Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144972 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yayan Sofyan
"Lapangan panasbumi Kamojang sudah memulai eksploitasi dan produksi sejak tahun 1983 dengan produksi uap sampai tahun 2000 telah mencapai 116.78 x 106 ton. Dengan rata-rata produksi dalam sepuluh tahun terakhir adalah 8.746.546 ton uap per tahun diperlukan manajemen reservoar untuk mengelola potensi reservoar secara optimal. Manajemen reservoar ini sangat diperlukan untuk mengatasi masalah penurunan produksi uap yang saat ini terjadi di Lapangan panasbumi Kamojang. Dalam mempertahankan stabilitas produksi, pengelolaan produksi dan reinjeksi sangat diperlukan dengan memperhatikan karakteristik reservoar dan perubahan-perubahannya.
Monitoring geofisika dapat dilakukan untuk memantau kondisi reservoar secara berkala serta perubahan-perubahan yang terjadi. Metode microgravity dan microearthquake merupakan dua metode geofisika yang saling melengkapi dalam memonitor kondisi reservoar geothermal melalui pengukuran perubahan nilai medan gravitasi dan gempa mikro yang terjadi dalam waktu tertentu. Metode microgravity dilakukan untuk mengukur perubahan medan gravitasi antara tahun 1999 dengan tahun 2005 pada 51 titik benchmark gravitasi yang sama. Metode microearthquake dilakukan untuk melihat distribusi gempa mikro yang terjadi antara tahun 2004 sampai 2005 dengan pengamatan data setiap hari.
Hasil interpretasi data microgravity dan microearthquake dari penelitian ini mengidentifikasi kemungkinan arah perubahan massa menuju NW dengan sebaran gempa mikro yang cukup aktif. Arah aliran fluida di dalam reservoar panasbumi diperkirakan cenderung mengarah NW mengikuti sesar normal. Hasil ini digunakan untuk saran penempatan lokasi sumur produksi baru lebih fokus ke arah NW dari pusat reservoar dan reinjeksi fluida pada arah SW di daerah perubahan medan gravitasi negatif.

More than 116.78 x 106 ton of vapor has been exploited from the Kamojang Geothermal Field since 1983 to 2000. Reservoir management is intended to optimize the reservoir potential in order to produce an optimum long time energy production. Reservoir management is used to solve the decline production problem at the Kamojang Geothermal Field and to maintain the stability of the production which is influenced by reservoir material balance.
Microgravity and Microearthquake (MEQ) methods are geophysical monitoring toolss that help the reservoir management to determine the reservoir condition and its changes periodically. Microgravity method is used to measure the changes of the gravity values between 1999 and 2005 with 51 gravity benchmarks. Microearthquake method is used to map the distribution of its hypocenters at Kamojang Geothermal Field occurred between: 2004 to 2005.
The interpretation of the microgravity and microearthquake data at Kamojang Geothermal Field shows the direction of the mass changes to the north-west, the same direction of the distribution of the microearthquake occurrence. Fluid flow direction in the geothermal reservoir is considered trending to the north-west direction following the direction of the main fault. Based on this study it is recommended to locate the new production wells in the north-west direction while the injection wells to the south-west direction.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tavip Dwikorianto
"

Eksploitasi fluida panasbumi akan mengakibatkan terjadinya perubahan fisik maupun kimia reservoir suatu lapangan geothermal. Hal ini terjadi di Lapangan Panasbumi Kamojang yang diproduksikan dalam empat periode, yaitu sebesar 30 MW sejak 1982 dan menjadi 140 MW sejak tahun 1987. Pada tahun 2005 produksinya menjadi 200 MW dan sejak tahun 2015 sehingga sampai saat ini produksi uap Lapangan Kamojang adalah 235 MW. Untuk melihat perubahan kondisi tersebut maka dilakukan survei Microgravity Time-lapse (gravitasi mikro time-lapse) guna mengetahui gambaran perubahan reservoir secara lebih luas berdasarkan perubahan nilai gravitasi reservoir dari waktu ke waktu yang diakibatkan terjadinya pengurangan masa dari kegiatan produksi fluida dan penambahan masa dari kegiatan injeksi fluida dalam reservoir. Secara umum, hasil kajian gravitasi mikro time-lapse dari tahun 1984 sampai 2018 menunjukkan adanya perubahan nilai gravitasi mikro negatif yang lebih banyak yang artinya terjadi defisit masa fluida yang lebih banyak dibanding penambahan masa fluida ke dalam reservoir. Hasil pemodelan 3- Dimensi menghasilkan defisit massa sekitar-168 MTon dan penambahan massa sekitar 33 MTon. Adanya defisit massa yang lebih banyak tersebut maka perlu dibuat konsep pengelolaan reservoir yang baik melalui skenario produksi dan reinjeksi guna pengelolaan Lapangan Panasbumi Kamojang berkelanjutan.

