Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Fatmawati
"Indonesia merupakan negara agraris yang setiap tahunnya mengnasilkan padi dalam jumlah besar, namun di sisi Iain hal ini menyebabkan banyaknya jumlah Iimbah jerami padi. Untuk itu diperlukan penanganan limbah yang tepat guna. Pada penelitian ini dicoba memanfaatkan Iimbah jerami padi yang dibagi menjadi merang dan batang sebagai bahan baku xilitol dengan hidrolisis menggunakan H2304 0,3 M pada suhu 121° C dengan waktu optimum 45 menit. Sebelum hidrolisis, dilakukan delignifikasi menggunakan NaOH 1%, suhu 55° C selama 2 jam. Kadar xilosa pada substrat merang sebesar 4918,6 mg/L dan batang 32863 mg/L. Untuk substrat yang didelignifikasi pada merang 3148,5 mg/L dan 1869,5 mg/L pada batang.
Hasil hidrolisis ini kemudian difermentasi dengan khamir penghasil enzim xy/ose reductase, yaitu Candida fukuyamaensis Sampel diberi perlakuan detoksifikasi untuk mehgnilangkan senyawa yang menghambat pertumbuhan khamir, yaitu diberi arang aktif 1% dan dikocok dengan shaker selama setengan jam. Konsentrasi xilitol optimum dihasilkan dengan perlakuan detoksifikasi yaitu untuk substrat merang sebesar 545,6 mg/L dan pada batang 226,7 mg/L, sedangkan persen konversi terhadap substrat awal paling tinggi juga dihasilkan oleh substrat jerami dengan perlakuan detoksifikasi, yaitu sebesar 1,6 % pada merang dan O,7% pada batang. Persen konversi terhadap xilosa awal paling tinggi dihasilkan oleh substrat dengan perlakuan dellgnifikasi-detoksifikasi, yaitu merang besar 17,104% dan batang 7,49%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wuryaningrum
"Xilitol merupakan gula alkohol berkarbon lima, yang secara alami terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, serta memiliki manfaat kesehatan diantaranya adalah antikariogenik dan memiliki indek glukemik rendah. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses kimiawi ataupun dengan fermentasi. Proses fermentasi dilakukan oleh khamir penghasil enzim xilosa reduktase, Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xilosa dihasilkan melalui proses hidrolisis hemiselulosa yang terkandung dalam limbah lignoselulosa seperti tanaman sorgum.
Dalam penelitian ini dilakukan hidrolisis terhadap tangkai dan malai limbah sorgum untuk menghasilkan xilosa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan xilitol melalui proses fermentasi dengan penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat. Sebelum hidrolisis pada sampel dilakukan proses dewax dan delignifikasi untuk menghilangkan senyawa-senyawa ekstraktif dan memecahkan lignin yang dapat menghambat proses hidrolisis ataupun fermentasi. Hidrolisis dilakukan dengan asam sulfat 0,3 molar, suhu 121°C.
Berdasar hasil pengukuran didapatkan waktu optimum hidrolisis tangkai adalah 35 menit dan malai 45 menit, dengan masing-masing menghasilkan 4083,8 ppm atau 20,45% xilosa dari hidrolisat tangkai dan 4690,6 ppm atau 23,5% dari hidrolisat malai. Uji HPLC hasil fermentasi dalam penelitian ini, menunjukkan waktu optimum fermentasi adalah 12 jam. Konversi xilosa menjadi xilitol adalah 12,48%; 8,98% dan 2,66% masing-masing untuk hidrolisat malai, tangkai dan xilosa murni. Penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat menurunkan pembentukan xilitol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29067
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Bettivia
"Xilitol merupakan pemanis alami yang bersifat antikariogenik dan memiliki indeks glikemik rendah. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses kimiawi ataupun proses fermentasi. Xilitol dihasilkan melalui proses fermentasi xilosa oleh Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xilosa diperoleh dari hidrolisis hemiselulosa dalam limbah sorgum manis yang telah dihilangkan senyawa ekstraktif dan ligninnya. Hidrolisis dilakukan secara kimiawi dengan katalis asam sulfat 0,3 M. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan kosubstrat terhadap yield xilitol. Yield xilitol tertinggi diperoleh dari fermentasi malai jam ke-12 sebesar 188 ppm dengan konversi xilosa menjadi xilitol 20,29%. Penambahan kosubstrat L-arabinosa 150 ppm menaikkan yield xilitol hingga 347 ppm dengan konversi sebesar 37,37%. Penambahan kosubstrat D-glukosa 150 ppm menghasilkan xilitol 287 ppm dengan konversi 30,93%.

