Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143984 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Nurasih
"2,6-Bis(4-sulfomidobenzylidene)cyclohexanone is a new substance from chlorosulfonasi 2,6-dibenzylidenecyclohexanone which is amidated to sulfonilchlorida with ammonia. One of the characteristics that must be known from new drug standard is the stability data. In this research has done the effect of pH to solvent 2,6-bis(4-sulfonamidobenzylidene)cyclohexanone with accelerated stabilty test and analysed by Thin Layer Chromatography Densitometry. Buffers that have been used were pH 7,0 and pH 10,0 with temperature of 500C, 600C, 700C. Analysis condition used silica gel F254 plate as static phase, solvent mixture as mobile phase was dichlormetan:metanol (9:1) and analysed in 334 nm wavelenght. The coefficent of variation was less than 2%. Calibration curve done in range of 60-200 ppm resulting liniearity 0,9975 with limit of detection 11.8086 ppm dan limit of quantitation 39.33619 ppm. The result of stabilty 2,6-bis(4- sulfonamidobenzylidene)cyclohexanone in pH 7,0 at 25°C had k1 = 0,13 hours-1, activation energy (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 hour and half time (t ½) = 5,30 hours, whereas in pH 10,0 at 25°C had k1 = 7,01 hours-1, activation energy (Ea) = 1,14 kkal mol-1 shelf life (t90) = 0,02 hour and half time (t ½) = 0,10 hour. So from the data above, it can be taken conclusion that pH 7,0 more stabil than pH 10,0.

2,6-Bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon adalah senyawa hasil dari klorosulfonasi 2,6-dibenzilidenasikloheksanon, yang kemudian dilakukan amidasi terhadap sulfonilklorida dengan ammonia. Salah satu sifat yang harus diketahui dari senyawa calon obat adalah data stabilitas. Pada penelitian kali ini dilakukan uji pengaruh pH terhadap stabilitas larutan 2,6- bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon dengan metode uji stabilitas dipercepat dan dianalisis secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri. Dapar yang digunakan adalah pH 7,0 dan pH 10,0 dengan suhu 500, 600, dan 700 C. Kondisi analisis menggunakan lempeng silica gel F254 sebagai fase diam, campuran pelarut diklormetan : metanol (9:1) sebagai fase gerak dan dianalisis pada panjang gelombang 334 nm. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien variasi kurang dari 2 %. Kurva kalibrasi dilakukan pada rentang 60-200 ppm menghasilkan linieritas 0.9975 dengan batas deteksi 11.8086 ppm dan batas kuantitasi 39.33619 ppm. Hasil dari stabilitas 2,6-bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon pada pH 7,0 memiliki k1 = 0,13 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 jam dan waktu paro (t½) = 5,30 jam. Sedangkan pada pH 10,0 suhu 250C memiliki k1 = 7,01 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 1,14 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,02 jam dan waktu paro (t ½) = 0,10 jam. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pH 7,0 lebih stabil dibandingkan dengan pH 10,0."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2009
S33025
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Kurniawan
"4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil] benzensulfasetamida di- peroleh dengan mengkonjugasikan 3-(4-metoksifenil)-2-metil-4(3,4)- kuinazolinon dengan p-formil-benzensulfonamida dalam pelarut asam asetat glasial, katalis natrium asetat asetat dan dehidrating agent, anhidrida asetat. Salah satu sifat yang harus diketahui dari senyawa kimia baru adalah sifat kinetikanya. Pada penelitian ini dilakukan pengujian pengaruh larutan KOH terhadap senyawa 4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil] benzensulfasetamida pada tiga tingkatan suhu yaitu 45°C, 65°C, dan 85°C, dianalisis secara kromatografi lapis tipis densitometri. Kondisi analisis menggunakan lempeng siap pakai silica gel 60 F254, dan fase gerak terpilih yaitu tetrahidrofuran-sikloheksanetil asetat (3:3:4). Analisis dilakukan pada panjang gelombang 324 nm. Penggunaan KOH dengan konsentrasi 0,1 M pada uji stabilitas diperoleh nilai k1 = 5,6 x 10-4 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 24,88 kkal mol-1, shelf life (t90) = 6,6 hari dan waktu paruh (t ½ ) = 51,56 hari. Penambahan larutan KOH dapat memutus gugus asetil dari 4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil]benzensulfasetamida (Rf 0,44) menghasilkan senyawa 4-[(E)-2-{4-okso-3-(4-metoksifenil)-kuinazolin-2-il}etinil]benzensulfonamida (Rf 0,61).

