Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liona Rosmayati
1993
S29841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aria Ranaldo
"Pemisahan ion tembaga dengan karbon aktif modifikasi sodium asetat dan asetilaseton sudah dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi karbon aktif terhadap ion Cu baik dengan sistem batch dan sistem kolom.
Modifikasi dimulai dengan merendam 55 gr karbon aktif dengan 100 ml 0,6M sodium asetat dan 100 ml 0,6M asetilaseton selama 3 hari, setelah 3 hari karbon aktif dipisahkan dan dikeringkan pada suhu 500C selama 24 jam untuk modifikasi dengan sodium asetat sedangkan modifikasi asetilaseton dikeringkan pada suhu kamar selama 1 jam sebelum digunakan sebagai penyerap.
Proses dilakukan dengan sistem kolom dengan berat sample 15 gr, debit 2 ml/mnt dan keluaran diambil setiap 7,5 menit, sistem batch dilakukan dengan berat sampel 3 gr dengan volume sampel 50 ml diaduk dengan kecepatan 300 rpm selama 20 menit.
Modifikasi sodium asetat sistem kolom terjadi peningkatan kapasitas sebesar 47% dan sistem batch terjadi peningkatan sebesar 234% bila dibandingkan dengan yang tidak dimodifikasi, Modifikasi asetilaseton sistem kolom terjadi penurunan kapasitas sebesar 85% dan sistem batch terjadi peningkatan sebesar 8% bila dibandingkan dengan yang tidak dimodifikasi.
Modifikasi sodium asetat sistem batch terjadi peningkatan kapasitas sebesar 209% bila dibandingkan dengan modifikasi asetilaseton, sedangkan pada sistem kolom terjadi peningkatan kapasitas sebesar 878%.

The adsorption of copper ion by sodium acetate and acetylacetone modified active carbon had been conducted; the purpose of this research is to increase the active carbon?s copper ion adsorption capacity using batch system and column system.
Modification is preceded with immersing 55gr active carbon with 100ml 0.6M sodium acetate and 100ml 0.6M acetylacetone for 3 days, after 3 days active carbon is separated and dried at 50oC for 24 hr for modification with sodium acetate; whereas, for modification with acetylacetone, active carbon is dried at room temperature for 1 hr before being used as adsorbent.
Process was conducted using column system with sample weighing 15gr, flow rate 2ml/mnt and effluent was obtained every 7.5mnts; whereas, batch system was conducted with sample weighing 3gr, sample volume 50ml mixed with velocity 300rpm for 20mnts.
Modification with sodium acetate resulted with increase in adsorption capacity as much as 47% using the column system and 234% using the batch system when comparing to the unmodified active carbon.
Modification with acetylacetone resulted with decrease in adsorption capacity as much as 85% using column system and; however, increase in adsorption capacity as much as 8% using batch system when comparing to the unmodified active carbon.
Modification with sodium acetate resulted with increase in adsorption capacity as much as 209% using batch system and 878% using column system when comparing to modification with acetylacetone.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Faesal Bakhri
"Biomassa alga hijau telah diketahui mempunyai kemampua uk menyerap ionion logam berat seperti Cd2+. Namun kemampuan alga dalam menyerap ion logam berat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme dan oleh asam, ukurannya yang sangat kecil, dan berat jenisnya yang rendah. Untuk mengatasinya maka dilakukan immobil pada suatu material atau zat agar alga hijau tersebut mempunyai ketahanan fisik yang baik serta meningkatkan kemampuannya dalam mengadsorpsi logam berat Cd2+. Untuk tujuan tersebut penulis melakukan immobilisasi alga hijau pada polisulfon agar diperoleh struktur yang lebih stabil, selain itu polisulfon juga telah diketahui mempunyai kemampuan adsorpsi yang serupa. Kombinasi antara alga hijau dan polisulfon diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Untuk itu dilakukan variasi-variasi percobaan untuk optimasi adsorpsinya. Biomassa alga hijau, biomassa alga hijau terimmobilisasi, serta polisulfon yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan FTIR. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pH optimumnya adalah antara pH 7 hingga pH10 dengan waktu kontak antara 120 hingga 180 menit dan konsentrasi logam hingga 20 ppm. Temu balik ion logam Cd2+ dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi HNO3 serta lamanya waktu kontak.

