Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108997 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrianti
"Dengan makin berkembangnya perusahaan-perusahaan jasa, makin dibutuhkan suatu alat penqukuran kinerja yang lebih kuantitatif/lebih bisa diukur. Karena pada dasarnya, seberapa bagus pelayanan sangat subyektif dan sulit diukur, sehingga jarang orang menciptakan patokan untuk pengukuran. Yang ada selama ini, biasanya adalah pengukuran yang ditujukan untuk produk-produk selain jasa. Karena itu dicoba untuk menggunakan suatu metode pengukuran kualitas pelayanan pasa RS MMC. Dalam skripsi, dicoba untuk diterapkan suatu model pengukuran kualitas pelayanan yang diusulkan oleh Parasuraman, dkk., yang disebut analisa gap. Dimana menurut mereka, kualitas pelayanan, secara keseluruhan, adalah perbedaan antara harapan dan persepsi konsumen (gap 5). Dan gap 5 adalah fungsi dari gap 1-4 yang melibatkan manajemen serta bagaimana peqawai menyampaikan apa yang dipersepsikan oleh manajemen tentanq keinqinan konsumen pada pelayanan yang diberikan. Untuk menghitung perbedaan antara harapan dan persepsi konsumen, digunakan kuesioner yang mengandung 5 dimensi. Di mana kelima dimensi itu, menurut Parasuraman adalah faktor-faktor yang biasanya diqunakan oleh konsumen dalam menilai kualitas pelayanan. Bila ternyata didapat angka negatif (gap 5), Baru dicari penyebabnya dari segi manajemen maupun pegawai melalui gap 1-4. Dari penelitian, diperoleh hasil bahwa secara garis besar, perceived service quality berdasarkan responden, adalah -0.30742. Atau bila dirinci menurut dimensinya, yang memiliki nilai tertinggi adalah empathy diikuti tangible, responsiveness, kemudian assurance dan reliability. Secara lebih jauh kemudian diteliti mengapa terjadi nilai yang negatif tersebut. Ternyata terjadi gap 3, yaitu service delivery gap yang mengisyaratkan adanya perbedaan spesifikasi kualitas pelayanan dengan kinerja dalam produksi dan proses penyampaian jasa. Sebabnya antara lain, adalah adanya persaingan yang mengakibatkan sulitnya mencari tenaga yang berpengalaman, dan tidak memadainya lagi reward yang diterima, karena RS lain menawarkan yang lebih tinggi. Juga perlu diwaspadai subyektivitas atas penilaian kinerja meski sistem penilaiannya sudah bagus. Sebab lain adalah kurang adanya penekanan atas kriteria yang ada dalam penilaian kinerja, semua kriteria dianqgap penting. Selain itu terjadi juga gap 2, yaitu spesifikasi kualitas pelayanan yang tidak konsisten dengan persepsi manajemen tentang harapan konsumen. Sebabnya kurang adanya penghargaan lebih baqi tingkat manajerial yang melakukan usaha peningkatan pelayanan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pada dasarnya pelayanan di rumah sakit ini cukup baik, namun masih bisa ditingkatkan dengan lebih banyak program-program dari manajemennya yang berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan. Misalnya, penekanan pada unsur tertentu (satu atau dua unsur) yang ada dalam kriteria penilaian kinerja pegawai, maupun tingkat manajerial. Sehingga mereka jelas akan arah dan tujuan rumah sakit. Tentunya didukunq dengan reward bagi mereka yang memberikan performance yang memuaskan, yang pada akhirnya akan dapat merangsang pegawai untuk memuaskan pasiennya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Mahyenny
"Evaluasi Strategi Bauran Pemasaran Berdasarkan Sasaran Pasar yang Dipilih: Studi Kasus pada Lembaga Kursus Bahasa Inggris Eloquence; viii + 112 him; 1993; 10 tabs', 4 gambar. Bibl. 15 (1971 - 1993) UDC Kondisi persaingan untuk produk jasa kursus bahasa lnggris, terutama untuk wilayah Jakarta Barat cukup tinggi, sehingga perlu dijalankan suatu strategi pemasaran yang tepat dan terarah sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan atau untuk memenangkan persaingan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui segmen-segmen pasar yang berpotensi bagi perkembangan usaha jasa kursus bahasa Inggris dan mengevaluasi apakah strategi bauran pemasaran yang dijalankan sesuai dengan segmen pasar yang dipilih untuk dilayani. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan, observasi penulis secara langsung pada objek yang diteliti serta penelitian kepustakaan dan pengumpulan data dari instansi yang terkait. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara umum strategi bauran pemasaran yang dijalankan perusahaan sudah cukup tepat dan sesuai dengan pasar yang dilayaninya. Namun sejauh ini efektifitas strategi bauran pemasaran tersebut baru sebatas untuk wilayah di sekitar lokasi perusahaan, sehingga perusahaan perlu lebih menekankan strategi communication dan promotion mix untuk menambah efektifitas strategi bauran pemasaran lainnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Annisa Firdaus
"Indikator Standar Pelayanan Minimal waktu tunggu pelayanan obat pada di depo farmasi rawat jalan RSUD Koja belum mencapai standar. Selisih terbesar antara pencapaian dengan standar terjadi pada pelayanan obat jadi pasien BPJS. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan dengan pendekatan Lean Six Sigma. Jenis penelitian ini adalah operational research dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan rata-rata waktu tunggu adalah 1 jam 21 menit 48 detik dengan kegiatan value-added sebesar 7,40% dan non- value-added sebesar 92,60%. Kategori waste terbesar ada pada kategori waiting, dan disusul oleh kategori lainnya yaitu motion, defects, overprocessing, human potential, dan inventory. Proses yang menjadi bottleneck adalah proses persiapan obat. Akar penyebab utama pada bottleneck yang dianalisis dengan fishbone adalah kategori man.
Usulan perbaikan terdiri dari realisasi perhitungan beban kerja, 5S, standarisasi pekerjaan, visual management, kaizen, perbaikan sistem, counter nomor antrian obat, perluasan ruangan, serta poli cepat dan perubahan layout. Dari usulan perbaikan, didapatkan hasil future state map yang menunjukkan waktu tunggu mengalami penurunan menjadi 49 menit 8 detik dengan value-added sebesar 12,38% dan non-value-added sebesar 87,62%.

The waiting time for medicine services in outpatient pharmacy RSUD Koja has not reached the standard. The biggest difference between achievement and standard occurs in the service of noncompounding medicine for BPJS patients. This study was conducted to analyze the waiting time of outpatient medicine services using Lean Six Sigma approach. This research is operational research with qualitative and quantitative approaches.
The results of this research that the average of waiting time is 1 hour 21 minutes 48 seconds with 7.40% of value-added and 92.49% of non-value-added. The biggest waste category is waiting, followed by other categories, such as motion, defects, overprocessing, human potential, and inventory. The bottleneck of medicine service is the process of medicine preparation with the root cause of problem using fishbone diagram is man category.
The suggestion for process improvements consist of realization of workload calculations, 5S, standardization of work, visual management, kaizen, software repairs, machine for queue number, room expansion, poli cepat and layout changes. Based on that suggestions, future state map results show that waiting time decreased to 49 minutes 8 seconds with 12.38% of value-added and 87.62% of non-value- added.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniana
"Kualitas pelayanan dari suatu rumah sakit adalah salah satu faktor yang akan membuat pasien atau pelanggan untuk datang kembali berobat atau bahkan meninggalkannya seumur hidupnya. Semakin banyak rumah sakit kini bersaing untuk mendapatkan pelanggan di pasar dan kualitas manajemen customer driven kini menjadi metode yang dipilih untuk meningkatkan kualitasnya. Instrumen SERVQUAL memiliki 5 dimensi yang mengukur 25 pasang pernyataan. Satu pasang pernyataan dari tiap pasang merefleksikan persepsi, sedangkan yang lainnya merefleksikan harapan.
