulasi yang relatif minim terkait prinsip keterbukaan. Adapun transparansi pasar merupakan elemen penting pada pasar modal karena dapat mempengaruhi integritas pasar dan kepercayaan investor terhadap pasar. Meskipun begitu, meregulasi penerapan dari prinsip keterbukaan tidaklah mudah sebab harus mempertimbangkan beberapa faktor yang berkaitan dengan transparansi, di antaranya yaitu pembentukan harga, likuiditas pasar, dan disrupsi pasar. Di Uni Eropa, regulasi atas Multilateral Trading Facility (MTF) dan Organized Trading Facility (OTF) mengenal pengecualian terhadap kewajiban keterbukaan informasi pada transparansi pra-perdagangan atas informasi-informasi tertentu yang dinilai dapat mengancam likuiditas pasar. Oleh karena itu, skripsi ini akan membahas dan menganalisis mengenai penerapan dari prinsip keterbukaan pada PPA di Indonesia dengan perbandingannya kepada regulasi MTF dan OTF di Uni Eropa. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif yang didukung oleh studi kepustakaan dan wawancara narasumber untuk mengumpulkan data. Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah regulasi mengenai prinsip keterbukaan pada PPA di Indonesia masihlah minim dalam mengakomodasi risiko pasar yang berkaitan dengan keterbukaan informasi apabila dibandingkan dengan regulasi pada MTF dan OTF di Uni Eropa. Oleh sebab itu, disarankan bagi regulator di Indonesia untuk dapat membuat peraturan yang menerapkan level keterbukaan informasi yang beragam dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keadaan pasar.

Alternative Market Organizer (PPA) is a trading venue outside of exchange that is newly introduced by POJK No. 8/POJK.04/2019 to accommodate debt securities and/or sukuk trading with a relatively minimum provision regarding disclosure principle. Market transparency is a principal element in the capital market because it affects market integrity and investors’ confidence with the market. However, regulating the implementation of disclosure principle can be challenging because there are various factors related to transparency to consider, such as price discovery, market liquidity, and market disruption. In European Union, regulations regarding Multilateral Trading Facility (MTF) dan Organized Trading Facility (OTF) acknowledge waivers concerning disclosure obligation upon pre-trade transparency for MTF and OTF if disclosing certain information can potentially harm the market liquidity. This thesis will discuss and analyze the implementation of disclosure principle of PPA in Indonesia and in comparison to regulations regarding disclosure principle that are implemented for MTF and OTF in European Union. The research method used in this thesis is juridical-normative supported by literature studies and interview to collect data. This study concludes that provisions in Indonesia concerning disclosure principle in PPA is still minimal in accommodating market risks related to information disclosure when compared to regulations on MTF and OTF in the European Union. Therefore, it is recommended for regulators in Indonesia to be able to make regulations that apply various levels of disclosure by taking into account market needs and conditions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Antonius Torang Parulian
"ABSTRAK
Trading mechanism used in every stock exchange will influence the price determination. The tick size policy is one of trading rule mechanism, which will shift market behavior toward price determination. Tick size is the minimum price change in regular market. Jakarta Stock Exchange is an exchange, which implements order - driven market environment. Management of Jakarta Stock Exchange has changed the tick size policy twice during year 2001. The first change was done in July, 2001, which is to reduce the tick size nominal from Rp 25 to Rp 5. The second change, started in October 2001, is to implement the multi tick size policy, and the tick size used are Rp 5, Rp 25 and Rp 50 applies to any stocks according to their category.
When tick size was reduced in the first change, market react negatively to the implementation of Rp 5 tick size. In response to negative reaction, Management of Jakarta Stock Exchange implements the multi tick size policy, with the purpose of increasing market liquidity and reducing volatility.
Market liquidity is quite difficult to be defined, however, to common investors, one stock is said to be liquid, if they could sell the stock easily at their convenient price and time. The research conducted in this thesis, observe the impact of multi tick size policy toward market liquidity. Indicators used in this research to observe market liquidity are market spread, market depth and trading volume.
Result of this research shows that the policy of multi tick size is effective and efficient for low and medium price of stocks especially for indicators market depth and trading volume. However, for high price stock the policy is not effective, since tick size is not one of the factor, which influence any indicators for high price stocks.
