Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zully Achmad Fattatulhidayat
"Kerak kalsium karbonat (CaCOa) dan kerak kalsium sulfat (CaS04)
dalam peralatan eksplorasi minyak bumi berasal dari air formasi. Tujuan
penelitian in! adalah mengetahui kemungkinan pembentukan kerak kalsium
sulfat dan kalsium karbonat dari contoh air formasi dan menentukan sca/e
inhibitor yang paling efektif dan cocok untuk menghambat pembentukan
kalsium karbonat dan kalsium sulfat. Studi pembentukan kerak CaS04
dilakukan dengan membandingkan konsentrasi aktual CaS04 yang
kemungkinan terbentuk dan hasilkali kelarutan. Sedangkan pembentukan
kerak CaCOa dilakukan dengan menghitung harga Stability Index CaCOa. Uji
efektifitas scale inhibitor dilakukan menggunakan ethylene diamin tetra
(methyl.phosphonic.acid) dalam bentuk garam pentasodium (NasEDTMPA),
diethylene triamin penta (methyl.phosphonic acid) dalam bentuk larutan asam
(DTPMPA), dan hexamethylene diamine tetra (methyl. Phosphonic. Acid)
dalam bentuk garam heksapotasium (KeHDTMPA). Inhibitor diujikan terhadap
pengendapan CaCOs dan CaS04 dengan variasi pH (7,00 ; 4,00 ; 10.00),
suhu (50 °C dan 80 °C), konsentrasi inhibitor (0,01 ; 0,10 dan 1,00 mg/L)
terhadap pengendapan CaCOa dan CaS04 dari larutan brines. Hasil
penelitian menunjukkan pengendapan CaS04 dari air formasi kemungkinan
tidak terjadi. Harga stability index CaCOs positif sehingga kerak CaCOa
kemungkinan terjadi. Uji efektifitas scale /nh/b/torterhadap pembentukan CaS04 menunjukkan bahwa KeHDTMPA yang paling efektif pada suhu 50 °C,
Uji efektifitas scale inhibitor terhadap pembentukan CaCOs, inhibitor DTMPA
paling baik pada pH 4,00 dan 7,00 pada suhu 50°C, sedangkan pada
suhu 80 °C inhibitor yang ada tidak mampu mencegah pengendapan CaCOa"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Majid Amrullah
"Luasnya aplikasi dan rentang sifat yang dimiliki poliuretan, memicu berbagai modifikasi dari material poliuretan.Tidak menutup kemungkinan modifikasi menggunakan biomassa yang banyak tersedia di alam untuk menghemat biaya produksi sekaligus memperoleh sifat material yang berstabilitas tinggi. Penelitian berfokus pada pembuatan poliuretan rigid untuk aplikasi otomotif dengan metode pelapisan menggunakan biomassa kitosan yang diperkuat dengan kalsium karbonat. Metode pelapisan yang digunakan adalah dip coating dengan cara mencelupkan busa poliuretan fleksibel berdensitas 16 kg/m3 ke dalam larutan kitosan yang berisi 4 gram kitosan dalam 5% CH3COOH berpelarut air sampai 100 ml, ditambah kalsium karbonat dengan rasio bervariasi dari 0,1% s.d. 0,5% sebagai variabel bebas. Busa di-drying selama 30 menit pada temperatur 60oC dan dilakukan pemanasan (curing) selama 90 menit pada suhu 120oC. Sampel kemudian diuji Tarik, Densitas, ILD, FTIR, STA, dan SEM. Diperoleh hasil yang mendekati hipotesis pada Densitas dan Kekuatan Tarik Maksimum yang mengalami peningkatan dengan penambahan kalsium karbonat dibandingkan busa virgin dan busa perlakuan tanpa kalsium karbonat. Pada morfologi ditemukan pembentukan lapisan di permukaan busa fleksibel sesuai yang diperkirakan. Hasil optimum ditemukan pada sampel dengan kalsium karbonat 0,2% yang memiliki densitas 31 kg/m3 dan kekuatan tarik maksimum 4.05 kg/cm2. Penelitian masih dalam tahap pengembangan disarankan untuk dapat dilakukan peneletian dan analisis lanjutan.

