Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159340 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Kusuma Sari Santosa
"Sistem Activity-Based Costing merupakan suatu perkem-bangan baru dalam bidang akuntansi manajemen. Dalam sistem ini alokasi biaya overhead didasarkan pada aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk sehingga secara teoritis dapat mengalokasikan biaya overhead secara lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional. Sistem akuntansi manajemen seperti ini dibutuhkan terutama pada perusahaan multi produk yang beroperasi dengan overhead yang cukup tinggi dan berada dalam lingkungan industri dengan persaingan yang sangat ketat. Skripsi ini bertujuan untuk melihat apakah activity-based costing benar-benar dapat mengalokasikan biaya overhead secara lebih akurat daripada akuntansi manajemen tradisional dengan mengaplikasikannya pada PT KPS suatu perusahaan pemintalan benang.
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dilakukan tin¬jauan langsung ke perusahaan yang bersangkutan, analisa atas laporan produksi perusahaan, serta wawancara dengan bagian produksi. Untuk melengkapi tulisan dan sebagai acuan analisa, dilakukan studi atas literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Hasil analisa menunjukkan bahwa PT KPS telah melakukan pembebanan biaya secara bertahap. Tetapi dalam penetapan biayanya masih menggunakan basis alokasi yang kurang tepat, sehingga mengakibatkan distorsi dalam penetapan harga pokok produksi. Ternyata dari penelitian yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa dengan sistem activity-based costing harga pokok produksi dapat ditetapkan dengan lebih akurat. Penera¬pan sistem activity-based costing pada PT KPS yang merupakan perusahaan yang multi produk dengan biaya overhead yang cukup tinggi disertai persaingan yang sangat ketat sangat tepat karena dapat mengatasi distorsi biaya yang diakibatkan oleh sistem akuntansi manajemen yang sekarang ada.
Sistem activity-based costing meliputi analisa aktivi¬tas disepanjang value-chain perusahaan. Akan lebih baik bila sistem activity-based costing ini tidak hanya diterapkan pada departemen produksi, tetapi juga pada departemen - departemen yang lain sehingga manfaat sistem ini dapat lebih dirasakan bagi manajemen dalam menghasilkan kebijaksanaan yang tepat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Elrin
"Dalam menentukan harga jual suatu produk merupakan salah satu strategi yang sangat penting untuk dapat berkompetisi dengan para competitors, perilaku customers sudah sangat selektif dalam melakukan pemilihan untuk melakukan pembelian atas suatu produk, bagi mereka akan timbul beberapa pertimbangan-pertimbangan mengenai kualitas suatu produk serta harga yang pantas untuk produk tersebut.
PT.IQL mempraktekkan suatu metode yang unik dalam menentukan harga jual, yaitu menggunakan " system index " yaitu harga jual barang ditentukan hanya dengan mark-up harga pembelian raw materials semata. Misalnya index 2, artinya mark-up 2 kali lipat dari harga beli raw material. Sedangkan strategi penentuan harga jual jasa ditetapkan dengan membandingkan harga pasar tertinggi dan terendah.
Kebijakan manajemen dalam menentukan harga jual seperti diatas dapat dimaklumi, karena tidak adanya informasi mengenai harga pokok barang dan jasa yang dijual. Keinginan manajemen untuk dapat memperoleh informasi harga pokok produksi tidak pernah dapat terealisasi.
Manajemen tidak mengetahui berapa sebenarnya biaya yang dikonsumsi suatu produk hingga siap untuk dijual, tidak tertutup kemungkinan setelah dilakukan penghitungan secara detail dan akurat didapatkan hasil bahwa biaya untuk memproduksi suatu unit produk atau jasa lebih besar daripada biaya pembelian raw materials itu sendiri. Jika, penentuan harga jual per produk hanya mark-up 2 kali lipat dari raw material, maka produk tersebut dijual dibawah cost (harga pokok).
Menentukan harga jual hanya dengan mengandalkan informasi harga beli raw materials saja merupakan suatu hal yang tidak tepat serta memiliki banyak kelemahan, karena produk yang dijual melalui proses produksi dan konsekuensinya timbul biaya-biaya lain diluar harga beli raw materials itu sendiri.
