Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Hendrayanto
"Alasan penulisan skripsi ini adalah karena saat ini pemerintah Indonesia sedang mencari devisa di luar sektor Minyak dan Gas (migas) dan salah satunya adalah dari sektor pariwisata. Sektor pariwisata tidak terlepas dari penyediaan sarana akomodasi penginapan sebagai salah satu sarana penunjangnya. Tujuannya adalah untuk melihat penerapan strategi produk yang ditawarkan oleh pihak hotel, dalam hal ini menggunakan kasus Hotel "SSBR" yang terletak di Senggigi, Pulau Lombok, Prop. NTB dimana telah terjadi persaingan yang sangat ketat dengan melihat pasar sasaran wisatawannya. Metode penelitian yang digunakan dengan cara wawancara secara langsung dengan pihak manajemen hotel, data-data yang diberikan pi¬hak hotel, studi literatur, Badan Pusat Statistik Prop. NTB dan Dinas Pariwisata Prop. NTB.
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa dari tahun 1988 - 1992 secara umum telah terjadi penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok. Penurunan pertumbuhan yang, drastis terjadi pada tahun 1992 yang hanya sebesar 7%, dimana tahun sebelumnya sebesar 18%. Jumlah hotel di Prop. NTB dari tahun 1989 - 1991 naik sebanyak 57 buah, kenaikan jumlah kamar rata-rata tiap tahun adalah 350 kamar atau 17%. Untuk hotel berbintang kenaikan jumlah kamarnya naik drastis pada tahun 1991 sebanyak 238 kamar dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya 50 kamar, atau telah naik sebesar 61%. Bila dilihat dari permintaan dan penawaran kamar hotel keselurahan bahwa rata-rata dari tahun 1988-1991 telah terjadi kelebihan penawaran lebih kurang sebesar 75%, sedangkan untuk hotel berbintang kelebihan penawaran sebesar lebih kurang 60%.
Dari data segmentasi yang didapat, bahwa wisatawan mancanegara yang datang ke Prop. NTB sebagian besar berasal dari negara-negara Eropa (Belanda, Jerman), kemudian kedua adalah wisatawan Australia, ketiga Inggris, dan keempat Amerika dan Jepang.
Pada dasarnya produk perhotelan dibagi menjadi dua, yaitu Tangible Product dan Intangible Product. Tangible product adalah yang secara nyata terlihat terdiri dari kamar (rooms), makanan dan minuman, jasa-jasa lainnya. Intangible product adalah tidak secara nyata terlihat tapi dapat dirasakan dan sangat menunjang tangible product, seperti pelayanan, kenyamanan dan ketenangan, dll.
Kesimpulan dari tulisan ini, bahwa di Prop NTB, Pulau Lombok telah terjadi kelebihan penawaran kamar lebih kurang sebanyak 75% dan untuk hotel berbintang sebanyak 60%. Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok sebagian besar berasal dari negara Eropa. Produk yang ditawarkan antara tangible dan intangible product tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya dan keduanya saling menunjang. Sarannya adalah pihak pemerintah daerah diharapkan untuk membatasi perijinan baru pendirian hotel, karena sudah oversupply. Pihak perhotelan juga diharapkan untuk membuat paket-paket penginapan yang menarik agar dapat menambah jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok dan akhirnya diharapkan akan menambah juga tingkat hunian kamarnya (occupancy rate).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Rahayu Chandra
"Sebuah startup dikatakan berhasil apabila terjadi kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar, atau sering disebut product-market fit. Tak hanya kesesuaian produk, kesuksesan startup juga ditentukan oleh pasar yang tepat. Dengan keduanya, startup dapat mengalami pertumbuhan yang eksponensial. Namun, fakta di lapangan menunjukkan 90% startup mengalami kegagalan dan sebagian besar diakibatkan ketidaksesuaian produk dengan pasar. Salah satu faktor sukses startup adalah kegiatan komunikasi nilai produk untuk meningkatkan jumlah pengguna serta posisi perusahaan. Instrumen digital seperti media sosial menjadi pilihan banyak perusahaan dengan semua kelebihan dan potensinya saat ini. Penelitian ini meneliti strategi komunikasi media sosial yang dilakukan startup dalam proses mencapai product-market fit. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan tahapan wawancara dan observasi demi prinsip triangulasi, dengan proses analisa coding terhadap startup yang telah melewati product-market fit. Hasil uji menggambarkan kegiatan komunikasi dalam pembangunan startup, serta tujuan, strategi dan taktik di media sosial. Rumusan tujuan, strategi dan taktik sosial media untuk mencapai product-market fit bergantung pada jenis produk, target pengguna, tahapan pembangunan serta kondisi dan keputusan perusahaan. Kegiatan komunikasi media sosial bersifat mendukung kegiatan lainnya di awal pembangunan startup, dan semakin aktif seiring proses pencapaian product-market fit hingga mengembangkan bisnis.