The massive application and range of properties that polyurethane possess, triggered countless modification of polyurethane. It is not impossible to use biomass, which is happen to be abundant in nature, as a modification of polyurethane in order to save production cost while obtaining relatively high-stable material properties. This research focused on creating rigid polyurethane foam for automotive application with coating method using chitosan that reinforced by calcium carbonate. The coating method used in this research is dip coating by immersing 16 kg/m3 polyurethane flexible foam into chitosan solution containing 4 grams of chitosan that dissolved into 100 ml of 5% CH3COOH electrolyte with aquades solvent, with various ratio of calcium carbonate ranging from 0,1% until 0,5% weight/volume. The foam was dried for 30 minutes at 60oC and cured for 90 minutes at 120oC. The material samples then tested for tensile, density, ILD, FTIR, STA and SEM. The results obtained close to the hypothesis on Maximum Tensile Strength and Density which increased with the addition ratio of calcium carbonate compared to virgin foam and treated foam without calcium carbonate. In the morphology the formation of layers on flexible foam surfaces is obtained as expected. The optimum results were found in samples with 0.2% ratio of calcium carbonate which had a density of 31 kg/m3 and a maximum tensile strength of 4.05 kg/cm2. This research is still under development and further research and analysis is expected."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizar Ali Balgana
"Untuk mengatasi masalah kerak kalsium karbonat CaCO3 yang terbenluk dari air sadah dimana merupakan suatu gangguan besar dalam proses di industri dibutuhkan banyak metode altematif sehingga pada penerapannya efektif dan efesien. Salah satu metode yang saat ini sedang berusaha dikembangkan walaupun masih kontroversial adalah pengolahan air sadah dengan metode magnelisasi.
Dalam penelitian ini yang pertama-tama dilakukan adalah preparasi sampel yaitu membuat air sadah yang merupakan campuran dari 0.01 M CaCl; dan 0.01 M Na2CO3. Selanjutnya pengujian kuantitatif dilakukan dengan mencampurkan laruran pernbentuk air sadah kedalam beaker glass yang diberi perlakuan dan tanpa perlakuan magnetisasi untuk mendapatkan pengaruh magnetisasi terhadap endapan CaCO; yang terbentuk dan dilakukan pengujian terhadap konsentrasi ion Ca” di larutan hasil uji pengendapan tersebut. Uji kuantitatif lainnya adalah adalah uji total padatan terlarut dengan magnetisasi 5 menit dan tanpa magnetisasi dimana total padatan terlarulnya diukur selama 30 menit. Uji kualitatif dilakukan dengan uji foto mikroskop oplik dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan struktur klistal dan jumlah partikel dari air sadah dengan dan tanpa magnetisasi 10 menit. Pengujian dengan menggunakan X -Ray Diffraksi dilakukan untuk melihat dengan pasti struktur kristal yang terbentuk dari air sadah dengan dan tanpa perlakuan magnetisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat endapan kalsium karbonat yang terbentuk dengan waktu magnetisasi. Dimana semakin lama magnetisasi makajumlah endapan semakin kecil sementara uji ion Cal' pada larutan tersebut menunjukkan bahwa semakin lama magnetisasi, konsentrasi ion Ca” di larutan semakin besar. Uji foto mikroskop optik menunjukkan bahwa magnetisasi mempengaruhi struktur dan jumlah kristal CaCO3. Uji X - Ray Diffraksi menunjukkan bahwa jenis kristal CaCO; yang terbentuk endapan adalah kalsit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Monica Rachelia
"Kalsium karbonat merupakan aditif padat yang dapat meningkatkan performa anti-wear pada pelumas gemuk. Kinerja aditif dalam mengurangi jumlah keausan dipengaruhi oleh ukuran partikelnya, dimana ukuran partikel yang semakin kecil akan memberikan sifat ketahanan aus yang semakin baik. Namun, partikel yang semakin kecil akan memiliki harga yang semakin mahal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan performa gemuk dalam mengurangi jumlah keausan dan memaksimalkan efisiensi biaya dengan mengkombinasikan ukuran partikel aditif kalsium karbonat, yaitu ukuran mikro diatas asperities (Mb), ukuran mikro dibawah asperities (Mk) dan ukuran nano (N). Tiga ukuran tersebut dikombinasikan dengan komposisi berbeda. Pembuatan gemuk dilakukan melalui reaksi saponifikasi minyak sawit sebagai bahan dasar dengan asam 12-hidroksistearat, kalsium hidroksida, dan asam asetat sebagai pengental dan pengompleks. Gemuk bio kalsium kompleks dengan tingkat kekerasan gemuk multiguna (NLGI 2) yang dihasilkan selanjutnya dicampur dengan bubuk aditif kalsium karbonat sebanyak 1% dari basis gemuk, Partikel dikarakterisasi ukurannya menggunakan SEM. Gemuk yang dihasilkan dilakukan pengujian untuk mengetahui jumlah keausan menggunakan uji four ball dan untuk mengetahui pengaruh terhadap karakteristik gemuk yaitu konsistensi, kemuluran, dan dropping point. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kombinasi mikropartikel dibawah ukuran asperities dan nanopartikel dengan rasio 50% : 50% menghasilkan performa terbaik dalam mengurangi keausan dan mengurangi biaya bahan baku pembuatan gemuk. Penambahan aditif tidak terlalu memengaruhi tingkat penetrasi, kemuluran dan dropping point.

