Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171541 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2000
S28580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Apandi
"Evolusi penyimpangan suhu muka laut wilayah samudera pasifik sebagai indikator fenomena El Nino / La Nina yang tidak terjadi secara tiba ndash; tiba tetapi membutuhkan waktu, sehingga pergerakan suhu muka laut berlangsung secara bertahap yang terbentuknya pola perubahan suhu muka laut. Berdasarkan hasil monitoring Pusat prakiraan iklim Amerika CPC-NCEP NOAA tercatat fenomena El Nino dengan intensitas kuat yaitu pada tahun 1957/1958, 1965/1966, 1972/1973, 1982/1983, 1987/1988, 1997/1998, dan 2015-2016.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan intensitas, lama dan dampak dari kejadian El Nino tahun 1982-1983, 1987-1988, 1997-1999, 1999-2000, 2015-2016 dengan cara menganalisis suhu muka laut, suhu bawah laut dan angin zonal wilayah samudera Pasifik serta suhu laut muka dan curah hujan wilayah Indonesia.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tahun 2015-2016 merupakan kejadian El Nino terkuat dan terlama dengan nilai anomali suhu muka laut wilayah Nino 3.4 tertinggi mencapai 2,33oC dan lama kejadian El Nino selama 14 bulan. Secara dampak kejadian El Nino tahun 1997-1998 berpengaruh lebih luas terhadap pengurangan curah hujan di wilayah Indonesia. Suhu muka laut wilayah Indonesia selama kejadian El Nino tahun 2015-2016 menunjukan kondisi suhu yang lebih hangat sehingga mengurangi dampak El Nino dikarenakan masih adanya pasokan uap air dari proses penguapan yang menjadikan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

The evolution of sea surface temperature SST anomaly of the Central Pacific Ocean region as indicator of an El Ni o La Ni a phenomenon do not occur suddenly but it takes time, so that the changing process of sea surface temperature takes place in stages which is possible to form patterns of sea surface temperature changes. Based on the monitoring of the Climate Prediction Center National Centers for Environmental Prediction CPC NCEP NOAA , there has been recorded that the El Ni o phenomena of 1957 1958, 1965 1966, 1972 1973, 1982 1983, 1987 1988, 1997 1998 and 2015 2016 were categorized as Strong El Ni o, respectively.
This research attempts compare the degree of intensity, duration and impact of the El Nino events in 1982 1983, 1987 1988, 1997 1999, 1999 2000, 2015 2016 by analyzing sea surface temperature, subsea temperatures and zonal winds of the Pacific Ocean As well as sea temperatures and rainfall area of Indonesia.
The results showed that the 2015 2016 El Ni o was the strongest and longest El Ni o event with the sea surface temperature of Nino 3.4 region was reaching a value of 2,33oC and the duration of the El Ni o was 14 months long. In term of impacts, The 1997 1998 El Ni o has a wider effect on the reduction of rainfall in Indonesia. Furthermore, the sea surface temperature of Indonesian region during the 2015 2016 El Nino shows a warmer temperature conditions, thus reducing the impacts of the El Ni o due to water vapor supply from the evaporation processes that forms rainfall in some parts of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deo Saputra Irianto
"Sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting, baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Teluk Pelabuhanratu merupakan daerah dengan potensi besar bagi penyediaan benih ikan sidat. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kehidupan ikan sidat adalah salinitas, karena secara alami ikan sidat bermigrasi dari perairan tawar, payau, dan laut atau sebaliknya. Sehingga diperlukan cara untuk menggambarkan persebaran larva ikan sidat (impun) berdasarkan salinitas. Untuk mengetahui nilai salinitas diperoleh dari citra Landsat 8 tahun 2015 dan 2016 menggunakan pendugaan salinitas Algoritma Cimandiri (Supriatna et al., 2016).
Penelitian dilakukan di muara Ci Mandiri, Ci Tepus dan Ci Maja berdasarkan bulan basah dan bulan kering. Keberadaan larva ikan sidat (impun) yang diperoleh dari hasil tangkapan terjadi saat bulan kering dimana hasil tangkapan terbanyak terjadi di mulut muara. Hasil tangkapan berkurang jika semakin jauh dari mulut muara, yaitu pada bagian pantai ke arah laut dan bagian dalam muara sungai dengan nilai salinitas ke arah laut meningkat sedangkan nilai salinitas ke arah sungai berkurang.

Eel (Anguilla spp.) is consumed fish that has an important economic value, either for local or international market. Pelabuhanratu Bay is an area with big potension for supplying eel seed. One of important factor which affect an eel existence is salinity, because eel migrate from fresh water, brakish, and sea naturally although the otherwise so that need ways to describe the distribution of glass eel by the salinity. To find out the percentage of salinity, it obtained from Landsat 8 Imagery year 2015 and 2016 using salinity prediction of Algorithm Cimandiri (Supriatna et al., 2016).