"
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ali Ridwan
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya volatility spillover antara harga minyak dengan lima saham sektoral, yaitu sektor basic material, sektor financial, sektor consumer service, sektor telecommunication, dan sektor oil & gas. Penelitian ini dirancang untuk melihat volatility spillover tersebut di Indonesia, Singapura, Korea, dna Hongkong. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat keterkaitan antar pasar saham di Indonesia, Singapura, Korea, dan Hongkong. Model penelitian ini menggunakan model multivariate BEKK GARCH yang dikembangkan oleh Kroner dan Engle(1995).

This research is conducted to analyzing the volatility transmission between crude oil five stock sector, which are basic material, financial, consumer service, telecommunication, and oil & gas. This research take a sample of volatility transmission in Indonesia, Singapura, Korea, and Hong Kong. This research also want to know market interdependence between those four country. I use model multivariate BEKK GARCH which developed by Kroner and Engle (1990)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marthin Palolo T.P.H.
"ABSTRAK
Krísis yang sedang dialamj Indonesia teiah memberikan implikasi yang cukup
berat bagi setiap perusahaan terutama untuk memperoleh pembiayaan hutang
perbankan dalaim rangka ekspansi perusahaan. Sedangkan bila ekspansi tidak dilakukan
maka perusahaan tidak akan mampu mempertahankan pertumbuhan penjualan dan dapat
kalah dalam persaingan yang semakin meningkat. Oleh sebab itu PT Kimia Farma telah
melakukan penawaran umum sahamnya kepada publik untuk memperoieh dana
masyarakat sebagai alternatíf selain pembiayaan hutang. Namun konsekuensi dan atas
tindakan perusahaan tersebut adalah perusahaan harus membenkan informasi perusahan
kepada publik secara transparan.
Pasar modal sebagai salah satu alternatif investasi bagi investor juga menawarkan
keuntungan seiring dengan resiko yang melekat pada wahana investasi ini. Semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan seorang investor maka semakin tinggi pula resiko
yang harus dihadapinya. Untuk itu seorang investor yang bijaksana akan melakukan
analisis yang matang sebelurn mengambil keputusan membeli, menaban atau menjual
suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis
fundamental.
Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis
perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada, dan analisis perusahaan.
Analisis makro diantaraflYa membahas analisis terhadap vanabel-vartabel perekonornían
makro, seperti pertumbuhifl ekonomi, kebijakan moneter dan fiskal, inflasi, dan tingkat
suku bunga. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
anaiisis five force (Porter,I9» yaitu melihat kekuatan-kekuatan yang akan mengancam
prolitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan
kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaafl di
masa yang akan datang. Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain analists
terhadap laporan keuangan, strategi perusahaan, dan penghitungan nilai intrinsik saham
dengan menggunakan Free Cash Flow to The Firm Model.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan Free Cash Flow ?o The
Firm Model, diperoleh indikasi nilai intrinsik saham sebesar Rp 281,00 per lembar saham
dengan kisaran nilai antara Rp 119,00 hingga Rp 605,00 per lembar saham. Selanjutnya
investor membandingkan indikasi nilai ini dengan harga pasar saham tersebut untuk dapat
menentukan apakah harga tersebut undervalued atau overvalued. Tetapi dengan
berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastiafl, kesimpulan tersebut
dapat saja berubah. Hal ini disebabkan proyeksi yang dibuat sudab tidak sesuai lagi dengan
kondisi yang terjadi sehingga kesimpulan akhir yang diperoleh dapat berubah.
