Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105584 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S8349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.P. Widiastuti
"Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kuaiilas sumber daya manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara. Negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Oleh karena itulah pendidikan merupakan nvestasi dalam sumber daya manusia yang sangat penting.
Di negara kita selama ini pendidikan tidak pernah dianggap sebagai suatu masalah yang kuat, seperti masalah ekonomi dan politik yang mampu mempengaruhi banyak hal. Akibatnya alokasi dana pemerinlah untuk anggaran pendidikan relatif tidak besar. Untuk tahun 2001 misalnva, alokasi dana APBN untuk sektor pendidikan hanyalah Rp 2,8 triliun. Dari keseluruhan jumlah anggaran tersebut separuh lebih (Rp 5,4 triliun) digunakan untuk belanja rutin dan sisanya untuk belanja pembangunan. Dana yang kecil ini, terutama untuk belanja rutin, diperuntukkan hanya unluk membayar gaji guru yang jumlahnya sangat besar dan tersebar di seluruh Indonesia. Maka dapat dibayangkan berapa besar dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan sarana dan prasarana pendidikan di setiap sekolah.
Di era otonomi dan desentralisasi saat ini, melalui PP No. 105 tahun 2000, telah menggariskan perlunya Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengetahui besarnya biaya dari kegiatan-kegiatan pelayanan yang akan dilakukannya (termasuk biaya di bidang pendidikan). Pengetahuan ini merupakan langkah awal untuk Pemda agar dapat menyusun anggaran kinerja, sebagaimana yang oleh PP tersebut dikatakan mesti disusun oeh Pemda. Oleh karena itu, tesis ini mencoba melakukan perhitungan terhadap biaya penyelenegaraan pendidikan melalui perhitungan terhadap total dan unit cost kegiatan pendidikan. Selain itu penelitian ini mencoba untuk menghitung besarnya subsidi pendidikan yang layak diberikan ke suatu sekolah berdasarkan hasil perhitungan total dan unit cost tersebut.
Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini dibuat sebagai suatu studi kasus yang memfokuskan kajiannya pada sekolah menengah kejuruan (SMK), dengan mengambil sampel SMKN 10 dan SMK Cahaya Sakti di Jakarta. Sedangkan keseluruhan informasi yang dijadikan sandaran penelitian ini adalah selama tahun kalender 2001 (mulai bulan Januari sampai Desember 2001).
Untuk melakukan perhitungan total dan unit cost banyak sekali metode yang dapat digunakan. Penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu metode double distribution untuk SMKN 10 Jakarta dan metode tradisional untuk SMK Cahaya Sakti Jakarta.
Dari hasil penelitian ini dengan metode tersebut di atas, maka didapatkan-bahwa total cost penyelenggaraan pendidikan di SMK membutuhkan dana besar. Unit cost di SMK yang dijadikan sampel dalam penelitian ini iuga sangat besar jumlahnya. Sementara di sisi lain penermaan yang didapatkan SMK tidak sebanding dengan pengeluaran yang harus dikeluarkan sekolah untuk membiayai kegiatan pendidikannya. Sehingga SMK selalu mempunyai masalah defisit pada keuangannya. Hal ini sangatlah mengganggu kelancaran proses pengajaran di SMK.
Untuk itulah maka subsidi pemerintah untuk SMK sangat dibutuhkan. Tetapi seperti telah diketahui bersama, alokasi dana pemerintah untuk sektor pendidikan tidaklah besar. Oleh karena itu subsidi yang seharusnya diberikan pemerintahpun sangatlah terbatas. Padahal SMK membutuhkan dana yang tidak sedikit terutama untuk melakukan kegiatan praktek bagi siswa/i-nya. Bagi SMK negeri maupun swasta yang dijadikan sampel penelitian ini, subsidi mutlak diperlukan. Tetapi sampai saat ini, baru SMK negeri saja yang mendapatkan prioritas bantuan dari pemerintah. Sedangkan SMK swasta lebih banyak mencari jalan keluar sendiri untuk memecahkan masalah ini. Disini terjadi ketimpangan yang men}buat SMK swasta merasa dianaktirikan oleh pemerintah. Padahal bagaimanapun juga keterlibatan swasta dalam menyediakan pendidikan di negara kita sangat dibutuhkan dan sangat memberikan kontribusi yang besar. Jadi sebaiknya pemerintah harus lebih arif dalam memberikan perhatiannya (terutama masalah pembagian dana bantuan) kepada SMK negeri maupun kepada SMK swasta."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T9919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Batti
"Skripsi ini membahas mengenai stresor-stresor dalam bekerja yang dihadapi oleh guru-guru di SMPLB Khusus YPAC Jakarta, dan manajemen job stress mereka. Melalui wawancara dengan tiga informan yang merupakan guru dari masingmasing kelompok pada SMPLB Khusus YPAC Jakarta, hasil-hasil penelitian ini adalah bahwa stresor-stresor dalam bekerja yang dihadapi oleh guru-guru di SMPLB Khusus YPAC Jakarta adalah stresor yang berhubungan dengan peran dan stresor dari luar lingkungan kerja, serta mereka mengadopsi semua tahapan dalam manajemen job stress.

