Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173626 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muchamad Fandi
"Studi penelitian ini menjelaskah perkembangan dari metode langsung
dan-cepat yang berbasiskan kromatografi dan spektroskopi dalam
mengidentifikasi dan menganalisis minyak tanah dalam minyak solar.
Penelitiaan ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi minyak opiosan berikut komposisi
campuran dari bahan bakar minyak solar dan minyak tanah yang menjadi
BBM pencampurnya.
Metode ini didasarkan pada pengolahan data karakteristik dari minyak
tanah dan minyak solar yang merupakan hasil dari penggunaan instrumen
kromatografi gas dan spektrofotometri UV-Vis yang berupa kromatogram dan
spektra absorpsi.
Spektrum absorbsi menjelaskan secara kualitatif keberadaan minyak
tanah dalam suatu sampel minyak opios pada Amax651 nm. Pada uji aplikasi
dari kedua sample (A dan B) diperoleh kadar minyak tanah adalah 30% (A)
dan 40% (B), sedangkan Kromatogram yang dialurkan tinggi-tinggi pea/cnya
menjelaskan karakteristik dari minyak tanah dan minyak solar yang masing-
/
masing dapat diketahui dari peak Cn dan C21.
Hasil kalibrasi dari Peak Qn didapatkan bahwa kandungan konsentrasi
minyak tanah pada kedua sampel pada uji aplikasi masing-masing sebesar 40%, sedangkan konsentrasi minyak solar dari normallsasi peak C21
diperoieh masing-masing sebesar 63,1% dan 67,3%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahaya Azzahra Rahmadhani
"Favipiravir merupakan prodrug hasil modifikasi gugus pirazin dari senyawa T-1105 yang diberikan sebagai terapi COVID-19. Pada masa pandemi diperlukan teknik biosampling yang aman dan nyaman untuk subjek atau pasien. Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) merupakan teknik biosampling dengan volume darah yang kecil dan meminimalisasi efek hematokrit. Belum ada penelitian favipiravir dalam Volumetric Absorptive Microsampling menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Photodiode Array. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi metode analisis favipiravir dalam sampel VAMS menggunakan remdesivir sebagai baku dalam secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi−Photodiode Array. Analisis favipiravir dilakukan dengan menggunakan kolom C18 (Waters, Sunfire™ 5μm; 250×4,6 mm), volume injeksi 50 μL, laju alir 0,8 mL/menit, suhu kolom 30℃ pada panjang gelombang 300 nm. Pemisahan dilakukan menggunakan fase gerak asetonitril-asam format 0,2%-natrium dihidrogen fosfat 20 mM pH 3,5 dengan elusi gradien selama 15 menit. Preparasi sampel dilakukan dengan metode pengendapan protein menggunakan 500 μL metanol dengan pengocokan vortex selama 30 detik, sonikasi selama 15 menit, dan sentrifugasi pada 10.000 rpm selama 10 menit. LLOQ yang didapatkan sebesar 0,5 μg/mL dan rentang kurva kalibrasi 0,5-160 μg/mL dengan koefisien korelasi 0,99825-0,99860. Metode yang dikembangkan telah memenuhi parameter validasi penuh yang dikeluarkan oleh Food and Drug Administration 2018