Pengukuran dilakukan dengan melakukan substraksi harapan pelanggan dari persepsi yang dituangkan dari hasil persepsi mereka terhadap suatu mutu pelayanan. Nilai nol atau positip akan merefleksikan kualitas pelayanan yang ideal atau pelayanan yang tepat. Sedangkan jika skornya negatif akan mengindikasikan bahwa pelayanan yang diberikan tidak memenuhi harapannya. Menggunakan kuesioner SERVQUAL akan didapatkan hasil-hasil dari penelitian dari tiap-tiap dimensi secara obyektif. Sejumlah pertanyaan penelitian dapat dipergunakan untuk melakukan investigasi atas area permasalahan yang akan diteliti.
Penelitian ini akan mengukur perbedaan (gap) antara pelayanan yang telah diberikan oleh rumah sakit terhadap harapan dari pelanggan itu sendiri. Dari pengukuran tersebut akan diketahui tingkat kepuasan dan mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Skala pengukuran terdiri dari aspek pelayanan kesehatan yang dibagi menjadi 5 dimensi yaitu : Tangible (fasilitas fisik, peralatan, penampilan staf, dll), Reliability ( kemampuan untuk menunjukan pelayanan prima secara mandiri dan tepat), Responsiveness (keinginan untuk membantu dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan), Assurance (kemampuan petugas untuk memberikan kepercayaan dan menjaga rahasia), Empathy (memberikan lanjutan pelayanan kesehatan secara pribadi).
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional , data dikumpulkan melalui penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner). Sebelum dilaksanakan pengumpulan data, daftar pertanyaan yang telah disusun diberikan kepada 20 orang pasien untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya. 100 (seratus) pasien rawat inap di Rumah Sakit Husada Jakarta diinterview dengan menggunakan kuesioner tersebut. Untuk mengembangkan indikator, data dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon Match Paris Test.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan total jumlah dari gap yang kecil adalah 120, total gap yang kecil lebih besar dari tabel T yaitu 89. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan antara harapan serta kenyataan dari pelayanan yang telah diberikan. Dari penilaian dengan menggunakan Gap Analysis, Kartesius dan Wilcoxon Match Pairs Test antara persepsi dan harapan dari pelanggan/pasien untuk tiap dimensi pelayanan, kinerja dari Rumah Sakit Husada telah memenuhi harapan pelanggan.

The quality of service from a hospital is the number one factor that will either turn a customer/patient away or make one for life. More and more hospitals are competing for greater shares in the market and customer-driven quality management is becoming the preferred method for improving their performance. The SERVQUAL instrument has five dimensions that were measured by 25 pairs of item statements. One statement from each pair reflects perceptions, the other expectations.
Measurement was accomplished by subtracting expectation from perceptions resulting in aservice quality score. Positive or zero scores would reflect ideal or adequate service quality offered by the hospital. A negative score would be indicative of a service experience that did not meet customer expectations. Using the SERVQUAL questionnaire provided, quantifiable reasoning to the research questions in each dimension could be obtained so that precision, objectivity and rigour replaced hunches, experience and intuition as a means of investigating problem areas.
This study will be measured gap between services which has been given from the hospital with the perceived of the patient theirself. From that measured will be known the level of satisfaction and quality of services from this hospital. The scale decomposes the notion of service quality into five constructs as follows: Tangibles (physical facilities, equipment, staff appearance, etc.), Reliability (ability to perform service dependably and accurately), Responsiveness (willingness to help and respond to customer need), Assurance (ability of staff to inspire confidence and trust), Empathy (the extent to which caring individualized service is given).
This study was a cross sectional study, the data was collected through questioner. Before collecting data, questioner was applied to 20 patients to conduct validity and reliability test. One hundreds (100) patients in Husada General Hospital Jakarta were interviewed. To develop the indicators, data was analized by Wilcoxon Match Paris Test. The findings of this study the total amount of small gap is 120, small total gap greater than T table is 89.
