Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwitya Andarwati
"Rosella (Hibiscus sabdariffa) dan pegagan (Centella asiatica) telah dilaporkan memiliki potensi untuk merangsang sistem imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas imunostimulan sediaan teh kombinasi kaliks rosella dan herba pegagan dengan perbandingan 1:9 dengan metode hipersensitivitas tipe lambat/DTH dan hitung jumlah sel limfosit limpa. Masing-masing metode menggunakan 32 ekor mencit ddY yang dibagi ke dalam 8 kelompok. Kelompok 1 diberi kontrol CMC 0,5%, kelompok 2 diberi pembanding levamisol 0,45 mg/0,7 ml/20g bb, kelompok 3 diberi pembanding sediaan cair herbal X 0,52 ml/20g bb, kelompok 4 diberi dosis I rosella dan pegagan sebanyak (7,8 mg + 70,2 mg)/20g bb, kelompok 5 diberi dosis II rosella dan pegagan sebanyak (5,16 mg + 140,4 mg)/20g bb, kelompok 6 diberi dosis III rosella dan pegagan sebanyak (31,2 mg + 280,8)/20g bb, kelompok 7 diberi rosella sebanyak 7,8 mg/20g bb dan kelompok 8 diberi pegagan sebanyak 70,2 mg/20g bb. Pada hari ke-0, setiap mencit diimunisasi dengan 0,1 ml sel darah merah domba (SDMD) 2% secara intraperitonial, kemudian diberi perlakuan selama 7 hari. Pada hari ke-8, setiap mencit diimunisasi kedua dengan 0,1 ml SDMD 2% secara subplantar untuk uji DTH dan secara intraperitonial untuk uji limfosit. Ketebalan kaki mencit diukur dengan menggunakan ?Vernier caliper?, sedangkan jumlah sel limfosit dihitung menggunakan hemositometer dengan pewarna trypan blue. Sediaan teh kombinasi dosis III dapat meningkatkan jumlah sel limfosit dan aktivitas DTH, namun peningkatannya tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol (p>0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33084
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achiro, Yaserita
"Stres pada manusia dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dari sistem imun. Oleh karena itu dewasa ini dibutuhkan pengembangan dari senyawasenyawa berkhasiat imunostimulan. Telah dilakukan penelitian tentang efek imunostimulan dari sediaan teh kombinasi rosela (H. sabdariffa) dan Pegagan (C.asiatica) dengan metode Uji Bersihan Karbon. Sediaan teh kombinasi Rosela dan Pegagan dengan dosis 0,0078 g rosela/20gBB dan 0,0702 g pegagan /gBB tidak memiliki aktivitas imunostimulan dengan indeks fagositosis 1,209. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0156 g rosela/20gBB dan 0,1404 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan sedang dengan indeks fagositosis sebesar 1,416. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0312 g rosela/20gBB dan 0,2808 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan yang besar dengan nilai indeks fagositosis sebesar 1,665. Nilai ini lebih besar daripada nilai indeks fagositosis Zymosan, Rosela dan Pegagan yaitu secara berturut-turut 1,613; 1,314 dan 1,569. Dilakukan uji statistik pada seluruh sediaan uji dengan analisa ANOVA satu arah dan diperoleh nilai p < 0,05 pada pada seluruh sediaan uji bila dibandingkan dengan kontrol CMC-Na.

