Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penduduk Kota Jakarta yang terus bertambah memaksa terjadinya
perubahan penggunaan tanah. Penggunaan tanah alami diuruk dan dibangun
menjadi penggunaan tanah buatan yang sebagian besar berbahan material
aspal, besi, kaca, dan beton. Perubahan tersebut memberikan efek signifikan
terhadap iklim dan cuaca lokal di kota, salah satunya adalah peningkatan
suhu udara lebih tinggi daripada suhu udara sekitarnya (urban heat island).
Distribusi suhu kota diasosiasikan dengan penggunaan tanah dan morfologi.
Suhu udara meningkat secara progresif pada daerah yang mendekati pusat
kegiatan atau pusat kota, dengan kepadatan bangunan yang berbeda di tiap
wilayah. Dalam kaitannya dengan peningkatan suhu, perkembangan daerah
Jakarta Selatan dari pusat kota (koridor H. R. Rasuna Said) hingga ke arah
pinggiran kota (koridor Lenteng Agung) membentuk karakter tersendiri pada
tiap wilayahnya yang dicirikan dengan perbedaan morfologi bangunan serta
kepadatan bangunan yang memberikan kontribusi berbeda terhadap
peningkatan suhu udara di permukaan kota.
Data suhu udara diperoleh dengan melakukan sampling pengukuran
langsung di lapangan. Lokasi pengamatan dipilih dengan metode non
probabilitas-purposif sebanyak 12 lokasi pengamatan. Suhu udara yang
diteliti difokuskan pada urban canopy layer dengan waktu pengamatan
selama tiga hari dengan empat periode waktu pengukuran (pukul 06.00?
18.00 WIB). Variabel yang digunakan adalah suhu udara permukaan dengan
parameter penggunaan tanah, insolasi dan waktu sibuk (peak hour) Kota
Jakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variasi suhu udara
permukaan menunjukkan kecenderungan suhu semakin meningkat pada
setiap jenis penggunaan tanah yang berada di koridor yang mendekati pusat
kota dengan karakteristik daerah perkotaan yang kuat dengan bangunan
tingkat tinggi yang padat. Variasi suhu udara permukaan juga terjadi pada
setiap periode pengamatan. Pada penggunaan tanah terbangun, suhu
maksimum terjadi pada saat radiasi matahari paling kuat (Periode ketiga,
Pukul 12.00-14.00 WIB), sedangkan pada penggunaan tanah ruang terbuka
hijau suhu maksimum terjadi pada saat radiasi matahari mulai menguat
(Periode kedua, Pukul 09.00-11.00 WIB). Suhu terendah pada setiap periode
pengukuran terjadi pada lokasi dengan penggunaan tanah ruang terbuka
hijau berupa hutan kota. Pada periode yang sama, selain dipengaruhi oleh
jenis penggunaan tanah, suhu udara permukaan juga dipengaruhi oleh
kepadatan bangunan.
Kata Kunci : Urban Heat Island, Suhu Udara Permukaan, Penggunaan Tanah,
Kepadatan Bangunan
ix + 77 halaman; 15 gambar; 5 tabel; 5 peta; 13 Foto; 1 Lampiran;
Bibliografi : 25 (1978 ? 2006)"
Universitas Indonesia, 2007
S33887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Farahiyah Rahmah
"Keberadaan ruang hijau dalam area yang luas di bagian pusat kota disinyalir dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran Kebun Raya Bogor terhadap variasi suhu permukaan dan kelembaban udara pada wilayah disekitarnya. Variasi suhu dan kelembaban udara diperoleh dari hasil pengukuran di 45 lokasi pada hari kerja dan akhir pekan dimana penentuan lokasinya menggunakan stratified proporsional random sampling yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan nilai kenyamanan dengan menggunakan rumus Thom rsquo;s Discomfort Index. Suhu permukaan daratan dan tutupan tajuk vegetasi diolah dari citra Landsat 8 untuk mengetahui nilai intensitas penyejukan taman dan kondisi vegetasi.
Hasil analisis spasial dengan metode overlay yang diperkuat dengan korelasi pearson menunjukan bahwa pola suhu permukaan dan kelembaban udara berbeda di hari kerja yang cenderung meningkat dan akhir pekan yang cenderung menurun seiring dengan semakin jauh jaraknya dari Kebun Raya Bogor. Wilayah sekitar Kebun Raya Bogor didominasi oleh wilayah sangat tidak nyamann dengan nilai 27-30 Thom rsquo;s discomfort index dan intensitas penyejukan taman berkisar -0,3-5oC. Intensitas penyejukan taman dan tingkat kenyamanan berhubungan signifikan dengan tutupan tajuk vegetasi dan tidak dengan jarak dari taman.