"
2001
T5523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunieta Anny
"Perkembangan pasar modal sejak tahun 1977 hingga scat ini terjadi karena dukungan semua perangkat pasar modal. Salah satu dukungan yang penting adalah dukungan pemerintah melalui UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal pasal 86 ayat 1, menyatakan bahwa emiten harus melaporkan peristiwa material yang akan mempengaruhi harga saham selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 setelah peristiwa tersebut, kepada masyarakat dan BAPEPAM. Adanya keterbukaan informasi ini menyebabkan harga saham akan cepat dan secara penuh mencerminkan nilai informasi yang diumumkan emiten. Uji terhadap seberapa cepat dan seberapa penuh harga saham mencerminkan informasi yang dipublikasikan oleh emiten disebut dengan uji efisiensi pasar modal. Uji efisiensi pasar modal telah dilakukan oleh banyak periset baik dari luar ataupun dalam negeri, hal ini dikarenakan semakin efisiennya suatu pasar modal maka nilai suatu perusahaan makin mencerminkan informasinya sehingga investor akan melakukan investasi pada saham yang memiliki nilai yang baik. Event study adalah teknik empiris riset keuangan yang memampukan peneliti menemukan dampak event-event pada tingkat pengembalian saham perusahaan sehingga dapat mengetahui efisiensi suatu pasar. Informasiinformasi itu dapat berupa informasi dari dalam perusahaan (internal) dan/atau dari luar perusahaan (external). Pengumuman stock split adalah kebijakan perusahaan publik untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan cara membagi saham kedalam perbandingan tertentu yang diikuti dengan penurunan harga sesuai perbandingan tersebut dengan harapan akan meningkatkan kelikuidan saham tersebut. Pengumuman stock split merupakan event yang jarang diteliti terutama dalam jurnal-jurnal dalam negeri. Berdasarkan hal tersebutlah maka tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai berapa besar signifikansi tingkat pengembalian abnormal pada periode penelitian saham-saham yang melakukan stock split pada tahun 1998 - 1999 dan bagaimana dampaknya terhadap efisiensi BEJ. Sampel penelitian sebanyak 15 emiten yang mengumumkan stock split pada tahun 1998 - 1999 dengan kriteria likuid, bertujuan menghindari adanya thin trading (perdagangan yang berfrekuensi rendah) agar dampak suatu event dapat segera dilihat. Metodologi penelitian adalah metode matematis event study Fama, Fisher, Jensen, dan Roll (1969) yang pertama kali menguji efek dari stock split pada harga saham. Metode ini terdiri dari dua tahap perhitungan, yaitu mencari tingkat pengembalian abnormal (AR-Abnormal Return) pada periode penelitian (lima hari sebelum hingga lima hari setelah tanggal pengumuman) dan mengakumulasikannya untuk dapat melihat trend pergerakan CAR (Cumulative Abnormal Return). Untuk mendapatkan tingkat pengembalian abnormal saham, maka harus diketahui terlebih dahulu bagaimana model pembentukan tingkat pengembalian normal dari periode estimasi (100 hari sebelum periode penelitian). Model tingkat pengembalian normal akan memakai market model (Single Index Market Model) Fama et al. dan akan disesuaikan dengan kondisi BEJ yaitu dengan menambah faktor lain yaitu return kurs dollar dalam model yang disebut Multifactor Index Market Model. Setelah AR dan CAR didapat, maka dilakukan uji hipotesis kesignifikansian apakah AR dan CAR mendekati nol atau tidak dengan tingkat signifikansi 10% dan uji dua arah. Hasil penelitian terhadap grafik trend AR dan CAR serta hasil permodelan empiris agregat keseluruhan saham dan klasifikasi sektor-sektor industri menunjukkan tingkat pengembalian abnormal yang signifikan sebelum hingga setelah tanggal pengumuman. Adanya tingkat pengembalian abnormal yang signifikan ini disebabkan karena adanya informasi yang asimetris sehingga pasar berespon lambat terhadap kejadian pengumuman stock split dan adanya harapan bahwa pengumuman stock split akan meningkatkan kelikuidan harga saham sehingga meningkatkan market value pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa BEJ pada tahun 1998 -1999 belum berbentuk setengah kuat. Hasil peneltian ini mengindikasikan bahwa seharusnya pelaku pasar modal mendukung terjadinya efisiensi di BEJ baik dengan keterbukaan informasi dari pihak emiten, penyebaran informasi yang merata, ataupun peningkatan competitiveness analisa-analisa dari para manajer investasi pada masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S19302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Althaf Yoga Dana Aristodemos
"Penegakan terhadap kejahatan pasar modal di Indonesia masih sangatlah lemah. Fakta dari lemahnya penegakan ini adalah sudah lebih dari 20 tahun, belum ada satupun tindak pidana pasar modal yang berhasil masuk ke ranah persidangan. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan juga Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka OJK dan juga Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan pasar modal di Indonesia. Adapun tugas pengawasan yang diemban oleh OJK meliputi pemeriksaan dan juga penyidikan terhadap pelanggaran-pelanggaran dan juga dugaan kejahatan pasar modal yang mungkin terjadi, sedangkan tugas pengawasan yang diemban oleh BEI merupakan tugas untuk mengawasi perdagangan secara langsung, melalui pembuatan peraturan-peraturan BEI yang mengizinkan BEI untuk menetapkan suspensi, memberi sanksi administratif, dan juga menerbitkan Unusual Market Activity (UMA). UMA merupakan pengumuman yang dibuat oleh BEI disaat terdapat suatu efek yang mengalami ketidakwajaran dalam aktivitas perdagangannya. Dalam penelitian ini, Penulis menganalisis peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum kedua jenis pengawasan tersebut, dan menemukan korelasi di antara keduanya berupa unsur UMA yang identik dengan sinyal-sinyal terjadinya kejahatan pasar modal. Penulis juga menganalisis mengapa sebuah UMA tidak bisa dinyatakan sebagai kejahatan pasar modal, beserta analisis mengenai kasus diterbitkannya UMA yang diikuti oleh sanksi Kejahatan Pasar Modal.

