Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Ansi Virda Arizona
"Pelumas didefinisikan sebagai zat kimia yang diberikan di antara dua permukaan yang saling bergerak secara relatif untuk mencegah keausan pada permukaan. Pemakaian pelumas yang meliputi berbagai bidang, menuntut karakteristik pelumas yang aman bagi kesehatan dan lingkungan, selain memiliki kinerja yang baik terhadap mesin. Minyak nabati merupakan sumber terbaik untuk pengembangan minyak lumas yang ramah lingkungan. Dalam penelitian ini, minyak nabati dari tanaman Jarak (Castor Oil), yang komposisi terbesarnya asam risinoleat, dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan minyak lumas dasar. Dalam rangka meningkatkan sifat-sifat fisiko-kimianya, dilakukan Reaksi Modifikasi Tiga Tahap pada Castor Oil, meliputi transesterifikasi menjadi COME, epoksidasi menjadi ECOME, dan pembukaan cincin epoksida menjadi ProMCO dan PeMCO. Senyawa diol, yaitu 1,3-propanadiol dan 1,5-pentanadiol, digunakan dalam reaksi pembukaan cincin epoksida dengan tujuan meningkatkan kompatibilitas produk reaksi dengan minyak mineral. Produk tiap reaksi dikarakterisasi dan diperoleh kondisi optimum pada reaksi dengan 90 mL 1,3-propanadiol dan 80 mL 1,5-pentanadiol. Uji kompatibilitas dilakukan dengan mencampurkan produk terhadap HVI 160 dan Yubase Mineral Oil pada komposisi 4,8,12,16, dan 20%. Produk campuran dikarakterisasi dan diperoleh bahwa PromCO tidak meningkatkan indeks viskositas HVI 160, sebaliknya PeMCO meningkatkan indeks viskositas sampai 98 untuk komposisi 20%. Sedangkan pencampuran dengan Yubase menunjukkan peningkatan indeks viskositas sampai 134 untuk ProMCO dan 135 untuk PeMCO.

Lubricant is defined as chemical substances applied between two surfaces in order to reduce the friction between them. Lubrication are applied in many sectors of life, thus a lube oil should be environmental and health friendly. Vegetable oil is a good source to produce lube oil that meets this criterion. In this research, vegetable oil from Jatropha (Castor Oil) which is contain of ricinoleic acid at large compotition, utilized to produce base oil. In order to optimize the physical and chemical characteristics, ‘Three Steps Modification Reaction’ is applied. These steps include transesterification to COME, epoxidation to ECOME, and epoxy opening reaction to ProMCO and PemCO. Two kind of diol substances, which are 1,3-propanadiol and 1,5-pentanadiol, are used in the epoxy opening reaction to increase the compatibility of product with mineral oil. Product from each reactions are characterized and optimum condition resulted at 90 mL of 1,3-propanediol and 80 mL of 1,5-pentanediol. Compatibility test was run by blending the each produt with HVI 160 and Yubase Mineral Oil in 4,8,12,16,and 20% of composition. Blended products are characterized. It shows ProMCO shows no tendency to increase the HVI 160’s Viscosity Index while PeMCO increase the viscosity index up to 98 in 20% composition, whereas the Yubase blended products shows an increase in viscosity index up to 134 for ProMCO and 135 for PeMCO."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30711
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudiani Atmanegara
"Perubahan kondisi alam yang semakin mengkhawatirkan, mendorong berkembangnya penelitian mengenai pelumas yang lebih ramah lingkungan yang disebut biopelumas. Biopelumas merupakan pelumas yang berbahan dasar minyak nabati yang dapat terdegradasi secara biologis dan dapat diperbaharui. Salah satu contohnya adalah pelumas berbahan dasar minyak jarak Ricinus communis L. (Castor oil). Pada penelitian ini, dilakukan reaksi modifikasi tiga tahap pada Castor oil untuk memperbaiki karakteristik fisiko - kimia, sehingga dapat dijadikan minyak lumas dasar yang berkualitas. Tahapan tersebut, yaitu transesterifikasi menggunakan metanol dan katalis KOH untuk