Favipiravir is a prodrug of T-1105 made by modifying the pyrazine group as a COVID-19 therapy. During the pandemic, a safe and comfortable biosampling technique is needed for the subject or patient. Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) is a biosampling technique with a small blood volume and minimum hematocrit effect. There has been no study to analyze favipiravir in VAMS using High-Performance Liquid Chromatography-Photodiode Array yet. The aims of this study were to develop and validate an analytical method for quantifying favipiravir in VAMS using High Performance Liquid Chromatography – Photodiode Array with remdesivir as an internal standard. Analysis of favipiravir was performed using a C18 column (Waters, Sunfire™ 5μm; 250 × 4.6 mm), with injection volume of 50 μL, flow rate 0.8 mL/min, column temperature 30 ℃, and wavelength 300 nm. The separation was conducted under gradient elution with mobile phase consists of acetonitrile-0.2% formic acid-20 mM sodium dihydrogen phosphate pH 3.5 and run time 12 minutes. Sample preparation was carried out using a protein precipitation method with 500 μL of methanol as precipitating agent. Samples were mixed on vortex for 30 seconds, sonicated for 15 minutes, and centrifuged at 10,000 rpm for 10 minutes. The LLOQ obtained was 0,5 μg/mL and the calibration curve ranged from 0,5 to 160 μg/mL with a correlation coefficient of 0.99825-0.99860. The method developed has succesfully met the full validation requirements by Food and Drug Administration 2018."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnandito Duarsa
"Solanesol merupakan senyawa alkohol poliisoprenoid rantai panjang dengan sembilan unit isoprena yang banyak ditemukan pada tanaman Solanaceae. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat terutama dalam industri farmasi yaitu sebagai intermediet dalam sintesis senyawa seperti koenzim Q10, vitamin K2, dan sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antikanker, serta antiinflamasi. Namun, senyawa ini belum banyak yang dapat mengisolasi secara efektif sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menentukan metode separasi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan solanesol murni dari ekstrak daun tembakau melalui perlakuan pH dan proses pemisahan kromatografi kolom. Pelarut yang digunakan adalah petroleum eter dan etanol. Pengamatan dilakukan dengan memvariasikan tingkat keasaman pH 2, 3, dan 4, serta tinggi rasio kolom kromatografi 1:5 dan 1:10. Pada penelitian ini durasi pengeringan daun tembakau, suhu pengeringan daun tembakau, ukuran partikel daun tembakau, dan perbandingan pelarut yang digunakan pada daun tembakau dijaga dalam kondisi tetap. Analisis kuantitatif solanesol dilakukan dengan metode High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemisahan dengan variasi pH menghasilkan konsentrasi solanesol optimal pada pH 2 sebesar 102,78 mg/L dan pemisahan menggunakan kromatografi kolom didapatkan rasio optimal adalah 1:5 pada fraksi ke-4 dengan konsentrasi solanesol sebesar 11,35 mg/L.

Solanesol is a long chain polyisoprenoid alcohol compound with nine isoprene units which is commonly found in Solanaceae plants. This compound has various benefits, especially in the pharmaceutical industry, namely as an intermediate in the synthesis of compounds such as coenzyme Q10, vitamin K2, and as antibacterial, antifungal, antiviral, anticancer, and anti-inflammatory. However, not many of these compounds have been able to isolate effectively, so research is needed to determine an effective separation method. This study aims to obtain pure solanesol from tobacco leaf extract through pH treatment and column chromatography separation process. The solvents used were petroleum ether and ethanol. Observations were made by varying the acidity of pH 2, 3, and 4, as well as the high ratio of the chromatographic column 1:5 and 1:10. In this study, the duration of drying of tobacco leaves, drying temperature of tobacco leaves, particle size of tobacco leaves, and the ratio of solvents used in tobacco leaves were kept in constant conditions. The quantitative analysis of solanesol was carried out using the High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. Based on the research that has been done, the separation with variations in pH resulted in the optimal solanesol concentration at pH 2 of 102,78 mg/L and the separation using column chromatography obtained the optimal ratio of 1:5 in the fourth fraction with a solanesol concentration of 11,35 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astria Deviyani Zakaria
"ABSTRAK

Turbinaria decurrens Bory merupakan salah satu rumput laut coklat yang tumbuh di perairan Indonesia yang telah diuji memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel Hela dan T47D. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan fukosantin dan potensi aktivitas sitotoksik dan selektifitas dari ekstrak dan fraksi T. decurrens pada sel line kanker kolon HCT-116 dan sel normal liver Chang, serta kandungan fukosantin dan fukosantinol dalam plasma darah hewan uji yang diinduksi azoksimetan (AOM) dan dekstran sodium sulfat (DSS). Pengujian sitotoksik ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etil asetat dan etanol T. decurrens menggunakan metode pengujian Cell Counting Kit-8 (CCK-8). Kandungan fukosantin pada ekstrak, fraksi T. decurrens dan plasma darah dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dan Liquid Chromatography - Mass Spectrometric (LC-MS). Ekstrak dan fraksi T. decurrens mengandung fukosantin dengan kandungan tertinggi terdapat pada fraksi etil asetat. Pengujian CCK-8 menunjukkan bahwa ekstrak dan etil asetat selektif terhadap penghambatan pertumbuhan sel HCT-116 dan tidak menghambat sel Chang. Pada plasma darah hewan uji yang diinduksi AOM-DSS, kadar fukosantin lebih rendah dibandingkan kelompok hewan normal. Fukosantin diabsorbsi dan dimetabolisme menjadi fukosantinol. Spektrum plasma darah hewan uji pada pengujian menggunakan LC-MS menunjukkan adanya senyawa fukosantinol. Dari hasil penelitian, Turbinaria decurrens Bory merupakan agen yang potensial untuk antikanker kolon.