A startup can be said to be successful if it was able to match between the market needs and its product offerings, also known as product-market fit. Not only product fit, a startup's success is also determined by the right market. With both, a startup can experience an exponential growth. Yet, the fact of the matter is that 90% of startups fail, with the majority of failures caused by ill-fitting product within a marketplace. A crucial factor for a startup's success is its communications effort highlighting product values to increase its userbase along with the company's positioning. Digital platforms such as social media becomes the startups' preferred tool with all of their advantages and potential. This study researches the social media communications strategy that many startups undergo in the process of attaining product-market fit. This is a case study with a descriptive qualitative approach, employing such techniques including interviews and observations to triangulate the results, and also coding analysis process toward startups which have gone through product-market fit. The study portrays communications strategy in the build up of a startup, as well as strategic, tactical, and purposing of the social media ecosystem. The formulations of social media purpose, strategy and tactics to achieve market fit are dependent upon product offerings, target user, stage of growth and the company's conditions and culture. The social media communications effort typically support other activities in the early stages of a startup's growth, and increase in intensity along with growth to achieve product-market fit to business maturation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parlindungan, Pieter Hans
"Industri layanan Video on Demand berbasis langganan saat ini merupakan salah satu pasar platform yang termasuk baru dan sedang berkembang pesat salah satunya di Indonesia. Persaingan antar platform yang dinamis dan bergantung pada strategi eksklusivitas menimbulkan pertanyaan akan strukrur persaingan dalam pasar serta faktor-faktor yang mempengaruhi loylaitas dan perilaku berlangganan konsumen salah satunya dalam hal multihoming di tengah fragmentasi konten. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk menyelediki karakteristik struktur persaingan pasar SVOD di Indonesia serta kuantitatif inferensial terhadap 211 responden dengan analisis PLS-SEM pada model ekstensi Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT 2) untuk meneliti loyalitas dan perilaku multihoming. Hasil Penelitian menunjukkan struktur persiangan pasar oligopoli Bertrand dengan produk yang terdiferensiasi. Sementara faktor yang berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan SVOD yaitu content, price value, performance expectancy, habit, consumer satisfaction dan social influence. Eksklusivitas juga berpengaruh positif secara tidak langsung melalui variabel content. Selain itu, pelanggan SVOD Indonesia masih cenderung melakukan singlehoming, namun keinginannya melakukan multihoming dipengaruhi oleh faktor performance expectancy dan social influence.