The conclusion of this study there is no significancy between perceived and reality of services. From the assesment of Gap analysis, Kartesius and Wilcoxon Match Paris test between Reality and perceived of the patients for each dimension, the performance of Husada General Hospital could be fulfill of patient perceived."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25119
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tasyah Syahriyah Ningsih
"Digitalisasi layanan publik menjadi bentuk konsep inovatif yang diambil pemerintah untuk meningkatkan kualitas layanan publik di Indonesia. Terkhusus dalam bidang kesehatan, pemerintah mencoba menghadirkan e-Health. RSCM sebagai salah satu rumah sakit umum pusat yang memiliki garis vertikal di bawah Kemenkes RI menghadirkan aplikasi RSCMKu sebagai system center layanan kesehatan. Namun, implementasi ini masih menimbulkan beberapa kendala dalam penggunanya, seperti error system, fitur yang belum optimal, masalah integrasi data, dan lain sebagainya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas aplikasi RSCMKu dengan menggunakan perspektif pengguna. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tujuan deskriptif melalui teknik pengumpulan data survei, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori dasar E-Government Quality Theory dengan dasar lima dimensi, yakni ease of use, trust, reliability, content and appearance of information, dan citizen support. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas e-Health pada aplikasi RSCMKu sudah menunjukkan indikator yang baik. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa dari kelima dimensi tersebut, dimensi reliability dan citizen support menjadi dimensi yang mendapatkan penilaian terendah.

Digitalization of public services has become an innovative concept adopted by the government to enhance the quality of public services in Indonesia. Specifically in the healthcare sector, the government is introducing e-Health. RSCM (Cipto Mangunkusumo Hospital), as one of the central public hospitals under the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, has launched the RSCMKu application as a system center for healthcare services. However, the implementation of this application has encountered several issues for its users, such as system errors, suboptimal features, data integration problems, and others. This research aims to analyze the quality of the RSCMKu application from the user's perspective. This study employs a quantitative approach with a descriptive aim, utilizing data collection techniques such as surveys, in-depth interviews, and literature studies. The research is based on the E-Government Quality Theory, focusing on five dimensions: ease of use, trust, reliability, content and appearance of information, and citizen support. The findings of the study indicate that the quality of e-Health in the RSCMKu application shows good indicators. The research also reveals that among the five dimensions, reliability and citizen support received the lowest ratings."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Roswita
"Latar belakang penelitian didasari oleh kebutuhan dan permintaan masyarakat akan pelayanan gawat darurat yang dilihat dan angka pertumbuhan kunjungan pasien ke unit gawat darurat baik di RS Bakti Timah ( + l3,82 %/ tahun ) maupun RSUD Pangkalpinang ( + 42,77%/tahun). Disamping itu letak rumah sakit berada di Pulau kecil sehingga transportasi ke sarana kesehatan yang lebih memadai sangat sulit.
Karena status rumah sakit swasta ( tanpa subsidi ), maka untuk pengembangan satu unit usaha atau investasi diperlukan kajian terlebih dahulu terutama dari aspek keuangan dan asumsi cakupan yang akan dicapai dengan menganalisa faktor-faktor yang akan mempengaruhinya. Faktor tersebut meliputi faktor eksternal yaitu demografi, sosio-ekonomi, fasilitas kesehatan yang ada, angka morbiditas dan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan daerah terutama disektor-sektor yang akan mempengaruhi pelayanan kesehatan. Dan fakor internal yang ada terutama dalam aspek keuangan.
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah rencana pengembangan unit gawat darurat di Rumah Sakit Bakti Timah., yang dapat memenuhi standar Departemen Kesehatan untuk ruma sakit kelas C dapat direalisasikan mengingat investasi untuk pengembangan memerlukan dana yang cukup besar.
Penilaian lebih ditekankan pada aspek ekonomi, dengan cara menghitung Net Present Value ( NPV), Internal Rate of Return ( IRR ), dan Benefit Cost Ratio ( BCR ).
Metode penelitian yang dipakai adaiah evaIuation research yaitu bertujuan untuk menilai suatu rencana program kerja Rumah Sakit, dengan mempergunakan data sekunder 5 tahun terakhir ( trend analysis ), melakukan analisis faktor internal dan eksternal lingkungan RS Bakti Timah.
Dari hasil analisa faktor internal dan eksternal, kebutuhan akan layanan gawat darurat setiap tahunannya meningkat dan sarana bangunan fisik yang ada sudah kurang memadai dilihat dari luas mangan dan letak bangunan.
