Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96838 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supariyo
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwin Rizaldi
"ABSTRAK
Kepadatan kendaraan bermotor semakin lama semakin dikeluhkan oleh warga
Jakarta karena waktu tempuh untuk mencapai tujuan menjadi semakin lama. Target
pemerintah DKI Jakarta untuk membangun sistem transportasi massal saat ini sedang
dilaksanakan. Salah satu sistem yang dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta adalah MRT
(Mass Rapid Transit) berbasis rel. Pembangunan MRT akan memberi dampak terhadap
ruang kota yang dilintasinya. Sebagaimana yang ditunjukkan dari preseden berbagai
kota di dunia, pemerintah DKI juga berharap MRT akan mendorong konsep
pengembangan Transit-Oriented Development (TOD).
Actant dalam teori sastra adalah orang atau makhluk atau benda yang bermain
dalam satu set peran aktif dalam suatu narasi.. Dalam konteks dunia maya, actant dapat
dikaitkan dengan keberadaan teknologi internet yang dapat memproduksi ruang,
mempermudah aktivitas manusia, membantu manusia bekerja jarak jauh,
mengendalikan pergerakan orang dan barang dan meningkatkan nilai ekonomi ruang.
Dalam hal ini aktan bergerak untuk memproduksi hal-hal tersebut. Selain teknologi
internet, dimensi sosial juga berpengaruh terhadap ruang kota dengan manusia sebagai
pelakunya. Kedua elemen, yaitu aktan dan dimensi sosial akan menjadi penggerak
perubahan ruang kota pasca pembangunan MRT. Tujuannya untuk mencapai konsep
TOD yang mendorong kepadatan secara proporsional, fungsi yang bercampur, sirkulasi
dan ruang publik yang berorientasi kepada pejalan kaki, dan peningkatan kualitas
lingkungan hijau.

ABSTRACT
The number of vehicles has been increasing rapidly. This caused Jakarta citizen
takes a longer time to reach their destination due to the high traffic. The Government of
DKI Jakarta is developing mass transportation systems which is currently being
implemented. One of them is MRT (Mass Rapid Transit) rail-based that could impact the
cities that would be passed-through. Like many other cities in the world, the
government believe that MRT would eventually grow into the development of Transit-
Oriented Development (TOD) as well.
Actant is person or creature or object that have an active role in narrative. In
cyberspace, the movement of actant can be related with the presence of internet
technology to create space, accommodate human activities, support people to work
remotely, control the movement of people and goods, and enhance the economic value
of space. Besides of Internet technology, social dimensions influence the urban space
with humans as actor as well. Both actant and social dimension will be the ?agent of
change? in the urban space after the final phase of MRT development. The aim is to
achieve TOD concepts which lead to the proportional density of citizen, mixed functions,
the pedestrians-oriented circulation and public spaces, and the improvement of
environmental quality issues."
2016
T49679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Subandi
"Pada awalnya Kotamadya Bandarlampung adalah dua kota keci yang terpisah, yaitu Tanjungkarang dan Telukbetung. Kemudian sejalan. dengan pertambahan penduduknya yang cepat yaitu rata-rata 4,7 % setahun, kedua kota itu masing-masing mengalami perluasan kota, dan akhirnya menjadi satu. Pada perkembangan selanjutnya, nampaknya pertumbuhan kota Bandarlampung ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan alamnya, dimana sebagian wilayahnya berlereng curam sampai sangat curam, dan di bagian selatan kota berbatasan langsung dengan laut.
Dengan latar-belakang di atas, permasalahan yang saya kedepankan. adalah
1. Bagaimana tingkat perkebangan Kotamadya Bandarlampung ?
2. Kemana arah perkembangannya ? Mengapa demikian. ?
3. Bagaimana pola perkembanganya ?
4. Berapa bagian kota yang masih bersifat pedesaan ?
Yang dimaksud dengan perkembangan kota adalah perluasan atau pemekaran kota, yaitu ditandai dengan perubahan penggunaan tanah yang bersifat pedesaan ( non urban ) menjadi daerah dengan penggunaan tanah yang bersifat kota ( urban ).