4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}-ethinyl] benzensulphacetamide obtained by conjugate 3-(4-methoxyphenyl)-2-methyl-4 (3, 4)-quinazolinon with p-formyl-benzensulphonamide in glacial acetic acid solvent, anhydrous sodium acetate as catalyst and acetic anhydride as dehidrating agent. One of the requirements that should be known of the new chemical compounds is their kinetic properties. This research tested the effect of KOH additions to the stability of 4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}ethinyl] benzensulphacetamide at three levels of temperature ie 45°C, 65°C and 85°C were analyzed by densitometry thin layer chromatography. Condition analysis used ready-made silica gel plates 60 F254, and the mobile phase was selected tetrahydrofuran- cyclohexane-ethyl acetate (3:3:4). Analyses were performed at a wavelength of 324 nm. In the addition of 0.1 M KOH concentration with a of known value k1 = 5,6 x 10-4 hour-1, activation energy (Ea) = 24.88 kcal mol-1, shelf life (t90) = 6,6 days and the half-life time (t ½) = 51,56 days. The addition of KOH solution can hydrolysis the acetyl group of 4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}ethinyl]benzensulphacetamide (Rf 0,44) afforded 4-[(E)-2-{4-oxo-3-(4-methoxyphenyl)-quinazoline-2-yl}ethinyl] benzensulphonamide (Rf 0,61)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rimayanti
"Penelitian eksperimental untuk menguji kekhususan mangsa siput Phyllidia elegans telah dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel dikarantina secara in-situ dengan spons Axinyssa spp. selama 28 hari. Analisis pemangsaan dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dengan membandingkan titik yang muncul pada ekstrak bebas garam siput P. elegans dan spons Axinyssa spp.
Hasil analisis KLT menunjukkan bahwa siput P. elegans tidak memangsa spons Axinyssa spp. dalam kondisi kekurangan pangan. Hasil KLT juga menunjukkan bahwa siput P. elegans secara konsisten mengandung amfilekten isosianida yang didapatkan dari spons mangsanya di alam, Dragmacidon sp.

Field experiment was conducted in order to examine prey specificity of nudibranch Phyllidia elegans in Pramuka Island waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. Samples were quarantined by in-situ method with sponges Axinyssa spp. for 28 days. Feeding analysis was done using thin layer chromatography technique by comparing spots between salt-free extract of P. elegans and Axinyssa spp.
TLC analysis showed that P. elegans did not feed on Axinyssa spp. under lack-of-food condition. Results of TLC also showed that P. elegans consistently containing amphilectene isocyanide which sequestered from its natural sponge prey, Dragmacidon sp.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1322
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Kasuma Indah
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) telah digunakan secara turun-temurun dan diketahui mengandung senyawa fenolik. Fenolik diketahui berpotensi dalam menghambat sintesis melanin melalui penghambatan enzim tirosinase dan sebagai antioksidan. Dengan demikian, bunga telang dapat dikembangkan sebagai agen pencerah kulit dan antipenuaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada ekstrak bunga telang asal Thailand, ekstrak etanol 95% konsentrasi 200 μg/mL memiliki persentase inhibisi enzim tirosinase 22,04±2,42% serta pada ekstrak air suling memiliki aktivitas antioksidan 0,38±0,01 mmol ekuivalen FeSO4/mg ekstrak. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut terkait aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang asal Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan kadar air ekstrak etanol 70% bunga telang berturut-turut sebesar 46,702% dan 5,303±0,072%. Berdasarkan skrining awal, ekstrak bunga telang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Lebih lanjut, kadar fenolik totalnya adalah 32,877±0,652 mgEAG/g ekstrak. Selain itu, aktivitas penghambatan enzim tirosinasenya memiliki IC50 73,675±0,753 μg/mL (aktivitas kuat), sedangkan pembanding asam kojat memiliki IC50 11,423±0,065 μg/mL (aktivitas sangat kuat). Sementara itu, hasil uji aktivitas antioksidan metode FRAP-nya adalah 11,752±0,091 g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan pada pembanding asam askorbat adalah 303,553±2,217 g ekuivalen FeSO4/100g asam askorbat. Dengan demikian, ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang memiliki aktivitas antitirosinase yang kuat, tetapi aktivitas antioksidan melalui mekanisme transfer elektron yang cenderung lemah.