Disisi lain, committed resources pada PT.1OL yang akan menjadi fixed cost memiliki nilai yang cukup besar, sehingga dengan aplikasi metode activity based costing akan menghasilkan informasi cost per unit produk lebih akurat dan detail, Setiap decision makers pasti membutuhkan informasi yang akurat mengenai cost suatu produk agar keputusan yang diambil juga menjadi valid dan updated. Activity based costing merupakan salah satu tool yang dapat digunakan sebagai supporting dalam pengambilan keputusan termasuk strategi penetapan harga jual.
Dalam melakukan penelitian digunakan applied research terhadap obyek yang diteliti, input yang diperoleh berdasarkan data-data dan hasil wawacancara dengan karyawan-karyawan yang telibat langsung pada obyek yang diteliti.
Dari hasil penelitian dan analisa ternyata beberapa produk saat ini dijual dibawah cost (harga pokok) dan beberapa produk menghasilkan profit margin yang tinggi. Tetapi secara keseluruhan perusahaan masih memperoleh profit margin sebesar ± 10.63% dari net sales. Walaupun perusahaan memperoleh profit margin, nyatanya profit margin tersebut berasal dari saling subsidi antara produk yang menghasilkan profit dengan produk yang dijual dibawah harga pokok.
Setelah harga pokok diketahui, maka manajemen merencanakan untuk menaikkan harga jual produk pada awal tahun 2006 ini, dengan ketentuan;
? Jika, harga jual suatu produk saat ini dibawah harga pokok, maka harga jual harus dinaikkan dengan mark-up minimal 25% diatas harga pokok baru.
? Jika, harga jual suatu produk sudah dijual diatas harga pokok tetapi marginnya masih dibawah 25%, maka harga jual baru harus disesuaikan dengan minimal margin 25%.
? Jika, harga jual produk saat ini sudah melebihi 25% dari mark-up harga pokok, maka harga jual lama tetap dipertahankan.
Jika rencana manajemen diatas diaplikasikan, hasil penelitian dan analisa menunjukkan bahwa harga jual baru menjadi tidak kompetitif bila dibandingkan dengan competitors. Karena " players " dalam bisnis dari obyek yang diteliti sangat banyak, maka competitors yang dimaksud dalam penelitian ini hanya competitors yang menghasilkan produk barang dan jasa sepadan dari sisi kualitas dengan produk dan jasa obyek yang diteliti (apple to apple).
Hasil penelitian ini dirasakan masih memiliki beberapa kelemahan untuk diperbaiki dikemudian hari, yaitu; beberapa alokasi supporting activities menggunakan asumsi-asumsi, sehingga jika asumsi tidak tepat berdampak pada kekeliruan informasi harga pokok."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sim, Poh-pheng
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1981
S16554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurida
"ABSTRAK
PT. Kusumaputra Santosa merupakan salah satu perusahaan pemintalan benang yang mempunyai potensi untuk berkembang diantara perusahaan-perusahaan pemintalan benang lain. Perusahaan ini mendapat dukungan penuh dari induk perusahaannya, PT. Kusumahadi Santosa, yang memproduksi tekstil. Pada awalnya sebagian besar dari produksi PT. Kusumaputra Santosa diserap oleh perusahan induknya. Dengan demikian produksi benang tergantung pada kebutuhan benang perusahaan induknya. Akan tetapi dengan perkembangan selanjutnya, PT. Kusumaputra ingin memperluas pasar yaitu disamping mengisi kebutuhan perusahaan induknya, perusahan ingin juga memanfaatkan peluang pasar yang ada dengan memanfaatkan kapasitas terpasang fasilitas produksi.