ABSTRACT

Turbinaria deccurrens Bory is one of many species of brown seaweed that grow in Indonesian marine that has been studied has cytotoxic activity on Hela and T47D cell line.  The aim of this study is for determine fucoxantin content, the potential of cytotoxic activity and selectivity of extract and fraction T. decurrens on colon cancer HCT-116 cell line and normal liver Chang cell line, examine the absorption of fucoxanthin and fucoxanthinol in blood plasma on animal induced by azoximethan (AOM) and dextran sodium sulphate (DSS). Cytotoxic assay of ethanolic extract, n-hexane, ethyl acetate and ethanolic fractions against HCT-116 using Cell Counting Kit-8 (CCK-8) assay.  Fucoxantin content in extract, fraction and blood plasma were analyzed using Reversed-Phase High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) and Liquid Chromatography - Mass Spectrometric (LC-MS) analysis. Extract and fraction of T. decurrens contain fucoxanthin with the higest content was in ethyl acetate fraction. CCK-8 assay showed that extract and ethyl acetate fraction has selectivity in inhibition the growth of HCT-116 but didn't inhibit Chang cell line. In blood plasma of animal induced by AOM-DSS, fucoxanthin level was lower than normal group. Fucoxanthin was absorbed and metabolized to fucoxanthinol. Spektrum of blood plasma animal tested, showed fucoxanthinol fragmen by LC-MS testing. Turbinaria decurrens can be potential for anticolon cancer agent.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T51888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Yuanita
"Tesis ini membahas tentang kajian analisis risiko berdasarkan NFPA59A-2009 dan kerangka kerja ISO 31000 pada fasilitas LNG Plant Arun untuk menentukan fasilitas mana saja yang dapat digunakan sebagai fasilitas Receiving Terminal dan Regasifikasi LNG serta mitigasi risikountuk mengurangi level risiko yang teridentifikasi dengan menggunakan safeguard. Fasilitas yang dikaji mulai dari proses unloading LNG ship yang berasal dari PT Tangguh, proses penyimpanan LNG, proses regasifikasi dan distibusi ke industri pupuk yang berada di Provinsi Aceh, yaitu PT Pupuk Iskandar Muda dan PT ASEAN Aceh Fertilizer.
Dalam kajian analisis risiko pada fasilitas regasifikasi LNG Arun ini, menggunakan standar keselamatan NFPA59A-2009 dan kerangka kerja ISO 31000 dengan kriteria kajian risiko dibagi menjadi dua, yaitu nilai probabilitas dan nilai konsekuensi. Faktor probabilitas mengacu pada pedoman ConocoPhillips OPR-OM-PR-00048 Onshore RBI Methodology, meliputi beberapa hal yaitu, korosi, kondisi operasi, gangguan pihak lain (third party) dan catatan historis kecelakaan. Sedangkan nilai konsekuensi meliputi konsekuensi terhadap safety (keselamatan), environment (lingkungan), financial dan reputation dari perusahaan.
Identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko merupakan serangkaian proses yang akan diterapkan pada pengkajian tingkat risiko ini. Selain itu juga digunakan risk management tool berupa simulasi monte carlo dan perangkat lunak Random Number Generation Simulator beserta Risk Matrix. Kedua alat tersebut mampu menggambarkan tingkat level risiko dari semua risiko yang telah diidentifikasi.