Biomass of green algae sp has been known to have the ability to adsorb heavy metal ions such asCd2+. However, the ability of algae to adsorb heavy metal ions is limited by some disadvantages such aseasily damaged due to degradation by microorganisms and by the acid, very small size, and the density is low. To handle the disadvantages, green algae immobilized on a material or substance to have good physical endurance and improve its ability to adsorb heavy metals Cd2+. For this purpose the authors immobilized green algae on the polysulfonein order to obtain a more stable structure, other than polysulfone has also been known to have similar adsorption capacity. The combination of green algaeand polysulfone are expected to increase the adsorption capacity. For that variation of experiments is carried out for optimization of adsorption. Biomass of green algae, immobilized green algae biomass, and polysulfone produced were characterized using FTIR. From the results showed that the optimum pH is between pH 7 to pH10 with the contact time between 120 to 180 minutes and the concentration of metalsup to 20ppm. The recovery of themetalions Cd2+is done by using a variation of HNO3 concentration and duration of contact time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1215
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Lenna Juliana
"Salah satu metoda untuk menentukan keberadaan fosfat di lingkungan perairan adalah dengan pembuatan adsorben selektif Ion Imprinted Polymer menggunakan kitosan termodifikasi. Kitosan suksinat, fosfat, MBA (Metilen Bis Akrilamida) digunakan sebagai monomer, cetakan dan agen pengikat silang. Awalnya kitosan dimodifikasi membentuk kitosan suksinat dan ditambahkan ion besi, Fe(III) membentuk kompleks Fe(III) kitosan suksinat. Kemudian kompleks Fe(III) kitosan suksinat ditambahkan fosfat dan selanjutnya fosfat dikeluarkan dengan KOH sehingga membentuk rongga selektif untuk ion fosfat. Setelah rongga terbentuk, kompleks Fe(III) kitosan suksinat diikat silang dengan menggunakan MBA. Penyerapan fosfat dengan polimer yang telah dicetak dengan fosfat lebih tinggi bila dibandingkan dengan polimer tanpa dicetak dan kitosan. Penyerapan ion fosfat maksimum pada ion imprinted polymer dicapai saat 30 menit dengan kapasitas adsorpsi (Q) = 4,382.59 mg/g, pH 3 dengan Q = 4,806.74 mg/g dan konsentrasi 3-4 ppm dengan Q = 2,884.62-3,703.70 mg/g. Penyerapan fosfat pada ion imprinted polymer terganggu dengan adanya ion bikarbonat dengan Q = 1,205.27 mg/g sedangkan Q untuk penyerapan fosfat tanpa adanya gangguan ion (kontrol) sebesar 6,812.37 mg/g. Penyerapan Sodium Tripolifosfat (STPP) lebih kecil pada polimer yang dicetak dengan fosfat. Q untuk penyerapan STPP 2 ppm sebesar 1,670.35 mg/g sedangkan Q pada penyerapan fosfat 2 ppm sebesar 1,909.76 mg/g.

One method for determining the presence of phosphate within the waters was by making selective adsorbent ion imprinted polymer using modified chitosan. Chitosan succinate, phosphate, MBA (Methylene Bis Acrylamide) were used as a monomer, mold and crosslinking agent. Firstly, chitosan was modified to form chitosan succinate and added iron ions (III) to form complexes of Fe(III) chitosan succinate. Then the complex Fe(III) chitosan succinate was added with phosphate and then phosphate further removed with KOH to form a cavity for the adsorption phosphate ion selectively. Once the cavity was formed, the complex Fe(III) chitosan succinate was then crosslinked using MBA. Phosphate adsorption with polymers that have been imprinted with phosphate was higher when compared with non-imprinted polymer and chitosan. Maximum adsorption of phosphate ions on imprinted polymer was achieved after 30 minutes contact time with adsorption capacity (Q) 4,382.59 mg/g, pH 3 with Q = 4,806.74 mg/g and the concentration of 3-4 ppm with Q = 2,884.62-3,703.70 mg/g. The adsorption of phosphate on the imprinted polymer in the presence of bicarbonate ions as interference was by Q = 1,205.27 mg/g, whereas Q for the adsorption of phosphate ions in the absence of interference was (control) of 6,812.37 mg/g. Adsorption of Sodium tripolyphosphate (STPP) is smaller in the polymer imprinted with phosphate. Q for the absorption of 2 ppm STPP standar was 1,670.35 mg / g, while Q at 2 ppm of phosphate adsorption was 1,909.76 mg / g."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Wulandari
"ABSTRAK
Adsorpsi merupakan salah satu cara yang telah dikenal untuk menurunkan kadar ion-ion dalam larutan . Berbagai adsorben anorganik telah digunakan, dan salah satunya adalah zeolit. Zeolit adalah senyawaan alumina silikat yang dapat digunakan sebagai penukar kation dan juga sebagai pengadsorpsi molekul. Oksida terhidrat dari logam-logam tetravalen seperti titanium oksida terhidrat dapat digunakan sebagai penukar anion. Dalam penelitian ini kedua fakta tersebut digabungkan dengan membuat suatu
komposit adsorben dari zeo1it yang diimpregnasi dengan titanium oksoklorida terhidrat. Senyawaan titanium diimpregnasikan sebagai titanium oksoklorida yang kemudian diubah menjadi titanium oksida terhidrat di rongga-rongga zeolit.