The research has been conducted at Ci Mandiri Estuary, Ci Tepus Estuary, and Ci Maja Estuary based on wet month and dry month. The existence of glass eel which is obtained from the catch was occurs on dry month when the most catch was occurs at the edge of estuary. The catch is reduced if it?s farther from the edge of estuary, at the beach towards the sea and the inside of river estuary with the percentage of salinity towards the sea is increase while the percentage of salinity towards the river is decrease.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Mahdiyah Nabilah
"Latar belakang: Hidroksiapatit merupakan salah satu bahan alloplast yang banyak digunakan di bidang kedokteran gigi. Komposisi hidroksiapatit sama dengan komposisi anorganik tulang dan gigi manusia sehingga bersifat biokompatibel dan bioaktif. Selain itu, hidroksiapatit juga bersifat osteokonduktif. Salah satu metode pembuatan hidroksiapatit yaitu metode disolusi-presipitasi dalam kondisi hidrotermal. Pembuatan blok hidroksiapatit dengan metode disolusi-presipitasi pada suhu 100°C selama 48 jam masih menghasilkan fasa lain selain hidroksiapatit, yaitu dicalcium phosphate anhydrous (DCPA). Fasa DCPA dan/atau fasa DCPD (dicalcium phosphate dehydrate) dapat terbentuk dalam pH asam. Sedangkan, hidroksiapatit dapat terbentuk pada pH basa. Oleh karena itu, pH dapat dijadikan indikator secara tidak langsung mengenai hasil fasa yang terbentuk. Gipsum dipilih sebagai prekursor karena mengandung ion kalsium (Ca2+). Sedangkan, larutan Na3PO4 digunakan karena mengandung ion fosfat (PO43-), bersifat tidak toksik, dan memiliki pH basa.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu terhadap perubahan pH larutan Na3PO4 dalam pembuatan blok hidroksiapatit dari blok gipsum.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan blok gipsum dan larutan Na3PO4 sebagai prekursor untuk membuat blok hidroksiapatit. Spesimen yang digunakan berupa 30 mL larutan 1 mol/L Na3PO4 sebanyak dua beaker glass larutan. Sebelum dilakukan perendaman, pH larutan diukur terlebih dahulu untuk mengetahui pH awal larutan 1 mol/L Na3PO4. Lima belas blok gipsum direndam dalam 30 mL larutan 1 mol/L Na3PO4 dengan suhu yang berbeda yaitu 100°C, 140°C, dan 180°C pada kondisi hidrotermal selama 48 jam. Setelah perendaman, blok dan larutan 1 mol/L Na3PO4 dipisahkan. Kemudian, pH larutan 1 mol/L Na3PO4 diukur kembali menggunakan pH meter Eutech Instruments pH 700 untuk mendapatkan pH larutan 1 mol/L Na3PO4 setelah digunakan untuk perendaman selama 48 jam.
Hasil: Nilai pH larutan 1 mol/L Na3PO4 sebelum digunakan untuk perendaman yaitu 13,04. Sedangkan, nilai pH larutan 1 mol/L Na3PO4 setelah digunakan untuk perendaman pada suhu 100°C, 140°C, dan 180°C berturut-turut yaitu 12,72; 12,67; dan 12,30.
Kesimpulan: Peningkatan suhu yang digunakan menyebabkan penurunan pH larutan 1 mol/L Na3PO4. Namun, pH akhir larutan masih cukup basa untuk hidroksiapatit terbentuk. Namun, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan mengenai pengukuran pH larutan Na3PO4 dengan sampel yang lebih banyak.

Background: Hydroxyapatite is one of the alloplastic materials that is widely used in dentistry. The composition of hydroxyapatite is similar with the inorganic composition of human bone so that it is biocompatible and bioactive. Besides, hydroxyapatite is also osteoconductive. One of the fabrication methods of hydroxyapatite is the dissolution-precipitation method under hydrothermal conditions. The fabrication of hydroxyapatite block with the dissolution-precipitation method at 100°C for 48 hours still produced other phase except hydroxyapatite, specifically dicalcium phosphate anhydrous (DCPA). DCPA and/or dicalcium phosphate dehydrate (DCPD) phase can be obtained if the pH is acidic. Meanwhile, hydroxyapatite can be fabricated on the alkaline pH condition. Therefore, the pH value can be the indirect indicator to predict the phase product. Gypsum was chosen as a precursor because it has calcium ions (Ca2+). Na3PO4 solution was used because it contained phosphate ions (PO43+), non-toxic, and has an alkaline pH value.