Dengan kondisi seperti itu, maka PT. Kusumaputra tidak lagi berproduksi sekedar memenuhi kebutuhan perusahaan induknya, tetapi telah memperhitungkan untuk mengisi pasar yang masih ada. Karena telah masuk dalam persaingan, maka perusahaan perlu memperhitungkan jumlah kombinasi produksi yang tepat dan memaksimalkan kemampuan perusahaan agar dapat menghasilkan produknya secara optimal. Perusahaan ini memproduksi 13 jenis benang yang dibedakan dari nomor benang dan bahannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi produk yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal dengan menganalisis kemampuan produksi perusahaan serta memperhitungkan kendala-kendala yang ada seperti kapasitas produksi, bahan baku, jam kerja mesin serta batasan pemaintaan. Metodologi yang digunakan dalam menganalisis kombinasi produksi optimal tersebut adalah dengan menggunakan model programma linier.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keuntungan maksimum tercapai bila kombinasi produksi optimal yang dihitung dengan analisis programma linier. Selisih keuntungan yang didapat bila dibandingkan dengan skenario yang dilakukan oleh perusahaan yaitu sebanyak Rp. 176.520.000,00. Disamping itu pemanfaatan fasilitas produksi dapat dioptimalkan karena kapasitas terpasang mesin dapat diminimumkan.
Dengan demikian untuk tahun-tahun mendatang disarankan agar perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan kombinasi volume dan jenis benang yang tepat yang dihitung dengan programma linier agar dapat tercapai kombinasi produksi yang optimal sesuai dengan perkembangan kondisi dan batasan-batasan yang dihadapi.
Daftar Pustaka: 32 buku + 3 lain-lain (1995 - 1974)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sari Wahyuni
"Globalisasi dan perkembangan dunia bisnis yang kian pesat menuntut adanya sistem manajemen modern dan sistem informasi biaya produksi yang lebih relevan dan akurat bagi proses pengambilan keputusan. Activity Based Costing (ABC) system merupakan sistem informasi biaya baru yang menghilangkan distorsi pada sistem biaya tradisional dengan cara menganalisa dan menelusuri aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya. Sistem ABC ini perlu diperkenalkan dan dipelajari oleh perusahaan-perusahaan yang ingin mempertahankan dan memajukan perusahaannya dalam menghadapi pasar bebas di era globalisasi ini. Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyusun data dalam penyusunan skripsi ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data yang sifatnya teoritis mengenai sistem informasi biaya yang baru yaitu Activity Based Costing (ABC) system. Sedangkan studi lapangan dilakukan untuk mempelajari catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang mendukung penelitian serta mengadakan wawancara dengan pejabat dan karyawannya. Penelitian dilakukan terhadap penetapan harga pokok di PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari unit galangan kapal II, Tanjung Priok, dengan pokok bahasan perbaikan kapal "MT. Pertoka (P1) milik PT Bumi Perkasa Bah dan kapal "MT. Wasaka-r (P2) milik PT. Wasaka Sudarma Putra. Reparasi terhadap kapalkapal tersebut membutuhkan waktu yang berbeda-beda dan aktivitas yang beragam. Dan hasil penelitian penetapan harga pokok kedua kapal tersebut menunjukkan sistem biaya tradisional memberikan hasil perhitungan yang terdistorsi. Distorsi ini terjadi akibat adanya subsidi silang dari kapal P2 yang mempunyai waktu reparasi panjang terhadap kapal 131 yang mempunyai waktu reparasi pendek. Hal ini mengakibatkan penetapan harga kapal P2 menjadi overcosted, sedangkan kapal P1 menjadi undercosted. Sebagai kesimpulan, untuk menghadapi era globalisasi, perusahaan yang ingin tetap hidup dan menang dalam persaingan hams terus memperbaiki sistem manajemennya sejalan dengan perkembangan dan kemajuan lingkungan bisnis. Sistem informasi biaya merupakan salah satu bagian penting yang mendukung suksesnya perusahaan dalam persaingan. Activity Based Costing (ABC) system sebagai salah satu alat bantu dalam penetapan harga pokok perlu diperkenalkan dan dipopulerkan di kalangan bisnis modern. Sistem ABC harus didukung oleh sistem manajemen yang modern dan pengimplementasiannya membutuhkan fase waktu yang bertahap. Bagi PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari yang telah merintis penerapan sistem ABC ini, disarankan terus memperbaiki sistem manajemenya guna mendukung pengimplementasian sistem ABC di perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Everson, Rolan
"Dewasa ini perusahaan semakin dituntut lebih efisien disamping tetap mempertahankan kualitas produk dan/atau jasa yang dihasilkannya. Hal ini disebabkan karena persaingan diantara dalam satu industri semakin ketat dalam usaha untuk merebut dan/atau mempertahankan pangsa pasar.