Xylitol is a natural sweetener that has anti-cariogenic properties and has a low glycemic index. Xylitol can be produced from xylose, either through a chemical process or fermentation process. Xylitol was produced through a process of xylose fermentation by Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xylose derived from hemi-cellulose hydrolysate of sweet sorghum waste in which the lignin and extractive compounds had been removed. The hydrolysis was done chemically with sulfuric acid catalyst 0.3 M. This research was conducted to determine the effect of adding cosubstrate on xylitol yield. The highest xylitol yield obtained from the fermentation tassel at the hour 12 by 188 ppm with the conversion of xylose into xylitol 20.29%. The addition of L-arabinose cosubstrate 150 ppm increased xylitol yield up to 347 ppm by a conversion of 37.37%. The addition of D-glukosa cosubstrate 150 ppm produced xylitol 287 ppm by a conversion of 30,93%. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S750
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faisal
"Xilitol (C5H12O5) merupakan pemanis alami yang mempunyai kelebihan dibandingkan gula lainnya. Xilitol mempunyai nilai kalori yang rendah, aman dikonsumsi, memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa dan juga bersifat non-kariogenik artinya tidak menyebabkan karies pada gigi. Umumnya xilitol diproduksi secara kimiawi melalui proses hidrogenasi xilosa, dengan bantuan katalis nikel pada suhu 80-140 0C dan tekanan 50 atm. Selain itu, terdapat alternatif lain untuk membuat xilitol, yaitu secara fermentasi menggunakan khamir. Sumber xilosa umumnya berasal dari limbah lignoselulosa yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya ampas tebu. Bila ampas tebu dihidrolisis, akan didapatkan komponen penyusunnya yang salah satunya adalah xilosa.
Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis ampas tebu menggunakan asam sulfat dan didapatkan xilosa sebesar 15,41% (w/w). Hidrolisat yang didapatkan kemudian difermentasikan menggunakan Candida fukuyamaensis dan Candida boidinii. Dari hasil fermentasi didapatkan bahwa C.fukuyamaensis lebih berpotensial dibandingkan Candida boidinii sebagai agen biologis untuk mengkonversi xilosa menjadi xilitol dengan persen konversi xilosa menjadi xilitol sebesar 7,3126 % (w/w)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30416
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niezha Eka Putri
"Xilitol merupakan pemanis yang secara alami terdapat dalam sayuran dan buah-buahan serta memiliki beberapa keunggulan, salah satunya adalah bersifat nonkariogenik. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses fermentasi maupun secara kimiawi. Xilosa dihasilkan melalui proses hidrolisis hemiselulosa yang banyak terdapat dalam limbah lignoselulosa seperti tongkol jagung. Dalam penelitian ini dilakukan hidrolisis terhadap tongkol jagung untuk menghasilkan xilosa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan xilitol melalui proses fermentasi. Hidrolisis dilakukan pada konsentrasi asam 0,3 M, waktu hidrolisis 25 menit, serta suhu 121 °C.
Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan kadar xilosa sebesar 34,34% (w/w) dengan persen hidrolisis 95,39 % (w/w). Xilosa yang dihasilkan kemudian difermentasikan oleh khamir penghasil enzim xylose reductase (XR), yaitu Candida fukuyamaensis dan Candida boidinii. Dihasilkan kadar xilitol sebesar 0,23 g/L dengan persen konversi 3,59 % (w/w) dan persen yield 0,68% dari fermentasi menggunakan C. fukuyamaensis, sedangkan untuk fermentasi menggunakan C. boidinii didapatkan kadar xilitol sebesar 0,084 g/L dengan persen konversi 1,38% (w/w) dan persen yield 0,25%."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30479
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Ningsih
"Penelitian ini dilakukan untuk membuat xilitol dari limbah batang/malai sorgum manis CTY-33. Xilitol dibuat melalui proses fermentasi xilosa menggunakan Candida fukuyamaensis UICC Y-247 penghasil enzim xilosa reduktase yang mereduksi xilosa menjadi xilitol. Xilosa didapat dari hidrolisis hemiselulosa dalam limbah batang/malai sorgum manis CTY-33 yang telah dilakukan delignifikasi. Hasil xilosa tertinggi dengan 30 ml larutan H2SO4 0,3M dicapai pada waktu hidrolisis 35 menit yaitu 22,71% dalam hidrolisat malai sorgum manis CTY-33, dan 15,30% dalam hidrolisat batang sorgum manis CTY-33. Yield xilitol tertinggi dicapai pada fermentasi jam ke-12 yaitu 191,07 ppm dari malai, dan yield xilitol dari batang 31,48 ppm. Penambahan kosubstrat glukosa menaikkan kadar xilitol, hasil tertinggi dicapai pada jam ke-12. Penambahan kosubstrat glukosa 300 ppm pada malai menghasilkan xilitol sebesar 291,17 ppm (konversi xilosa menjadi xilitol 38,86 %). dan penambahan kosubstrat glukosa 150 ppm pada batang sebesar 173,44 ppm (konversi xilosa mnjadi xilitol 26,20.