Objective: This study aimed to determine the effect of temperature differences on changes of the pH value of Na3PO4 solution in the fabrication of hydroxyapatite block from gypsum block.
Methods: This study used gypsum block and Na3PO4 solution as precursors to fabricate hydroxyapatite block. The specimens of this study were two beaker glasses of 30 mL of 1 mol/L Na3PO4 solution. Before the immersion, the pH value of the solution was measured first to determine the initial pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution. Fifteen specimens of gypsum blocks were immersed in 30 mL of 1 mol/L Na3PO4 solution with different temperatures specifically 100°C, 140°C, and 180°C under the hydrothermal condition for 48 hours. After the immersion, the blocks and the 1 mol/L Na3PO4 solution were separated. Then, the pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution was measured using Eutech Instruments pH 700 pH meter to obtain the pH of 1 mol/L Na3PO4 solution after being used for immersion for 48 hours.
Results: The pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution before being used for the immersion was 13,04. Meanwhile, the pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution after being used for the immersion at 100°C, 140°C, and 180°C respectively were 12.72, 12.67, and 12.30.
Conclusions: The increase in the temperature caused the derivation of the pH value of 1 mol/L Na3PO4 solution. Nevertheless, the final pH value was still alkaline enough for hydroxyapatite to be formed. However, further research still needs to be done to measure the pH value of the Na3PO4 solution with more samples.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kinerja beton aspal sangat tergantung terhadap kualitas agregat, kekauan aspal dan kekakuan campuran beraspal. Tulisan ini khusus membahas tentang pengaruh tenperatur dan waktu pembebanan terhadap nilai mekanistik beton aspal lapis permukaan (ACEC)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
An Nashir
"Nilai konduktifitas panas yang selama ini diperkirakan hanya terbatas pada jenis material, adanya paduan, temperatur kerja, sedangkan untuk proses pembuatan perlakuan yang dikerjakan terhadapnya belum diperhatikan.
Dalam rugas akhir ini penulis melakukan penelitian pengaruh perbedaan struktur mikro paduan alumuniun (Al- 2,6 Zn) yang berkomposisi sama terapi dengan perlakuan panas yang berbeda terhadap nilai konduktifitas panas. Pada penelitian perlakuan panas yang dipakai adalah pemanasan sampai suhu 400 ℃ yang kemudian didinginkan pada media yang berbeda yaitu minyak, udara dan air. Dengan kondisi yang berbeda itu kemudian dilakukan pengujian konduktifitas panas.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan struktur mikro yang berbeda akan didapat konduktifitas panas yang berbeda pula, ini ditujukan dengan sampel
nomor O2 dengan nilai konduktifitas panas yang tertinggi sedangkan untuk sampel
nomar O1 mempunyai nilai konduktifiras panas terendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya fasa Alfa yang lebih merata dan rapat, dimana paduan yang mengendap cenderung Iebih kecil dibanding pada sampel nomor O1. Sedangkan untuk sampel yang didinginkan dengan air dan udara mempunyai nilai konduktifitas panas diantara kedua sampel diatas yaitu nomor O2 dan nomor O1. HaI ini juga dapat dibuktikan dengan distribusi fasa alfa yang berada diantara nomor O2 dan nomor O1. Pengaruh temperatur terhadap konduktifitas panas Al, dengan meningkatnya temperatur sampai 80 °C cenderung akan meningkat sedangkan dari 80 °C sampai 200 °C cenderung menurun. Perhitungan nilai konduktifitas panas berdasarkan rumus Kemptf. Taylor dan Smith mengalami perbedaan dengan hasil percobaan yang dilakukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemodelan proses yang baik membutuhkan model sifat-sifat termodinamika yang
akurat dan elisien dalam perhilungan untuk rentang tekanan, temperature dan komposisi
yang lebar.
Metode yang efektif dalam menentukan sifat-sifat termodinamika adalah dengan
menggunakan persamaan keadaan yang mengambil bentuk umum persamaan van der
Waals.
Persamaan keadaan yang paling baik untuk dikembangkan adalah persamaan
kubik tiga parameter dengan parameter a sebagai fungsi temperature. Perbaikan
perhitungan volume cair jenuh dapat dilakukan dengan menerapkan translasi volume
pada persamaan keadaan yang diinginkan.
Aplikasi volume translasi dapat meningkatkan akurasi perhirungan volume cair
jenuh. Pada aplikasinya translasi volume mempunyai akurasi yang tinggi pada
persamaan Peng-Robinson, dimana faktor koreksinya merupakan fungsi temperatur."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Totok Suprapto
"Suhu permukaan laut (spl} merupakan salah satu parameter oseanografi yang sering digunakan untuk memprediksi kondisi cuaca, dinamika air laut, gerombolan ikan, El Nino ataupun La Nina.