Setelah dilakukan analisa silang dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan kunjungan ke UGD RSUD menjadi faktor yang ikut dipertimbangkan untuk memproyeksikan kunjungan ke UGD RS Bakti Timah 10 tahun mendatang.
Perencanaan Rumah Sakit dalam pembangunan sarana fisik, peralatan medis dan non medis, pemenuhan kebutuhan tenaga, memerlukan pendanaan ( investasi ) sebesar Rp. 1.323.700.000,-, dana akan didapat dari Rumah Sakit sebesar 70 % dan pinjaman bank sebesar 30 %, dengan suku bunga pinjaman 17 % p.a dan lama pinjaman 4 tahun.
Hasil kajian dari aspek keuangan, maka setelah 10 tahun didapatkan NPV sebesar Rp.2S5.868.000,-, IRR sebesar 21.02 % dan BCR sebesar 1,19. Bila dilihat dari angka-angka diatas, rencana pengembangan UGD di RS Bakti Timah layak untuk dilaksanakan.
Dengan terlaksananya pengembangan tersebut, maka kebutuhan sarana fisik, peralatan dan ketenagaan dapat memenuhi standar yang sudah ditentukan.

Background of these research are based on needs and demands from social communities of the Emergency care services which is shown by the increasing number of patients who visit the Emergency Department Unit, not only at Bakti Timah Hospital (+ 13,82 % / year) but also at Public Hospital of Pangkalpinang ( + 42,77 % / year).
Besides, the location of this hospital is in the small island, so the transportation health facilities are quite difficult to achieve through the better helath facilities are quite difficult to achieve.
Because of the status is a private hospital ( without any subsidy ), so to develop a new unit or have an investment is needed to be studied before, especially from the financial aspect and coverage assumption which are going to be achieved by analyzing the following factors that are influenced.
Those factors are external factor, by demography, social economic, health facilities, morbidity and government policy of developing areas, especially for some factors which are influenced to the health services. And the internal factors that is emphasized in financial aspect.
In this study, the researcher wants to know whether the developing plan for the Emergency Department Unit standard from the hospital typical C to be realized by considering the investment, because it needs a quite big sum of donation.
For detailed examination is more emphasized in economic aspect such as counting the Net Present Value (NPV ), Intemal Rate of Retum ( IRR ), and Benefit Cost Ratio (BCR ).
The research method which used is evaluation research, that is to judge a working plan in the hospital by using secondary data for the last 5 years (trend analysis), also by analyzing the internal and external surrounded environment at Bakti Timah Hospital.
Based on the analyzing result of internal and external factors, the emergency department unit requirement which always increasing yearly and the physical building construction are less to use if it seeing from the room conditions and building placement.
After the cross analyzing had been done by the growth number of society, the growth visiting number to the emergency department unit at Public Hospital becomes one of the most important factor to be considered for the growth future visiting number to the emergency department unit at Bakti Timah Hospital in ten years ahead.
The hospital plan site for physical establishment , medical and non medical equipment, qualified skill requirement, it needs fund around Rp.1.323.700.000,-. The fund will be achieved from the hospital around 70 % and bank loan around 30 % by the bank interest 17 % p.a, and the length of the loan is 4 years.
Result of the study from the financial aspect after 10 years ahead, so it will get NPV is Rp.25S.868.000,-, IRR is 21,02 %, and BCR is 1,19. From the result following numbers above, the developing emergency department unit at Bakti Timah hospital can be done.