The existence of green space within a large area in the cities allegedly can affect its microclimate conditions. This study aims to analyze the role of Bogor Botanical Gardens in surface temperature and humidity variation to its the surrounding area. Air temperature and humidity variations data were obtained from ground measurements at 45 locations on the weekdays and weekends using stratified proportional random sampling then used to obtain comfort index using Thom rsquo s Discomfort Index. The land surface temperature and vegetation canopy cover are processed from Landsat 8 imagery to determine the park cooling intensity and vegetation conditions.
The result of spatial analysis with overlay method which is reinforced by Pearson correlation shows that the pattern of surface temperature and humidity are different on the weekdays which tend to increase and the weekends which tend to decrease along with the increase of the distance from Bogor Botanical Garden. The area around Bogor Botanical Garden is dominated by very uncomfortable area with 27 30 Thom 39 s discomfort index and park cooling intensity range from 0,3 5oC. The park cooling intensity and comfort index are significantly correlated to vegetation canopy cover and not correlated with the distance from the park.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Nurkhamila Risalah
"Peningkatan temperatur global terbentuk dari pemanasan lokal, salah satunya adalah fenomena pulau panas perkotaan. Peningkatan temperatur tersebut disinyalir disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat berbagai aktivitas manusia, terutama di wilayah perkotaan seperti DKI Jakarta. Penggunaan tanah sebagai representasi jumlah penduduk dan aktivitas manusia yang menjadi sumber polutan udara, dapat mempengaruhi pola distribusi suhu permukaan daratan (SPD) yang diperoleh melalui pengolahan citra MODIS Terra. Dengan melakukan analisis spasial uji korelasi antara polutan udara (NO2, SO2, dan TSP) dengan SPD, dapat diketahui hubungan antara polutan udara dan SPD yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Kemudian dibuat model spasial distribusi polutan untuk mengetahui sebaran polutan udara menurut variasi nilai SPD.
Hasil analisis menunjukkan bahwa korelasi konsentrasi NO2 dan SO2 dengan SPD memiliki hubungan sebesar 0,289 dan 0,246. Model distribusi spasial konsentrasi NO2 dan SO2 menurut SPD menunjukkan pola yang tersebar hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta terutama pada SPD yang relatif tinggi dan pada penggunaan tanah permukiman, industri dan jasa/komersial. Pola distribusi SPD hasil pengolahan citra MODIS Terra di DKI Jakarta dapat digunakan untuk memprediksi pola distribusi konsentrasi NO2 dan SO2 di udara.

Increase the global temperature is formed by local heated, one of the phenomenon is urban heat island. Increase of the temperature approximately caused by the rise of green house gases concentration due to human activities, paticularly in urban area such as Jakarta. Landuse as a representation of human activities become a source of air pollution and can be used as an illustration to analyze the pattern of land surface temperature distribution. With the statistical method correlation between air pollutant and the land surface temperature (MODIS Terra LST result processing) might be known the relationship between air pollutant and the land surface temperature, which is the objective of this study. Then create a model of the pollutant spatial distribution to determine the pollutant spatial distribution on the land surface temperature variance.
The result shows that the NO2 and SO2 have a relationship with the land surface temperature, with each correlation value (r) 0,289 and 0,246. Spatial distribution of NO2 and SO2 are spread in almost the whole Jakarta, particularly on high land surface temperature relatively and on the land-use of residential, industrial area and service / commercial area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1235
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Azzahra
"Perkembangan perkotaan yang pesat ditandai dengan perubahan tutupan lahan berperan dalam menaikkan suhu permukaan daratan dan memicu fenomena Urban Heat Island (UHI). Tingginya suhu perkotaan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi penghuninya. Universitas Indonesia (UI) dan kelurahan sekitarnya dipilih sebab memiliki tutupan lahan yang beragam dan terdapat banyak pembangunan yang terjadi terutama di rentang tahun 2014-2023. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi di UI dan kelurahan sekitarnya kemudian mengetahui pengaruhnya terhadap suhu permukaan daratan. Selanjutnya, dianalisis perubahan suhu permukaan daratan dan kaitan antara suhu permukaan daratan dengan suhu udara permukaan darat. Kemudian, didapatkan hubungan antara suhu permukaan daratan dan suhu udara permukaan darat dengan tingkat kenyamanan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi perubahan tutupan lahan yang mempengaruhi suhu permukaan daratan. Namun, terdapat juga faktor lain yakni aktivitas manusia. Suhu permukaan daratan memiliki hubungan positif dengan suhu udara permukaan darat. Tingkat kenyamanan dihitung menggunakan metode Humidex dan memiliki hubungan dengan suhu permukaan yakni semakin tinggi suhu maka semakin tidak nyaman. Jika dilihat dari tutupan lahannya, tutupan lahan dengan vegetasi dan badan air cenderung memiliki suhu yang lebih rendah dan relatif lebih nyaman, sedangkan tutupan lahan berupa lahan terbangun dan terbuka memiliki suhu yang lebih tinggi dan relatif tidak nyaman. Hal tersebut diperkuat dengan persepsi kenyamanan dari individu.