Calcium carbonate is a solid additive that is well-known for improving the anti-wear performance of bio greases. The performance of additives in reducing the amount of wear can be affected by its particle size, where the smaller particle size will provide better anti-wear performance. However, smaller particles are more expensive. Therefore, research is needed on the particle size combination of calcium carbonate particles on tribological performance to reduce the amount of wear and achieve cost efficient grease. The grease is made through the saponification reaction of palm oil as base oil with 12-hydroxystearic acid, calcium hydroxide, and acetic acid as thickeners and complexing agents. The resulting NLGI 2 calcium complex bio-grease (multi-purpose grease) was then mixed with 1% w/w calcium carbonate powder. The additive particle size was varied into three sizes: micro size above asperities (Mb), micro size below asperities (Mk), and nano size (N). The sizes were varied by its compositions. Particles were characterized using SEM, meanwhile bio-grease using penetration, drop point, and four ball tests. The results showed that the combination of microparticles below asperities (Mk) and nanoparticles (N) with a ratio of 50% : 50% produced the best performance in reducing wear and reducing the cost of raw material for making grease. The addition of additives does not significantly affect the level of penetration, fibril texture and dropping point."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristanto
"PCC (Precipitated Calcium Carbonate) merupakan bahan baku industri yang berasal dari batuan dolomit. Jumlah dolomit yang terdapat di Indonesia sebanyak 600 jt ton dan pemanfaatannya masih belum menguntungkan karena hanya masih digunakan sebagai bahan dasar pupuk. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, penelitian sebelumnya menggunakan leaching untuk memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 murni untuk digunakan industri.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada metode leaching yaitu penambahan cosolvent HCl pada asam asetat untuk meningkatkan kemampuan leaching. Penambahan cosolvent ini diberikan dengan variasi volume agar diketahui berapa volume cosolvent (2, 3, 4, 5 %) optimum. Tujuan dari penambahan cosolvent adalah untuk meningkatkan kemurnian CaCO3 yang dihasilkan dengan menggunakan beberapa kondisi pada penelitian ini seperti (0,1 M, rasio massa/volume solven 10/100, waktu reaksi 50 menit dan ukura partikel <=100 Mesh) dan menghasilkan kemurnian CaCO3 95,74%.

PCC (Precipitated Calcium Carbonate) are materials from dolomite that used for several industries. The amount of dolomite found in Indonesia are around 600 billions tons and the usage of it still not profitable since it was only used as materials for fertilizers. Today,in the attempt of dolomite?s enhancement, there are some research about leaching technology to separate CaCO3 from dolomite to make high purity CaCO3 that could be use in industry.