Stress at human will reduce the immune system capability. So that, nowadays immunostimulant is needed to be developed. It has been done research about immunostimulant activity of tea consist Rosella (H. sabdariffa) and Pegagan (C.asiatica) by measure phagocity index in Carbon Clearance Test at mice. Tea bag consist of 0.0078 rosella/20gBB and 0.0702 g pegagan/20gBB has no immunostimulant activity with phagocity index 1.209. Tea combination consist of 0.0156 g rosella/20gBB and 0.1404 g pegagan/20gBB has slight immunostimulant activity with phagocity index 1.416. Tea bag consist of 0.0312 g rosella/20gBB and 0.2808 g pegagan/20gBB has great immunostimulan activity with phagocity index 1.665. This activity is greater than Zymosan, Rosella and Pegagan alone with phagocity index 1.613; 1.314 and 1.569. One way ANOVA test showed that all of drug has immunostimulant activity greater than control with p < 0,05."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Adi Saputra
"Gandarusa dan rosela merupakan tanaman obat yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Kedua tanaman ini banyak mengandung metabolit sekunder sehingga berpotensi sebagai penghambat aktivitas enzim xantin oksidase dalam mengkatalisis oksidasi xantin menjadi asam urat, yang berperan penting dalam penyakit reumatik. Dalam penelitian ini, dilakukan uji fitokimia terhadap ekstrak air daun gandarusa (Justicia gendarussa) dan kaliks rosela (Hibiscus sabdariffa), serta dikombinasikan menjadi sediaan teh herbal dalam berbagai perbandingan (10:0, 7:3, 5:5, 3:7 dan 0:10) dan dilakukan uji penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase secara in vitro dari seduhan yang dibuat dengan menggunakan standard alopurinol sebagai pembanding. Uji fitokimia ekstrak air daun gandarusa menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan glikosida, namun pada ekstrak air kaliks rosela tidak terdapat adanya alkaloid. Ekstrak air daun gandarusa memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim xantin oksidase lebih baik daripada kaliks rosela, dengan nilai IC50 sebesar 6,48 μg/ml dan kaliks rosela sebesar 19,51 μg/ml, namun masih lebih rendah aktivitasnya bila dibandingkan dengan alopurinol dengan nilai IC50 0,02 μg/ml. Dari semua ekstrak uji, kombinasi ekstrak air daun gandarusa dan kaliks rosela pada perbandingan 5:5 memiliki aktivitas penghambatan yang paling baik dengan nilai IC50 sebesar 4,24 μg/ml sehingga berpotensi sebagai obat reumatik.

Gendarussa and roselle as common medicine herbs used in many traditional treatment for lowering uric acid on blood. Both plants have many secondary metabolite compounds potentially as xanthine oxidase inhibitory which is catalyses xanthine oxidation into uric acid, which plays a crucial role in gout. In this research, gendarussa leaves (Justicia gendarussa) and roselle?s flower (Hibiscus sabdariffa) do a phytochemical test and both plants be combined to herbal tea in variant concentration (10:0, 7:3, 5:5, 3:7 and 0:10) and inhibition assay to xanthine oxidase activity by in vitro, compared by allopurinol as positive control. Gendarussa leaves phytochemical assay showed that alkaloid, flavonoid, saponin and glicoside compounds but alkaloid was not detected in roselle extract. Water extract from gendarussa leaves showed a bigger inhibition of xanthine oxidase with inhibition concentration 6,48 μg/ml than water roselle extract (19,51 μg/ml). But alopurinol is still have a high inhibition of xanthine oxidase activity than both water extracts with IC50 value as 0,02 μg/ml. Among all water extracts, combination of gendarussa leaves and roselle on 5:5 had the biggest inhibition of xanthine oxidase activity with IC50 value as 4,24 μg/ml indicated that it is potential to be development as gout?s medicine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhila Kiasatina Larasati
"

Ekstrak herba pegagan (Centella asiatica L.) memiliki kandungan senyawa aktif berupa senyawa asiatikosida. Asiatikosida memiliki absorpsi dan penetrasi yang buruk karena sifatnya yang hidrofilik. Pada penelitian ini, ekstrak kental herba pegagan dimodifikasi ke dalam bentuk kompleks nanovesikel fitosom yang diformulasikan ke dalam sediaan krim untuk mengatasi permasalahan absorpsi dan penetrasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan sediaan krim fitosom dan krim ekstrak tanpa modifikasi, serta membandingkan penetrasi keduanya. Fitosom dibuat dengan konsentrasi fosfolipid dan ekstrak kental 1:1. Pembuatan fitosom dilakukan dengan metode hidrasi lapis tipis. Hasil pengujian efisiensi penjerapan terhadap fitosom sebesar 47,56 ± 1,68 %. Uji penetrasi metode sel difusi Franz dilakukan terhadap kedua jenis krim menggunakan membran abdomen tikus betina. Jumlah kumulatif asiatikosida terpenetrasi dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut sebesar 4,56 ± 0,32 µg/cm2 dan 1,86 ± 0,24 µg/cm2, dengan persentase berturut-turut sebesar 40,81 ± 2,83%, dan 16,66 ± 2,17%. Fluks dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut adalah sebesar 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.jam-1 dan 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.jam-1. Sediaan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan dalam bentuk kompleks fitosom memiliki daya penetrasi yang lebih tinggi dibandingkan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan konvensional. Keduanya menunjukkan stabilitas fisik yang baik melalui hasil pengamatan organoleptis, homogenitas, dan viskositas yang dilakukan selama dua bulan dalam berbagai variasi suhu.


