Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Oloan Sahat Torus
"Ekstrak kering herba Pegagan (Centella Asiatic Linn) mempunyai berbagai macam khasiat bagi tubuh dan telah banyak dikembangkan dalam pengobatan alternatif. Sifatnya yang sangat higroskopis merupakan kendala dalam pengembangan bentuk sediaan tablet. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan tablet dari ekstrak kering herba Pegagan dan memperoleh informasi pengaruh Avicel® PH 102 sebagai pengisi terhadap higroskopisitas tablet ekstrak kering herba Pegagan. Sebagai uji pendahuluan dilakukan uji higroskopisitas ekstrak kering herba Pegagan dan juga campuran ekstrak kering Pegagan dengan Avicel® PH 102 sebagai bahan pengisi tablet. Tablet dibuat dengan metode cetak langsung dengan beberapa perbandingan campuran ekstrak kering herba Pegagan dan Avicel® PH 102 sebanyak 4 formula berturut-turut 6:4; 5:5; 4:6; dan 3:7. Tablet dievaluasi menurut Farmakope Indonesia III, serta dilakukan uji higroskopisitas tablet dengan mengamati perubahan bobot tablet selama 6 hari dengan 4 perlakuan yang berbeda. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa Formula D dengan perbandingan ekstrak dan Avicel® PH 102 3 : 7 merupakan formula terbaik dari ketiga formula lainnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32997
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Maria
"

Tanaman pegagan (Centella asiatica) mengandung senyawa asiatikosida. Asiatikosida merupakan senyawa glikosida triterpen yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri baik gram positif maupun bakteri gram negatif. Herba pegagan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Penetapan kadar asiatikosida dalam ekstrak dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak metanol-air (65:35), diperoleh hasil kadar asiatikosida sebesar 0,22%. Pada penelitian ini, ekstrak pegagan dimodifikasi dalam bentuk nanovesikel fitosom dan diformulasikan dalam bentuk krim. Terdapat empat formulasi krim, dua formulasi krim ekstrak pegagan 0,5% (KE1) dan 1% (KE2), serta dua formulasi krim fitosom pegagan yang mengandung ekstrak 0,5% (KF1) dan 1% (KF2). Pembuatan fitosom ekstrak pegagan dilakukan dengan metode lapis tipis dengan penambahan fosfolipon 90 G. Selain itu, dilakukan pengujian aktivitas ekstrak terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu, Propionibacterium acnes. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak pegagan menggunakan metode dilusi cair dengan media Brain Heart Infused Broth, diperoleh bahwa ekstrak pegagan dengan kandungan asiatikosida sebesar 0,0275 mg/mL mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes, sedangkan pengujian aktivitas suspensi fitosom tidak dapat memberikan hasil yang dapat diamati dengan metode dilusi cair.


Centella asiatica contains asiaticoside compound. Asiaticoside is a glicoside triterpen compound that has antibacterial activity against several gram positive bacteria and gram negative bacteria. The herb of centella was extracted using maseration method with  ethanol 70% solvent. Determination of asiaticoside was done by high performance liquid chromatography method with methanol-water motion phase (65:35), resulting the extract contain asiaticoside equal to 0,22%. In this study, centella extract was modified in the form of phytosome nanovesicles and formulated into cream. There are four cream formulations, cream with extract 0.5% (KE1) and 1% (KE2), and phythosome cream containing 0,5% (KF1) and 1% (KF2) of centella extract. The making of centella phythosome is done by thin layer method with the addition of phospholipon 90 G. In addition, the antibacterial activity of Centella extract was tested to the acne bacteria, Propionibacterium acnes. Tests of antibacterial activity of centella extract using broth dilution method with Brain Heart Infused Broth media. It was found that the extract of centella with asiaticoside content of 0,0275 mg/mL able to inhibit the growth of Propionibacterium acnes bacteria, while the phythosomal suspension did not show any antibacterial activity with broth dilution method.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhila Kiasatina Larasati
"

Ekstrak herba pegagan (Centella asiatica L.) memiliki kandungan senyawa aktif berupa senyawa asiatikosida. Asiatikosida memiliki absorpsi dan penetrasi yang buruk karena sifatnya yang hidrofilik. Pada penelitian ini, ekstrak kental herba pegagan dimodifikasi ke dalam bentuk kompleks nanovesikel fitosom yang diformulasikan ke dalam sediaan krim untuk mengatasi permasalahan absorpsi dan penetrasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan sediaan krim fitosom dan krim ekstrak tanpa modifikasi, serta membandingkan penetrasi keduanya. Fitosom dibuat dengan konsentrasi fosfolipid dan ekstrak kental 1:1. Pembuatan fitosom dilakukan dengan metode hidrasi lapis tipis. Hasil pengujian efisiensi penjerapan terhadap fitosom sebesar 47,56 ± 1,68 %. Uji penetrasi metode sel difusi Franz dilakukan terhadap kedua jenis krim menggunakan membran abdomen tikus betina. Jumlah kumulatif asiatikosida terpenetrasi dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut sebesar 4,56 ± 0,32 µg/cm2 dan 1,86 ± 0,24 µg/cm2, dengan persentase berturut-turut sebesar 40,81 ± 2,83%, dan 16,66 ± 2,17%. Fluks dari sediaan krim fitosom dan krim non fitosom berturut-turut adalah sebesar 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.jam-1 dan 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.jam-1. Sediaan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan dalam bentuk kompleks fitosom memiliki daya penetrasi yang lebih tinggi dibandingkan krim yang mengandung ekstrak herba pegagan konvensional. Keduanya menunjukkan stabilitas fisik yang baik melalui hasil pengamatan organoleptis, homogenitas, dan viskositas yang dilakukan selama dua bulan dalam berbagai variasi suhu.