The Subscription-based Video on Demand (SVOD) industry is currently one of the fastest growing emerging platform market, including in Indonesia. The dynamic competition between platforms that relies on exclusivity strategy raises the question of the current market structure as well as the factors affecting consumer loyalty and subscribing behavior especially in the case of multihoming in the face of fragmented content. This research applies quantitative descriptive analysis to investigate SVOD market structure characteristics in Indonesia, while also analysing the loyalty and multihoming behavior of 211 respondents using extended UTAUT2 model with PLS-SEM approach. The result of the study suggests Bertrand oligopoly with differentiated product as the current SVOD market structure in Indonesia. Meanwhile, the factors affecting SVOD consumer loyalty includes content, price value, performance expectancy, habit, consumer satisfaction, as well as social influence. Exclusivity as part of product diferentiation strategy also affects continuance intention indirectly through content. In addition, based on the survey result, SVOD subscribers in Indonesia still tend to singlehome, but the intention to multihome is affected mainly by the performance expectancy of multiple subscription as well as social influence."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Asima Oktavia
"Pertumbuhan pertelevisian Indonesia telah membentuk suatu persaingan pasar penyiaran televisi yang bersaing dari waktu ke waktu. Televisi sebagai media yang menghubungkan keinginan penonton dengan kebutuhan pengiklan menjalankan fungsi sebagai instansi sosial yang menyalurkan informasi dan hiburan dan instansi ekonomi atau pelaku industri yang mencari keuntungan. Penelitian ini mengevaluasi penerapan strategi blue ocean yang digunakan stasiun televisi dalam sebuah program baru untuk merespon pasar terkait dengan market structure, market conduct dan performance.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh dari studi data, wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini ditemukan pemetaan struktur pasar industri penyiaran televisi yang berbentuk oligopoli dan adanya keterkaitan antara strategi blue ocean yang diterapkan oleh objek penelitian dengan market structure, market conduct dan performance.
Peneliti menyarankan agar pelaku industri televisi melakukan four action framework untuk meningkatkan kekhasan program yang menjadi komoditas televisi guna memperkuat daya tarik program bagi audience yaitu penonton pada umumnya dan pengiklan pada khususnya. Peneliti juga menyarankan penelitian lanjutan mengenai pola persaingan antar pemain dalam pasar pertelevisian Indonesia.

Television growth in Indonesia has set up a television broadcasting market competition to compete from time to time. Television as a medium that connects the viewer desires to the needs of advertisers as a function of social institutions that deliver information and entertainment and economic institutions or for-profit industry. This study evaluates the application of blue ocean strategy is to use television in a new program to respond to the market related to market structure, market conduct and performance.
The method used is a qualitative descriptive approach. Data obtained from the study data, interviews and observation. In the present study found mapping the structure of the television broadcasting industry market in the form of oligopolistic and there is a correlation between blue ocean strategy applied by the object of research by market structure, market conduct and performance.
Researchers suggested that the television industry to four action framework to enhance the uniqueness of the commodity programs to strengthen the appeal of television programs for the audience in general audience and advertisers in particular. Researchers also suggest further research on patterns of competition between players in the television market of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30795
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyarto
"Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industn (BPPI), Departemen Perindustrian, yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, standardisasi, pengujian, sertilikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri kimia dan kemasan sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian. Sebagai saiah satu institusi dalam lingkup BPPI, Departemen Perindustrian, BBKK diharapkan mendukung pengembangan industri kimia dan kemasan di Indonesia dengan Salah satunya menyediakan pelayanan jasa teknis (PJT) di bidang pengujian, kalibrasi, standardisasi, sertifikasi, konsultansi, dan peiatjhan secara profesional.