By doing it, so the physical , equipments and employees can be fulfill the standard of requirements."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Aneda Trisna
"Tesis ini membahas pembuatan formularium Rumah Sakit Dharma Yadnya, oleh karena
walaupun Panitia Farmasi dan Terapi ada dan dibentuk Maret 2011, namun tampaknya
formularium belum berjalan, karena baru 60 % dokter yang menuliskan resep sesuai
dengan formularium dan ada 7,5 % resep yang tidak terlayani terutama dari unit rawat
jalan, kemudian kebijakan dan prosedur mengenai formularium belum ada, usulan dokter
adalah tanpa persetujuan Ketua Staf Medik Fungsional, yang menunjukkan peran Panitia
Farmasi Terapi masih lemah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, mempergunakan
tehnik wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.Hasil penelitian
menyarankan yaitu: diperlukan keterlibatan Direksi agarsistem pengendalian manajemen
terhadap formularium bisa berjalan dengan menyempurnakan struktur organisasi Panitia
Farmasi Terapi melalui koordinasi multidisiplin dan unit yang terlibat penggunaan obat,
memperjelas fungsi dan tugasnya,membuatkan standar kompetensinya, terutama peran
sekretaris,memberikan pelatihan jangka pendek untuk memperpendek gap
kompetensinya, dan menetapkan kebijakan tertulis mengenai pengorganisasian Panitia
Farmasi dan Terapi; diperlukan keterlibatan Direksi dalam membuat kebijakan prosedur
tertulis formularium; diperlukan keterlibatan Direksi dan Panitia Farmasi Terapi sebagai
ujung tombak dalam berhubungan dengan pihak luar; dan diperlukan keterlibatan dokter
yang berperan sebagai perwakilan staf medis dalam Panitia Farmasi dan Terapi dalam
perumusan daftar obat formularium.

Abstract
This thesis discusses the making of Dharma Yadnya Hospital formularies, because
although the Pharmacy and Therapeutics Committee was established there in March 2011,
but it seems the formulary has not run, because only 60 % doctors who write
prescriptions in accordance with the formulary, and there is 7,5 % of prescriptions that
are not served primarily from the outpatient unit, the policies and procedures regarding
the formulary does not exist, doctor?s proposal without the consent of the Chief of
Medical Staff, which shows the role of Pharmacy and Therapeutic Committee is still
weak. The study is a qualitative study,using the technique of in-depth interview,
observation and document review. The result suggest that:management control
systemsshould run on the formulary,by improving the organizational structure trough a
multidisciplinary and units coordination, clarifyits functions and duties, have to set
standards of competence, particularly the role of secretary, a short term training necessary
to shorten the gap competence, and also by establishing a written policy regarding the
organization of the Pharmacy and Therapeutics Committee; required the involvement of
Board of Directors in making formulary policies and procedures written; required the
involvement of Board of Directors and Pharmacy and Therapeutics Committee as a
vanguard in dealing with outsiders; and required the involvement of doctors who act as
representatives of the medical staff in the Pharmacy and Therapeutics Committee, in the
formulation of drug formulary list."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Lathifia
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI pada fase sebelum, saat, dan setelah terjadi keadaan darurat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI berdasarkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penulis melakukan analisis data menggunakan metode in depth analysis melalui wawancara yang dilakukan secara online dan telaah dokumen terkait Sistem Tanggap Darurat di Rumah Sakit UI. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa presentase kesesuaian sistem tanggap darurat di Rumah Sakit UI berdasarkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011) adalah sebesar 56% telah terpenuhi, 29% masih dalam proses pemenuhan (terpenuhi sebagian), dan 15% diantaranya perlu dilakukan peninjauan (tertunda). Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit UI sudah baik dalam menerapkan WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Meskipun hasilnya telah baik, namun pihak rumah sakit perlu meninjau dan meningkatkan perencanaan terkait sistem tanggap darurat di rumah sakit yang lebih komprehensif.

ABSTRACT

This research analyzes about emergency response system at University of Indonesia Hospital in pre disaster phase, on disaster phase, and after disaster phase. The purpose of this study is to analyze the implementation of the emergency response system implementation in University of Indonesia Hospital based on WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). This research uses the descriptive method with a qualitative approach. The author analyzes the data using in-depth analysis by online interview and documents analysis about emergency response system at University of Indonesia Hospital. From this study, it can be concluded that the percentage conformity of the emergency response system implementation based on WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011) is 56% completed, 29% in progress, and 15% due for review. This shows that University of Indonesia Hospital has a good implementation of WHO Hospital Emergency Response Checklist (2011). Although the result is good, but the company is required to review and improve the emergency response system planning to be more comprehensive."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Riza`i
"Instalasi Gawat Darurat IGD adalah gerbang utama masuknya pasien gawat darurat,sehingga dibutuhkan pelayanan yang cepat, tepat, cermat dan alur proses yang lancardan bebas hambatan. Yang menjadi hambatan pelayanan pasien IGD adalah adanyabottleneck proses mulai dari pasien datang sampai dengan pasien keluar sehinggaberdampak pada turn arround time TAT melebihi dari standar yang dtetapkan olehrumah sakit yaitu le; 8 jam.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis alurproses pelayanan pasien gawat darurat dengan menggunakan lean six sigma tools.Desain penelitian ini adalah analisa kualitatif dengan metode observational actionprocess research dan kerangka acuan DMAI Define, Measure, Analyse, Improve .Pengambilan data dengan observasi alur proses pelayanan pasien, telaah dokumen danwawancara mendalam di Instalasi Gawat Darurat RSUP Nasional Dr. CiptoMangunkusumo.