Centella asiatica L. extract contains active content in form of asiaticoside. The absorption and penetration properties of that active ingredient are poor, due to its hydrophilic properties. In order to overcome those obstracles, in this research, a modification of Centella asiatica L. extract was made by formulating cream containing extract in the form of nanovesicle complex called phytosome. The aim of this research is to formulate two kinds of cream that contain phytosomal extract and normal extract without any modifications, then to compare both penetration profiles. The phytosome was made by mixing 1:1 phospholipid:extract with thin layer hydration method. Entrapment efficiency value of the phytosome suspension is 47,56 ± 1,68 %. Penetration test of both creams was run using Franz diffusion cell method. The cumulative amount of asiaticoside penetrated from phytosomal and non-phytosomal cream reaches 4,56 ± 0,32 µg/cm2 and 1,86 ± 0,24 µg/cm2, with the percentage of 40,81 ± 2,83%, and 16,66 ± 2,17%. Flux value from the phytosomal and non-phytosomal cream amounts 0,659 ± 0,035 µg.cm-2.hr-1 and 0,465 ± 0,061 µg.cm-2.hr-1. These results show that Centella asiatica L. extract in phytosomal cream gives better penetration profile compared to non-phytosomal cream. Both creams are showing good physical stability through organoleptic, homogenicity, and also viscosity observations done throughout two months at various temperatures and conditions.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karima
"Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Aktivitas antioksidan pada herba pegagan dihasilkan oleh asiatikosid. Asiatikosid merupakan senyawa yang bersifat hidrofil sehingga aplikasinya pada sediaan topikal relatif sulit. Pada penelitian ini, dilakukan formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan gel liposom yang mengandung ekstrak herba pegagan. Ekstrak herba pegagan yang diguanakan dalam formulasi memiliki nilai IC 50 sebesar 31,14 ppm dengan pengukuran menggunakan metode peredaman DPPH. Liposom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis. Liposom yang dihasilkan memiliki bentuk sferis dengan pengamatan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Ukuran diameter vesikel liposom rata-rata (Z-average) sebesar 198,99 nm dan nilai D90 sebesar 562,49 nm. Efisiensi penjerapan liposom diperoleh sebesar 92,59%. Liposom dimasukkan ke dalam tiga formula sediaan gel masing-masing sebesar 2, 4, dan 6%. Aktivitas antioksidan sediaan gel liposom pada ketiga formula selama empat minggu penyimpanan mengalami penurunan sebesar 0,30, 0,58, dan 0,33 %. Sediaan gel liposom diuji kestabilan fisiknya dalam berbagai suhu penyimpanan dan cycling test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga formula gel liposom stabil secara fisik selama masa penyimpanan.