Dukungan BBKK terhadap pengernbangan industri kimia dan kemasan dikatakan berhasil apabila produk PJT BBKK banyak dimanfaatkan oieh magfarakat industri. Itu artinya BBKK harus secara intensif memasarkan produk PJT-nya kepada konsumen/pelanggan. Sementara, pada saat ini populasi pasar BBKK terdapat Iebih dari 6.500 industri kimia (kimia hulu, kimia hilir, kimia agro, kimia hasil pertanian dan perkebunan, kimia hasil hutan dan selulosa). Dari 6.500 industri tersebut meliputi 20% industri besar (PMA/PMDN katagori A), 20-40% industri menengah (PMDN kategori B) dan selebihnya sekitar 50% adalah industri-industri kecil (IK). Sedangkan potensi dan fokus pasar BBKK pada 20-25% adalah industri menengah ke atas, yang rata-rata berpotensi mengalokasikan pembelanjaan atas Iayanan jasa BBKK (pengujian, training, kalibrasi, sertirikasi, dll) berkisar antara Rp. 35 juta - 55 juta per tahun. Dari potensi pasar produk PJT BBKK yang sedemikian besar, masih terbuka Iuas untuk meningkatkan pangsa pasar dan yang dimiliki saat ini.
Di pihak Iain, produk PJT BBKK bukan merupakan satu-satunya produk PJT industri kimia dan kemasan di Indonesia. Masih banyak produk sejenis dari Iembaga litbang kimia dan kemasan baik dari lembaga Iitbang Perguruan Tinggi, Swasta maupun Pemerintah yang memperebutkan pangsa pasar PJT kimia dan kemasan. Sementara, keberadaan maupun kemampuan PJT BBKK seiama ini belum banyak dikenal oleh industri di bidang kimia dan kemasan sebagai konsumen utzmanya. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam pasar PJTI, BBKK memerlukan strategi pemasaran yang tepat, yang sesuai dengan kriteria teknik, ekonomi, tinansial dan manajerial, yang berfokus kepada pelanggan. Pokok permasalahan penelitian ini adaiah terfokus pada kemampuan daya saing yang dimiliki BBKK atau posisi bersaingnya dengan kemungkinan strategi yang dapat diterapkan daiam menghadapi pensaingan pasar yang semakin tajam.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan ekstemal yang mempengaruhi pemasaran produk PJT BBKK, dan untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat bagi BBKK yang dapat digunakan dalam memasarkan produk PJT.
Penelitian dimulai dengan menganalisis kondisi Iingkungan internal dan eksternal bisnis PJT BBKK. Diteruskan dengan mengetahui seberapa jauh kekuatan bisnis (Iingkungan intemal) melalui elemen: sumberdaya (manusia, organisasi, keuangan, peralatan, dan reputasi); kemampuan (produksi, pemasaran, distribusi, dan purna pelayanan); dan kompetensi inti (teknoiogi kimia, teknologi kemasan, pengendalian pencemaran, dan kalibrasi). Begitu juga mengetahui daya tarik industri (lingkungan eksternal) melalui elemen demografi), teknologi, kekuatan pembeli, intensitas persaingan, dan kebijakan pemerintah.
Kondisi lingkungan tersebut diukur berdasarkan pendapat responden ahli tentang tingkat kepentingan dengan memberikan skala perbandingan tingkat kepentingan, dan memberikan penilaian berdasarkan peringkat kondisifkinerja dari setiap elemen yang diteliti. Masing-masing lingkungan diukur Analtycal Hierarchy Process (AHF). Sedangkan untuk menentukan posisi bersaing produk PHT BBKK digunakan matriks general electric (GE). Bobot nilai PJT BBKK terietak pada posisi area selective growth yang berarti apabila BBKK akan menumbuhkembangkan usahanya, disarankan untuk membuat keputusan invesbasi yang selektif untuk rnembangun tantangan bagi kepemimpinan melalui segmentasi, secara selektif membangun kekuatan bisnisnya Iebih lanjut, dan memperkuat kembali daerah-daerah basis pasar potensial yang mudah dimasuki.
Sehubungan dengan posisi bersaing produk PIT BBKK berada pada area Sebcdve Growth, maka strategi bersaing generik BBKK sebagai Unit Peiaksana Teknis Departemen Perindustrian yang berorientasi bisnis, penelitian ini merekomendasikan agar BBKK lebih tepat menggunakan strategi focus. Strategi ini memusatkan pada segmen paliogi kemasan.