Rapid urban development characterized by changes in land cover plays a role in increasing land surface temperatures and triggering the Urban Heat Island (UHI) phenomenon. High urban temperature can cause discomfort for residents. Universitas Indonesia (UI) and its surrounding sub-districts were chosen because they have diverse land cover and a lot of development can be occurred, especially in the 2014-2023 period. This research aims to determine changes in land cover that occur in UI and surrounding sub-districts and then determine their effect on land surface temperature. Next, changes in land surface temperature and the relationship between land surface temperature and air surface temperature are analysed. Then, the relationship between land surface temperature and air surface temperature and comfort level was obtained. The results obtained in this research show changes in land cover that affect land surface temperature. However, there are also other factors, namely human activity. Land surface temperature has a positive relationship with air surface temperature. The comfort level is calculated using the Humidex method and is related to surface temperature, namely the higher the temperature, the more uncomfortable it is. Land cover with vegetation and water bodies tends to have lower temperature and is relatively more comfortable, while land cover in the form of built-up and open land has higher temperature and is relatively uncomfortable. This is reinforced by the individual's perception of comfort."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sormin, Hotma Haposan
"Perubaban laban berdampak pada perubaban (peningkatan/penurunan) suhu udara permukaan. Tujuan mengetahui kondisi Iahan, pola kecenderungan suhu udara. Menganalisis kekuatan korelasi perubaban laban dengan perubaban suhu udara permukaan dan besar dampaknya di Kecamatan Cisarua. Metodenya deskriptif, persentase, grafik trendline dengan If tertinggi, analisis statistik r, dan koefisien determinasi If. Kondisi lahan Kecamatan Cisarua: bukan hutan 5398 Ha dan hutan seluas 974 Ha. Suhu rata-rata pukul 07.00 wib turu."l, suhu rata-rata pukul 13.00 wib naik, suhu rata-rata pukul 18.00 wib naik. Kuat korelasi laban hutan dengan suhu rata-rata pukul 13.00 adalah -0,535, laban bukan hutan dengan suhu rata-rata pukul13.00 adalah 0,537, laban hutan dengan suhu rata pukull8.00 wib adalah -0,793, dan lahan bukan hutan dengan suhu rata-rata pukul 18.00 wib adalah 0,785. Besar dampak perubahan lahan pada suhu rata-rata pukul 13.00 adalah 44% dan pada suhu rata-rata pukull8.00 wib adalah 81%. Kondisi lahan Kecamatan Cisarua tahun 2009: bukan hutan 5398 Ha dan hutan 974 Ha. Suhu rata-rata pukul 07.00 wib turun, suhu rata-rata pukul 13.00 wib naik, dan suhu rata-rata pukul 18.00 naik. Kekuatan korelasi lahan hutan dengan suhu rata-rata pukul 13.00 wib adalah -0,535, laban bukan hutan dengan suhu rata-rata pukul 13.00 wib adalah 0,537, laban hutan dengan suhu rata-rata pukul 18.00 wib adalah -0,793, laban bukan hutan dengan suhu rata:rata pukul 18.00 wib adalah 0,785. Besar dampak perubaban lahan pada suhu rata-rata pukul13.00 wib adalah 44% dan pada suhu rata-rata pukul18.00 wib sebesar 81%. Perlu dicermati setiap penurunan lahan hutan, penghijauan, dipertahankan dan diciptakan hutan kota, pelaksanaan permen tentang penataan ruang, perda tentang penata ruang yang ketat, dan ketat dalam pemberian IMB
The aim of this research is to learn about land condition and the trend of temperature change. It is carried out by analyzing the correlation strength between the conversion in land use and temperature change as well as its impact. The applied method is descriptive in nature using percentage, trend line graphs, statistical analysis and determination coefficient or k. The subject of this research is the area in the sub-district of Cisarua consisting of 5398 hectares of non-forest vegetation and 974 hectares of forest vegetation. The research shows that the average temperature at 07:00 am is decreasing and whilst the average temperature at 0l:00 pm is increasing and the average temperature at 06:00 pm is increasing. The correlation strength of forest vegetation with the average temperature at 01:00pm is -0.535 while the same measurement taken for non-forest vegetation shows correlation strength of 0.537. At 06:00 pm the correlation strength between forest vegetation and the average temperature is 0.793 meanwhile the correlation strength between for non-forest vegetation is 0.785. The impact of land conversion at the average temperature at 01:00pm is 44% and atthe average temperature at 01:00pm is 81%. Bearing in mind the impact caused by the decreasing forest vegetation it is advisable that the regional government of Bogor as well as the government apparatus of the sub-district of Cisarua and the entire community to be more alert on the ever decreasing area of forest vegetation and to implement a reforestation policy, to encourage the creation and maintenance of city-forest and implementing of the Minister's Decree on Spatial Planning, to push for a regional regulation on spatial management and to be stricter in releasing building permit."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iqlima Idayah Tika
