Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156709 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanuartikania
"Kebutuhan akan plastik yang aman bagi makhluk hidup khususnya manusia dan bagi lingkungan semakin mendesak. Perkembangan yang tengah beriangsung adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk memperbaiki sifat dari polimer. Zat aditif yang ditambahkan untuk memperbaiki sifat polimer salah satunya adalah pemlastis (plasticizer), yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan kerja dari plastik. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah sumber daya minyak sawit. Sintesis pemlastis berbasis turunan minyak sawit adalah antara lain melalui reaksi esterifikasi asam cleat dengan polietilen glikol 400 dan menggunakan KOH sebagai katalis, menghasilkan polietilen glikol 400 dioleat. Untuk memperoleh kondisi sintesis optimum dilakukan variasi suhu (antara 160 - 220 °C ) dengan katalis (0,1-1 %) selama 6 jam. Kemudian hasil yang diperoleh dikarakterisasi sifat fisika dan kimianya, dan dianalisa dengan menggunakan FT-IR spectroscopy. Kemudian diformulasikan kedalam resin polivinil klorida (PVC) dengan variasi konsentrasi pemlastis (antara 15-60 phr), dan diuji sifat termal (menggunakan DSC) dan sifat mekanik {tensile strength)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intaniar Wahyu Trivany
"Kalsium karbonat nanopartikel disitesis menggunakan metode presipitasi dengan mereaksikan larutan CaCl2 dan larutan Na2CO3 yang ditambahkan capping agent untuk mencegah aglomerasi. Tahapan sintesis CaCO3 nanopartike, yaitu preparasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 (0,15 M), preparasi larutan capping agent, dan tahap sintesis CaCO3 dengan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm. Pada penelitian ini, variasi yang dilakukan adalah variasi laju pencampuran reaktan 1,683 mL/menit; 0,842 mL/menit; 0,561 mL/menit dan jenis capping agent (asam malat dan PEG 400) dengan variasi konsentrasi 0,5-1%. Partikel CaCO3 dikarakterisasi dengan bebrapa instrument, yaitu SEM, XRD, dan FTIR. Dengan atau tidak adanya capping agent gugus fungsi O-H, C-H, C-C, Ca-O, dan -CO3 teridentifikasi dari hasil FTIR. Pada sampel tanpa capping agent, pencampuran CaCl2 dan Na2CO3 dalam larutan air menyebabkan pembentukan kristal vaterit berbentuk spherical dengan ukuran partikel 0,2-7µm. Konsentrasi 0,5% dan 1% capping agent membentuk 2 fasa kristal, yaitu vaterit dan kalsit berbentuk spherical dan kubus dengan ukuran partikel 207 – 926 nm pada asam malat dan 276 nm – 3 µm pada PEG 400. Sehingga partikel yang dihasilkan masih tergolong partikel sub-mikro. CaCO3 yang diperoleh dengan menambahkan capping agent menghasilkan ukuran partikel berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanpa agent. Ditemukan juga bahwaemakin besar laju penambahan reaktan maka ukuran anopartikel yang diasilkan semakin kecil, demikian semakin besar konsentrasi capping agent yang digunakan maka semakin besar pula ukuran nanopartikel yang terbentuk. Saat ini CaCO3 nanopartikel berpotensi untuk diaplikasikan di berbagai bidang seperti sebagai bahan aditif pelumas gemuk, material filler, biomedis, industri makanan, industri pertanian, dan lingkungan. Khususnya digunakan sebagai bahan aditif pembuatan pelumas gemuk, CaCO3 yang dihasilkan dapat menuutup asperities yang berukuran 4,5 µm.