menghasilkan Castor Oil Methyl Ester (COME), epoksidasi dengan hidrogen peroksida dan katalis asam format untuk menghasilkan Epoxidized Castor Oil Methyl Ester (ECOME), serta pembukaan cincin epoksida dengan senyawa diol (1,4-butanadiol dan 1,6-heksanadiol) dan katalis PTSA untuk menghasilkan Butanediol Modified Castor Oil (BuMCO) dan Hexanediol Modified Castor Oil (HeMCO). Kemudian dilakukan pencampuran produk hasil modifikasi dengan minyak mineral (HVI 160 dan Yubase), karena adanya kesamaan komposisi hidrokarbon yang dimiliki oleh keduanya, sehingga dapat dilihat tingkat kompatibilitasnya untuk menghasilkan biopelumas yang berkualitas. Dari hasil penelitian, didapat komposisi senyawa diol optimum, yaitu 70 mL (0,7900 mol) 1,4-butanadiol dan 90 g (0,7614 mol) 1,6-heksanadiol. Produk Pencampuran produk dengan Yubase lebih baik dibandingkan dengan HVI 160, hal ini dibuktikan dari pengamatan visual dan uji viskositas.

Changes in the natural condition that increasingly alarming, encouraging the development of research on the lubricant more environmentally friendly, called biolubricant. Biolubricant is vegetable oil based lubricant which biodegradable and renewable resources. For example is biolubricant from Jatropha plant (Castor oil). In this research, Castor oil is modified by three-step reactions to improve the physico - chemical characteristics with the good quality base lubricating oil. These steps, namely transesterification using methanol and KOH catalyst to produce Castor Oil Methyl Ester (COME), epoxidation using hydrogen peroxide and formic acid catalyst to produce Epoxidized Castor Oil Methyl Ester (ECOME), and epoxide ring opening reaction using diol compounds (1,4- butanediol and 1,6-hexanediol) and PTSA catalyst to produce Butanediol Modified Castor Oil (BuMCO) dan Hexanediol Modified Castor Oil (HeMCO). Then, modification products are mixed with mineral oil (HVI 160 and Yubase), because of the similarity of hydrocarbon compositions owned by both, so the level of compatibility to produce a quality biolubricant can be monitored. The results shows that the optimum composition of diol compounds are 70 ml (0,7900 mol) of 1,4-butanediol and 90 g (0,7614 mol) of 1,6-hexanediol. Mixing ECOME diol with Yubase is better than the HVI 160, this is evident from visual observation and viscosity test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30590
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Juita Mayasari
"ABSTRAK
Gemuk lumas adalah semi cairan hingga padat yang merupakan campuran dari bahan dasar, pengental, dan aditif. Minyak jarak duri Ricinus communis L. memiliki peran potensial sebagai minyak dasar gemuk lumas, namun mudah teroksidasi. Penambahan aditif antioksidan dapat menunda reaksi oksidasi pada gemuk lumas food grade. Aditif antioksidan adalah BHT, TBHQ, dan HMWP. Li 12-hidroksistearat digunakan sebagai bahan pengental. Gemuk lumas food grade diformulasikan melalui proses saponifikasi-pelarutan-pendinginan-homogenisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gemuk lumas food grade yang memiliki performa pelumasan yang baik, stabil dan dapat dioperasikan pada suhu yang cukup tinggi dengan menggunakan minyak jarak duri Ricinus communis L. sebagai bahan dasar. Serta mempelajari pengaruh variasi konsentrasi bahan pengental 15 dan 17 , variasi konsentrasi 0, 0.5, 1, 1.5, dan 2 dan jenis aditif antioksidan terhadap karakteristik gemuk lumas. Karakteristik tersebut meliputi dropping point, konsistensi, klasifikasi NLGI, dan ketahanan korosi, serta ketahanan oksidasi pada minyak jarak duri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gemuk lumas food grade yang dihasilkan memiliki dropping point 189-194 oC, konsistensi kekerasan lunak hingga sedang, NLGI 1-3, ketahanan korosi 1a, serta semua antioksidan efektif meningkatkan ketahanan oksidasi pada minyak jarak duri.