Centella asiatica L. extract contains active content in form of asiaticoside. The absorption and penetration properties of that active ingredient are poor, due to its hydrophilic properties. In order to overcome those obstracles, in this research, a modification of Centella asiatica L. extract was made by formulating cream containing extract in the form of nanovesicle complex called phytosome. The aim of this research is to formulate two kinds of cream that contain phytosomal extract and normal extract without any modifications, then to compare both penetration profiles. The phytosome was made by mixing 1:1 phospholipid:extract with thin layer hydration method. Entrapment efficiency value of the phytosome suspension is 47,56 ± 1,68 %. Penetration test of both creams was run using Franz diffusion cell method. The cumulative amount of asiaticoside penetrated from phytosomal and non-phytosomal cream reaches 4,56 ± 0,32 µg/cm2 and 1,86 ± 0,24 µg/cm2, with the percentage of 40,81 ± 2,83%, and 16,66 ± 2,17%. Flux value from the phytosomal and non-phytosomal cream amounts 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.hr-1 and 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.hr-1. These results show that Centella asiatica L. extract in phytosomal cream gives better penetration profile compared to non-phytosomal cream. Both creams are showing good physical stability through organoleptic, homogenicity, and also viscosity observations done throughout two months at various temperatures and conditions.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Dyah Sri Puspita Dewi
"Asiatikosid merupakan salah satu senyawa triterpen utama dalam herba tanaman Pegagan. Senyawa ini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan diantaranya mampu menyembuhkan luka, anti stretch marks, ulkus lambung, antikonvulsif, antimikroba, dan imunomodulator. Asiatikosid memiliki sifat hidrofil, oleh karena itu untuk meningkatkan penetrasinya asiatikosid diinkorporasikan dalam etosom. Etosom merupakan modifikasi liposom yang terdiri dari fosfolipid, etanol, dan air. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengkarakterisasi etosom dengan berbagai konsentrasi ekstrak dan menguji daya penetrasi secara in vitro sediaan krim mengandung etosom ekstrak herba pegagan. Berdasarkan hasil karakterisasi, dipilih satu formula terbaik yakni F1 dengan konsentrasi ekstrak 0,6 yang memiliki bentuk sferis, efisiensi penjerapan 75,03 0,295 , ukuran partikel 94,71 2,807nm, PDI 0,338 0,046 dan zeta potensial -25,067 0,814. Setelah itu, F1 etosom diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan basis TEA stearat. Sediaan krim mengandung etosom kemudian dievaluasi, uji stabilitas secara fisik, dan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi franz dibandingkan dengan krim kontrol, yakni krim mengandung ekstrak herba pegagan tanpa dibuat etosom. Dari hasil uji penetrasi didapatkan jumlah kumulatif asiatikosid yang terpenetrasi dari sediaan krim etosom dan krim non etosom secara berturut-turut sebesar 3651,271 37,579 ?g/cm2 dan 2873,016 36,850 ?g/cm2. Selain itu, nilai fluks kecepatan penetrasi asiatikosid dari sediaan krim etosom lebih besar daripada krim non etosom. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa etosom dapat meningkatkan penetrasi asiatikosid melalui kulit.

Asiaticoside is one of the most important triterpene compound Pegagan herb. This substance has many therapeutic effects for human health such as in treatment of wound healing, anti stretch marks, gastrointestinal ulcer, anticonvulsive, antimicrobial effect and immunomodulatory effect. Asiaticoside had hydrophilic properties, therefore to increase its penetration, asiaticoside was incorporated in carrier sytems called ethosome. Ethosome is a modification of liposome that consists of phospholipid, ethanol up to 50 and water. The objectives of this study were to formulate and to characterize ethosome containing various concentration of Centella asiatica herb extract and to evaluate in vitro penetration ability of cream containing ethosome Centella asiatica herb extract. The result of characterization showed the first formula F1 with concentration of extract 0,6 as the best ethosome formula. F1 had properties such as spherical morphology, entrapment efficiency 75,03 0,295 , particle size 94,71 2,807nm, polydispersity index 0,338 0,046 and zeta potential 25,067 0,814. After that, F1 ethosome was formulated into cream with TEA stearic basis. Creams containing ethosome were evaluated, conducted physical stability test and in vitro penetration study using franz diffusion cell compared to control cream, which is cream containing non ethosome extracts. Based on the result of penetration study, ethosome cream and non ethosome cream had cumulative amount of asiaticoside penetrated sebesar 3651,271 37,579 g cm2 and 2873,016 36,850 g cm2. Furthermore, flux penetration rate asiaticoside of ethosome cream greater than non ethosome cream. So, it can be concluded that ethosome can increase asiaticoside penetration across the skin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Maria
"