Sedangkan tingkat perkembangan kota adaiáh tingkat perubahan suatu daerah atau region, pada suatu kurun waktu tertentu melebihi keadaan sebelumnya, dinyatakan dalam bentuk kualitatif : tinggi, sedang dan rendah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiek Suparwati
"Ringkasan daripada tulisan ini adalah : 1.Perkembangan industri pada inti kota Jakarta dari tahun 1970 dan 1984 mengalami penurunan baik dari segi jumlah, jenis maupun segi pemakaian tanahnya. 2.Penggunaan tanah inti kota Jakarta selama periode tahun 1970 dan 1984, menga1ami beberapa perubahan. Penggunaan tanah bangunan umum/jasa bertambah, sedangkan penggunaan tanah lainnya mengalami penurunan kecuali region 1 dan 8 tanah perumahan tidak teratur mengalami pertambahan. 3.Perubahan jumlah penduduk tahun 1970 dan 1984,relatif cenderung mengalami penurunan,hanya region 1 saja yang mengalami pertambahan penduduk dengan pertumbuhan penduduk relatif besar.
4.Kualitas fisik lingkungan inti kota tahun 1970 dan 1984 mengalami perbaikan ke arah kualitas fisik lingkungan yang baik. Sebaglan besar region inti kota Jakarta mempunyai kualitas fisik lingkungan yang baik,kecuali region 1 dan 8 mempunyai kualitas fisik lingkungan yang buruk."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Susilawati
"Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai Fasilitator Pembangunan dan Keikutsertaan Masyarakat dan dalam Persiapan Pelaksanaan Proses Perencanaan Pembangunan Kota Bekasi (Studi Kasus di Kelurahan Cimuning Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi). Penelitian ini penting mengingat salah satu perubahan yang mendasar di era reformasi ini adalah perubahan relasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Perubahan yang didorong oleh paket kebijakan desentralisasi yang digebut UU Otonomi Daerah seharusnya diikuti oleh perubahan kelembagaan dan paradigma penyelenggara pemerintahan. Perubahan sistem dari sentralistik ke desentralistik haruslah diikuti oleh perubahan watak penyelenggara pemerintahan dari birokratis menjadi partisipatif. Oleh sebab itu aparat pemerintah seharusnya menyadari bahwa partisipasi masyarakat harus dijadikan arus utama dalam seluruh kegiatan penyelenggaraan kepemerintahan maupun pembangunan.
Dalam upaya mengikutsertakan masyarakat pada persiapan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan diperlukan fasilitator yang diharapkan dapat berperan sebagai pendidik (educator) dan pemercepat terjadinya pembahan di masyarakat (enabler). Sebagai educaror dan enabler seorang fasilitator harus membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka dan mengidentifikasikan masalah masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif diperoleh melalui proses studi kepustakaan wawancara dengan informan, dan observasi Iapangan. Selama dilakukan penelitian, pemilihan informan dilakukan dengan purposif dan Snowball sampling, dimana informan yang dipilih secara purposif sampling yaitu 2 (dua) orang fasilitator pembangunan, memberikan data informan berikutnya atau informan lanjutan yaitu dari pihak masyarakat sipil yang akan memberikan inforrnasi Ianjutan yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain dua orang fasilitator, informan yang dipilih secara purposif sampling juga adalah pihak aparat Kelurahan Cimuning yaitu Lurah dan Kasi Ekbang serta perwakilan RW sebagai pihak penyelenggara kegiatan.
Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa, meskipun persiapan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan diupayakan melibatkan seluruh komponen, stakeholder atau governance kelurahan, namun masih banyak pihak- pihak di luar komponen tersebut yang tidak terfasilitasi dan terwakili seperti janda miskin, kaum duafa atau masyarakat yang terpinggirkan selama ini (marginal). Dengan demikian persiapan pelaksanaan proses perencanaan pembangunan di Kelurahan Cimuning belum dapat dikatakan partisipatif karena belum melibatkan masyarakat secara luas, terutama masyarakat marginal.
Peran fasilitator pembangunan sebagai educator dan enabler, dalam membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka; mengidentifikasikan masalah mereka kurang mendukung pada persiapan pelaksanaan proses perencanaan partisipatif, karena dalam melakukan peran tersebut fasililator tidak menggunakan metode-metode atau teknik-teknik perencanaan partisipatif.