Calcium carbonate nanoparticles were synthesized using the precipitation method by reacting a CaCl2 solution and a Na2CO3 solution with a capping agent added to prevent agglomeration. The steps of the synthesis of CaCO3 nanoparticles were the preparation of CaCl2 and Na2CO3 solutions (0,15 M), the preparation of a capping agent solution, and the CaCO3 synthesis stage with a stirring speed of 700 rpm. In this research, the variations carried out were variations in the mixing rate of the reactants 1,683 mL/min; 0,842 mL/min; 0,561 mL/min and the type of capping agent (malic acid and PEG 400) with a concentration variation of 0,5-1%. CaCO3 particles were characterized by several instruments, namely SEM, XRD, and FTIR. With or without a capping agent the functional groups O-H, C-H, C-C, Ca-O, and -CO3 were identified from the FTIR results. In samples without a capping agent, mixing CaCl2 and Na2CO3 in aqueous solution causes the formation of spherical vaterite crystals with a particle size of 0,2-7µm. Concentrations of 0.5% and 1% of capping agents formed two crystalline phases, namely spherical and cubic vaterite and calcite with particle sizes of 207 – 926 nm in malic acid and 276 nm – 3 m in PEG 400. So that the resulting particles are still classified as sub-micron particles. CaCO3 obtained by adding a capping agent produces a smaller particle size than without the agent, this is because the capping agent can inhibit the formation reaction time in the agglomeration process. Also found that the greater the rate of addition of reactants, the smaller the size of the nanoparticles produced, thus the greater the concentration of the capping agent used, the greater the size of the nanoparticles formed. Currently, CaCO3 nanoparticles have the potential to be applied in various fields such as lubricants, grease additives, filler materials, biomedicine, the food industry, the agricultural industry, and the environment. Primarily used as an additive for the manufacture of grease lubricants, the CaCO3 produced can cover asperities measuring 4,5 µm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, James
"Pembuatan membran penukar ion amfoterik dengan proses kopolimerisasi grafting campuran monomer asam akrilat dan akrilamida pada polietilen kerapatan rendah (LDPE, Low Density Polyethylene) dengan inisiasi menggunakan ozon telah berhasil dilakukan. Parameter-parameter yang digunakan untuk mempelajari proses kopolimerisasi grafting ini adalah laju aliran ozon, lama ozonisasi, pengaruh konsentrasi monomer, pengaruh pelarut, temperatur grafting, lama reaksi kopolimerisasi dan juga pengaruh ketebalan film. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ini diperoleh bahwa kondisi optimum kopolimerisasi masing-masing monomer ini berbeda dan sifat-sifat fisik kopolimer grafting yang dihasilkan juga berbeda. Kondisi optimum untuk pembuatan PE-g-AAm adalah konsentrasi akrilamida 20%, temperatur 110° C dengan la ju kopolimerisasi tertinggi diperoleh pada menit ke- 30. Sementara untuk pembuatan PE-g-AA kondisi optimumnya adalah konsentrasi asam akrilat 30%, suhu reaksi 110° C dan laju kopolimerisasi tertinggi terjadi pada saat menit pertama reaksi berlangsung. Semakin tinggi % grafting pada PE-g-AAm maka sifat fisiknya menjadi lebih kaku dan rapuh sementara pada PE-g-AA semakin lentur. Untuk mengatasi ini dicari kondisi terbaik untuk memperoleh PE-g-AA-AAm yang memiliki sifat fisik yang baik sebagai penukar ion amfoterik. Diperoleh bahwa kondisi terbaik reaksi kopolimerisai grafting campuran monomer ini adalah perbandingan 20% : 20%, suhu 100° C. Persen grafting PE-g-AAm tertinggi adalah 455.99% yang diperoleh pada kondisi : lama ozonisasi 90 menit, konsentrasi akrilamida 25%, suhu reaksi 110° C, walupun film ini sangat rapuh. Persen grafting PE-g-AA tertinggi adalah 299,69% dan persen grafting tertinggi PE-gAA- AAm pada kondisi optimum adalah 500,08%. Analisis kopolimer grafting menggunakan FTIR menunjukkan bahwa proses kopolimerisasi ini telah berhasil karena muncul serapan-serapan yang khas bagi setiap monomer yang dicangkokkan. Hal ini diperkuat dengan termogram DSC dimana terbentuk puncak-puncak endotermis barn yang khas. Kristanilitas dari film LDPE tergrafting mengalami penurunan seiring dengan kenaikan persen grafting. Kapasitas pertukaran kation dilakukan terhadap Cu2 + pada pH 4 dan pertukaran anion terhadap er pada pH 3. Diperoleh bahwa kapasitas pertukaran Cu2 + tertinggi adalah 7,7146 mek/g film untuk pada PE-g-AA 299,69%, untuk PE-g-AAm sebesar 0,6735 mek/g dan untuk PE-g-AA-AAm sebesar 7,81 mek/g pada persen grafting 211,98% dengan ketebalan film 100 μm. Kapasitas pertukaran anion er tertinggi adalah 4,62 mek/g untuk PE-g-AAm 284,74% dan 4,60 untuk PE-g-AA-AAm 462% pada ketebalan 50 μm. Selektivitas pertukaran kation dilakukan terhadap ion logam Cu2 +, Co2 +, Cr3 +, dan Ni2 + dimana selektivitas PE-g-AA-AAm > PE-g-AAm > PE-gAA.