In this research, we add cosolvent into the leaching method to enhance the leaching. The amount of HCl as cosolvent that would be added was given variation (2, 3, 4, 5 %) to find the optimum volume of cosolvent. The objective of adding cosolvent is to enhance the purity of CaCO3 with the optimum condition without cosolvent are 0.1 M of acetic acid concetration and ratio dolomite?s mass/volume and the output of the test of cosolvent is at 95,74% of purity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intaniar Wahyu Trivany
"Kalsium karbonat nanopartikel disitesis menggunakan metode presipitasi dengan mereaksikan larutan CaCl2 dan larutan Na2CO3 yang ditambahkan capping agent untuk mencegah aglomerasi. Tahapan sintesis CaCO3 nanopartike, yaitu preparasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 (0,15 M), preparasi larutan capping agent, dan tahap sintesis CaCO3 dengan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm. Pada penelitian ini, variasi yang dilakukan adalah variasi laju pencampuran reaktan 1,683 mL/menit; 0,842 mL/menit; 0,561 mL/menit dan jenis capping agent (asam malat dan PEG 400) dengan variasi konsentrasi 0,5-1%. Partikel CaCO3 dikarakterisasi dengan bebrapa instrument, yaitu SEM, XRD, dan FTIR. Dengan atau tidak adanya capping agent gugus fungsi O-H, C-H, C-C, Ca-O, dan -CO3 teridentifikasi dari hasil FTIR. Pada sampel tanpa capping agent, pencampuran CaCl2 dan Na2CO3 dalam larutan air menyebabkan pembentukan kristal vaterit berbentuk spherical dengan ukuran partikel 0,2-7µm. Konsentrasi 0,5% dan 1% capping agent membentuk 2 fasa kristal, yaitu vaterit dan kalsit berbentuk spherical dan kubus dengan ukuran partikel 207 – 926 nm pada asam malat dan 276 nm – 3 µm pada PEG 400. Sehingga partikel yang dihasilkan masih tergolong partikel sub-mikro. CaCO3 yang diperoleh dengan menambahkan capping agent menghasilkan ukuran partikel berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanpa agent. Ditemukan juga bahwaemakin besar laju penambahan reaktan maka ukuran anopartikel yang diasilkan semakin kecil, demikian semakin besar konsentrasi capping agent yang digunakan maka semakin besar pula ukuran nanopartikel yang terbentuk. Saat ini CaCO3 nanopartikel berpotensi untuk diaplikasikan di berbagai bidang seperti sebagai bahan aditif pelumas gemuk, material filler, biomedis, industri makanan, industri pertanian, dan lingkungan. Khususnya digunakan sebagai bahan aditif pembuatan pelumas gemuk, CaCO3 yang dihasilkan dapat menuutup asperities yang berukuran 4,5 µm.

Calcium carbonate nanoparticles were synthesized using the precipitation method by reacting a CaCl2 solution and a Na2CO3 solution with a capping agent added to prevent agglomeration. The steps of the synthesis of CaCO3 nanoparticles were the preparation of CaCl2 and Na2CO3 solutions (0,15 M), the preparation of a capping agent solution, and the CaCO3 synthesis stage with a stirring speed of 700 rpm. In this research, the variations carried out were variations in the mixing rate of the reactants 1,683 mL/min; 0,842 mL/min; 0,561 mL/min and the type of capping agent (malic acid and PEG 400) with a concentration variation of 0,5-1%. CaCO3 particles were characterized by several instruments, namely SEM, XRD, and FTIR. With or without a capping agent the functional groups O-H, C-H, C-C, Ca-O, and -CO3 were identified from the FTIR results. In samples without a capping agent, mixing CaCl2 and Na2CO3 in aqueous solution causes the formation of spherical vaterite crystals with a particle size of 0,2-7µm. Concentrations of 0.5% and 1% of capping agents formed two crystalline phases, namely spherical and cubic vaterite and calcite with particle sizes of 207 – 926 nm in malic acid and 276 nm – 3 m in PEG 400. So that the resulting particles are still classified as sub-micron particles. CaCO3 obtained by adding a capping agent produces a smaller particle size than without the agent, this is because the capping agent can inhibit the formation reaction time in the agglomeration process. Also found that the greater the rate of addition of reactants, the smaller the size of the nanoparticles produced, thus the greater the concentration of the capping agent used, the greater the size of the nanoparticles formed. Currently, CaCO3 nanoparticles have the potential to be applied in various fields such as lubricants, grease additives, filler materials, biomedicine, the food industry, the agricultural industry, and the environment. Primarily used as an additive for the manufacture of grease lubricants, the CaCO3 produced can cover asperities measuring 4,5 µm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Dwi Susanti
"Antiscale magnetic treatment (AMT) merupakan salah satu metode yang berpotensi dikembangkan untuk mencegah terbentuknya kerak. Untuk itu, perlu adanya adanya pengembangan dengan mengaplikasikan kedalam suatu model kinetika empiris. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan model kinetika empiris dan parameter kinetikanya yaitu energi aktivasi (Ea) dan konstanta laju reaksi (k) yang berpengaruh terhadap penekanan laju presipitasi CaCO3. Model persamaan kinetika yang digunakan adalah persamaan sigmoidal. Beberapa variasi kondisi operasi meliputi yaitu kuat medan magnet, waktu magnetisasi, laju alir sirkulasi, suhu, konsentrasi larutan dan panjang magnet. Pengukuran dilakukan pada sampel termagnetisasi dan non-magnetisasi selama 120 menit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam fluida statik, nilai energi aktivasi untuk sampel termagnetisasi lebih besar dibandingkan dengan sampel nonmagnetisasi, sedangkan fluida dinamik nilai energi aktivasi untuk sample termagnetisasi lebih kecil dibandingkan dengan sampel non-magnetisasi. Sampel termagnetisasi memiliki harga k lebih rendah dibanding sampel non-magnetisasi yang menunjukkan bahwa medan magnet menekan laju presipitasi CaCO3. Nilai koefisien korelasi (R2) diperoleh mendekati satu sehingga model persamaan sigmoidal dapat dikatakan cukup baik dalam mengolah data tersebut untuk memperoleh parameter kinetika.