Butterfly pea flowers (Clitoria ternatea L.) has been used for generations and is known to contain phenolic compounds. Phenolics are known to have potential in inhibiting melanin synthesis through inhibition of tyrosinase enzyme and as antioxidants. Thus, butterfly pea flowers can be developed as skin lightening and anti-aging agent. Based on previous research on butterfly pea flowers extract from Thailand, 95% ethanolic extract at 200 μg/mL could inhibited tyrosinase enzyme 22.04±2.42% and distilled water extract had antioxidant activity 0.38±0.01 mmol FeSO4 equivalent/mg extract. However, there was no further research related to antityrosinase and antioxidant activity with FRAP method on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. This study aimed to analyze the antityrosinase and antioxidant FRAP method activities on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. The results showed that the yield and moisture content were 46.702% and 5.303±0.072%, respectively. Based on preliminary screening, it was positive for phenolics, flavonoids, alkaloids, and terpenoids. Furthermore, the total phenolic content was 32.877±0.652 mgGAE/g extract. In addition, its antityrosinase activity had an IC50 73.675±0.753 μg/mL (strong activity), while kojic acid had an IC50 11.423±0.065 μg/mL (very strong activity). Meanwhile, the results of antioxidant activity test by FRAP method was 11.752±0.091 g FeSO4 equivalent/100g extract, while the ascorbic acid comparator was 303.553±2.217 g FeSO4 equivalent/100g ascorbic acid. Thus, 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang had strong antityrosinase activity, but antioxidant activity through electron transfer mechanism was weak."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Jayanti Pertiwi
"Hormon kortikosteroid merupakan hormon steroid yang disintesis dari kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks, obat-obat hormon kortikosteroid mempunyai inti steroid yang sama dan hanya mengalami sedikit perubahan struktur pada posisi gugus fungsionalnya. Keaadan ini memberikan kesukaran dalam menganalisis obat hormon kortikosteroid ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode identifikasi yang tepat dari obat hormon golongan kortikosteroid. Metode identifikasi yang dilakukan pada golongan obat ini yaitu dengan percobaan reaksi warna, percobaan mikrokristal, percobaan mikrosublimasi dan kromatografi lapis tipis.
Hasil penelitian menunjukkan pereaksi Salkowski dan asam sulfat pekat dapat digunakan untuk membedakan ketujuh zat yang diteliti. Percobaan mikrokristal aseton-air, etanol-air dan ammonium reineckat dapat membedakan ketujuh zat yang diteliti. Pada percobaan kromatografi lapis tipis, fase gerak kloroform- dietilamin (2:1) dan diklorometan-etermetanol- air (77:15:8:1) dapat digunakan untuk memisahkan hidrokortison asetat, betametason valerat, deksametason dan fluosinolon asetonida.
Corticosteroid hormones was the steroid hormones are formed cholesterol and secreted by the adrenal cortex. The corticosteroid pharmaceuticals contain the same of steroidal structures in functional group position. This situation gave difficulty to identification for a great number of corticosteroid pharmaceuticals.
The purpose of this research was to got the accurate identification method. The identification method were the colour reaction, microcrystal reaction, microsublimation and thin layer chromatography.
The result indicated that sulphuric acid and Salkowski reagen can be used to distinguish the seven observed substances. The examination of microcrystal test using acetone-water, ethanol-water and ammonium reineckat can be used to distinguish the seven observed substances. Thin layer chromatography with chloroform-diethyl amine (2:1) and dichloromethane-ether-methanol-water (77:15:8:1) can be used to separate hydrocortisone acetate, betamethasone valerat, dexamethasone and fluocinolone acetonide.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Prima Dyta
"Penguat rasa yang marak digunakan dalam bumbu makanan saat ini adalah dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat. Mereka biasa digunakan bersama dengan monosodium glutamat MSG untuk meningkatkan rasa gurih pada makanan. Batas penggunaan dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat menurut Fenaroli rsquo;s Handbook of Flavor Ingredients berturut-turut 0,07768mg/kg/hari dan 0,09053mg/kg/hari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang optimum dan valid untuk mengetahui kadar dinatrium 5 rsquo;-guanilat dan dinatrium 5 rsquo;-inosinat dalam enam sampel bumbu makanan. Metode optimum yang didapatkan yaitu menggunakan silika gel 60 F254 sebagai fase diam, isopropanol-air-amonia 25 6:3:1 sebagai fase gerak, dan spot dianalisis pada panjang gelombang maksimum 260nm pada TLC-scanner. Metode yang digunakan valid secara KLT-densitometri berdasarkan kriteria akurasi guanilat 99,11 -99,96 dan inosinat 98,56 -101,05 , presisi guanilat 1,09 dan inosinat 0,49 , dan linearitas guanilat, r =0,9909 dan inosinat, r =0,9976 . Kadar yang dihasilkan menunjukkan kandungan dinatrium 5 rsquo;-guanilat dalam sampel A,B,C,D,E,dan F berturut-turut 0,70 ; 0,79 ; 0,78 ; 0,99 ; 1,08 ; dan 1,08 sedangkan kadar dinatrium 5 rsquo;-inosinat dalam sampel A,B,C,D,E, dan F sebesar 0,66 ; 0,74 ; 0,71 ; 0,66 ; 0,54 ; dan 0,67.