This research discusses about stressors in job faced by teachers in SMPLB Khusus YPAC Jakarta, and their job stress management. Through interview with three informers who are the teachers from each group in SMPLB Khusus YPAC Jakarta, results of this research are that the stressors in job faced by teachers in SMPLB Khusus YPAC Jakarta are stressor that connect to roles and stressor from outside work area, also they adopt all steps of job stress management."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Edu Maurits
"Berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia, dimana semakin banyak orang yang ingin menambah pengetahuannya, baik untuk pendidikan dan menunjang pekerjaan/karier. Penyajian sarana pendidikan dan pengajaran yang baik, perlu didukung suatu sistem informasi yang baik. Kegiatan Administrasi Pendidikan merupakan pokok permasalahan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Sistem Informasi Pendidikan terdiri atas prosedur-prosedur yang dilaksanakan dalam menjalankan penyelenggaraan pendidikan. Semakin luas dan Berkembangnya organisasi perlu diadakan pengkajian terhadap sistem informasi yang ada untuk melihat apakah sistem tersebut sudah mampu mengakomodir semua kebutuhan informasi dari pemakai informasi. Penekanan Analisa dan Usulan penyempurnaan sistem informasi administrasi kemahasiswaan pengajaran dalam menemukan permasalahan-permasalahan yang ada dan tindakan yang dapat diambil untuk menyediakan informasi yang akurat dan tepat. Sistem Informasi administrasi kemahasiswaan-pengajaran mempunyai peran lain yaitu dalam pendidikan intern yang dilaksanakan. Sistem Informasi administrasi merupakan salah sate alat yang dapat membantu dalam pelaksanaan pengendalian operasi. Peranannya dalam pengendalian intern dapat dilihat dalam kegiatan yang bersifat adminstratif atau hal-hal lain yang berhubungan. Pemisahan tugas dan pengaturan diatur sedemikian rupa agar kegiatankegiatan sejenis dilaksanakan suatu unit kerja dengan efektif dan efisien. Pembuatan job description dapat digunakan untuk memperlihatkan rincian kerja masing-masing pegawai dan berguna untuk menilai mutu pekerjaan bagi setiap pekerja. Pembuatan manual sistem informasi administrasi perlu disusun atau disempurnakan yang meliputi prosedur-prosedur dan kebijakan-kebijakan dalam administrasi yang diterapkan. Pengawasan atau pelatihan untuk melaksankan tugas yang efektif dan efisien dari setiap seksi dapat mendorong tercapainya efektifitas dan efisiensi organisasi secara keseluruhan. Penggunaan perangkat komputer yang terintegrasi baik perangkat keras ataupun perangkat lunak beserta data-datanya, yang dikenal dengan istilah Local Area Network (LAN) dan penggunaan modem. Dengan perangkat ini, dapat menghubungkan beberapa seksi yang penting, dimana kegiatannya berkaitan erat. Dengan penggunaan fasilitas komputer yang online (integrasi) di setiap seksi pelaksana sistem informasi administrasi kemahasiswaan-pengajaran maka dibuat suatu usulan sistem bue yang dijalankan dan berdasarkan prosedur-prosedur yang telah dianalisa. Prosedur-prosedur yang dijalankan dibagi berdasarkan pertimbangan pembagian kerja yang relatif lebih merata. Kesinambungan kerja dalam melaksanakan kerja yang efektif dan efisien."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Ardiwibowo
"Kebijakan nasional di bidang pendidikan menengah adalah 1) peningkatan akses dan daya tampung, 2) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, serta 3) peningkatan efisiensi dan manajemen pengelolaan pendidikan.