Keberadaan kelompok wanita yang tergabung dalam organisasi PKK dan kelompok pengajian ibu Cimuning, beberapa anggotanya diundang dalam rangka meningkatkan partisipasi perempuan., namun pada saat kegiatan sosialisasi kehadiran mereka berdasarkan undangan saja, hanya diam dan tidak aktif berbicara seperti pada sesi tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator. Sikap diam mereka disebabkan beberapa faktor antara lain: mereka umumnya sungkan dan malu untuk bicara di muka umum, sebagian dari mereka disibukan oleh mengurus anak-anaknya yang ikut pada saat kegiatan sosialisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Ayuningtyas
"ABSTRAK
Kabupaten Klaten memiliki peran strategis sebagai jalur penghubung kelancaran arus
barang/jasa di dua kota besar yang mengapitnya, yaitu Kota Yogyakarta dan Kota Surakarta.
Kondisi tersebut menempatkan Kabupaten Klaten sebagai daerah rawan tindak kejahatan
salah satunya kekerasan pada anak. Masalah kekerasan pada anak cukup mengkhawatirkan
sehingga Pemerintah Kabupaten Klaten menerapkan suatu kebijakan sebagai upaya
pemenuhan hak anak melalui Program Kabupaten/Kota Layak Anak. Berdasarkan
permasalahan itu, fokus penelitian adalah dampak kekerasan pada anak-anak yang menjadi
korban dan efektivitas Program Kabupaten/Kota Layak Anak pada penanganan anak-anak
korban kekerasan dalam mendukung ketahanan daerah di Kabupaten Klaten melalui teori
analisis kebijakan William N. Dunn. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif. Informan penelitian adalah anak-anak korban kekerasan baik fisik,
psikis maupun seksual, Gugus Tugas KLA Kabupaten Klaten dan pejabat terkait dari
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Kabupaten/Kota Layak Anak berjalan efektif
sebagai pedoman bagi Gugus Tugas KLA dalam penanganan Anak Membutuhkan
Perlindungan Khusus (AMPK) khususnya anak korban kekerasan meliputi urusan pendidikan,
kesehatan, pelayanan sosial dan perlindungan anak. Program Kabupaten/Kota Layak Anak
belum berjalan efektif bagi anak-anak korban kekerasan karena beberapa hambatan antara
lain penolakan salah satu pihak keluarga untuk dilakukannya penanganan, terputusnya hak
pendidikan pada anak korban kekerasan seksual yang mengalami kehamilan serta
ketidaksesuaian penerapan kebijakan terkait penyelesaian kasus kekerasan pada anak melalui
proses mediasi. Hambatan tersebut perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah
setempat mengingat kompleksitas dampak kekerasan pada anak di Kabupaten Klaten
dilatarbelakangi pula oleh lingkungan tumbuh kembang anak, dimana anak yang tinggal di
wilayah pedesaaan cenderung untuk diam dan menutupi tindak kekerasan yang terjadi
padanya sehingga secara psikologis mengalami tekanan batin lebih besar. Sementara itu,
anak-anak korban kekerasan yang tumbuh di wilayah pusat kabupaten cenderung lebih
ekspresif dalam merespon tindak kekerasan yang dialaminya. Program Kabupaten/Kota
Layak Anak merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Klaten dalam mengatasi ancaman
stabilitas daerah dari tindak kekerasan pada anak dan dampak yang ditimbulkannya.