Synthesis of amphoteric ion exchange membranes by grafting copolymerization process of the mixture of acrylic acid and acrylamide onto ozonized Low Density Polyethylene have been successfully done. In order to obtain the optimum conditions, the graft polymerization of each monomers was studied first. The rate of ozon flow, time of ozonization, monomer concentration, solvent, temperature, periode of copolymerization reaction, and film thickness were used as parameters. The results of these reactions are PE-g-AA, PE-g-AAm, PE-g-AA-AAm. Characterization of these graft copolymers was conducted by FTIR, DSC, XRD, water uptake, ion exchange capacity and selectivity. From these studies we obtain that the optimum conditions for the grafting process of each monomers are different and the physical properties of the graft copolymers are different too. The optimum conditions for making PE-g-AAm are 20 % monomer, 110°C and the highest rate of copolymerization was occurred at the 30 minute first while 30 % monomer, 110°C for making PE-g-AA and the highest rate of copolymerization occurred at the first minutes. The rigidity and the crispiness of the PE-g-AAm increased with increasing the percent of the grafting while of the PE-gAA decreased. That is why we need to find the best condition to make PE-g-AAAAm that has good physical properties as a amphoteric ion exchange membrane. We found that the best conditions are mixture of monomers by 20 %: 20% , I 00°C. The highest graft percentage were 455,99 % ; 299,69 %; 500,08 % for PE-g-AAm, PE-gAA, PE-g-AA-AAm respectively. Analysis of the graft copolymer by FTIR showed that the graft polymerization has successfully occurred and this was strenghtend by DSC thermograms and by XRD diffractograms. The crystalinity of LDPE decreased as the percentage of grafting increased. Kation and anion exchange capacities were studied by contacting them to Cu2 + solution at pH 4 and er solution at pH 3, respectively. It is obtained that the highest exchange capacity of Cu2+ is 7,7146 meq/g film; 0.6735 meq/g film; 7,81 meq/g film for PE-g-AA 299,69 % ; PE-g-AAm 185,49 %; PE-g-AA-AAm 211,98 % , respectively and the highest exchange capacity of er is 4,62 meq/g film; 4,60 meq/g film for PE-g-AAm 284,74 % and PE-g-AA-AAm 462 % respectively. The selectivities of kation exchange was investigated on Cu2 +, Co2 +, Cr3 +, and Ni2 + and we found that the selectivity of PE-g-AA-AAm > PE-g-AAm > PE-g-AA.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Saefumillah
"Kopolimerisasi cangkok asam akrilat pada film polietilen kerapatan rendah (LDPE) dengan metode ozonisasi untuk pembuatan membran penukar ion telah berhasil dilakukan. Ozonisasi dilakukan pada film LDPE yang telah dialiri udara pada temperatur 50°C dalam penangas gliserol selama 1 jam. Pengaruh parameter percobaan terhadap persen kopolimerisasi cangkok dipelajari melalui variasi waktu ozoniasasi, ketebalan film, konsentrasi asam akrilat, temperatur, waktu reaksi dan penambahan garam Mohr dan asam sulfat. Karakterisasi sifat film polietilen (PE) awal dan PE yang telah dikopolimerisasi cangkok dengan asam akrilat (PE-g-AA) dilakukan dengan mengamati perubahan ketebalan (thickness meter), morfologi penampang lintang (SEM), spektrum absorpsi infra merah (FTIR), titik leleh (DSC), stabilitas termal (DTAITGA), kristalinitas (XAD), serta kapasitas dan selektivitas penukaran ion (AAS).