The flavor enhancers used in cooking spices today are disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate. They are commonly used with monosodium glutamate MSG to enhance taste in foods. The limitation use of disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate according to Fenaroli rsquo s Handbook of Flavor Ingredients are 0.07768mg kg day and 0.09053mg kg day. The objective of this study was to obtain optimum and valid method of analysis to determine the level of disodium 5 rsquo guanylate and disodium 5 rsquo inosinate in six samples of spices. The optimum method was obtained using silica gel 60 F254 as stationary phase, isopropanol water ammonia 25 in the ratio of 6 3 1 v v as mobile phase, and the developed spots were scanned using a densitometer in absorbance mode at 260nm. The methods are valid based on the accuracy criteria guanylate 99.11 99.96 and inosinate 98.56 101.05 , precision guanylate 1.09 and inosinate 0.49 , and linearity guanylate, r 0.9909 and inosinate, r 0.9976 . The results showed that the level of disodium 5 rsquo guanylate in sample A,B,C,D,E, and F are 0.70 0.79 0.78 0.99 1.08 and 1.08 and the level of disodium 5 rsquo inosinate in sample A,BC,D,E, and F are 0.66 0.74 0.71 0.66 0.54 and 0.67."
2017
S68699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Anniza Effendie
"Bekatul merupakan hasil produk samping dari penggilingan padi ketiga yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak karena kandungan nutrisinya. Bekatul dapat dimanfaatkan lebih luas dengan diekstrak menjadi minyak bekatul, yang merupakan minyak dengan kandungan asam lemak tak tinggi sehingga baik untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Kandungan senyawa yang dimiliki oleh minyak bekatul dapat dimanfaatkan lebih luas dengan metode isolasi atau pemurnian. Salah satu kandungan yang memiliki potensi pemanfaatan yang baik bagi kesehatan adalah kandungan senyawa antioksidan pada minyak bekatul. Dalam proses isolasi, metode yang biasa digunakan adalah kromatografi. Metode ini mampu memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi antara fase diam dan fase gerak. Komposisi fase gerak merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil isolasi senyawa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi fase gerak terbaik dalam mengisolasi senyawa antioksidan pada minyak bekatul serta mengidentifikasi senyawa yang berhasil terisolasi berdasarkan komposisi tersebut. Pada penelitian ini, minyak bekatul diperoleh melalui ekstraksi dengan metode Green Bligh-Dyer dengan dengan pelarut etil asetetat:etanol:air 6,37:1:4,13 (b/b/b). Minyak ini diuji dengan kromatografi lapis tipis dan bantuan instrumen reveleris menggunakan berbagai variasi komposisi pelarut, dan didapatkan variasi terbaik yakni Heksana:DCM:(Etanol + 1% Asam Asetat 10%). Senyawa antioksidan yang teridentifikasi dengan LC-MS/MS-QToF terbanyak adalah asam α-linolenat. Senyawa lainnya yang teridentifikasi dengan kelimpahan yang besar adalah piperin, heksakosil (E)-ferulat, dan 1-(2-[(4-Asetil- 1-piperazinil) metil]-1-metil-1H-benzimidazol-5-il)-3-sikloheksilurea.