 


Geothermal fluid exploitation is expected to cause physical as well as chemical changes to the reservoir of a geothermal field. This is what happened to Kamojang Geothermal Field which has been producing for four periods, starting from the initial production capacity of 30 MW (1982) which became 140 MW (1987), then 200 MW (2008) and 235 MW since 2015 up to now. To observe changes of subsurface condition, Microgravity Time-Lapse as one of geophysical survey activity is carried out in order to obtain the reservoir changes in a wider view based on the changes of gravity value that due to the extracted and injected fluid mass and it is reflected to the rock density changes. Generally, the microgravity study result from 1984 until 2018 shows the existence of microgravity value changes which correlates to the amount of fluid mass produced is more much than the water mass which was reinjected back into the reservoir. It is proven in 3-D modelling which there is deficit mass around -168 MTon and addition mass around 33 MTon only. By knowing that is important to find good reservoir management through production and reinjection scheme for Kamojang Geothermal Field sustainable development.

 

"
2019
T54382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Pribadi
"Lapangan geothermal Awibengkok, juga dikenal dengan nama Salak, berlokasi sekitar 60 km dari selatan Jakarta di pulau Jawa, Indonesia. Awibengkok merupakan lapangan dengan reservoir penghasil energi geothermal terbesar di Indonesia. Area reservoir terbukti yaitu 18 km2 dengan sumber potensial sebesar 377 MWe. Untuk mengeksploitasi energi tersebut maka dibuat sumur-sumur produksi serta sumur injeksi guna meningkatkan kelangsungan reservoir dalam menghasilkan uap panas yang nantinya dikonversi menjadi tenaga listrik. Aktivitas dari sumur-sumur tersebut memicu terjadinya gempa mikro (mikroseismik). Pengamatan mikroseismik dilakukan menggunakan SMART-24D. Selanjutnya data mikroseismik hasil pengamatan ini diolah ke dalam software Seisplus sehingga diperoleh data berupa waktu, koordinat, elevasi, dan magnitudo gempa yang telah terjadi. Setelah data-data tersebut diperoleh maka dibuat peta episenter menggunakan software WinGLink, dimana posisi gempa diproyeksikan ke dalam bidang datar horisontal. Pada software tersebut juga dibuat persebaran gempa mikro dalam tampilan 2 dimensi yaitu berupa penampang melintang (cross section). Untuk hasil interpretasi dalam tampilan 3-dimensi digunakan software Geoslicer-X, sehingga diperoleh model persebaran mikroseismik di lapangan Awibengkok. Dari model persebaran mikroseismik tersebut terlihat adanya delineasi zona rekahan yang digambarkan dengan even mikroseismik yang berkumpul membentuk suatu kelompok (cluster) di sebelah barat lapangan Awibengkok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mekanisme gempa yang dominan terjadi di lapangan Awibengkok banyak dipengaruhi oleh adanya aktivitas injeksi dan produksi.