ABSTRACT
Grease is a semi fluid to solid mixture of a fluid lubricant, a thickener, and additives. Castor oil Ricinus communis L. has a potential roles as a grease lubricating base oil, but it has easily oxidized. The addition of antioxidant additives can delay oxidation reaction on food grade grease. Antioxidant additives are BHT, TBHQ, and HMWP. The thickening agent for the grease is Lithium 12 hydroxystearate soap. The food grade grease formulated through a saponification dilution cooling homogenization process. The aimed of this research is to obtain food grade grease which has a good lubrication performance, stable and can be operated at high temperature by using castor oil Ricinus communis L. as the based oil. And studying the effect of concentration variations of thickening agents 15 and 17 , concentration variations 0, 0.5, 1, 1.5, and 2 and types of antioxidant additives to the characteristics of grease. These characteristics included dropping point, consistency, NLGI classification, and corrosion resistance, and also oxidative resistance to castor oil. The results showed that the food grade grease had dropping point 189 194 oC, soft to moderate hardness consistency, NLGI 1 3, corrosion resistance 1a, and all the antioxidants effective to increased oxidative resistance of castor oil."
2018
T49758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Karunia Widhiasari
"Castor oil merupakan salah satu minyak nabati yang dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan minyak mineral. Reaksi modifikasi tiga tahap yang meliputi reaksi transesterifikasi, epoksidasi, dan pembukaan cincin epoksida menjadi HexMCO dilakukan untuk memperbaiki karakteristik castor oil. Dalam penelitian ini, digunakan 1-heksanol pada reaksi pembukaan cincin epoksida dengan variasi volume, suhu serta waktu reaksi untuk mengetahui kondisi optimum dari reaksi tersebut. Karakterisasi produk menghasilkan kondisi optimum, yaitu pada penambahan 1-heksanol sebanyak 75 mL, dengan suhu 1000C selama 10 jam. Uji karakteristik HexMCO menunjukkan bahwa HexMCO memiliki nilai titik tuang yang baik. Uji kompatibilitas dilakukan dengan mencampurkan produk dengan minyak mineral HVI 160 dan Yubase. Karakterisasi produk campuran menunjukkan bahwa penambahan HexMCO meningkatkan indeks viskositas kedua campuran, baik dengan HVI 160 maupun Yubase, namun tidak terlalu mempengaruhi nilai titik nyala dan titik tuang campuran.

Castor oil is one of the vegetable oil that can be used to replace the use of mineral oil. The ‘Three Steps Modification Reaction’, which include transesterification, epoxidation, and epoxy opening reaction become HexMCO, done to improve the characteristics of castor oil. In this research, 1-heksanol used on epoxy opening reaction with the variation of volume, temperature and reaction time to determine the optimum conditions of reaction. The optimum reaction is produced by added 75 mL of 1-hexanol at 1000C during 10 hours. Characteristic test of HexMCO show that it is have good characteristic of pour point. Compatibility test was used by blending the HexMCO with HVI 160 and Yubase mineral oil. Blended products are characterized. It shows that HexMCO will increase the viscosity index but it’s no tendency to increase flash point and pour point."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feri Hardi Utami
"Castor Oil, yang komposisi terbesarnya asam risinoleat, dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan minyak lumas dasar. Castor Oil yang akan digunakan sebagai biofuel maupun sebagai pelumas harus diproses terlebih dahulu, terutama proses pemurnian. Pada penelitian ini dilakukan optimasi penambahan 1-oktanol dalam pembuatan minyak lumas dasar. Reaksi modifikasi tiga tahap pada Castor Oil dilakukan untuk memperbaiki karakteristik fisika-kimia, sehingga dapat dijadikan minyak lumas dasar berkualitas. Reaksi tersebut meliputi reaksi transesterifikasi, epoksidasi, dan pembukaan cincin epoksida menjadi OctMCO. Pembukaan cincin epoksida menggunakan 1-oktanol menggunakan katalis PTSA dan dilakukan variasi volume 1-oktanol (65, 95, 125 mL), suhu reaksi (60°C, 80°C, dan 100°C), dan waktu reaksi(6, 8, 10 jam). Dari hasil penelitian didapat komposisi optimum yaitu 95 mL 1-oktanol pada suhu 100°C selama 10 jam. OctMCO yang diperoleh memiliki keunggulan pada nilai titik tuang yang rendah. Hasil produk optimum dilakukan pencampuran dengan HVI 160 dan Yubase. Kompatibilitas OctMCO dengan HVI lebih baik dibandingkan dengan Yubase, hal itu terlihat dari banyaknya OctMCO yang tercampur dengan HVI. OctMCO yang bercampur dengan HVI 160 sebanyak 94,5% sedangkan dengan Yubase sebanyak 74,02%. Produk campuran dikarakteristik dan dihasilkan kenaikan indeks viskositas pada HVI dan Yubase.