Sehubungan dengan diberikannya kewenangan sekolah dalam menentukan program kerja dan anggaran pelaksanaan tugas di bidang pendidikan maka perlu dilakukan kontrol terhadap implementasinya. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya ekses yang tidak menunjang tercapainya pengembangan pendidikan itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk : a) memperoleh gambaran dan jawaban, dari masing-masing sekolah sample, apakah terjadi konsistensi antara pola penganggaran yang disusun sekolah dengan komitmen arah pendidikan para stakeholders dan kebutuhan riil sekolah dalam pelayanan masyarakat di bidang pendidikan, b) menguji keterbacaan serta efektifitas instrumen, terhadap 4 sekolah sample, untuk membantu sekolah dalam menentukan konsistensi antara anggaran, komitmen dan kebutuhan serta c) memformulasikan instrumen yang lebih efektif untuk membantu sekolah dalam menentukan konsistensi antara anggaran, komitmen dan kebutuhan.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
Komitmen program pendidikan dari para stakeholder.
Dari empat sekolah sampel penelitian, semua memiliki komitmen yang sama. Berturut-turut adalah peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, peningkatan efisiensi dan manajemen pengelolaan sekolah terakhir adalah program peningkatan akses dan daya tampung. Dalam program peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta peningkatan efisiensi dan manajemen pengelolaan sekolah, pembenahan SDM sebagai elternatif kegiatan yang diprioritaskan. Sedangkan program peningkatan akses dan daya tampung, double shift merupakan alternatif kegiatan yang paling tidak dikehendaki.
Kebutuhan riil sekolah.
Dari empat sekolah sampel penelitian, tiga sekolah telah terpenuhi kebutuhan utamanya dalam proses pembelajaran maupun kebutuhan penunjang. Tetapi animo lulusan SLTP yang sangat besar tidak disikapi dengan program peningkatan akses dan daya tampung secara serius. Satu sekolah kurang dapat konsisten dalam pemenuhan kebutuhan rill dan komitmen dari para stakeholders.
Konsistensi anggaran sekolah.
Dari empat sekolah sampel tiga sekolah mampu melakukan alokasi anggaran cukup konsisten dalam mendukung komitmen para stakeholders, maupun dalam pemenuhan kebutuhan riil. Satu sekolah kurang dapat mengalokasikan anggaran secara konsisten dalam pemenuhan kebutuhan hal ini berkaitan dengan aliran dana ke pihak ketiga, sebagai suatu kewajiban, yang cukup besar jumlahnya.
Sumber pendanaan.
Dari komitmen para stakeholders, dalam hal pencarian sumber dana untuk membiayai pelaksanaan program kerja sekolah, diperoleh kesimpulan : 3 sekolah (NE, NN dan SN) harapan utama sumber dana dari pemerintah, kemudian disusul dari siswa dan terakhir berharap dari donatur. Sedangkan 1 sekolah (SE), harapan utama sumber dana dari siswa, disusul dari donatur dan terakhir pemerintah.
Instrumen penelitian.
Hasil utama dari penelitian ini berupa instrumen perencanaan program dan anggaran sekolah yang riil dan partisipatif, disertai dengan software pengolahan data. Instrumen penelitian terdiri dari tiga jenis : 1) instrumen penjaringan komitmen para stakeholders, 2) form pendataan profil dan kebutuhan riil sekolah, 3) form posting alokasi anggaran sekolah.
Rekomendasi.
Sebagai rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah :
1. Mengaplikasikan instrumen dan software pendukungnya kepada sekolah agar diperoleh hasil berikut :
- Bagi sekolah, untuk malakukan evaluasi, sekaligus pedornan arah, terhadap konsistensi antara komitmen arah program pendidikan, kebutuhan riil dan anggaran yang disusun sekolah.
- Pemerintah, sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam pembinaan sekolah yang bersumber dari para stakeholders di lingkungan sekolah (bottom up).
- Masyarakat, sebagai sarana ikut berpartisipasi dan kontrol kepada sekolah dalam penentuan program pendidikan.
2. Dalam kapasitas sebagai pembuat standar dan norma, peran pemerintah dalam ikut mengontrol alokasi anggaran sekolah adalah dengan memberikan rambu-rambu terhadap standar pembiayaan yang harus dimunculkan dalam RAPBS.