Rice bran is a byproduct of the third stage of rice milling, typically used as animal feed due to its nutritional content. Rice bran can be utilized more extensively by extracting it into rice bran oil, which is low in saturated fats and thus beneficial for reducing the risk of heart disease. The compounds present in rice bran oil can be further utilized through isolation or purification methods. One compound with potential health benefits is the antioxidant compound found in rice bran oil. In the isolation process, chromatography is commonly used. This method separates compounds based on their distribution between a stationary phase and a mobile phase. The composition of the mobile phase is a critical factor influencing the isolation results.This study aims to determine the optimal mobile phase composition for isolating antioxidant compounds in rice bran oil and to identify the isolated compounds based on this composition. In this research, rice bran oil was obtained through extraction using the Green Bligh-Dyer method with ethyl acetate:ethanol solvent at a ratio of 6.37:1:4.13 (w/w/w). This oil was tested using thin-layer chromatography and with the help of the reveleris instrument using various solvent compositions. The most effective composition found was Hexane:DCM:(Ethanol + 1% Acetic Acid 10%). The antioxidant compound identified in highest abundance by LC-MS/MS-QToF was alpha-linolenic acid. Other identified compounds in significant abundance were piperine, hexacosyl (E)-ferulate, and 1-(2-[(4-acetyl-1- piperazinyl)methyl]-1-methyl-1H-benzimidazol-5-yl)-3-cyclohexylurea."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuningtyas Nirmala Putri
"Saat ini, pengembangan sediaan fitofarmaka perlu dilakukan suatu uji quality control (QC) untuk menjamin mutu dan keamanan dari sediaan tersebut. Oleh karena itu, standardisasi dan metode analisis yang valid baik pada bahan baku maupun produk jadi merupakan faktor penting dalam pengembangan sediaan fitofarmaka. Sediaan fitofarmaka yang digunakan untuk mengobati diare banyak mengandung ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). Biomarker dari ekstrak daun jambu biji yaitu kuersetin, sedangkan biomarker dari ekstrak rimpang kunyit yaitu kurkuminoid. Kadar dari kurkuminoid dan kuersetin dapat dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis tanah dan tempat tumbuh.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan kondisi optimum analisis kurkuminoid dan kuersetin serta mengetahui kadarnya dalam tablet obat diare yang mengandung ekstrak daun jambu biji dan rimpang kunyit dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) densitometri. Hasil penelitian menunjukkan fase gerak terbaik adalah toluenaseton-metanol-asam format (46:8:5:1) pada panjang gelombang 426 nm untuk kurkuminoid dan 303 nm untuk kuersetin. Kurva kalibrasi kurkuminoid antara 612-1632 ppm, dan kuersetin antara 81,12-405,6 ppm. Batas deteksi dan kuantitasi kurkuminoid berturut-turut sebesar 100,65 ppm dan 335,49 ppm, sedangkan batas deteksi dan kuantitasi kuersetin berturut-turut sebesar 17,92 ppm dan 59,72 ppm. Kadar rata-rata kurkuminoid sebelum dikoreksi sebesar 2541,59 μg/g dan kadar rata kuersetin sebelum dikoreksi sebesar 306,55 μg/g. Perolehan kembali kurkuminoid adalah 71,02 % dan kuersetin adalah 94,57 %. Kadar rata-rata kurkuminoid setelah dikoreksi sebesar 3578,70 μg/g dan kadar rata kuersetin setelah dikoreksi sebesar 324,16 μg/g.

Recently, developing of phytopharmaca needs quality control (QC) test to ensure the quality and safety. Thus, standardization and validation analysis methods of raw materials and product are an important factor in developing of phytopharmaca. The phytopharmaca for diarrhoea treatment contains extract of guava leaves and turmeric rhizome. Biomarker from extract of guava leave is quercetin, while biomarker from turmeric rhizome is curcuminoid. Curcuminoid and quercetin contents are influenced by the age of plants themselves, cultivate type and place of growth.