Pegagan (Centella asiatica L.) is one of plant that has high antioxidant activity. Antioxidant activity of pegagan?s herbs are produced by asiaticoside. Asiaticoside is hidrofilic compound, therefore its application in topical dosage form is difficult. This study performed formulation and physical stability test of liposome gel dosage form which containing pegagan herbs extract. The IC50 value of pegagan herbs extract used in formula was 31,14 ppm which was measured by DPPH assay. Liposome was formulated with thin layer hydration method. Liposome product had spherical shape which was observed by Scanning Electron Microscope (SEM). The average of vesicle diameter size (Z-average) was 198,99 nm and the D90 value was 562,49 nm. The entrapped eficiency of liposome was 92,59%. Liposome was added into three formulas of gels with 2, 4, dan 6% concentration. The decrease of antioxidant activities of three formulas of gels were 0,30, 0,58, and 0,33% . The physical stability of liposome gel dosage forms were observed in a wide range of storage temperature and cycling test. The result show that three formulas of gels were physically stable in storage period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desendy Syafrudin
"Ekstrak kulit kayu Mimba (Azadirachta indica A. Juss) mempunyai khasiat yang potensial untuk mengontrol sekresi asam lambung dan mengobati tukak lambung. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan tablet dari ekstrak kulit kayu mimba. Ekstrak diperoleh dari hasil rendaman ekstrak air kulit kayu mimba dan dikeringkan dalam oven vakum, hingga didapatkan ekstrak kering. Pembuatan tablet menggunakan metode cetak langsung dan menggunakan avicel PH102, maltodekstrin, amilum, primojel serta mg stearat dan talk sebagai bahan tambahan. Tablet dievaluasi menurut Farmakope Indonesia Edisi III dan IV, serta dilakukan uji higroskopisitas tablet dengan mengamati perubahan bobot tablet selama 6 hari dengan 2 perlakuan yang berbeda. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa formula A dengan bahan pengisi avicel 102 merupakan formula terbaik dari keempat formula lainnya.
Neem bark extract (Azadirachta indica A. Juss) has thus potential therapeutics to control gastric acid secretion and healing ulcus. The purpose of this study was to make tablet of neem bark extract. Neem bark extract was obtained from soaked of neem bark and dried with vacuum oven, until get dry extract. Direct compression method was used to make tablets and using avicel PH 102, maltodekstrin, starch, primojel also mg stearat and talk as excipients. The tablets evaluated according to Farmakope Indonesia 3rd and 4th edition, and hygroscopicity test was done by evaluating changes of tablet mass for six days in two different conditions. Result showed that the formula A with avicel PH 102 as filler, is the best formula from others."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Oktaviani
"Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan tanaman obat yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Pegagan mengandung asiatikosid yang berkhasiat terhadap gangguan kulit seperti selulit, bekas luka, bahkan dapat mengobati luka terbuka. Tujuan penelitian ini adalah mengamati pengaruh penambahan propilenglikol terhadap penetrasi in vitro menggunakan sel difusi Franz. Pada penelitian ini dibuat gel yang mengandung ekstrak etanol pegagan sebanyak tiga formula. Dua formula dengan penambahan propilenglikol 5% (formula 1) dan 10% (formula 2), sedangkan formula 3 sebagai kontrol tidak mengandung propilenglikol.
Evaluasi fisik dilakukan terhadap ketiga formula gel yang meliputi uji organoleptis, sineresis, viskositas, konsistensi, dan stabilitas fisik, selain itu dilakukan penentuan kadar zat aktif, dan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz.
Hasil penelitian ini menunjukkan ketiga gel bersifat homogen, berwarna coklat dan tidak terjadi sineresis dan. Kadar zat aktif dalam ketiga formula gel yang diukur dengan metode kromatografi lapis tipis menunjukkan 88,06 - 89,92%. Secara keseluruhan ketiga formula gel memenuhi persyaratan secara fisik, akan tetapi untuk penetrasi secara in vitro tidak dapat dideteksi, karena asiatikosid tidak larut di dalam buffer fosfat pH 7,4 dan pH 5,6. Dapat disimpulkan secara fisik gel yang dihasilkan memenuhi persyaratan akan tetapi sukar berpenetrasi pada kulit.

Pegagan (Centella asiatica L.) is a medicinal plant which familiar to Indonesian people. Pegagan contains asiaticoside which efficacious against skin disorders such as cellulite, scars, and even to treat open wounds. The purpose of this study was to observe the effect of propylene glycol addition against in vitro penetration using Franz diffusion cells. In this research, ​​gel containing ethanolic extract of Pegagan was made into three formulas. Two formula contained propyilene glycol, 5% (formula 1) and 10% (formula 2), while the third as a control formula which was not containing propylene glycol.
Physical evaluation performed on all gel formula that included organoleptic test, syneresis, viscosity, consistency, and physical stability, besides that also performed determination of the levels of the active substance and in vitro penetration test using Franz diffusion cells.