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan beberapa parameter reaksi pada film LDPE 50 µm, diperoleh kondisi reaksi yang menghasilkan persen kopolimer cangkok yang tinggi dengan waktu ozonisasi 30 menit, waktu reaksi 60 menit, konsentrasi asam akrilat 40 %, temperatur 110°C. Pada percobaan dengan penambahan garam Mohr dan asam sulfat, persen kopolimer cangkok yang dihasilkan menjadi menurun. Film PE-g-AA memiliki ketebalan yang lebih besar dibanding film PE awal. Pengamatan dengan SEM menunjukkan bahwa ketebalan bagian film PE yang mengalami kopolimerisasi Bangkok semakin meningkat dengan meningkatnya persen kopolimerisasi cangkok Pada film PE-g-AA dengan persen kopolimerisasi cangkok sekitar -160 %, kedua jenis film menunjukkan ketebalan bagian yang tercangkok relatif sama, 18,8 um pada kedua sisi film LDPE awal 50 gm dan 16,8 gm pada kedua sisi film LDPE awal 100 gm. Spektrum absorpsi FM menunjukkan munculnya gugus karbonil dan gugus hidroksil yang berasal dari asam akrilat yang dikopolimerisasi cangkok.
Kurva termogram DSC PE awal dan PE-g-AA menunjukkan penurunan entalpi pelelehan dan munculnya dua puncak endotermis baru, sedangkan titik leleh tidak banyak berubah. Kurva termogram DTAITGA menunjukkan stabilitas dekomposisi termal film PE-g-AA yang menurun dari pada film PE awal. Kurva difraktogram Sinar-X menunjukkan penurunan kristalinitas film PE-g-AA dibandingkan dengan PE awal, sejalan dengan meningkatnya persen kopolimerisasi cangkok. Kapasitas penukaran ion Cue pada pH 4,0 meningkat sejalan dengan meningkatnya persen kopolimerisasi cangkok. Kapasitas penukaran ion tertinggi diperoleh pada persen kopolimerisasi cangkok 317,69%, sebesar 7,72 meklg. Pada pH 4,0-6,0 film PE-g-AA lebih selektif terhadap ion Cu`t dan pada ion Ni'+ dan Coy .

Ion Exchange Membrane : Synthesis and Characterization of Acrylic Acid Grafted Onto Low Density Polyethylene (Ldpe) Film by Ozonization MethodGraft copolymerization of acrylic acid (AA) as ion exchange membrane into low density polyethylene (LDPE) film has been studied by using ozonization methode. The ozonized PE was treated with aqueous solution of AA.. The percentage of grafting was determined as fnnctiot of ozonization period, film thickness. monomer concentration. temperature and reaction period. PE- AA f i l m n was characterized by FTIR. SEM, DSC. DTAITGA, XRD and exchange capacity and selectivity towards Cti2 . co 2+ and Ni + ions.
It gas result that the highest of graft copolymerization percentage attained lirr LDPE film with 50 tun thickness within 30 minutes ozonization period, 60 minutes reaction time, 40% acrylic acid and 110"C. The experiment with Mohr salt and sulfuric acid addition showed the decrease of graft copolymerization percentage. With SEM photo PE and PE-g-AA film, it was observed that the increase of' percentage of grafting is followed by the increase of film thickness. 1=TRR spectra showed characteristic of absorption band on wavelength 1730 cni Ibr stretching vibration carbonyl group (C=0) and 3000-3500 cm l for stretching vibration of hydroxyl group (O--1) for both from acrylic acid grafted onto polyethylene film.