Akhir dan penelitian ini penulis memberikan usulan strategi pemasaran produk pelayanan jasa teknis (PJT) BBKK melalui bauran pemasaran jasa yaitu 7P: produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotrbn), orang (people), bukti tisik (physical evidence), dan prose: (process), yang merupakan penjabaran strategi yang lebih detail dari strategi alternatifyang teiah ditetapkan.

Chemical and Packaging R&D Institute (CPRDI) is one of Technical Managing Unit under the Agency for Industrial Research and Development (AIRD), Ministry of Industry (Mol), with is functions are R Bi D, standardization, testing, certification, calibration and developing the competency of chemical and packaging industry, according to industrial policy determined by AIRD, Mol. CPRD1 is expected to support industries with one of its tasks as a provider of technical services in the area of testing, calibration, slandardization, certification, consultancy, and training activities.
The Contribution of Chemical and Packaging R8rD Insljtute to the development of chemical and packaging industry will succeed if a lot of products of Technical Service (TS) is ulilize by industrial society. It means that CPRDI has to intensively market the product TS to consumer. While, to day there are more than 6.500 chemical industries as a potential market of CPRDI. 20% of it is the large industry, 20-40% as a medium scale industry and the rat is small scale industry. Furthemiore, the main market of CPRDI is 20-25% as a medium scale industry and large industry, meaning that revenua come in to CPRDI (testing, training, calibration, certification etc.) about Rp. 35 million - 55 million per year. The opportunity is still available for CPRDI in the future.
On the other side, product of TS CPRDI is not the only one chemical and packaging industrial product in Indonesia. There are a lot of chemical and packaging industrial product produced by chemical and packaging institutes, such as R&D University, Private sector and also Government. whereas, the existence and ability of TS CPRDI as not been yet recognized by consumer as a core of chemical and packaging industry. To be the winner in TS market competition, CPRDI needs the appropriate marketing strategy, matching with technique criterion, economic, financial and managerial, focusing to customer. The problems of research is focused on competitiveness of CPRDI in its position competition, with the most strategic program can be applied to higher competition.
This purpose of this research is: to learn the internal and external environmental condition influencing product marketing of TS CPRDI, and to know the most strategic marketing which can be used to market TS product.
The beginning of the research is to analyze internal and external environmental condition of TS CPRDI business. Continued to know how far business strength ( internal environmental) through these elements: resources (human, organizational, finance, equipments, and reputation); ability ( produce, marketing, distribution, and post service); and core competences (chemistry technology, packaging technology, pollution control, and calibration). Also to know the industrial attractiveness (external environmental) through demography element, technology, buyer strength, emulation intensity, and governmental policy.
The environmental condition itself is measured base on opinion of expert respondents about there important level by giving comparuzon scale and the assessment of scale condition/performance from each accurate element investigated. Each environment is measured by weighting eadi element by utilizing the Analytical Hierarchy Process ( AHP) method. While, in determining the competition level TS product CPRDI is used general electric (GE) matrix. The weight value is at the area poswon of selective growth, meaning that if CPRDI develop its business it is suggested to make decision of selective investment to build the challengies for leadership through segmentation, selectively develop its business strength furthermore, and strengthen to return the easy potential market bass area entered.
Referring to competitive position of TS CPRDI products that is in the area of Se!edive Growth, therefore the generic competition strategy for CPRDI as Technical Managing Unit of Ministry of Industry which is business orienbng, by this research is recommending CPRDI to be more precisely using the focus market strategy. This strategy concentrate on the certain market segmentation, and technical services product that representing the core competition of CPRDI, as its advance in the level of packaging technology area.
Finally, from this research, the writer is giving the proposal about product marketing strategy for CPRDI technical sen/ice activitia by marketing mix which are 7 P?s : Product, Price, Place, Promotion, People, Physical evidence, and Process, which are representing more detailed strategy formulations comparing from alternative strategies that have been applied before.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.R. Ava Soraya DJ.