The results of this study suggest that all gel formula is homogeneous, brown, and no syneresis. Levels of the active substance in the three gel formula that measured by thin layer chromatography method showed 88.06 to 89.92%. Overall, gel formula meets the physical requirements, but for the in vitro penetration can not be detected, because asiaticoside was insoluble in phosphate buffer pH 7.4 and pH 5.6. It could be concluded that all gel physically qualified but difficult to penetrating the skin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joned Agung W.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Dyah Sri Puspita Dewi
"Asiatikosid merupakan salah satu senyawa triterpen utama dalam herba tanaman Pegagan. Senyawa ini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan diantaranya mampu menyembuhkan luka, anti stretch marks, ulkus lambung, antikonvulsif, antimikroba, dan imunomodulator. Asiatikosid memiliki sifat hidrofil, oleh karena itu untuk meningkatkan penetrasinya asiatikosid diinkorporasikan dalam etosom. Etosom merupakan modifikasi liposom yang terdiri dari fosfolipid, etanol, dan air. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengkarakterisasi etosom dengan berbagai konsentrasi ekstrak dan menguji daya penetrasi secara in vitro sediaan krim mengandung etosom ekstrak herba pegagan. Berdasarkan hasil karakterisasi, dipilih satu formula terbaik yakni F1 dengan konsentrasi ekstrak 0,6 yang memiliki bentuk sferis, efisiensi penjerapan 75,03 0,295 , ukuran partikel 94,71 2,807nm, PDI 0,338 0,046 dan zeta potensial -25,067 0,814. Setelah itu, F1 etosom diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan basis TEA stearat. Sediaan krim mengandung etosom kemudian dievaluasi, uji stabilitas secara fisik, dan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi franz dibandingkan dengan krim kontrol, yakni krim mengandung ekstrak herba pegagan tanpa dibuat etosom. Dari hasil uji penetrasi didapatkan jumlah kumulatif asiatikosid yang terpenetrasi dari sediaan krim etosom dan krim non etosom secara berturut-turut sebesar 3651,271 37,579 ?g/cm2 dan 2873,016 36,850 ?g/cm2. Selain itu, nilai fluks kecepatan penetrasi asiatikosid dari sediaan krim etosom lebih besar daripada krim non etosom. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa etosom dapat meningkatkan penetrasi asiatikosid melalui kulit.

Asiaticoside is one of the most important triterpene compound Pegagan herb. This substance has many therapeutic effects for human health such as in treatment of wound healing, anti stretch marks, gastrointestinal ulcer, anticonvulsive, antimicrobial effect and immunomodulatory effect. Asiaticoside had hydrophilic properties, therefore to increase its penetration, asiaticoside was incorporated in carrier sytems called ethosome. Ethosome is a modification of liposome that consists of phospholipid, ethanol up to 50 and water. The objectives of this study were to formulate and to characterize ethosome containing various concentration of Centella asiatica herb extract and to evaluate in vitro penetration ability of cream containing ethosome Centella asiatica herb extract. The result of characterization showed the first formula F1 with concentration of extract 0,6 as the best ethosome formula. F1 had properties such as spherical morphology, entrapment efficiency 75,03 0,295 , particle size 94,71 2,807nm, polydispersity index 0,338 0,046 and zeta potential 25,067 0,814. After that, F1 ethosome was formulated into cream with TEA stearic basis. Creams containing ethosome were evaluated, conducted physical stability test and in vitro penetration study using franz diffusion cell compared to control cream, which is cream containing non ethosome extracts. Based on the result of penetration study, ethosome cream and non ethosome cream had cumulative amount of asiaticoside penetrated sebesar 3651,271 37,579 g cm2 and 2873,016 36,850 g cm2. Furthermore, flux penetration rate asiaticoside of ethosome cream greater than non ethosome cream. So, it can be concluded that ethosome can increase asiaticoside penetration across the skin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benbasyar Eliyanoor
"Telah dilakukan penelitian untuk memformulasikan sediaan tablet dari ekstrak herba Acalypha indica Linn. (Akar kucing) menggunakan metode kempa langsung. Ekstraksi dilakukan dengan cara merebus serbuk simplisia selama 30 menit menggunakan pelarut air. Ekstrak yang dihasilkan dipekatkan diatas penangas air dan dikeringkan dalam oven suhu 60 °C hingga menjadi serbuk ekstrak. Formulasi tablet dibuat 9 formula menggunakan serbuk ekstrak ukuran partikel mesh 40, 60 dan 80 dengan bahan tambahan yang berbeda-beda dan dosis 350 mg dan 520 mg ekstrak per tablet. Serbuk ekstrak dan satu formula dosis 350 mg dan 520 mg dievaluasi higroskopisitasnya pada RH ± 75% dan suhu 30 °C ± 2 °C selama 6 hari. Tablet dievaluasi berdasarkan persyaratan farmakope Indonesia edisi III dan IV. Hasil uji higroskopisitas menunjukkan bahwa kecepatan penyerapan lembab oleh ekstrak yaitu 26,46 mg/g ekstrak/hari dan formula dengan aerosil 0,25% menghambat kecepatan penyerapan lembab menjadi 21,95 mg/g ekstrak/hari serta formula dengan aerosil 0,5% menghambat kecepatan penyerapan lembab menjadi 15,58 mg/ g ekstrak/hari bahkan dengan jumlah ekstrak 50% lebih banyak. Hasil evaluasi tablet menunjukkan bahwa formula A3 dengan avicel 52,09%, aerosil 0,25% dan asam stearat 1% memiliki karakteristik paling baik diantara formula lainnya.