"Vegetasi memiliki peranan penting terhadap lingkungan. Salah satu manfaat yang dirasakan dari kumpulan vegetasi adalah pengatur iklim mikro yang ditunjukkan oleh suhu dan kelembaban udara. Penelitian ini untuk melihat bagaimana variasi suhu dan kelembaban udara di taman kota (Taman Suropati) dan sekitarnya. Pengukuran suhu dan kelembaban udara menggunakan alat termokopel dan dilakukan pada tanggal 17 April 3 Mei 2010 pada jam 06.00-18.00 WIB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam taman Suropati memiliki suhu udara paling rendah dan kelembaban udara paling tinggi daripada di luar taman. Suhu udara terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB dan tertinggi pada pukul 14.00 WIB. Kelembaban udara terendah terjadi pada pukul 14.00 WIB dan tertinggi pada pukul 06.00 WIB. Selain itu terdapat kecenderungan yang menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari taman nilai suhu udara semakin meningkat dan kelembaban udara semakin rendah. Adapun arus lalu lintas kendaraan di sekitar taman Suropati tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variasi suhu dan kelembaban udara."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34217
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Ananda Prasetyo
"Kecamatan Tambun Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan kepadatan tertinggi di Kabupaten Bekasi (BPS 2021). Salah satu faktor penyebab pertumbuhan penduduk adalah tingginya tingkat urbanisasi (Prayojana et al., 2020). Intensitas laju urbanisasi ini dapat dilihat dari seberapa banyak tutupan lahan terbangun yang berdiri di kawasan tersebut (Chen et al., 2021). Kemudian, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2011–2031 di Kecamatan Tambun Selatan direncanakan sebagai Kawasan Pengembangan I (WP I) yang diarahkan pada fungsi pokok pengembangan industri, perdagangan, jasa, perumahan, pemukiman, pariwisata dan kegiatan industri penunjang. Salah satu permasalahan yang akan terjadi adalah dapat meningkatkan suhu permukaan daratan pada daerah perubahan tutupan lahan, akibat pergeseran tutupan lahan dari belum terbangun menjadi terbangun. Suhu permukaan daratan perkotaan dapat dideteksi menggunakan penginderaan jauh. Analisis deteksi dilakukan pada citra Landsat-8 yang menggambarkan bentuk permukaan bumi. Perubahan ini memiliki hubungan dengan perubahan tutupan lahan yaitu kehijauan vegetasi dan kerapatan bangunan di Kecamatan Tambun Selatan, dengan uji korelasi linier untuk mendapatkan hasil bahwa kehijauan vegetasi berbanding terbalik dengan nilai permukaan tanah. suhu dan kepadatan bangunan berbanding lurus dengan suhu permukaan daratan,

South Tambun District is the sub-district with the largest population and the highest density in Bekasi Regency (BPS 2021). One of the factors causing population growth is the high rate of urbanization (Prayojana et al., 2020). The intensity of this urbanization rate can be seen from how much built-up land cover stands in the area (Chen et al., 2021). Then, in the Bekasi Regency Regional Regulation Number 12 of 2011 concerning the Bekasi Regency Spatial Plan for 2011–2031 in South Tambun District it is planned as Development Area I (WP I) which is directed to the main functions of developing industry, trade, services, housing, settlements , tourism and supporting industrial activities. One of the problems that will occur is that it can increase the surface temperature of the soil in areas of land cover change, due to a shift in land cover from undeveloped to built up. Urban ground surface temperature can be detected using remote sensing. Detection analysis was performed on Landsat-8 imagery which depicts the shape of the earth's surface. This change has a relationship with changes in land cover, namely the greenness of the vegetation and the density of buildings in Tambun Selatan District, with a linear correlation test to get the result that the Greenness of the Vegetation is inversely proportional to the value of the land surface. temperature and building density are directly proportional to ground surface temperature,"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>