Castor Oil which is contain of ricinoleic acid at large compotition, utilized to produce base oil. Castor Oil to be used as a biofuel or as a lubricant must be processed first, especially the purification process. In this research, conducted optimization of the addition of 1-octanol in the manufacture of lubricating base oil.Castor oil is modified by three-step reactions to improve the physico-chemical characteristics with the good quality base lubricating. These steps include transesterification, epoxidation, and epoxy opening reaction to OctMCO. Epoxy opening reaction using alcohol compound and PTSA catalyst with variation volume of 1-octanol (65, 95, 125 mL), tempetature (60°C, 80°C, dan 100°C), and time of reaction (6, 8, 10 hours). From the research results obtained optimum conditions is 95 mL of 1-octanol at 100°C in 10 hours. OctMCO obtained has the specal quality of low pour point. The results optimum product performed mixing with HVI 160 and Yubase. Compatibility OctMCO with HVI better than it looks from the many OctMCO mixed with HVI. OctMCO mixed with HVI 160 is 94,5%; whereas mixed with Yubase is 74,02%. Blended products are characterized and show an increase in viscosity index of HVI 160 and Yubase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34171
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti
"Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap produk minyak pelumas, telah dipelajari formulasi salah satu minyak pelumas untuk metal working, yaitu rolling oil. Bahan dasar yang digunakan adalah minyak jarak (Ricinus communis L). Minyak pelumas yang baik adalah memiliki indeks viskositas yang tinggi. Minyak jarak adalah salah satu minyak nabati yang berpotensi dikembangkan menjadi rooling oil karena memiliki indeks viskositas yang tinggi, tetapi nilai tersebut belum memenuhi nilai standar rolling oil yang ada di pasaran. Indeks viskositas minyak jarak adalah 87, sedangkan indeks viskositas rolling oil standar yang ada di pasaran adalah di atas 100.
Dalam penelitian ini dilakukan sintesa rolling oil dengan cara dehidrasi minyak jarak menggunakan katalis campuran natriun bisulfat dan atapulgit Dehidrasi minyak jarak ini menghasilkan rolling oil yang memiliki indeks viskositas 142. Selanjutnya untuk memperbaiki karakteristik rolling oil tersebut dilakukan penambahan aditif antioksidan dan aditif extreme pressure (EP).
Dari hasil penelitian ini diperoleh perbandinganan konsentrasi katalis natrium bisulfat dengan atapulgit optimum yaitu 0,5% : 2%(b/b), diperoleh antioksidan dengan konsentrasi terbaik yaitu TBHQ 0,12% dan konsentrasi optimum aditif extreme pressure AP-2337 sebesar 3,5% (b/b).

In order to reduce the dependence upon lubricant oil product, it has been studied one of formulation type lubricant oil which is use for metal working namely rolling oil. Castor oil (Ricinus Communis L) was used as raw material. The characteristic of good lubricant oil has high viscosity index. Castor oil is one kind of vegetable oil which the potential to be developed for rolling oil due to high viscosity index. Raw castor oil has viscosity index about 83,5 cSt which has not met the market requirement on viscosity index above 100 cSt.