Tanaman pegagan (Centella asiatica) mengandung senyawa asiatikosida. Asiatikosida merupakan senyawa glikosida triterpen yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri baik gram positif maupun bakteri gram negatif. Herba pegagan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Penetapan kadar asiatikosida dalam ekstrak dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak metanol-air (65:35), diperoleh hasil kadar asiatikosida sebesar 0,22%. Pada penelitian ini, ekstrak pegagan dimodifikasi dalam bentuk nanovesikel fitosom dan diformulasikan dalam bentuk krim. Terdapat empat formulasi krim, dua formulasi krim ekstrak pegagan 0,5% (KE1) dan 1% (KE2), serta dua formulasi krim fitosom pegagan yang mengandung ekstrak 0,5% (KF1) dan 1% (KF2). Pembuatan fitosom ekstrak pegagan dilakukan dengan metode lapis tipis dengan penambahan fosfolipon 90 G. Selain itu, dilakukan pengujian aktivitas ekstrak terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu, Propionibacterium acnes. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak pegagan menggunakan metode dilusi cair dengan media Brain Heart Infused Broth, diperoleh bahwa ekstrak pegagan dengan kandungan asiatikosida sebesar 0,0275 mg/mL mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes, sedangkan pengujian aktivitas suspensi fitosom tidak dapat memberikan hasil yang dapat diamati dengan metode dilusi cair.


Centella asiatica contains asiaticoside compound. Asiaticoside is a glicoside triterpen compound that has antibacterial activity against several gram positive bacteria and gram negative bacteria. The herb of centella was extracted using maseration method with  ethanol 70% solvent. Determination of asiaticoside was done by high performance liquid chromatography method with methanol-water motion phase (65:35), resulting the extract contain asiaticoside equal to 0,22%. In this study, centella extract was modified in the form of phytosome nanovesicles and formulated into cream. There are four cream formulations, cream with extract 0.5% (KE1) and 1% (KE2), and phythosome cream containing 0,5% (KF1) and 1% (KF2) of centella extract. The making of centella phythosome is done by thin layer method with the addition of phospholipon 90 G. In addition, the antibacterial activity of Centella extract was tested to the acne bacteria, Propionibacterium acnes. Tests of antibacterial activity of centella extract using broth dilution method with Brain Heart Infused Broth media. It was found that the extract of centella with asiaticoside content of 0,0275 mg/mL able to inhibit the growth of Propionibacterium acnes bacteria, while the phythosomal suspension did not show any antibacterial activity with broth dilution method.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karima
"Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Aktivitas antioksidan pada herba pegagan dihasilkan oleh asiatikosid. Asiatikosid merupakan senyawa yang bersifat hidrofil sehingga aplikasinya pada sediaan topikal relatif sulit. Pada penelitian ini, dilakukan formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan gel liposom yang mengandung ekstrak herba pegagan. Ekstrak herba pegagan yang diguanakan dalam formulasi memiliki nilai IC 50 sebesar 31,14 ppm dengan pengukuran menggunakan metode peredaman DPPH. Liposom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis. Liposom yang dihasilkan memiliki bentuk sferis dengan pengamatan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Ukuran diameter vesikel liposom rata-rata (Z-average) sebesar 198,99 nm dan nilai D90 sebesar 562,49 nm. Efisiensi penjerapan liposom diperoleh sebesar 92,59%. Liposom dimasukkan ke dalam tiga formula sediaan gel masing-masing sebesar 2, 4, dan 6%. Aktivitas antioksidan sediaan gel liposom pada ketiga formula selama empat minggu penyimpanan mengalami penurunan sebesar 0,30, 0,58, dan 0,33 %. Sediaan gel liposom diuji kestabilan fisiknya dalam berbagai suhu penyimpanan dan cycling test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga formula gel liposom stabil secara fisik selama masa penyimpanan.