The DSC thermogram curve of PE and PE-g-AA film showed the decrease of the melt-enthalpy and appeared two endothermic peaks at 230"C and 350"C. The TGA thermogram curve showed the decrease of stability of thermal decomposition for PE-g-AA than PE film. From X-ray difTractogram curve was showed the decrease of crystalinity of PE-g-AA than PE film. High exchange capacity towards Cu2 + ion was shown. PE-g-AA film with degree of grafting of 317.69% showed exchange capacity of 7,72 meg/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the film surface. Good selectivity towards Cu" ion was attained at p1-i range 4.0-6,0 with coefficient of distribution 1.80.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Safari
"Pada penelitian ini, sintesis TiO2 mesopori dilakukan dengan metode nidrotermal dan metode dip-coating. Fotokatalis TiO2 mesopori dapat ciisintesis dengan mereaksikan titanium tetraisopropoksida (TTIP), dietanolamin (DEA), etanol, dan polietilen glikol (PEG) sebagai temp/ate. Produk yang didapat dikalsinasi pada sunu 450°C selama 4 jam untuk mengnilangkan PEG temp/ate. Fotokatalis TiO2 mesopori nasil sintesis dikarakterisasi ciengan alat XRD, SEIVI, FTIR, BET, dan UV-Vis.
Hasil karakterisasi XRD dan BET menunjukkan struktur TiO2 anatase dan mempunyai Iuas permukaan sebesar 55,33 m2/g. Aktivitas fotokata|isTiO2 mesopori ini digunakan untuk mendegradasi gas forma|c|enic|a_ Degradasi fotokatalitik ini dilakukan dalam fotoreaktor yang ciilengkapi ciengan Iampu UV dan kolom berisi TiO2 mesopori nasil sintesis.
Hasil degradasi senyavva formaldenida secara fotokatalisis dalam vvaktu 26 menit mengnasilkan % degradasi sebesar 5,3204% Iebin tinggi ciaripacia kondisi degradasi formalcienida tanpa TiO2 (fotolisis). Hasil ini memperlinatkan banvva TiO2 mesopori nasil sintesis dapat mendegradasi gas formaldenida secara fotokatalisis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Restiani
"Sintesis Ester Dioleat dari Asam Oleat dan Propilen Glikoi Sebagai
Bahan Dasar Minyak Lumas Melalui Pembentukan Klorida Asam
Sebagai Substrat Intermediet.
xi + 48 halaman, tabel, gambar, dan lampiran.
Perkembangan di bidang industri dan meningkatnya penggunaan
kendaraan bermotor di Indonesia mendorong bertambahnya konsumsi bahan
bakar minyak dan minyak lumas. Hal ini memberikan dampak semakin
banyak pula penggunaan minyak bumi yang biasa digunakan sebagai bahan
bakar dan bahan dasar minyak lumas. Karena minyak bumi merupakan
sumber daya alam yang sulit diperbaharui, maka telah dilakukan berbagai
penelitian mengenai pembuatan bahan dasar minyak lumas sintetis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat senyawa ester dioleat
dari asam oleat dan propilen glikoi sebagai bahan dasar minyak lumas.