In this study, the synthesis of rolling oil was done by catalysis dehydration using NaHSO4 and attapulgite. The catalysis dehydration product has viscosity index 142 cSt. The quality was improve by the addition of antioxidant and extreme pressure additive.
The result of the study showed the ratio catalyst concentration NaHSO4 : attapulgite, 0,5% : 2% (w/w), antioxidant additive was TBHQ 0,12% and extreme pressure additive AP-2337 3,5%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T40170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Zahirabudi Darayani
"Bio-hidrokarbon dapat dihasilkan dari konversi asam lemak minyak nabati non-pangan melalui reaksi perengkahan katalitik. Pada penelitian ini dilakukan perengkahan minyak jarak kepyar untuk menghasilkan bio-hidrokarbon dengan bantuan katalis zeolite. Katalis zeolite didapatkan dari preparasi fly-ash dengan metode pencucian asam (HCl) dan peleburan alkali (NaOH), yang kemudian diimpregnasi dengan atom boron (B) dan fosfor (P) untuk memodifikasi keasamannya. Untuk mendapatkan konversi minyak jarak kepyar setinggi mungkin, maka dilakukan variasi suhu reaksi (450, 500, dan 550°C) serta variasi katalis. Hasil reaksi perengkahan berupa bio-oil akan dikarakterisasi dengan GC-MS dan FTIR; sedangkan hasil preparasi katalis dikarakterisasi dengan XRD dan XRF. Berdasarkan hasil penelitian, minyak jarak kepyar berhasil dikonversi menjadi senyawa bio-hidrokarbon. Konversi terbesar dihasilkan oleh variasi katalis zeolite fly-ash terimpregnasi 5%wt boron (5%B/FA) pada suhu 550°C sebesar 72.86% dan variasi rasio massa katalis terhadap minyak umpan 10%wt pada suhu 550°C sebesar 81.55%. Berdasarkan hasil GC-MS, katalis campuran boron dan fosfor dengan rasio massa 10% terhadap minyak umpan (10%wt B/P/FA) memiliki selektivitas terhadap senyawa alkana dan alkena yang terbesar, masing-masing sebesar 24.77% dan 21.07%. Sedangkan jika ditinjau berdasarkan sifat fisiknya, karakteristik dari bio-hidrokarbon hasil variasi katalis zeolite fly-ash terimpregnasi 1%wt fosfor (1%P/FA) pada suhu 550°C bersifat mendekati standar biodiesel dengan nilai densitas, viskositas kinematik, dan angka RON masing-masing sebesar 796 kg/m3, 2.72 cSt dan 87.

Bio-hydrocarbons can be produced through the catalytic cracking of non-edible vegetable oil fatty acids. In this study, the cracking of castor oil was conducted to produce bio-hydrocarbons using zeolite catalyst. The zeolite catalyst was obtained from fly ash through acid (HCl) leaching and alkali (NaOH) fusion methods, followed by impregnation with boron (B) and phosphorus (P) atoms to modify its acidity. To achieve the highest possible conversion of castor oil, reaction temperature variations (450, 500, and 550°C) and catalyst variations were performed. The resulting cracking products, in the form of bio-oil, were characterized using GC-MS and FTIR, while the prepared catalysts were characterized using XRD and XRF. Based on the research result, castor oil was successfully converted into bio-hydrocarbon compounds. The highest conversion was achieved with the 5%wt boron-impregnated fly ash zeolite catalyst (5%B/FA) at 550°C by 72.86%, also the variation of a catalyst-to-feedstock mass ratio of 10%wt at 550°C, resulting in 81.55% conversion. According to the GC-MS analysis, the catalyst with a 10%wt boron and phosphorus mixture (10%wt B/P/FA) exhibited the highest selectivity towards alkane and alkene compounds, at 24.77% and 21.07% respectively. When considering the physical properties, the bio-hydrocarbon produced using a 1%wt phosphorus-impregnated fly ash catalyst (1%P/FA) at 550°C exhibited characteristics close to biodiesel standards, with density, kinematic viscosity, and research octane number values of 796 kg/m³, 2.72 cSt, and 87 respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak nabali memiliki potensi sebagai bahan dasar minyak lumas yang dapat menggantikan peranan minyak mineral yang semakin lama makin berkurang jumlah bahan bakunya. Suatu minyak dapat dijadikan minyak lumas bi1a memiliki