Pegagan (Centella asiatica L.) is one of plant that has high antioxidant activity. Antioxidant activity of pegagan?s herbs are produced by asiaticoside. Asiaticoside is hidrofilic compound, therefore its application in topical dosage form is difficult. This study performed formulation and physical stability test of liposome gel dosage form which containing pegagan herbs extract. The IC50 value of pegagan herbs extract used in formula was 31,14 ppm which was measured by DPPH assay. Liposome was formulated with thin layer hydration method. Liposome product had spherical shape which was observed by Scanning Electron Microscope (SEM). The average of vesicle diameter size (Z-average) was 198,99 nm and the D90 value was 562,49 nm. The entrapped eficiency of liposome was 92,59%. Liposome was added into three formulas of gels with 2, 4, dan 6% concentration. The decrease of antioxidant activities of three formulas of gels were 0,30, 0,58, and 0,33% . The physical stability of liposome gel dosage forms were observed in a wide range of storage temperature and cycling test. The result show that three formulas of gels were physically stable in storage period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Purba, Oloan Sahat Torus
"Ekstrak kering herba Pegagan (Centella Asiatic Linn) mempunyai berbagai macam khasiat bagi tubuh dan telah banyak dikembangkan dalam pengobatan alternatif. Sifatnya yang sangat higroskopis merupakan kendala dalam pengembangan bentuk sediaan tablet. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan tablet dari ekstrak kering herba Pegagan dan memperoleh informasi pengaruh Avicel® PH 102 sebagai pengisi terhadap higroskopisitas tablet ekstrak kering herba Pegagan. Sebagai uji pendahuluan dilakukan uji higroskopisitas ekstrak kering herba Pegagan dan juga campuran ekstrak kering Pegagan dengan Avicel® PH 102 sebagai bahan pengisi tablet. Tablet dibuat dengan metode cetak langsung dengan beberapa perbandingan campuran ekstrak kering herba Pegagan dan Avicel® PH 102 sebanyak 4 formula berturut-turut 6:4; 5:5; 4:6; dan 3:7. Tablet dievaluasi menurut Farmakope Indonesia III, serta dilakukan uji higroskopisitas tablet dengan mengamati perubahan bobot tablet selama 6 hari dengan 4 perlakuan yang berbeda. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa Formula D dengan perbandingan ekstrak dan Avicel® PH 102 3 : 7 merupakan formula terbaik dari ketiga formula lainnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32997
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trifena
"ABSTRAK
Obat herbal diklaim sangat bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dan estetik walaupun belum didukung dengan bukti ilmiah, salah satunya adalah manfaat sebagai antioksidan. Antioksidan secara oral dan topikal disebut sebagai salah satu terapi penuaan kulit, salah satu yang memiliki aktivitasnya adalah kulit manggis dan pegagan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis uji in vitro dan uji in vivo ekstrak kombinasi kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dan herba pegagan (Centella asiatica L.) sebagai krim antioksidan. Aktivitas antioksidan ekstrak diuji secara in vitro dengan metode DPPH. Sebelum uji in vivo dilakukan pembuatan krim dan uji stabilitasnya, yaitu sediaan krim uji berisi 5% ekstrak kombinasi kulit manggis dan herba pegagan dan sediaan krim kontrol berisi 5% ekstrak tunggal kulit manggis. Secara in vivo terhadap wanita usia 30-40 tahun dilakukan uji keamanan yaitu Repeated Opened Patch Test (ROPT) dan Single Closed Patch Test (SCPT) serta uji manfaat dengan menggunakan alat Corneometer, Cutometer dan Mexameter untuk melihat parameter kelembaban, elastisitas dan tingkat kecerahan kulit. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan ektrak kombinasi kulit manggis dan herba pegagan secara uji in vitro memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi, dan secara in vivo menunjukkan manfaat namun secara statistik tidak berbeda makna (P>0.05).

Abstract
Herbal based products have been widely used for the health as well as the esthetics purposes even though not all the benefits are scientifically supported, one of them is the antioxidant. The oral and topical antioxidants have been recently been used as antiaging therapy, among them are the mangosteen pericarp and the gotukola. The objective of the present study is to investigate the in vitro and in vivo efficacy of the combined extracts of mangosteen pericarp and the gotukola. The in vitro antioxidant efficacy has been done using the DPPH method. The cream containing the combined extracts respectively were applied to the test group while the cream containing the mangosteen extract were applied to the control group . The in vivo efficacy tests of ROPT and SCPT were conducted on the women volunteers using the Corneometer, Cutometer and Mexameter to evaluate the skin moisture content, elasticity and the brightness. The in vitro results shows that the combined extracts posseses high antioxidant activity while the in vivo results do not show significant difference compared to the single extract (P>0.05)."
Universitas Indonesia, 2012
T30169
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>