Tahapan yang dilakukan adalah sintesis ester dioleat, kemudian karakterisasi
produk ester dioleat dengan menentukan sifat-sifat fisiko-kimia seperti indeks
viskositas, titik nyala, angka asam, dan pemeriksaan gugus fungsional
dengan spektrofotometer-IR Dari hasil penelitian didapatkan persen hasil ester dioleat sebesar
84,9%. Hasil karaterisasi produk ester dioleat menunjukkan bahwa ester
dioleat memiliki titik nyala yang tinggi, yaitu sebesar 228°C dimana harga ini
masih memenuhi spesifikasi minyak lumas untuk mesin bensin empat
langkah yang dikeluarkan oleh Dirjen MIGAS, yang nilai minimumnya sebesar
200°C. Produk ester dioleat memiliki viskositas kinematik pada 40°C sebesar
14,69 cSt dan pada 100°C sebesar 4,41 cSt, serta memiliki indeks viskositas
sebesar 241,"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingrid Fortunata
"ABSTRAK
Nanopartikel emas memiliki permasalahan yaitu mudah beragregasi. Hal ini menyebabkan kestabilan dari nanopartikel emas yang terbentuk tidak dapat bertahan lama. Salah satu upaya untuk meningkatkan kestabilan dari nanopartikel emas tersebut yaitu dengan memberikan agen pelapis atau penstabil. Pada penelitian ini, nanopartikel emas tersebut akan dikonjugasikan dengan kurkumin, dimana konjugat tersebut ditambahkan dengan polietilen glikol (PEG) dan dilihat pengaruh PEG pada konjugat nanopartikel tersebut melalui uji karakterisasi dan stabilitas. Proses pembuatan konjugat nanopartikel emas ? kurkumin termodifikasi PEG ini dilakukan dengan pemanasan dan pengadukan diatas hot plate. Hasil TEM menunjukkan bahwa tidak terlihat pelapisan PEG pada permukaan konjugat nanopartikel emas ? kurkumin. Namun, pada pengukuran panjang gelombang dengan spektrofotometri menunjukan pergeseran 4,5 nm. Untuk pengujian pH menunjukkan hasil sebesar 3,11. Pada pengujian PSA menunjukkan hasil ukuran partikel sebesar 45,76 nm, sementara untuk hasil potensial zeta memberikan hasil -24,4; -23,3; dan -22,2 untuk pengukuran tiga kali berturut-turut. Sementara untuk pengujian stabilitas pada berbagai medium (PBS, PBS dengan 0,05% BSA, sistein, dan DI Water) memberikan hasil yang bervariasi dimana dapat diamati perubahan warna, absorbansi, panjang gelombang, dan terbentuknya endapan. Penggunaan PEG pada pembuatan konjugat nanopartikel emas ? kurkumin belum memberikan hasil yang optimal sehingga belum dapat melindungi dari agregasi.

ABSTRAK
Gold nanoparticles have a problem that is easily aggregate. This leads to the stability of the gold nanoparticles will not last long. One of the efforts to increase the stability of the gold nanoparticles is to provide capping or stabilizing agents. In this study, gold nanoparticles will be conjugated with curcumin, which the conjugate will be added with poly ethylene glycol (PEG) and the effect of PEG on the conjugated nanoparticles will be seen through characterization and stability testing. The process of making the conjugates of gold ? curcumin modified PEG nanoparticles is done by heating and stirring on a hot plate. The result of TEM showed that PEG capping is not visible on the surface of the conjugates. However, in wavelength by spectrophotometric measurements showed 4.5 nm shift. For pH testing shows the result is 3.11. For PSA testing shows the result of particle size is 45.76 nm, while for the results of zeta potential are -24.4; -23.3; and -22.2 for the three times measurement in a row. As for stability testing in various mediums (PBS, PBS with 0.05% BSA, cysteine, and DI Water) give results in vary ways which can be observed in changes of colors, absorbances, wavelengths, and the formation of aggregates. The use of PEG in manufacture of conjugated gold ? curcumin nanoparticles did not provide optimal results so nanoparticles are not protected from aggregation"
2016
S65036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Deasy Maryam
"Metode analisa kuantitatif terhadap polimer terns dikembangkan
mengingat betapa meningkatnya kebutuhan polimer di masyarakat. Salah
satu metode yang digunakan adalah metode analisa kuantitatif spektroskopi
IR. Metode ini mudah , cepat, dan relatif lebih murah.dibanding metode
analisa polimer lainnya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode
analisa kuantitatif IR untuk menentukan komposisi kopolimer dalam hal ini
adalah kopolimer propilen-etilen blok (KPEB) dan derajat poiimerisasi (MSLiK peRPU5TAi
FWIPA-U i
Struktur KPEB merupakan gabungan dari polipropilen (PP) dan
polietilen (PE) sehingga pita serapan khas kedua polimer tersebut muncul
pada pita serapan KPEB. Pita serapan khas KPEB terdapat pada frekuensi
1167, 973 dan 998 (doublet),'serta 841 cm'^ yang merupakan pita serapan
khas PP dan pada frekuensi 720 cm'^ yang merupakan pita serapan khas PE. Hubungan rasio absorbansi pada berbagai kadar etilen dalam KPEB (2.4 %,
7.0%, 9.4%) menunjukkan keiinieran yang tinggi pada frekuensi 720 dan
973 cm'V Uji linieritas terhadap kurva KPEB menghasilkan persamaan
regresi y = 0,0295x - 0,0011 dengan nilai koefisien korelasi ( r ) 0,9998.