Meskipun belum sepenuhnya efektif, Program Kabupaten/Kota Layak Anak memberikan
dampak positif bagi upaya perlindungan anak di Kabupaten Klaten. Peningkatan kesadaran
masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan pada anak dan partisipasi masyarakat sebagai
relawan pendamping anak korban kekerasan menguatkan dukungan terhadap ketahanan
sosial di tengah masyarakat sehingga berujung pada ketahanan daerah di Kabupaten Klaten

ABSTRAK
Klaten Regency has a strategic role as a line connecting the smooth flow of goods or services
in two major cities flanking that are Yogyakarta City and Surakarta City. The conditions put
Klaten Regency as a crime-prone area, one is child abuse. Problem of child abuse is quite
alarming so that the Government of Klaten Regency adopted a policy as an effort to fulfill the
rights of children through Child Friendly City Program. Based on the issues, the research
focused on the impact of child abuse to the victimized children and the effectiveness of Child
Friendly City Program in handling victimized children of abuse in support the regional
resilience of Klaten Regency using the theory of policy analysis by William N. Dunn. The
research used qualitative approach by descriptive method. Informants research are victimized
children of abuse whether physically abuse, psycologically abuse and sexually abuse, child
friendly city task force in Klaten Regency and relevant officials in the Minister of Woman’s
Empowerment and Child Protection of Republic of Indonesia.
The result showed that Child Friendly City Program run effectively as a guidance for child
friendly city task force in handling children in need a special protection particularly the
victimized children of abuse included educational affairs, health affairs, social services affairs
and children protection affairs. Child Friendly City Program run uneffectively for the
victimized children of abuse because of some barriers such as refusal of either party to be
handled, breaking of the right to education to the victimized children of sexual abuse who
became pregnant and discrepancy related policies for resolving cases of child abuse through
the mediation process. The barriers need attention from the Local Government considering
the complexity of the impacts of child abuse in Klaten Regency is also motivated by the
environmental development of the child, where children living in rural areas tend to be quiet
and cover acts of violence that occured to them that the psycological distress greater. While
the victimized children were growing in central region district tend to be more expressive in
response to the violence experience. Child Friendly City Program is the effort of the
Government of Klaten Regency in overcoming the threat of regional stability from child
abuse and the impacts of it. Although not yet fully effective, Child Friendly City Program
contributed positive impact for the effort of child protection in Klaten Regency. The
increased awareness of the public to report child abuse and community participation as a
volunteer chaperone victimized children of abuse strengthens support for social resilience in
communities that lead to regional resilience in Klaten Regency"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilhami
Surabaya: Usaha Nasional, 1990
307.76 ILH s (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Rahayu
"ABSTRAK
Tumbuhan dapat mengikat C02 udara(fotosintesis) sehingga terbentuk senyawa organik yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan kemampuan membentuk senyawa antara pertama kali selama fotosintesis tsb., tumbuhan dibagi dalam tipe tumbuhan yakni tumbuhan C3, C4 dan CAM.
Di lakukan penelitian terhadap stek batang tumbuhan pepohonan kastuba(Euphorbia pulcherima ) dan ki hujan(Paraserianthes falca-Laria) dengan melakukan perendaman selama 0, 12 dan 24 jam dalam l aru tan IAA, N A A dan IEA pada kadar 0, 50, 100 dan 200 ppm). Setelah 3 bulan penanaman dilakukan pengamatan terhadap struktur anatomi dawn, waktu inisiasi akar dan tunas serta pertumbuhan akar dan tunas daun(dalam hal ini dinyatakan dalam berat basah organ tsb.) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan kastuba merupakan tumbuhan C4, karena struktur anatomi daunnya tampak adanya j 2.ringan Kranz dibandingkan dengan daun tumbuhan ki hujan yang tidak mengandung jaringan Kranz (Salisbury & Roos,1990).
Pertumbuhan perakaran pada kedua species tanaman tsb.berbeda ny ata, sed ang kan wak tu. inisiasi perakaran dan pertunasan dan pertumbuhan tunas daun tidak berbeda nyata. Berat basah perakaran kastuba yang terbaik yakni dengan perendaman 12 jam pada IBA kadar- 200 ppm sebesar 23,156 g dibandingkan dengan perakaran ki hujan: 16,213 g. Waktu inisiasi akar terjadi pada minggu ke-3, dan ini Inisiasi tunas daun terjadi pada minggu ke-2; serta rerats. berat basah daun/tanaman pada kedua species tab. 43,756 g/tanaman.
Hal ini kemungkinan disebabkan daun pada tanaman kaatuba bersi fat daun tunggal, palmati partitus dan lebar, sedang pada ki hujan daun majemuk, menyirip genap. "
Depok: Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Geddes, Patrick
London: Williams & Norgate, 1949
301.36 GED c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Sastrawinata
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S33247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>