Untuk menguji kemampuan penyerapan komposit adsorben terhadap kation dan anion dipakai ion amonium dan ion fosfat yang berasal dari larutan NH4 H2 PO4. Dalam
panelitian ini diketahui bahwa pH larutan mempengaruhi kemampuan penyerapan komposit adsorben. Kemampuan penyerapan komposit adsorben terhadap ion amoniun optinun pada.pH 7-9, lebih tinggi dari kemampuan penyerapan zeolit, tetapi pada pH rendah kemampuan penyerapannya lebih rendah daripada zeolit. Kemampuan penyerapan komposit adsorben terhadap ion fosfat meningkat dari pH 5 menuju pH yang lebih rendah, dan kemampuannya meningkat daripada zeolite."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutijah
Bogor: Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Pertannian, 1994
633.51 SUT b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Susanti
"Alga nijau telah diketahui dapat menyerap ion logam berat seperti ion logam Cr (VI) dalam Iarutan. Namun kemampuan alga dalam menyerap ion logam berat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti mudah rusak karena degradasi olen mikroorganisme Iain, ukurannya yang sangat kecil, dan berat jenisnya yang rendah. Selain itu alga mudah sekali Iarut dalam asam. Oleh karena itu biomassa alga tersebut diimmobilisasi dengan kalsium alginat agar diperoleh struktur yang Iebih stabil dalam asam. Selain itu, kalsium alginat diketahui juga dapat menyerap ion logam Cr (VI) dalam larutan. Biomassa alga, biomassa alga terimmobilisasi, dan kalsium alginat sebelum dan setelah mengikat ion logam Cr (VI) dikarakterisasi menggunakan SEIVI-EDX dan FTIR. Dari hasil penelitian menunjukkan banwa pH maksimum untuk ion logam Cr (VI) oleh biomassa alga, biomassa alga terimmobilisasi, dan kalsium alginat berada pada pH 2 dengan waktu kontak 120 menit. Recovery ion logam Cr (VI) dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi HNO3 dan NaOH."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30494
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susilawati
"Penggunaan biomassa alga hijau merupakan suatu alternatif pemecahan masalah pencemaran lingkungan akibat logam berat, karena memiliki situs aktif dan pori-pori pada permukaannya seningga mendukung proses adsorpsi, dapat diregenerasi, ramah lingkungan dan keberadaannya pun cukup melimpah. Namun, kemampuan biomassa alga untuk mengadsorpsi logam berat memiliki keterbatasan dalam beberapa hal seperti: ukurannya kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dilakukan berbagai upaya, diantaranya dengan metode imobilisasi hasil fari penelitian ini, penyerapan maksimum ion logam Cd (ll) olen biomassa alga hijau non imobilisasi dan alga hijau yang diimobilisasi pada silika gel terjadi pada pH 8 sebesar 99,848 % dan 62,304 %. Waktu kontak maksimum pacla 120 menit. Alga hijau yang diimobilisasi pada silika gel memiliki ketahanan kimiawi (ternadap asam) yang lebih baik dibandingkan dengan alga hijau non imobilisasi Dalam waktu 180 menit alga hijau yang diimobilisasi pada silika gel clan alga nijau non imobilisasi mampu menyerap ion logam Cd (ll) masing-masing sebesar 89,55 % dan 85,59 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>