sifat-sifat fisika, kimia dan mekanis yang sesuai. Anahsis terhadap sifat-sifat minyak biji kepoh menunjukkan bahwa minyak ini memiliki potensi sebagai bahan dasar minyak lumas. Untuk menguji performa ketahanan keausan suatu minyak dapat menggunakan metode four hall wear test, yaitu salah satu metode untuk mengetahui performa minyak lumas dalam mengurangi keausan. Untuk menjelaskan seberapa baik minyak biji kepoh dalam mengurangi kausan. Untuk menjelaskan seberapa baik minyak biji kepoh dalam mengurangi friksi maka sebagai pembanding digunakan minyak mineral HVI 60 dan minyak jarak. Hasil uji keausan denpan metode four ball wear test terhadap minyak biji kepoh, minyak minera1 HVI 60 dan minyak jarak menunjukkan bahwa minyak biji kepoh lebih baik dalam mengurangi keausan dibandingkan kedua minyak pembanding tersebut pada beban II kg, 25 kg dan 46 kg. Penambahan aditif antiwear ZnDTP ke dalam minyak lumas sebanyak 2 % berat dapat meningkatkan ketahanan keausan minyak lumas. Efektivitas tertinggi dari penambahan ZnDTP dimiliki minyak mineral diikuti minyak jarak dan terakhir minyak biji kepoh. Efektivhas aditif ZnDTP meningkat seiring dengan beban pengujian yang meningkat pula, ditandai dengan pengurangan jumlah keausan yang bertambah besar
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Anggadi Mintorogo
"Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa pemakaian aditif Zn-ddf untuk minyak pelumas sangatlah diperlukan. Dimana kinerja dari mesin kendaraan bermotor yang memakainya akan bertambah performance / Unjuk kerjanya, disamping itu minyak pelumas akan lebih lama pemakaiannya dibanding yang tidak ditambah aditif Zn-ddf. Disini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 4 macam aditif Zn-ddf yaitu 2-Butanol, Iso Propanol, Ethanol, lso Butanol dapat meningkatkan Load Wear Index dari minyak pelumas. Pada pengujian dengan mesin four ball menunjukkan bahwa minyak lumas dasar yang ditambah dengan Aditif Zn-ddf sekitar 0,5-1,5% mempunyai unjuk kerja angka load wear index hampir sama dengan angka yang dimiliki oleh minyak pelumas mesran 20 W / 50.
Dari pengujian Mesin SRV didapat hasil Friksi yang baik dimana masih dibawah angka batas maximum yang diizinkan sekitar 0.5. Dari Uji Viskositas didapat angka kekentalan yang baik untuk ukuran minyak pelumas. Penggantian minyak pelumas juga bisa lebih lama sehingga dapat menghemat biaya pemeliharaan mesin. Karena dengan menggunakan aditif Zn-ddf ini juga dapat memperpanjang umur dari mesin karena sifat dari zat tersebut yang dapat melapisi logam. Sehingga dapat menghilangkan oksidasi yang terjadi saat pengoperasian dan memperkecil keausan dari mesin tersebut.

From result and experiment that was conducted it can be concluded that the use additive Zn-ddf for lubricant oil is extremely needed. Because engine performance will increase significantly, in addition used duration of the oil will be longer. So it can be concluded that the use 4 types of additive Zn-ddf which are Iso Butanol, 2-Butanol, Iso Propanol, Ethanol can increase Load Wear Index of the lubricant oil. The test result using Four Ball Engine shows that lubricant oil with additive Zn-ddf (0.5 - 1.5 %) have Load Wear Index performance almost equal to the index attached to Mesran 20 W / 50.