"Industri pariwisata dan perhotelan merupakan salah satu industri penghasil devisa terbesar Indonesia. Sehubungan dengan itu, karya tulis ini disusun dengan tujuan memberikan alternatif strategi peningkatan profit pada industri perhotelan di Indonesia yaitu dengan menerapkan model akuntansi segmen pasar. Pemilihan topik didasarkan atas kenyataan makin meningkatnya persaingan antar hotel di Indonesia, terutama di daerah wisata Bali, sehingga para manager perlu menemukan metode akuntansi baru yang dapat mendukung penyusunan strategi pemasaran yang lebih baik. Penelitian dilakukan dengan metode kepustakaan melalui literatur perhotelan serta dengan metode penelitian lapangan dengan mengambil hotel Akuntansi segmen pasar
pasar sebagai profit Grand Hyatt Bali sebagai studi pada prinsipnya memperlakukan center serta mengidentifikasi
kasus. segmen besar serta perbandingan persentase kontribusi keuntungan dari masing-masing segmen pasar suatu hotel. Metode ini diwujudkan melalui pembentukan sebuah model yang. mengalokasikan pendapatan dan biaya yang terakumulasi dalam suatu segmen tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerap,kan model ini, sebuah hotel mendapatkan informasi-informasi penting tentang marjin keuntungan yang dihasilkan Segmen-isegmen pasarnya. Informasi-informasi tersebut berguna untuk berbagai pengambilan keputUsan penting seperti alokasi sumberdaya, penentuan tarif kamar, alokaSi kamar untuk masing-masing segmen pada masamasa sibuk dan sebagainya. Model ini akan lebih akurat jika hotel memiliki sistem informasi yang canggih sehingga mampu menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk pembentukan model tersebut. Sebuah hotel yang menerapkan model akuntansi ini akan memiliki strategi pemasaran dan penjualan yang lebih akurat dan terarah karena didukung dengan informasi tentang segmen pasarnya. Pada akhirnya hotel tersebut akan lebih memiliki daya saing di dalam industri perhotelaan. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Baratha
"Proses pertukaran yang terjadi antara pemasar dengan konsumen teijadi akibat adanya kebutuhan dan keinginan dan korisumen yang diresponi oleb pemasar melalui strategi dan program pemasaran Terdapat faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh pemasar agar strategi dan programnya tersebut dapat tenlaksana dengan baik. Faktor-faktor tersebut adalah: faktor lingkungan dan faktor individu. Kedua faktor ini akan mempengaruhi proses pengolahan informasi, motivasi, personaliti, pembentukan attitude and belief dan akhirnya tindakan membeli.
Di dalam faktor individu terdapat sub faktor budaya dan di dalam budaya terdapat faktor Agama. Segmentasí dengan dasar agama konsumen perlu dilakukan. Terbukti dalam 2 tahun terakhir ini telah terdapat 51 perusahaan di Indonesia yang membidik target pasarnya dengan dasar segmentasi menunit agama (Islam). Kemajuan yang begitu pesat ini harus didukung dengan sebuah peneitian agar mampu menciptakan strategi bersaing yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latar belakang agama konsumen dalam proses pemilihan produk / jasa. Kategori produk yang diambil adalalah makanan kecil dan obat obatan sedangkan untuk jasa dipilih rumah sakit. Lebih spesifik, penelitian ini bertujuan melihat prnses pengolahan informasi, pembentukan sikap dan keyakinan konsunien tethadap ketiga produk/jasa di atas.
Hipotesa yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
Hl. Latar belakang agama mempengaruhi proses pentiuihan produk o!eh konsumen.
H2. Semakin taat konsumen terhadap agamanya, seinakin besar pertimbangan oritentasi agamanya dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli.
H3. Terdapat perbedaan pertirnbangan orientasi agama untuk high involement goods dengan low involvement goods dalam proses pengambilan keputusan konsumen.