Hasil penelitian dari 369 pasien terdapat 166 44.98 memilikiTAT > 8 jam dengan rata ndash; rata waktu pelayanan pada saat datang 5.30 menit, triage4.09 menit, registrasi 7.10 menit, evaluasi dan tatalaksana awal 60.10 menit, zonapelayanan 535.14 menit, permintaan obat ke satelit farmasi 34 menit, pemeriksaanlaboratorium 66.47 menit, pemeriksaan radiologi 98 menit, dan pasien pulang 20.24menit, rawat 50.30 menit, rujuk 110 menit dan meninggal 72.50 menit. Persentase NonValue Added 59 dan perhitungan Six Sigma berada di level sigma 3 yangmemungkinkan terdapat 66.807 melebihi TAT dari 1 juta kesempatan.
Hasil analis fishbone menunjukkan adanya bottelneck di setiap proses terutama di zona pelayanandengan penyebab yaitu menunggu diperiksa, menunggu hasil pemeriksaan penunjang,menunggu alat, obat dan alat kesehatan, menunggu disposisi, menunggu discharge danmenunggu ruang rawat.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa alur proses pelayananpasien IGD tergolong un-lean dan berada di level sigma 3 sehingga diperlukan upayaperbaikan terus menerus Kaizen dengan desain ulang pelayanan mulai dari pro aktiftriage, mengaktifkan zona hijau, advanced patient tracking, ruang intermediate warduntuk pasien boarding dan layanan ambulans melalui anggota tim gerak Lean SixSigma.

Emergency Room ER is the main gate of emergency patients that required a fast,precise, and careful service. One of challenges in ER is bottleneck process start frompatients arrived until patients discharged. This may cause to the Turn Around Time TAT exceeds the standard of 8 hours.
This research aimed to analyse the flowprocess of patient's care in ER using Lean Six Sigma Tools. Design used in this studyis qualitative analysis by method of observational action process research andreference of DMAI Define, Measure, Analyze, and Improve. Data were collected byobservation to process of patient's care, document review and in depth interview inER of National Referral Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo.
Results of this study,166 44,98 from 369 patients have TAT 8 hours with average service time patients arrived 5.30 minutes, triage 4.09 minutes, registration 7.10 minutes,evaluation and initial treatment 60.10 minutes, service zone 535.14 minutes, takingmedicines to pharmacy 34 minutes, laboratory check 66.47 minutes, radiologyexamination 98 minutes, patients discharge 20.24 minutes, to be admission 50.30minutes, refer to another hospital 110 minutes, death 72.50 minutes. Percentage ofNon Value Added is 59 and calculation of Six Sigma is in Level Sigma 3 thatallows there to be 66,807 over TAT of 1 million occasions.
Fishbone analysis shows that there is bottleneck in each process, especially in service zone with varietiescauses of waiting to be checked assessed, waiting for laboratory check or radiologyexamination, waiting for medicines and medical devices, waiting for disposition,waiting to be discharged and waiting for admission.
This study concludes that theflow processes of patient's care in ER is classified as un lean and stand in level sigma3. Therefore it is required continuous improvement Kaizen by re design of servicesstart from pro active triage, green zone activation, advanced patient tracking, intermediate ward for boarding patients and ambulance service through Lean SixSigma team.Keyword Flow Process, Emergency Room, Lean Six Sigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>