The purpose of this research was to get the analysis method for curcuminoid and quercetin contents in diarrhoea tablet contains extract of guava leaves and turmeric rhizome with using High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) method densitometry. The result shows toluene-acetone-methanol-formic acid (46:8:5:1) is the best mobile phase at 426 nm for curcuminoid and 303 nm for quercetin. The calibration curve of curcuminoid between 612-1632 ppm, and quercetin between 81,12-405,6 ppm. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of curcuminoid is 100,65 ppm and 335,49 ppm respectively, while Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of quercetin is 17,92 ppm and 59,72 ppm respectively. The average content of curcuminoid before corrected is about 2541,59 μg/g and quercetin is 306,55 μg/g. The recovery of curcuminoid is 71,02 % and quercetin 94,57 %."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32916
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani Sugianto
"Jamu merupakan obat tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. Jamu dinilai lebih aman dibandingkan obat modern karena efek samping jamu relatif sedikit. Namun, akhir-akhir ini ditemukan banyak kecurangan dalam pembuatan jamu dengan menambahkan bahan kimia obat ke dalam jamu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, dinyatakan bahwa obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis dan validasi metode analisis glibenklamid dan metformin hidroklorida pada jamu kencing manis secara KLT-densitometri. Metode yang digunakan adalah ekstraksi jamu dengan pelarut metanol kemudian dianalisis dengan KLT-Densitometri dengan menggunakan fase gerak metanol-aquades-asam asetat glasial 9:1:0,25 pada panjang gelombang 237 nm. Dari hasil validasi, didapat koefisien korelasi r kurva kalibrasi pada glibenklamid dan metformin hidroklorida berturut-turut 0,9998 dan 0,9981. Batas deteksi dan batas kuantitasi untuk glibenklamid dan metformin hidroklorida berturut-turut adalah 49,97 g/ml; 166,55 g/ml dan 74,75 g/ml; 249,25 g/ml. Metode ini juga memenuhi kriteria uji selektivitas, akurasi dan presisi. Dari tujuh sampel yang dianalisis, empat diantaranya positif mengandung glibenklamid dengan kadar sampel 1 = 4,9522 , sampel 2 = 4,1495 , sampel 3 = 4,2578 dan sampel 4 = 4,9412.

Jamu is a traditional medicine used by most people for health treatment. The use of traditional medicine is considered safer than modern medicine because of its less side effects. However, there are recently found frauds on jamu production by adding chemical substances into jamu. According to regulation of Minister of Health Indonesia No. 007 in 2012 on Registry of Traditional Medicine, it is stated that traditional medicine must not contain chemical substances or active drug isolation products. This study aims to analyze and validate analytical method of glibenclamide and metformin hydrochloride in herbal diabetic products by TLC densitometry. Method applied was jamu extraction using methanol and followed by analysis using TLC densitometry with methanol aquades glacial acetic acid 9 1 0.25 as mobile phase at wavelength 237 nm. From results of validation, correlation coefficient for glibenclamide and metformin hydrochloride respectively are 0.9998 and 0.9981. Limit of detection and quantitation for glibenclamide and metformin hydrochloride respectively are 49.97 g ml 166.55 g ml and 74.75 g ml 249.25 g ml. This method also meets criteria of selectivity, accuracy, and precision. From seven samples tested, four were positive for glibenclamide with level of sample 1 4.9522 , sample 2 4.1495 , sample 3 4.2578 , and sample 4 4.9412."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Good Will
"N-Asetilglukosamin GlcNAc merupakan suatu monosakarida derivat glukosa yang banyak terdapat di alam. Senyawa GlcNAc telah dimanfaatkan secara luas dalam bidang farmasi, pangan serta kosmetik, oleh sebab itu dibutuhkan suatu metode analisis optimum sebagai acuan untuk menganalisis GlcNAc. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang valid untuk analisis GlcNAc pada sampel suplemen secara KLT-Densitometri. Hasil optimasi menunjukkan kondisi optimum untuk analisis GlcNAc menggunakan n-propanol-air-NH4OH 70:30:1 sebagai fase gerak dan reagen anilin-difenilamin sebagai penampak noda. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 302 nm. Metode analisis memenuhi semua persyaratan parameter validasi metode analisis dengan nilai koefisien korelasi r 0,99845, LOD 1191.38 g/mL dan LOQ 3971.27 g/mL. Kadar sampel yang diperoleh adalah sebesar 100.07 - 102.47.

Acetylglucosamine GlcNAc is a monosaccharides glucose derivatives that is widely available in nature. GlcNAc have been used in a pharmaceutical product , food and cosmetics. This study aimed to obtain valid method for analysis GlcNAc in supplement product sample using TLC Densitometry. The optimum condition for analysis was using n propanol water NH4OH 70 30 1 as a mobile phase and sprayed with aniline diphenylamine reagent. The maximum wavelength was 302 nm. This method fulfiled all the criteria of validation with r value of 0.99845, LOD 1191.38 g mL and the LOQ 3971.27 g mL. Conformity with the label provides the results of 100.07 102.47."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S66756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>