Producing xylitol from the straw / panicle of sweet sorghum CTY -33 wastes was done. The xylitol produced through the fermentation process of xylose using Candida fukuyamaensis UICC Y-247 which reduced xylose to xylitol using xylose reductase enzyme. The hemicellulose in the straw/panicle sweet sorghum CTY-33 wastes was hydrolized by 30 mL sulfuric acid 0,3 M after delignification. The highest xylose in the hydrolyzate of panicle during 35 minutes was 22.71 % and from straw was15.30 %. The highest xylitol yield reached in 12-hours fermentation, panicle xylitol yield was 191.07 ppm and straw xylitol yield was 31.48 ppm. When glucose added as co-substrat, the xylitol yield increased. The panicle xylitol yield became 291.170 ppm (the xylose conversion to xylitol was 38,86 %) when it added glucose 300 ppm, and the straw xylitol yield became 173.44 ppm (the xylose conversion to xylitol was 26,20 %) when it added glucose 150 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29023
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sekar Larashati
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S31220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Rahaden Kusuma
"Xilitol adalah poliol yang sering digunakan sebagai pengganti sukrosa karena memiliki kemanisan yang relatif sama dengan sukrosa, dapat digunakan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes dan penderita gangguan metabolisme lemak serta dapat mencegah timbulnya karies gigi. Produksi xilitol dalam penelitian ini dilakukan melalui proses biokonversi substrat hidrolisat hemiselulosa dari ampas tebu menggunakan khamir Hansenula polymorpha. Optimasi dilakukan terhadap cara penylapan hidrolisat hemiselulosa dan variasi penggunaan sumber nitrogen di dalam media. Analisis terhadap hasil dilakukan secara KCKT dengan kolom Metacarb Ca plus (300 X 7,8) mm pada suhu 50°C, fase gerak aquabidestilata dengan kecepatan alir 0,3 ml/menit dan dideteksi menggunakan detektor indeks bias. Hasil biokonversi menunjukkan bahwa konsentrasi xilosa terbesar diperoleh jika proses hidrolisa dilakukan menggunakan autoklaf dengan suhu 121®C, tekanan 2 atm selama 20 menit yaitu sebesar 91,67 g/L. Sedangkan produksi xilitol terbaik diperoleh jika sumber nitrogen yang digunakan adalah urea dengan konsentrasi terbesar terdapat pada hari pertama kultivasi yaitu 3,72 g/L.

Xylitol is a polyols which is used as a sucrose subtitute because of its similarity of sweetness, it can be used as sugar subtitute for diabetics and lipid metabolism disorders and it can also prevent the incidence of dental caries. The production of xylitol in this research is carried out by bioconversion process of hemicellulosic hydrolysate substrate from sugar cane bagasse using a yeast, Hansenula polymorpha. The optimation was done to the hemicellulosic hydrolysate pretreatment and variation of nitrogen sources in medium. The product was analysed through HPLC method with Metacarb Ca plus coloum (300 X 7,8) mm at 50°C and aquabidestilata as mobile phase, flow rate 0,3 ml/minute and detected by Refractive Index Detector. The bioconversion results showed that highest xylose concentration was achieved when hydrolysis process was done by autoclave at 121°C, 2 atm for 20 minutes. While the best xylitol production was achieved when it's used urea as a nitrogen source with highest concentration at the first cultivation day is 3,72 g/L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2002
S70490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>