Di lain pihak, konsumen semakin kritis terutama mengenai masalah kualitas dan harga yang kompetitif. Produsen semakin tidak mempunyai pilihan. Selain dituntut untuk memenuhi kehendak konsumen dalam hal kualitas dan harga.
Untuk meningkatkan efisiensi yang pada akhirnya berpengaruh pada harga jual suatu perusahaan dituntut untuk dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan.
Agar pihak perusahaan dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan, perusahaan dituntut untuk mengetahui bagaimana terjadinya dan mengapa terjadi biaya tersebut.
Sebagaimana diketahui, biaya dikeluarkan karena adanya aktivitas yang dilakukan. Jadi dengan memahami aktivitas yang dilakukan dalam menghasilkan produk dan/atau jasa, maka perusahaan akan dapat untuk mengendalikan biaya.
Salah satu komponen biaya yang sulit untuk dikendalikan karena tidak dapat secara langsung dihubungkan ke obyek biaya adalah biaya tak langsung (overhead).
Dengan pengalokasian biaya tak langsung, metode Activity Based Costing berbeda dengan metode tradisional dalam penggunaan pemicu (driver). Pemicu yang digunakan mencerminkan aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing obyek biaya. Jadi, metode Activity Based Costing sangat berkepentingan dengan aktivitas dalam melakukan proses produksi.
Ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan agar penggunaan metode Activity Based Costing dapat diimplementasikan dengan lebih baik, yaitu besarnya biaya tidak langsung dan beragamnya produk yang ditawarkan.
Sebagai perusahaan di bidang produksi Asphalt Hotmix yang memiliki 9 jenis produk, PT. X perlu menerapkan metode Activity Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), untuk menghasilkan HPP yang lebih akurat.
Disamping itu, dengan menerapkan metode Activity Based Costing, dapat dipilah-pilah aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai tambah dan yang tidak bernilai tambah, sehingga biaya produksi menjadi lebih efisien.

Nowadays company was asked to be efficient to survive its product quality and 1 or its service. This condition was caused by tight competition among industries in every business to complete and/or maintains its market share.
In other side, consumers become critical especially about quality problems and competitive price. Producer has no choice. They were asked to fulfill consumer's will in quality and prices.
To improve efficiency at last influencing to company selling price a company was forced to control its expenses.
In order controlling the expenses, company was asked to know how and why the expenses occur.
As we know, expenses occur because of activities. So by understanding the activities done to produce the product and/or service, company can control its expenses.
One of the expenses components that were hard to be controlled because it is indirectly connect to the expenses object is overhead.
By allocating overhead, Activity Based Costing method is different from traditional method in driver usage. Driver we use to express activity consumed by expenses objects. Activity Based costing method being concerned with activity in doing production process
Few conditions that must be concerned in order to implement Activity Based Costing Method, that is how much the overhead and how many products were offered.
As an Asphalt Hot mix production company, it has 9 products, PT. X need to implement Activity Based Costing to decide Production Cost Price (PCP), to produce accurate PCP.