Bentuk penelitian yang dilakukan adalah riset deskriptif Sumber data primer didapat dan hasil survel dengan wawancara langsung. Data sekunder dan hasil studi literatur. Kuesioner disebar kepada 150 responden yang berada di kota Jakarta dan termasuk pada kelas atas dalam strata ekonomi Metode pemilihan sampling yang digunakan adalah stratified random sampling.
Hal yang utama path kuesioner adalah faktor-faktor yang ada path sebuah produk dan jasa yang sering menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli. Faktor-faktor tersebut dibandingkan dengan pertimbangan agama konsumen. Diukur melalui skala 5 untuk mengetahui faktor mana yang lebih diutamakan oleh konsumen. Selain itu, dalam kuesioner juga diukur tingkat ketaatan konsiunen terhadap agamannya.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS v9. Metode metode yang digunakan adalah: Analisa crosstabulation, means. Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik chi-square dan ANOVA.
Hasil dan analisa dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang agama mempengaruhi proses pemilihan produk oleh konsumen untuk produk makanan kecil dan obat-obatan.
2. Latar belakang agama tidak mempengaruhi proses pemilihan rumah sakit oleh konsumen.
3. Tingkat ketaatan konsumen tidak menambah pertimbangan orientasi agamannya dalam proses pemilihan produk oleh konsumen.
4. Terdapat perbedaan pertibangan orientasi agarna untuk low involvement goods dengan high involvement goods dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Konsumen
Islam, semakin rendah tingkat keterlibatan mereka dalam suatu produk semakin tinggi pertimbangan orientasi agamanya, dan sebaliknya. Tetapi hal ¡ni tidak terjadi bagi konsumen Kristen atau katolik.
Dari hasil kesimpulan tersebut maka sebagai rekomendasi pemasarannya adalab latar belakang agama konsumen dan orientasi agama sangat penting untuk dijadikan dasar bagi segmentasi pasar, pengembangan strategi promosi, positioning product. dan mernaksimalkan kepuasan pelanggan."
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny S. Wijaya
Jakarta: Rahat Books, 2008
658.503 8 BEN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Supriadi Hamdat
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai rumah tangga sebagai unit produksi dengan mengetengahkan kasus usaha pertenunan tradisional (gedongan) di Kabupaten Wajo. Usaha pertenunan gedongan. di Kabupaten Wajo adalah merupakan usaha rumah tangga yang dikelola secara tradisional. Kegiatan menenun ini umumnya dilakukan oleh kaum wanita, dan mereka adalah penenun secara turun-temurun. Unit usaha dikelola dalam rumah tangga sehingga hal ini sangat berperan dalam proses sosialisasi dan alih keterampilan bagi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dalam pengertian bahwa rumah tangga penenun'tidak hanya berfungsi sosial tetapi jugs membawakan, fungsi ekonomi. Penenun-penenun tradisional di Wajo sejak dins telah membiasakan anak-anak mereka mengenal peralatan tenun yang digunakan, untuk selanjutnya memahami kegunaan dari tiap-tiap peralatan tersebut. Kebiasaan ini pada akhirnya akan mendorong anak-anak turut berpartisipasi dalam kegiatan bertenun.
Kemampuan bertahan usaha rumah tangga tenun gedongan di Kabupaten Wajo turut ditentukan oleh organisasi sosial seperti kekerabatan dan hubungan-hubungan patron-klien.Dalam usaha ini telah terbentuk hubungan kerja antar kerabat yang memiliki arti ekonomi dan relevansi penting bagi bertahannya usaha rumah tangga tersebut.