The enforcement of laws regarding prevention of capital market crimes in Indonesia is staggeringly low. This is supported by the fact that there has been no case regarding capital market crime that has been bought to the court of justice in over 20 years. As an effort to combat these practices, several laws and regulations are made, these are Law Number 8 of 1995 concerning Capital Market and Law Number 21 of 2011 concerning Otoritas Jasa Keuangan (OJK). These regulations allow \several institutions to regulate and supervise the securities trade, two of which are the Otoritas Jasa Keuangan (OJK) and the Indonesia Stock Exchange (BEI). The supervisory duties carried out by the OJK include examination and investigation of administrative violations as well as allegations of capital market crimes that may occur, whereas the supervisory duties carried out by the BEI involves supervising the securities trade through the regulations issued by BEI, which allows them to suspend trades, hand out administrative sanctions, and also publish Unusual Market Activities (UMA). UMA is an announcement made by BEI in the case of an abnormality is detected in the trade activities of a particular stock or instrument. In this research, the author analyzed the regulations regarding both of these supervisory functions, and found the correlations between the two, in the form of similarities between the indicator of UMA and the signals of capital market crime activity. This research also analyzed why an UMA can not be stated as a practice of capital market crime, through the analysis of a case in which a formal UMA is announced, followed by a sanction from OJK regarding capital market crimes."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Irman Robinson
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S19316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Sarnoto
"Investasi dalam bentuk saham mempunyai risiko tinggi karena harga saham sangat peka terhadap banyak faktor, baik faktor eksternal maupun internal perusahaan. Dalam melakukan analisis untuk memutuskan investasi suatu jenis saham Investor perlu menganalisis risiko (risk) yang dihadapi dan keuntungan (return) yang diharapkan. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis fundamental yang mencoba memperkirakan harga saham dengan memperkirakan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Penelitian dalam Tesis ini bertujuan untuk menguji pengaruh Tingkat Profitabilitas yang diukur dengan Earning per share (EPS), Leverage Keuangan yang diukur dengan Debt to equity ratio (DER) dan Pertumbuhan harga Saham yang diukur dengan Price earning ratio (PER) sebagai variabel bebas terhadap Return saham sebagai variabel terikat. Return adalah pendapatan atau hasil investasi yang dilakukan oleh Investor, EPS merupakan perbandingan antara Laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar, DER merupakan perbandingan antara Jumlah kewajiban dengan Jumlah Modal Sendiri dan PER merupakan perbandingan antara harga saham terhadap Laba bersih per lembar saham.
Penelitian dalam Tesis ini dilakukan terhadap 215 Perusahaan sahamnya yang telah listing di Bursa efek Jakarta dengan rentang waktu penelitian dari bulan Januari 1995 sampai dengan Desember 1996. Untuk menguji penggaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Berganda sedangkan untuk menguji penggaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Tunggal. Data diolah dengan menggunakan Program Komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10. Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi dengan menggunakan metode enter (full regression). Selanjutnya untuk menentukan model regresi dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen secara rinci satu persatu digunakan analisis Regresi dengan metode Stepwise.
Hasil Penelitian dengan menggunakan metode enter menunjukkan bahwa secara bersama-sama EPS,DER dan PER berpengaruh terhadap Return Saham. Namun dengan metode Stepwise di antara tiga variabel babas yang diduga mempengaruhi return, ternyata hanya variabel EPS yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam rentang waktu penelitian EPS berpengaruh signifikan terhadap Return saham dan sebaliknya DER dan PER tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para Investor yang melakukan analisis fundamental dalam menentukan Investasi saham sebaiknya memperhatikan EPS dari Perusahaan yang sahamnya hendak dibeli, karena terbukti kenaikan EPS akan mengakibatkan kenaikan Return dalam satuan tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>