Presisi yang dihasilkan pada pengukuran rasio absoriDansi standar KPEB
memberikan nilai %RSD 3.273, 4.100, 1.513 untuk masing masing-masing
standar 2.4%, 7.0%, dan 9.4%. Uji keberulangan terhadap slope kurva
kalibrasi KPEB memberikan nilai koefisien variasi (kv) 0.339%. Penentuan
persentase recovery pada KPEB memberikan hasil rat^rata 98.02%
Pita serapan khas PEG terdapat pada frekuensi 800 - 1000 cm'^ yang
mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya derajat polimerisasi.
Kurva kalibrasi untuk PEG dibuat antara rasio absorbansi dari frekuensi 940
dan 887 cm"^ vs. derajat polimerisasi (n). Kurva kalibrasi PEG menghasilkan
persamaan regresi y = 0,304 + 0,361 dengan r = 0,986. %RSD rasio
absorbansi standar PEG dengan n = 2, 3, 4, 5 terdiri atas 1.106, 1.444,
2.450, 3.366. Nilai kv untuk kurva kalibrasi PEG sebesar 0.568%. dan
persentase recovery rata-rata PEG 98.04%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Purwaningsih
"Telah dilakukan pencangkokan asam akrilat dan akrilamid pada film
LDPE yang telah diiradiasi dengan berkas elektron untuk memberikan sifat
hidrofilik. Bila film LDPE diiradiasi dalam udara, maka akan menginisiasi
reaksi pencangkokan monomer-monomer tersebut. Pencangkokan dilakukan
pada dosis 25 kGy dan konsentrasi larutan monomer 30% dalam pelarut air;
metanol (90 : 10) pada kondisi atmosfer nitrogen. Persen pecangkokan
meningkat dengan iamanya waktu reaksi dan sangat bergantung pada
ketebalan film serta laju dosis serap dan energi elektron. Untuk terjadi reaksi
pencangkokan, suhu yang diperlukan sekitar 80 °C untuk mendekomposisi
peroksida pada film LDPE dan mendorong difusi monomer ke dalam matriks
film. Laju dosis serap dan energi elektron menentukan banyaknya peroksida yang terbentuk pada LDPE dan ketebalan film menentukan difusi monomer
ke dalamnya. Adapun proses pencangkokan pada film tipis menghasilkan
persen pencangkokan yang lebih tinggi dibandingkan film tebal pada kondisi
yang sama. Berdasarkan kereaktifannya asam akrilat lebih mudah
dicangkokan dibandingkan akrilamid. Spektroskopi IR menunjukkan adanya
vibrasi ulur karbonil karboksilat disekitar bilangan gelombang 1700 cm"\asam
akrilat) dan vibrasi ulur amida primer pada bilangan gelombang 3365 cm'^
(akrilamid). Film LDPE yang telah tercangkok menjadi bersifat hidrofilik
sehingga mengalami pengembangan (swelling) di dalam air. Kapasitas
penyerapan air untuk PE-g-AA (asam akrilat) lebih tinggi dibandingkan PE-g-
AAm (akrilamid) , namun kecepatan penyerapan air oleh PE-g-AAm lebih
tinggi. Hal ini mendukung dugaan bahwa pencangkokan asam akrilat pada
permukaan film dimulai dari permukaan ke arah dalam pada persen
pencangkokan tertinggi, sedangkan pencangkokan akrilamid hanya pada
permukaan dan daerah sekitar permukaan. Pada penelitian ini, hasil
pencangkokan telah diuji cobakan sebagai , membran penukar ion pada air
limbah industri elektroplating"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>