The focus of this study is the risk analysis based on NPFA59A-2009 and ISO 31000 framework at Arun LNG Plant to determine which facility can be utilize as the receiving terminal and regasification facility, and the risk mitigation used to reduce the identified risk level using safeguard. The study covers from the LNG ship unloading process from PT Tangguh, LNG storage process, regasification process to distribution to the fertilizer industry in Aceh, which is PT Pupuk Iskandar Muda and PT ASEAN Aceh Fertilizer.
This risk analysis study on Arun LNG regasification facility uses NFPA 59A-2009 as safety standard and ISO 31000 framework, and the risk study criteria divided by two, probability and consequence value. Probability factors refer to ConocoPhillips OPR-OM-PR-00048 Onshore RBI Methodology, which covers such as corrosion, operating condition, third party interference, and accident historical records, while the consequence value covers consequence to safety, environment, financial, and reputation of the company.
Identification, assesment, and control of risk are series of processes applied on this risk level study. The study also used risk management tool like Monte Carlo simulation and Random Number Generation Simulator software and risk matrix. Those tools can describe the risk level from all of the identified risk.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Setiyowati
"Dewasa ini aflatoksin mendapat banyak perhatian di kalangan banyak ahli, karena diduga keras bahwa senyawa tersebut merupakan bahan penyebab kanker (karsinogenik). Akibat yang paling mencemaskan bagi mereka yang mengkonsumsi bahan makanan yang tercemar aflatoksin ialah kerusakkan hati dari tingkat yang paling ringan sampai paling berat, yakni kanker hati. Penelitian ini dilakukan untuk identifikasi dan penetapan kadar cemaran aflatoksin dalam makanan yang mengandung kacang tanah dan kacang kedelai secara KLT densitometri, menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 GF254 dan fase gerak kloroform-etil asetat (7:3) dengan deteksi fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 354 nm.
Hasil dari pembuatan kurva kalibrasi aflatoksin B1 (AFB1) dan aflatoksin G1 (AFG1) antara 10-100 ppb; batas deteksi AFB1 dan AFG1 masing-masing 2,93 ppb dan 4,77 ppb.Penerapan metode ini pada sembilan macam sampel yang mengandung kacang tanah dan kacang kedelai menunjukkan hasil positif AFB1 pada delapan sampel dengan kadar 1-4 ppb dan satu sampel yang positif AFB1 dan AFG1, dengan kadar AFG1 4,43 ppb. Hasil ini lebih kecil dari LOD dan LOQ.

At present, aflatoxin is beginning to get more attention from the scientist, because highly suspected that this compound is carcinogenic. The most anxious effect to them who consumed food-contaminated by aflatoxin is liver damaged, which varied from the lowest level until the highly dangerous level (liver cancer). This study was designed to identified and determined the aflatoxin concentration in the food samples which contain peanut and beans. That using TLC-densitometry, the analitycal condition is using: TLC silica gel 60 GF254 as the stationary phase, chloroform-ethyl asetat (7:3) as the mobile phase, fluorescence measurement mode with the 354 nm.
The results showed calibration curve of AFB1 and AFG1 between 10-100 ppb; detection limit of AFB1 and AFG1 are 2.93 ppb and 4.77 ppb. The implementation of this method in 9 samples that contain peanuts and soy beans that sold in the market shows positive of AFB1 in 8 samples with concentration of AFB1 1-4 ppb and positive of AFB1 and AFG1 in only one sample with concentration 4.565 ppb. This results less than LOD and LOQ.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Yuana
"N-Metil-2-Pirolidon (NMP) memiliki kemampuan dalam meningkatkan penetrasi zat aktif dengan cara meningkatkan difusi polar kulit serta menurunkan difusi dan partisi rute nonpolar kulit. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis NMP dalam sediaan injeksi secara kromatografi gas. Metode kromatografi gas yang sederhana dan sensitif telah dikembangkan dan dioptimasi serta divalidasi untuk analisis NMP dalam beberapa sedian injeksi. Pemisahan komponen dalam sampel dianalisis menggunakan kolom VB-Wax dan dideteksi menggunakan detektor ionisasi nyala.
Analisis dilakukan dengan teknik gradien dengan suhu awal kolom 160oC dan dinaikkan suhunya 3oC permenit hingga suhu 180oC dengan kecepatan alir 1,4 mL/menit. N,N- dimetil formamida digunakan sebagai pelarut dalam analisis. Koefisien korelasi kurva kalibrasi (r= 0,9997) berada pada rentang konsentrasi 39,43 - 98,59 μg/ml. nilai koefisien variasi pada tiga konsentrasi NMP berbeda adalah lebih rendah dari 2%. Uji perolehan kembali NMP diperoleh antara 98,104 - 101,663%. Hasil validasi metode memenuhi kriteria yang ditetapkan.