The experiment to formulate the tablets from Acalypha indica Linn (Cat’s Nettle) herb extract using direct compression method had been conducted. The extraction of the plant powder was done by boiled in water for 30 minutes. The extract was concentrated at water bath and dried in oven at temperature 60 °C became powdered extract. Formulation tablets were made in 9 formulas using powdered extract with particle size 40, 60 and 80 mesh and different excipient containing 350 mg and 520 mg extract each tablet. The extract and one of tablet formulation with 350 mg and 520 mg has been evaluated to hygroscopicity at RH ± 75% and temperature 30 °C ± 2 °C for six days. The tablets were evaluated according to the 3rd and 4th of Indonesian pharmacopeia. Result of hygroscopicity test showed that the rate of moisture uptake from extract of A. indica was 26,46 mg/ g extract/day and the formula with aerosil 0,25% inhibited the rate of moisture uptake of extract of A. indica became 21,95 mg/g and formula with aerosil 0,5% inhibited the rate of moisture uptake of extract of A. indica became 15,58 mg/ g extract/ day even with 50% more extract. Result of tablet evaluation showed that A3 formula with avicel 52,09%, aerosil 0,25% and acid stearic 1% had the best characteristic than others."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achiro, Yaserita
"Stres pada manusia dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dari sistem imun. Oleh karena itu dewasa ini dibutuhkan pengembangan dari senyawasenyawa berkhasiat imunostimulan. Telah dilakukan penelitian tentang efek imunostimulan dari sediaan teh kombinasi rosela (H. sabdariffa) dan Pegagan (C.asiatica) dengan metode Uji Bersihan Karbon. Sediaan teh kombinasi Rosela dan Pegagan dengan dosis 0,0078 g rosela/20gBB dan 0,0702 g pegagan /gBB tidak memiliki aktivitas imunostimulan dengan indeks fagositosis 1,209. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0156 g rosela/20gBB dan 0,1404 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan sedang dengan indeks fagositosis sebesar 1,416. Sediaan kombinasi rosela dan pegagan dengan dosis 0,0312 g rosela/20gBB dan 0,2808 g pegagan/20gBB memiliki aktivitas imunostimulan yang besar dengan nilai indeks fagositosis sebesar 1,665. Nilai ini lebih besar daripada nilai indeks fagositosis Zymosan, Rosela dan Pegagan yaitu secara berturut-turut 1,613; 1,314 dan 1,569. Dilakukan uji statistik pada seluruh sediaan uji dengan analisa ANOVA satu arah dan diperoleh nilai p < 0,05 pada pada seluruh sediaan uji bila dibandingkan dengan kontrol CMC-Na.

Stress at human will reduce the immune system capability. So that, nowadays immunostimulant is needed to be developed. It has been done research about immunostimulant activity of tea consist Rosella (H. sabdariffa) and Pegagan (C.asiatica) by measure phagocity index in Carbon Clearance Test at mice. Tea bag consist of 0.0078 rosella/20gBB and 0.0702 g pegagan/20gBB has no immunostimulant activity with phagocity index 1.209. Tea combination consist of 0.0156 g rosella/20gBB and 0.1404 g pegagan/20gBB has slight immunostimulant activity with phagocity index 1.416. Tea bag consist of 0.0312 g rosella/20gBB and 0.2808 g pegagan/20gBB has great immunostimulan activity with phagocity index 1.665. This activity is greater than Zymosan, Rosella and Pegagan alone with phagocity index 1.613; 1.314 and 1.569. One way ANOVA test showed that all of drug has immunostimulant activity greater than control with p < 0,05."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33091
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>