One of method which is potential to be developed to prevent the formation of scale is Antiscale magnetic treatment (AMT). So this need application an empirical kinetics model to developed. The aim of this study is to obtain kinetic empirical method for determination of precipitated CaCO3 formation. Activation energy and rate of reaction constant have the effects to inhibit the formation of CaCO3. The model is sigmoidal equation. This research used the strength of magnetic field, time of magnetised, circulation flow, temperature, solution concentration and magnet length as the variables condition. It showed that the value of activation energy static fluid for magnetized sample was bigger than nonmagnetized sample and dinamic fluid showed the opposite that non-magnetized is bigger than magnetized. The value of k magnetized sample is lower than nonmagnetized sample and the result was magnetic field is inhibition the rate of CaCO3 precipitation. Coefficient correlation value produce approximately one, so this sigmoidal equation has capability to cultivate that data for obtaining kinetics model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52212
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Helmaya Anisja
"Latar Belakang: Penyikatan dengan pasta gigi mengandung bahan abrasi dapat mempengaruhi permukaan gigi dan restorasi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penyikatan pasta gigi nano calcium carbonate terhadap kekasaran permukaan nanoionomer.
Metode: Delapan belas spesimen nanoionomer disikat dengan akuabides, pasta gigi nano calcium carbonate dan calcium carbonate. Penyikatan dilakukan selama 30 menit dan diukur nilai kekasaran (Ra) menggunakan Surface Roughness Tester. Data hasil dianalisis dengan uji Repeated dan One Way ANOVA.
Hasil: Nilai kekasaran pemukaan nanoionomer meningkat secara bermakna (p<0.05) setelah penyikatan 20 menit dengan pasta gigi nano calcium carbonate.
Kesimpulan: Permukaan nanoionomer setelah penyikatan dengan pasta gigi calcium carbonate lebih kasar dibandingkan penyikatan dengan pasta gigi nano calcium carbonate.

Background: Brushing with tooth paste containing abrasive agent can influence both tooth surface and restorative material.
Aim: To identify the effect of brushing using nano calcium carbonate toothpaste to surface roughness of nanoionomer.
Methode: Each of eighteen nanoionomer speciments was brushed with aquabidest, nano calcium carbonate and calcium carbonate toothpaste. Brushing were done for 30 minutes and the roughness value (Ra) was measured using Surface Roughness Tester. The data was analyzed using Repeated and One Way ANOVA.
Results: The value of nanoionomer surface roughness increased significanlty (p<0.05) after 20 minutes brushing using nano calcium carbonate tooth paste.