3. Sebagai pertimbangan pengalokasian bantuan (block grant) agar lebih tepat sasaran bagi sekolah.
4. Diperlukan uji coba kepada lebih banyak lagi sekolah dengan memperhatikan berbagai keragaman.
5. RAPBS diharapkan implementatif dalam pelaksanaan program tahunan sekolah beserta pembiayaannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kusnandir
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepentingan anak didik yang ada sekarang, dan mengukur tingkat kinerja pelayanan sekolah yang ada sekarang dengan lokasi penelitian di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kotamadya Bekasi, yaitu SMU Negeri 1, SMK Al-Muhajirin, dan SMK Karya Bhakti. Metode pengumpulan data dengan kuesioner menggunakan skala Lickert dengan nilai interval 1-5. Sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak 100 orang terdiri atas 40 murid dari SMU Negeri 1, 30 murid dari SMK AL-Muhajirin, dan 30 murid dari SMK Karya Bhakti yang diambil secara acak. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja (performance and importance analysis) dengan menggunakan diagram kartesius yang dibagi menjadi empat kwadran. Dari kwadran tersebut diketahui nilai tengah kepentingan sebesar 3,7 dan nilai tengah kinerja sebesar 2,8. Dengan demikian atribut yang memiliki skor di atas nilai tengah kepentingan sebesar 3,7 berkategori bagus, atau sebaliknya. Kemudian atribut yang memiliki skor di atas nilai tengah kinerja sebesar 2,8 berkategori bagus, atau sebaliknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa atribut yang ada di kwadran I memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerjanya pun tinggi sehingga perlu dipertahankan. Atribut yang ada di kwadran II yaitu wibawa guru, memiliki tingkat kepentingan rendah, tetapi kinerjanya tinggi sehingga perlu ada upaya agar tidak berlebihan. Atribut-atribut yang ada di kwadran III memiliki tingkat kepentingan rendah, tetapi kinerjanyapun rendah sehingga tidak perlu mendapat perhatian karena sudah wajar. Dan atributatribut yang ada di kwadran IV sebanyak 10 atribut yaitu komunikasi guru dengan murid, laboran, pustakawan, tenaga kebersihan, ruang kelas, laboratorium, sarana olah raga, perpustakaan, WC, dan kantin memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerjanya rendah - sehingga perlu ditingkatkan. Agar sumber yang berlebihan di kwadran II tidak mubazir disarankan sumber tersebut didistribusikan ke kwadran IV untuk meningkatkan kinerja atribut-atribut yang ada di kwadran IV.

The objective of this research is to measure the student importance and the performance of school service, of services of provided by the existing schools. The research is located at Senior High School and Vocational Senior High School in Bekasi Municipality; they are State Senior High School 1, "Al-Muhajirin? Vocational Senior High School, and "Karya Bhakti" Senior High School. Data collection is performed by using the method of questionnaire based on Licked Scale with the interval value of 1-5. Samples employed in this research is 100 person, consisting of 40 students of State Senior High School 1, 30 students of "Al-Muhajirin" Vocational Senior High School, and , 30 students of "Karya Bhakti" Vocational Senior High School which are taken randomly. Data analysis is based on the technique of extent importance and performance by using kartesius diagram which are divided into 4 quadrants. Based on the quadrants, it is noted that the median value of the importance is 3.7 and the median value of the performance is 2.8. Therefore, the attribute with the score exceeding the median value of the importance is 3.7 in good category or vise versa. The attribute with the score exceeding the median value of the importance of the performance is 2.8 in good category or vise versa. Results of the research reveal that attribute existing at quadrant I has a high extent of importance and the high extent of performance, that is should be maintained. The attribute existing at quadrant II is teacher's authority, with a low extent of importance, however, its extent of performance is high, that there should be an effort that it will not excessive. Attributes existing at quadrant Ill has a low extent of importance, that it does not require an attention. Attributes existing at quadrant IV is 10 attributes, they are teacher-student communication, report, librarian, cleaning service attendants, classrooms, laboratories, sport facilities, library, lavatory, and canteen with high extent of importance, yet their extent of performance is low and should be increased. In order that the excessive sources at quadrant II is not valueless, it is recommended to distribute the sources to quadrant IV so that the performance of attributes existing at quadrant IV can be increased."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Savitri
"Maslach memandang burnout sebagai sindrom psikologis yang meliputi tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan low personal accomplishment (Maslach, 1982; 1993). Dimensi kelelahan emosional mencerminkan terkurasnya sumber-sumber diri sehingga individu tidak mampu memberikan pelayanan dengan baik. Kemudian dimensi depersonalisasi ditandai oleh kecenderungan individu bersikap negatif dan sinis terhadap penerima pelayanan. Sedangkan dimensi low personal accomplishment mengacu pada penilaian negatif terhadap kinerja diri.