Pemetaan spl daerah yang cukup luas dengan waktu yang relatip bersamaan, tidak mungkin bisa dilakukan dengan menggunakan data dari hasil pengukuran langsung di perairan (insitu). Satu cara yang bisa melakukannya adalah dengan memanfaatkan data penginderaan jauh yang dihasilkan dari sensor yang menangkap spektral inframerah.
Perolehan spl pada penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data satelit NOAA 14 sensor AVHRR kanal 4 (10,3 -- 11,3 µm) dan kanal 5 (11,5 -12,5 pm). Dengan menggabungkan metoda Singh dan metoda Mc Millin & Crosby (1984) pads daerah yang bebas awan nilai spl dari data satelit NOAA rata-rata lebih kecil 1°C dibandingkan dengan spl insitu.
Hasil pemetaan spl secara temporal dan bulan Agustus sampai Nopember 1997, kondisi perairan laut Jawa mengalami kenaikan suhu 0,5 °C setiap bulan dan diperkirakan di perairan pantai selatan Jawa terjadi peristiwa upwelling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Colborn, J.G.
Honolulu: University of Hawaii Press, 1975
551.467 COL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Surinati
"Kondisi Samudera Pasifik yang mempengaruhi perairan Indonesia merupakan hal penting dalam mengkaji perubahan iklim yang dipicu oleh proses terjadinya La Niña dan El Niño (fenomena ENSO/El Niño Southern Oscillation). Program MatLab digunakan untuk mengkorelasikan suhu subsurface (data 12 buoy TRITON) di Samudera Pasifik dengan perubahan suhu permukaan laut/SST 16 wilayah perairan Indonesia. Buoy 10 (8oN dan 137oE) konsisten berkorelasi signifikan (99%) dalam lag time sampai 5 bulan terhadap perubahan SST 11 dari 16 wilayah perairan Indonesia dengan kedalaman yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian ENSO bisa diprediksi setidaknya 5 bulan sebelumnya.
Tidak adanya buoy yang berkorelasi signifikan dengan 5 wilayah lainnya terkait dengan arus dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia yang melalui perairan Indonesia (arus lintas Indonesia/arlindo). Begitu pula dengan signifikansi buoy TRITON di Samudera Pasifik terhadap perubahan SST Selat Makassar dan Laut Maluku sebagai jalur utama arlindo serta perairan utara Pulau Papua yang terletak sekitar warm pool sebagai pintu masuknya. Puncak volume transport arlindo yang masuk dan keluar diperkirakan terjadi pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh adanya El Niño dan La Niña sehingga diduga terjadi penyimpanan massa air di perairan Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem arus di kawasan barat Samudera Pasifik sangat erat kaitannya dengan arlindo. Oleh karena itu, dengan penelitian ini program pemantauan perairan Indonesia bisa lebih ditingkatkan agar mampu memprediksi adanya El Niño dan La Niña serta pengaruh lainnya lebih awal. Untuk pemasangan buoy selanjutnya perlu mempertimbangkan posisi dan kedalaman buoy sesuai yang bisa mewakili semua wilayah perairan Indonesia untuk pemantauan ENSO sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi variabilitas iklim di Indonesia.

Affecting condition of the Pacific Ocean on Indonesia waters is important in assessing climate change that was triggered by the occurrence of La Niña and El Niño (ENSO phenomenon/El Niño Southern Oscillation). MatLab program is used to correlate subsurface temperature (12 TRITON buoys data) in the Pacific Ocean with sea surface temperature/SST anomaly in 16 regions of Indonesian waters. Buoy 10 (8oN and 137oE) consistently correlated significantly (99%) in the lag time up to 5 months to changes in SST 11 of 16 regions with different depths. This suggests that ENSO events can be predicted at least 5 months earlier. No buoy which correlated significantly with 5 other regions closely related to the current from the Pacific Ocean to the Indian Ocean through the Indonesian waters (Indonesian throughflow/ITF). Similarly, the significance of TRITON buoys in the Pacific Ocean to the SST anomaly in Makassar Strait and Molucca Sea as the main line ITF, and also in the north of Papua Island which lies about warm pool as its entrance. ITF peak volume transport in and out is expected to occur at different times and influenced by the El Niño and La Niña that is suspected storage of water mass in Indonesian waters. The results showed that the current system in the western Pacific Ocean was closely linked to ITF. Therefore, with this study Indonesian waters monitoring program could be improved to be able to predict the presence of El Niño and La Niña and other influences early. And for the next buoy installation need to consider the position and depth of buoy according to represent all Indonesian waters for monitoring ENSO as one of the factors influencing climate variability in Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>