Conclusion: Nanoionomer surface after brushing using calcium carbonate is more rugged than brushing using nano calcium carbonate toothpaste.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Dewantara
"Hidrogel semi-IPN kitosan-metil selulosa digunakan sebagai sediaan mengapung untuk obat amoksisilin trihidrat. Sebagai pembuat daya apung digunakan agen pembentuk pori APP CaCO3, serta sebagai penyusun matriks digunakan biopolimer kitosan dan metil selulosa, dengan glutaraldehida sebagai agen pengikat silang. Obat amoksisilin trihidrat dijerat ke dalam matriks hidrogel menggunakan dua metode in situ loading dan post loading untuk selanjutnya dilakukan uji efisiensi penjeratan serta disolusi obat dari kedua metode tersebut, dan didapatkan nilai efisiensi sebesar 71 untuk metode post loading, sedangkan untuk in situ loading nilainya sebesar 100 . Uji disolusi dilakukan dalam waktu 180 menit dan didapatkan nilai akumulasi persentase disolusi obat pada metode post loading sebesar 72 dan pada metode in situ loading sebesar 96 . Nilai yang didapat dari uji disolusi selanjutnya digunakan untuk menganalisa mekanisme pelepasan obat amoksisilin trihidrat dari matriks hidrogel. Sebagai parameter, digunakan 4 model kinetika pelepasan obat, yaitu orde nol, orde satu, Higuchi, dan Korsmeyer-Peppas. Kedua metode penjeratan obat memiliki mekanisme pelepasan obat yang sama yaitu model kinetika Higuchi dimana proses pelepasan obat dari matriks hidrogel hanya melewati proses difusi. Degradasi dari matriks terjadi akibat larutan asam yang dijadikan media untuk disolusi obat dan tingkat degradasinya dilihat menggunakan mikroskop optik, namun hal tersebut tidak berpengaruh kepada mekanisme pelepasan obat secara langsung. Adanya CaCO3 sebagai agen pembentuk pori membuat proses pelepasan obat lebih mudah menggunakan teknik difusi daripada degradasi. Agen pembentuk pori juga menyebabkan pori didalam matriks hidrogel saling terhubung dan membentuk interkoneksi yang cukup berpengaruh terhadap mekanisme pelepasan obat. Interkoneksi yang terjadi dilihat menggunakan Scanning Electron Microscope SEM , dan hasilnya jumlah dan luas dari interkoneksi yang terdapat di dalam matriks hidrogel bertambah seiring berlangsungnya proses disolusi.

Chitosan methyl cellulose semi IPN hydrogel is used as floating drug delivery system, and calcium carbonate also added as pore forming agent. The hydrogel network arranged by not only using biopolymer chitosan and methyl cellulose, but also the crosslinker agent that is glutaraldehide, which will create bond with chitosan. Amoxicillin trihydrate entrapped into the polymer network with two different method, in situ loading and post loading. Furthermore both method has been tested for drug entrapment efficiency along with drug dissolution test, and the result for durg entrapment efficiency is in situ loading method has highest value of 100 , compared to post loading method which has value only 71 . Moreover, at the final time of drug dissolution test shows that in situ loading method has value of 96 for total accumulation of drug dissolution, mean while post loading method has 72 . The value of drug dissolution test from both method is used for analyzing drug dissolution mechanism of amoxicillin trihydrate from hydrogel network. For mechanism parameter, four kinetic models of drug dissolution mechanism is used, which are zero order, first order, Higuchi, and Korsmeyyer Peppas. Both drug entrapment method has same result for drug dissolution mechanism, that is Higuchi model kinetic which follow the Fickian rsquo s law for drug dissolution mechanism. The polymer network encounter destructive degradation causes by acid solution which used as dissolution medium, and the level of degradation is observed with optical microscope. However the result shows that degradation of the polymer network doesn rsquo t affect drug dissolution mechanism directly. Although the pore forming agent causes the pore inside the hydrogel network create interconnection and it was quite influential to drug dissolution mechanism. Interconnected pore is observed with Scanning Electron Microscope SEM and shows that the amount and area of interconnected pore inside the hydrogel network is increasing as drug dissolution goes on."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel
"Penelitian pengaruh komposisi lapisan fluks elektroda pada pengelasan busur listrik elektroda terbungkus dilakukan terhadap logam baja struktural A36 dengan penambahan kadar batu kapur pada campuran lapisan fluks pembungkus E6013 standar atau elektroda OK 46.00 produksi ESAB. Pengelasan dilakukan pada arus yang tetap, sebesar 155 A dengan menggunakan posisi pengelasan mendatar (1G). Metode metalografi standar yang digunakan dalam mengevaluasi struktur mikro pada daerah deposit las menunjukan struktur yang terbentuk merupakan struktur pada baja karbon rendah yaitu : ferit batas butir dengan widmanstaten ferit dan ferit poligonal serta daerah hag terlihat banyak terdapat struktur bainit dengan sedikit asikulalar ferit. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>