Fenomena burnout umumnya dialami oleh profesional yang bekerja di bidang pelayanan sosial. Maslach (1993) serta Pines dan Aronson (1993) berpendapat bahwa para profesional di sektor pelayanan sosial selalu dituntut untuk memberikan pelayanan dengan baik. Hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan yang bersifat asimetris menyebabkan pemberi pelayanan dituntut secara kontinyu memperhatikan kesejahteraan penerima pelayanan. Padahal selama proses pemberian pelayanan mereka menghadapi situasi yang kompleks sehingga rentan terhadap emosi negatif. Situasi yang kompleks tersebut misalnya penerima pelayanan yang tidak kooperatif, beban kerja, konflik dengan rekan kerja, sampai masalah birokrasi. Dengan berjalannya waktu energi pemberi pelayanan akan terkuras sehingga berkembanglah fenomena burnout.
Dalam memahami proses burnout memang tidak terlepas dari teori stres umum (Chemiss, 1980). Ia menjelaskan Iebih lanjut, burnout diawali oleh adanya persepsi individu terhadap tuntutan pekerjaan yang berlebihan (stres). Kemudian individu berupaya mengatasi ketidaknyamanan akibat stres (coping). Ketika upaya mengatasi pemwasalahan selalu menemui kegagalan, individu menjadi tidak berdaya. Ketidakberdayaan tersebut menyebabkan individu menggunakan mekanisme pertahanan intrapsikis seperti menjaga jarak dari klien serta memperlakukan mereka secara sinis. Simtom-simtom tersebut mencerminkan individu mengalami burnout.
Peneliti tertarik untuk melihat burnout pada guru SLB tuna ganda, yaitu individu yang mengajar siswa yang memiliki Iebih dari satu kelainan. Dawson dkk., (dalam Stieler, 1994) mengatakan bahwa guru SLB tuna ganda rentan terhadap timbulnya frustrasi karena menghadapi karakteristik siswa yang tidak responsif, labil secara emosi, dan daya tangkap siswa sangat terbatas. Kondisi ini menuntut perhatian dan pelayanan guru terus menerus secara individual. Selain itu tugas-tugas guru SLB tuna ganda pun beragam, selain melayani siswa secara individual, mereka juga memodifikasi perilaku siswa, menjalin kerjasama dengan orangtua dan profesional lain, serta menyelesaikan tugas-tugas tambahan lain. Dengan beragamnya tuntutan yang dihadapi guru SLB tuna ganda maka dengan berjalannya waktu, rnereka rentan terhadap burnout. Dengan demikian permasalahan yang ingin diteliti adalah bagaimanakah gambaran burnout yang dialami guru SLB tuna ganda pada dimensi kelelahan emosional, depersonalisasi, dan low personal accomplishment? Faktor-faktor apa sajakah yang merupakan sumber burnout?, serta bagaimanakah proses berkembangnya burnout yang dialami oleh guru SLB tuna ganda?
Melalui wawancara mendalam diperoleh hasil sebagai berikut gambaran dimensi kelelahan emosionai ditandai dengan perasaan frustrasi, lelah secara psikologis, jenuh, dan tidak berdaya yang bersifat kronis. Kemudian gambaran dimensi depersonalisasi yang tercermin dari informan adalah kehilangan idealisme terhadap siswa, sikap apatis untuk menerapkan metode Iain, malas mengajar, serta perilaku mudah membentak siswa. Adapun dimensi low personal accomplishment yang dialami informan meliputi perasaan gagal sebagai guru, meragukan kompetensi diri, merasa tidak berharga, tidak ada keinginan untuk mengembangkan potensi diri di pekerjaan, tidak memiliki target (kecuali demi meraih kepangkatan), serta perasaan putus asa terhadap pekerjaannya.