N-Methyl-2-Pyrrolidone (NMP) has the ability to improve the penetration of active substance by increasing the diffusion of polar skin and decreased diffusion and partition of nonpolar route skin. The research aims to analyze NMP in injection dosage by gas chromatography. Gas chromatography method is simple and sensitive have been developed, optimized, and validated for analysis of NMP in some performed injection. Separation of components in the samples were analyzed using VB-Wax column and detected using a flame ionization detector.
The analysis was done by using a column temperature gradients. The initial temperature of the column was set at 160oC and 3oC temperature increase per minute up to 180oC with air flow rate 1,4 mL/min. N,N-Dimethylformamide used as a solvent. The coefficient of correlation value obtained by calibration curve in the concentration range of 39,43 - 98,59 μg/ml. Value of the coefficient of variation NMP is lower than 2%. The NMP recovery percentage was between 98,104 - 101,663%. The result of validation method fulfilled for the given criteria.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Casanova
"Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor fluoresensi telah dikembangkan untuk analisis furosemid dalam plasma manusia in vitro. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh kondisi yang optimum untuk analisis furosemid dalam plasma in vitro dan melakukan validasi metode analisis tersebut. Pemisahan dilakukan menggunakan kolom μBondapak TM C18 (Waters). Fase gerak terdiri dari asetonitril?larutan kalium dihidrogen fosfat 0,02 M (34:66) pH 3,0 dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit dan dideteksi dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 275 dan emisi 410 nm. Teknik penyiapan sampel dilakukan dengan cara pengendapan protein menggunakan asetonitril dan ekstraksi dengan etil asetat. Propranolol HCl digunakan sebagai baku dalam. Metode ini memberikan nilai linearitas pada rentang konsentrasi 0,2016-1,5120 μg/ml dengan nilai koefisien korelasi (r=0,9980). Lower Limit of Quantitation (LLOQ) adalah 0,2016 μg/m. Metode ini telah divalidasi dan menunjukkan hasil presisisi 1,1532-10,9041% dan akurasi (% diff) -6,1839-4,5304%. Uji perolehan kembali furosemid diperoleh antara 93.8161-104.5304%. Hasil validasi metode memenuhi kriteria yang ditetapkan.

A high-performance liquid chromatography (HPLC) method with fluorescence detector for analysis furosemide in human plasma has been developed. The aim of this research is to find out the optimum condition of furosemide in human plasma in vitro analysis using HPLC and then validate the method. The separation was carried out in a μBondapak TM C18 (Waters) coloumn. The mobile phase consisted of asetonitril?potassium dihydrogen phosphate solution 0.02 M (34:66) pH 3.0 at flow rate of 1.0 ml/minute. The sample preparation technique was protein precipitation with asetonitril and extracted with ethyl acetate. Propranolol HCl was used as an internal standard. Linearity was establish for range concentration of 0.2016-1.5120 μg/ml with coefficient of corelation of 0.9980. The lower limit of quantitation (LLOQ) was found to be 0.2016 μg/ml. This method was validated with precisions 1.1532-10.9041% and accuracies (% diff) -6.1839-4.5304%. The furosemide recovery percentage was between 93.8161-104.5304%. The result of validation method fulfilled for the given criteria."
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Epin Yunanta
"Rabeprazol merupakan obat golongan penghambat pompa proton yang digunakan untuk pengobatan refluks gastroesophageal. Konsentrasinya sangat kecil dalam plasma sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif, selektif, dan akurat. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi dan validasi metode analisis rabeprazol dalam plasma in vitro menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi UV-Vis dengan pantoprazol sebagai baku dalam. Pemisahan menggunakan kolom Kromasil® C18, 100-5, (4,6 × 250 mm, 5 μm) dengan fase gerak isokratik yang terdiri dari 50 mM natrium dihidrogen fosfat pH 7,2 - asetonitril (55:45, v/v). laju alir 0,5 mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 294 nm. Waktu retensi rabeprazol dan pantoprazol adalah 8,7 dan 9,8 menit dengan total waktu analisis adalah 12 menit. Sampel plasma (500 μL) diekstraksi menggunakan dietil eter-diklorometan (90:10, v/v).
Metode ini spesifik karena tidak adanya puncak pengganggu plasma pada waktu retensi analit dan baku dalam. Metode ini valid dan linear pada rentang konsentrasi 10,08 - 1008,00 ng/mL dengan LLOQ 10,0 ng/mL (n = 6, koefisien variasi (KV) = 3,16%). Nilai % diff dan koefisien variasi untuk akurasi dan presisi intra hari dan antar hari tidak lebih dari 15%. Nilai perolehan kembali absolut dari rabeprazol sebesar 76 - 87% (KV = 6,54%) dan baku dalam sebesar 74% (KV = 3,13%). Rabeprazol dalam plasma dinyatakan stabil selama minimal 1 bulan pada suhu -20°C dan -80°C, stabil selama minimal 12 jam pada suhu kamar. Rabeprazol dinyatakan stabil selama 3 siklus beku dan cair. Metode ini memenuhi kriteria penerimaan seperti pada pedoman USFDA dan bisa diaplikasikan untuk analisis rabeprazol dalam plasma in vivo.