Hubungan patron-klien yang dikenal dalam masyarakat Wajo sebagai hubungan Ponggawa-sawi, di mana posisi seorang Ponggawa dimungkinkan karena ia memiliki kekuatan .ekonomi dan bertindak sebagai pemodal bagi sejumlah sawi. Dengan demikian bagi sejumlah penenun yang kekurangan modal usaha, maka menjalin hubungan kerja dengan seorang patron merupakan salah satu alternatif pilihan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamrin Bangsu
"Sampai saat ini angka kematian bayi dan angka kematian ibu pada masa maternal masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Philipina dan Srilanka dan beberapa negara dunia ketiga lainnya. ini mencerminkan kemampuan negara memberikan pelayanan khususnya perawatan kehamilan serta proses persalinan dan neonatal. Kenyataan tingginya angka kunjungan pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan tidak disertai dengan pemilihan petugas kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Kecamatan Talang IV sampai akhir tahun 1994 sudah memiliki 11 orang bidan 3 orang dokter 14 orang perawat/mantri kesehatan. Namun pemilihan dukun sebagai tenaga penolong persalinan masih lebih banyak jika dibandingkan dengan yang memilih petugas kesehatan.
Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Desain penelitian adalah "cross sectional" dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil analisis kualitatif digunakan untuk memperkuat analisis kuantitatif.
Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang bersalin antara Januari sampai dengan Desember 1995 di Kecamatan Talang IV Bengkulu Utara, yang berjumlah 334 orang. Sampel diambil dengan tehnik random sampling berjumlah 165 orang.
Dari hasil analisis bivariat diketahui empat dari enam variable independen yaitu pendidikan ibu, pengetahuan, status ekonomi keluarga dan lingkungan sosial terbukti mempunyai hubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Sedangkan variabel umur dan paritas ibu terbukti tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.
Setelah dilakukan uji multivariat terbukti dua variabel independen yaitu status ekonomi keluarga dan lingkungan sosial paling besar hubungannya dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Mengingat status ekonomi dan lingkungan sosial mempunyai hubungan yang paling besar dengan pemilihan tenaga penolong persalinan, disarankan pada instansi terkait untuk menetapkan standar biaya serta sistem pembayaran biaya persalinan dengan tidak terlalu memberatkan masyarakat, serta lebih mengaktifkan petugas kesehatan dan kader-kader kesehatan yang ada guna penyebaran dan penyampaian informasi tentang penolong persalinan dan persalinan sebagai salah satu jalur informasi dalam lingkungan sosial masyarakat.

Until this moment, mother mortality rate and infant mortality rate during maternity period is still very high compared to those in Philippine, Srilanka and the other third world countries. This shows the ability of the country in providing medical services surrounding the maternity process. The indication that a lot of women went to hospitals for regular check up during pregnancy period does not always meant that they will use the services in the hospital for delivering their babies. Until end of 1994 there were 11 midwifes, 3 doctors and 14 nurses/healthcare personnel in Talang IV district.
Nevertheless, there are still a lot of women prefer to choose indigenous medical practitioner to professional health care personnel for delivering their babies.
The objective of this study is to obtain information regarding the factors related to the pregnant women in choosing whose services to be used during labor.
This cross sectional study is done by in-depth interview and the result of the qualitative analysis will be used to strengthen the result of the quantitative analysis.
The study is done to pregnant women between January to December in 1994 who lives in Talang IV District. North Bengkulu which has population of 334 residents.The sampling is done by random sampling which totaled up to 165 persons.
By bivariate analysis, it was found that 4 out of 6 independent variables, such as education level of the mother, general knowledge, family's economic status and social environment do influence the choice of whose services to be used during labor. Where as the variables such as age--and mother's parity were proven to have no distinct influences in deciding whose services to be used during labor.
Moreover, with multivariate test, two independent variables such as economy status and social environment are found to have the highest influences in choosing whose services to be used during labor. From the above analysis, it was suggested that the government sector concerned should offer affordable hospital charge and paying system to the public and to motivate more health care personnel in passing information to the public regarding the advantages of using the professional medical services during maternity periods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>