Besides by implement Activity Based Costing, we can separate activities that give additional value and not, so production expenses become more efficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
A.A. Ayu Ratna Dewi
"PT X adalah perusahaan yang telah menggunakan peralatan canggih dalam proses produksinya, namun sebagai perusahaan multi produk PT X belum memiliki sistem bi~ya yang dapat digunakan untuk menghitung biaya prciduksi secara akurat. Sistem ActivityBased Costing merupakan sistem perhitungan biaya yang didasarkan atas aktivitas yang berhubungan langsung dengan produk sehingga menjanjikan perhitungan biaya produksi yang lebih akurat. Skripsi ini betujuan memberikan gambaran apabila sistem Activity-Based Costing diterapkan pada suatu perusahaan seperti PT X. Untuk meroperoleh data yang dibutuhkan dilakukan tinjauan langsung ke perusahaan bersangkutan, analisa atas laporan produksi perusahaan, serta wawancara dengan bagian produksi. Untuk melengkapi tulisan dan sebagai acuan analisa, dilakukan studi atas literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Hasil analisa menunjukkan bahwa PT X telah melakukan pembebanan dibebankan biaya secara bertahap, dan beban yang timbul telah pada aktivitas yang mengkonsumsinya. Tetapi sistem yang ada tidak menghitung biaya produksi per-produk, pembebanan didasarkan atas suatu prosentase tertentu dan bersifat tetap sehingga tidak mencerminkan jumlah konsumsi sebenarnya, dan cost driver yang mendasari prosentase pembebanan biaya tidak dapat ditelusuri. Penerapan sistem Activity-Based Costing pada PT X yang merupakan perusahaan multi produk dengan" biaya overhead yang cukup tinggi disertai persaingan yang semakin tajam, sangat tepat karena dapat membantu memecahkan masalah yang ditimbulkan sistem yang sekarang ada. Dengan kondisi saat ini, di mana perusahaan dalam tahap penyempurnaan sistem komputer, agak sulit bagi PT X untuk dapat menerapkan sistem ini sepenuhnya, karena penerapannya membutuhkan informasi yang cukup rinci. Untuk mengatasi masalah tersebut dan agar diperoleh informasi biaya yang mendekati keadaan sebenarnya, disarankan untuk menerapkan sistem Activity-Based Costing secara bertahap, diawali dengan perhitungan biaya produksi per-divisi berdasarkan aktivitas yang sebenarnya dikonsumsi, dasar alokasi seperti yang diterapkan saat ini. bukan dengan Sejak atau setelah sistem baru diterapkan, departemen akuntansi PT X membutuhkan restrukturisasi buku besar sehingga kategorinya menjadi sama dengan cost pool sistem Activity-Based Costing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
""Underground Ducting adalah suave konstruksi bangunan drainase berbentuk tunnel yang berfiuigsi untuk membuang sisa-sisa (limbah) dari proses pemintalan benang. Ka-rena bentuk dan posisi tunnel ini disesuaikan dengan posisi mesin pemintal benang maka bentuk tunnel ini berdimensi sangat bervariasi dan men iliki panjang k-urang lebih 2 (dua) kilometer dengan belokan-belokan yang cukup banyak. MeliIiat dari strukturnya yang bervariasi menyebabkan pelaksanaan dari pekerjaan tunnel in[ dapat menjadi kendala Mani pelaksanaan proyek apabila manajemen perencanaan pelaksanaan yang meliputi ,Akctu, biaya dan kualitas tidak tepat diterapkan. Oleh karena itu perlu dicari pola perencanaan pelaksanan yang optimal meialui pilihan pelalsanaan pekedaan antara sistem pelaksanaan ""Cast Insitu"" dan sistem pelaksanan ""Precast"".""
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Nurul Fatimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendesain Activity Based Costing ABC pada PT X dan menganalisis perbandingan hasil perhitungan beban pokok penjualan BPP metal fastener MF , vislon fastener VF , dan plastic fastener PF tipe open dan close antara sistem akuntansi biaya tradisional dan sistem ABC. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, penelitian lapangan, dan metode deskriptif. Hasil yang didapat adalah penerapan sistem ABC pada PT X dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: mengidentifikasi aktivitas, membebankan biaya sumber daya ke aktivitas dan membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Terdapat perbedaan hasil perhitungan BPP antara sistem ABC dengan sistem akuntansi biaya tradisional, yaitu terjadi overpricing pada produk PF open dan PF close dan underpricing pada produk MF open, MF close, VF open, dan VF close.

ABSTRACT
This research aims to analyze and formulate Activity Based Costing ABC in PT X and Activity based costing of Cost of Goods Sold COGS result calculation, metal fastener MF , vislon fastener VF , and plastic fastener PF open and close type between traditional cost accounting system and ABC. This research method is library research, field research, and descriptive method. Obtained result is the ABC system implementation at PT X can be done in three stages, which are activity identification, charge resource costs to activity and charge activity costs to object costs. Different COGS calculation results obtained between ABC system with traditional cost accounting system, which occured overpricing on product of PF open and PF close and underpricing on product of MF open, MF close, VF open and VF close."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>