Rabeprazole is a proton-pump inhibitor, used in gastroesophageal reflux treatment. Its concentration is very small in human plasma, so it requires a sensitive, selective, and accurate method of analysis. In this study, carried out optimization and validation of rabeprazole analysis in human plasma using high performance liquid chromatography UV-Vis using pantoprazole as internal standard. Separation was performed on Kromasil® 100-5 C18, (4.6 × 250 mm, 5μm) column with an isocratic mobile phase composed of 50 mM sodium dihydrogen phosphate pH 7.2 - acetonitrile (55:45, v/v), flow rate at 0.5 mL/min and was detected at 294 nm. Retention time of rabeprazole and pantoprazole were 8.7 and 9.8 minutes and total analytical run time was 12 minutes. Plasma sample (500 μL) was extracted with diethyl eter - dichloromethane (90:10, v/v).
The method was specific as there were no interfering peaks of human plasma eluting at the retention times of the rabeprazole and the internal standard. The method was valid and linear within the concentration ranges of 10.08-1008.00 ng/mL with LLOQ 10,0 ng/mL (n = 6, coefficient variation (CV) = 3.16%). Intra-day and inter-day accuracy and precision was not more than 15% in both % diff and coefficient of variation. Absolute recovery were 76-87% (CV = 6.54%) for rabeprazole and 74% (CV = 3.13%) for internal standard. Rabeprazole was stable in human plasma for at least 1 month at -20°C and -80°C, and for 12 h at room temperature. Rabeprazole were stable to three freeze thaw cycles. This method also fulfil the acceptance criteria following USFDA guidelines and suitable to be applied for analysis of rabeprazole in human plasma.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43652
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Magdalena
"Benzena adalah senyawa kimia organik yang bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan leukemia pada manusia. International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan benzena sebagai Grup 1 yaitu senyawa karsinogen pada manusia. Mekanisme pembentukan benzena dalam minuman ringan adalah sebagai hasil dari dekarboksilasi asam benzoat oleh radikal hidroksi. Pemanasan dapat mempercepat terbentuknya benzena.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar benzena yang terbentuk dalam minuman ringan yang mengandung asam benzoat, asam sitrat dan vitamin C yang telah dipaparkan sinar matahari selama 2 minggu. Analisis pembentukan benzena dilakukan dengan kromatografi gas detektor ionisasi nyala, dengan suhu injektor, dan detektor berturut-turut 200°C, 230°C; suhu awal kolom 60°C sampai 120°C dengan kecepatan kenaikan suhu 3°C/menit dan laju alir gas pembawa 1,5 mL/menit. Kadar benzena dalam sampel A sebesar 7,66 bpm; sampel B sebesar 12,55 bpm dan sampel C sebesar 12,97 bpm. Kadar benzena dalam sampel A masih dibawah jumlah maksimum yang diijinkan WHO sedangkan pada sampel B dan C berada diatas jumlah maksimum yang diijinkan WHO yaitu 10 bpm.

Benzene is a carcinogenic organic chemical compound and it can cause leukemia to human. International Agency for Research on Cancer (IARC) classifies benzene as Group 1 which is carcinogenic in human. The mechanism of benzene formation in soft drinks is a result from decarboxylation of benzoic acid by hydroxy radicals. Heating can accelerate benzene formation.
Therefore, it is necessary to determine the level of benzene that forms in soft drinks which contains benzoic acid, citric acid and vitamin C which has exposed to the sunlight for 2 weeks. Analysis of benzene formation was done by gas chromatography flame ionization detector, a temperature of injector, and detector with 200°C, 230°C respectively; first coloumn temperature was 60°C to 120°C with speed increase from 3oC/minute, and flow rate of 1.5 ml/minute. Levels of benzene formed in sample A was 7.66 ppb; sample B was 12.55 ppb and sample C was 12.97 ppb. Level of benzene in the sample A was below the maximum level allowed by WHO requirement while in sample B and C were above the maximum level allowed by WHO which is 10 ppb."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S32910
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>