The test using SRV Engine shows that the use additive Zn-ddf result good friction, which is below maximum limit. Viscosity test shows viscosity Index which is relatively good lubricant oil. As a result lubricant oil replacement will be longer so the maintenance cost can be reduced. The application of additive Zn-ddf can prolong the life Engine because of its metal protecting nature. It can also eliminate oxidation during engine operation and minimize the risk of engine wearing thin.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
"Kebutuhan bahan bakar masyarakat dan industri setiap tahun mengalami peningkatan, sedangkan kondisi bahan bakar berbasis fosil, jumlahnya terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah berusaha mengembangkan sumber bahan bakar alternatif yang berasal dari tanaman. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan biodiesel dari minyak biji mahoni (Swietenia mahagoni (L). Jacq), dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Biji mahoni diperoleh dari hutan jati di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Biji mahoni dikeringkan dengan dioven pada suhu ±700 C selama ± 3 jam untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalamnya. Biji kering tersebut selanjutnya dihaluskan untuk memudahkan proses ekstraksi. Berdasarkan sifat lemak yang non polar, maka dilakukan ekstraksi minyak menggunakan pelarut non polar, yaitu n-heksana dengan alat soxhlet. Kondisi suhu dipilih berdasarkan pertimbangan titik didih pelarut dan kestabilan minyak yaitu sekitar 600C, sedangkan waktu untuk sekali proses soxhletasi sekitar 6-8 jam. Minyak biji mahoni yang diperoleh dari hasil ekstraksi sebesar 55,87% (w/w). Biodiesel yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi menggunakan metode batch dengan katalis KOH 1,5% dari bobot minyak, serta pelarut yang digunakan adalah metanol, dengan perbandingan mol antara minyak dan pelarut metanol sebesar 1 : 9, selama ±1 jam, pada suhu 23-270C, menghasilkan biodiesel sebesar ±93,90% dari bobot minyak biji mahoni. Hasil uji karakteristik biodiesel dari minyak biji mahoni antara lain: bilangan asam 0,76 mg KOH/g, bilangan iod 45,47 g/ 100 g, residu karbon 0,025 % wt, viskositas kinematik 4,627 cSt, titik nyala 180 ºC, bobot jenis/density 0,8836 g/mL, titik tuang 11,0 ºC, kandungan belerang 0,0328 %wt, indeks setana 67,059, dan kadar abu 0,03 % wt.

The needs of the fuel for society and industry increase every year, whereas the condition of the fuel based fossil, limited amount and can not renewed. To overcome the problems, government attempt to expand alternative fuel from plants. In this research, was produce the biodiesel from mahagony seeds oil (Swietenia mahagoni (L). Jacq), and it is hoped to able to use as alternative fuel to substitute fossil fuel. Mahagony seeds obtainable from the teak forest in Blora regency, Central Java. Mahagony seeds is dried in the oven at the temperature 70 0C for 3 hours to remove the water . Then the dry seeds are mashed to facilitate the extraction process. Because the oil is non polar, the extraction is carried out using non-polar solvent nhexane with soxhlet device. Temperature conditions are selected based on consideration of boiling point solvent and stability of the oil, it is about 60 0C, and the time required for the extraction about 6-8 hours. Mahagony seeds oil obtained from extraction 55,87% (w/w). Biodiesel derived from transesterification using batch method with KOH catalyst 1.5% of the oil weight, the methanol solvent with the ratio oil as mole is 1 : 9 , for 1 hour, at temperature of 23-27 0C, produced biodiesel is 93,90% of mahagony seed oil weight. The yield of characteristic of biodiesel of mahagony seeds oil are acid number 0,76 mg KOH / g, iodine number 45,47 g/ 100 g, carbon residue 0,025%wt, 4,627 cSt kinematik viscosity, flash point 180 0C, density 0,8836 g/mL, the pour point is 11,00C, 0,0328% wt sulfur content, cetane index is 67,059 and cinder content 0,03% wt."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29045
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>