Adapun sumber-sumber burnout yang diperoleh dari penelitian ini meliputi empat matra yaitu keterlibatan dengan siswa, lingkungan kerja, individu, dan keluarga. Matra keterlibatan dengan siswa tuna ganda yaitu perasaan jenuh. kesal, dan Ielah menghadapi perubahan pada siswa yang sangat Iambat karena karakteristik siswa tuna ganda yang keterbelakangan mental, daya tangkap terbatas, labil secara emosi, serta tidak mampu menolong diri. Kondisi tersebut selalu menuntut kesabaran dan kompetensi guru untuk mengulang-ulang pelajaran dalam jangka waktu yang Iama. Sedangkan matra lingkungan kerja sebagai sumber burnout meliputi beban kerja secara kuantitas dan kualitas, konflik dengan rekan, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan, konflik peran, ambiguitas peran, jalur komunikasi dari atas tidak jelas, sikap orangtua tidak kooperatif, serta dukungan sosial yang tidak dirasakan dari rekan dan atasan. Adapun matra individu yang merupakan sumber burnout adalah harapan yang tidak realistis terhadap siswa, konsep diri yang tergolong rendah, sikap tertutup, penekanan keberhasilan pada hasil akhir, locus of control cenderung eksternal, kurang gigih dalam berusaha, dan penghayatan terhadap makna kerja untuk mencapai kemapanan secara materi. Sedangkan matra keluarga yaitu konflik peran pada wanita bekerja.
Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa burnout yang dialami informan berkembang karena strategi coping yang tidak adekuat dalam menghadapi permasalahan siswa dan permasalahan lain di tempat kerja. Informan menggunakan strategi coping yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan emosional (emotion-regulating function), seperti penghindaran terhadap masalah, penyangkalan terhadap masalah, maupun upaya melupakan permasalahan. Penggunaan strategi coping tersebut disebabkan oieh kegagalan berulang kali dalam mengembangkan siswa. Ada sejumlah faktor internal dan eksternal yang turut mempengaruhi kegagalan dalam mengembangkan siswa. Faktor eksternal meliputi karakteristik psikologis siswa tuna ganda dan sikap orangtua yang tidak kooperatif. Sedangkan faktor internal yang turut andil menyebabkan kegagaian dalam mengembangkan siswa meliputi: harapan yang tidak realistis terhadap siswa, locus of control cenderung eksternal, ragu terhadap kompetensi diri dan kurang gigih dalam berusaha. Penggunaan strategi coping yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan emosional memang adaptif untuk jangka pendek. Namun jika berlangsung lama, ternyata tidak efektif. Permasalahan yang dihadapi informan tetap muncul karena karakteristik siswa tuna ganda yang dihadapi informan merupakan stressor yang kronis. Dengan bertambahnya waktu energi informan terfokus untuk mengatasi pemasalahan yang tidak kunjung dapat diatasi sehingga semakin lama menguras sumber-sumber diri informan. Pada akhirnya informan mengalami humour, yaitu kelelahan emosional. Kemudian keIelahan emosional tersebut menyebabkan perkembangan depersonalisasi dan low personal accomplishment.
Penelitian ini juga mendapatkan informan yang tidak mengalami burnout. Proses yang dialami informan yang tidak mengalami burnout yaitu mereka menggunakan strategi coping yang mengarah pada pemecahan masaIah. Hal ini tampak dari membuat program yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, berkonsultasi dengan rekan, pakar, dan atasan mengenai masalah pekerjaan, selalu mencoba metode secara konsisten, membuat suasana belajar yang berbeda, serta mengisi hidup secara variatif. Penggunaan strategi coping tersebut dilakukan setelah informan dapat 'menerima keterbatasan siswa tuna ganda apa adanya'. Selanjutnya penggunaan strategi coping yang mengarah pada pemecahan masalah menyebabkan informan meraih keberhasilan dalam mengembangkan siswa setahap demi setahap. Keberhasilan yang diraih secara bertahap tersebut mengembangkan sense of personal accomplishment.
Penelitian ini bersifat deskriptif sehingga perlu dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan desain korelasional maupun penelitian longitudinal untuk memahami keterkaitan antara sumber burnout, burnout, dan dampak dari burnout di Indonesia. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan lain seperti pendekatan organisasional terhadap burnout. Sedangkan saran metodologis untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan triangulasi metodologis. Adapun saran praktis untuk informan yang mengalami burnout yaitu konseling karir untuk menetapkan harapan yang realistis serta menyadari kekuatan dan keterbatasan diri. Selain itu pemberian pelatihan seperti pelatihan keterampilan sosial dan pelatihan strategi coping yang adaptif, akan membantu informan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan mengatasi masalah. Pihak sekolah sebaiknya membentuk support group untuk mengembangkan dukungan sosial antara sesama guru maupun guru dengan orangtua siswa."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>