The Awibengkok geothermal field which is also known as Salak,is located in Java island, 60 km southern Jakarta. This place is the largest producer of geothermal power in Indonesia. The proven reservoir in this place is about 18 km2 with 377 MWe potential source. In order to exploring that area, people make many production and injection wells. They made it in order to enduring the reservoir performance in producing hot vapor, which will be converted into electric supply. The activity from those wells triggering the microseismic event to happen. The observation of the microseismic is carried out using SMART-24D. Then, the data result of the observation is processed in Seisplus software, so there will be new datas such as time, position, elevation, and magnitude of the microseismic event which had been occured. After those datas are collected, the epicenter map is ready to be made by using WinGLink. In WinGLink the microseismic position is projected in the horizontal flat surface and also the view of microseismic spreading in 2-dimensional view which have cross section shaped. For the interpretation result in 3-dimensional view, Geoslicer-X software is used here, so that the spreading model of microseismic in Awibengkok field is obtained. From the spreading model, the delineation fracture zone is seen in western Awibengkok which is described with microseismic event. In conclusion, the mechanism of the microseismic event which always happens in Awibengkok is caused by injection and production activities."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29504
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gifa Asmahan
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi aliran fluida produksi dan reinjeksi di lapangan panas bumi melalui metode timelapse microgravity monitoring, untuk memahami dampak ketidakseimbangan fluida terhadap tekanan dan distribusi massa dalam sistem geothermal. Metode ini memungkinkan pendeteksian perubahan densitas di bawah permukaan bumi akibat eksploitasi panas bumi. Simulasi forward modelling dengan data sintetis digunakan untuk memvalidasi pendekatan ini. Hasil menunjukkan bahwa massa yang hilang di reservoir dapat diukur dan dipantau, dengan penurunan massa yang terjadi secara bertahap seiring intensifikasi produksi fluida. Pola aliran fluida dan hilangnya massa bervariasi tergantung pada jenis sumur dan metode ekstraksi. Sumur produksi vertikal menunjukkan hilangnya massa secara lokal, sedangkan sumur produksi deviasi dan deviasi dengan reinjeksi memperlihatkan pola aliran yang lebih kompleks dan terdistribusi. Penelitian ini berhasil memetakan pola aliran fluida secara detail, memberikan pemahaman lebih baik mengenai dinamika reservoir geothermal. Temuan ini dapat membantu merencanakan strategi produksi dan reinjeksi yang lebih efektif dan berkelanjutan, serta menunjukkan potensi metode microgravity sebagai alat pemantauan yang efisien.

This study aims to identify the flow of production and reinjection fluids in a geothermal field using the timelapse microgravity monitoring method, in order to understand the impact of fluid imbalance on pressure and mass distribution within the geothermal system. This method enables the detection of subsurface density changes due to geothermal exploitation. Forward modeling simulations with synthetic data were used to validate this approach. The results indicate that the mass loss in the reservoir can be measured and monitored, with a gradual decrease in mass corresponding to increased fluid production. Fluid flow patterns and mass loss vary depending on the type of well and extraction method. Vertical production wells exhibit localized mass loss, while deviated production wells and deviated wells with injection show more complex and distributed flow patterns. This research successfully maps the fluid flow patterns in detail, providing a better understanding of geothermal reservoir dynamics. These findings can help plan more effective and sustainable production and reinjection strategies, demonstrating the potential of the microgravity method as an efficient monitoring tool."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Bimo Irfani Usman
"Cekungan Jawa Barat Utara terbukti merupakan penghasil hidrokarbon yang cukup besar di Indonesia. Reservoir target merupakan resevoir karbonat formasi baturaja yang diendapkan pada kala Miosen.Pada reservoar karbonat perlu dilakukan karakterisasi untuk mengetahui jenis Fasies,lingkungan pengendapan, kualitas petrofisika dan penyebaran Impedansi Akustik dan penyebaran Porositas dengan parameter berupa analisa thin section dan data core, analisa wireline log, interpretasi seismik dan analisa inversi untuk mengetahui proses Diagenesa porositas, penyebaran porositas zona hidrocarbon dan ketebalan reservoar tersebut untuk mendapatkan informasi reservoar.Data penelitian terdiri dari 412 inline dan 2160 xline seismik tiga dimensi (3D) serta data log sumuran (UI-1,UI-2 dan UI-3).
Hasil dari penelitian ini adalah pada lapangan Bimo ditemukan 3 fasies yatu Mudstone,Wackestone dan Packedstone berdasarkan klasifikasi dari dunham, didapatkan pula diagenesa nya adalah dolomitisasi, sementasi, mikritisasi dan disolusi. Sementara lingkungan pengendapannya dalah Lagoon dan Back reef dengan lingkungan diagenesa nya adalah freatik dan pencampuran.Dari klasifikasi Dunham fasies dan lingkungan pengendapan yang ditemukan mengindikasikan lingkungan laut dangkal. Pada analisa petrofisika didapat porositas pada sumur UI-1,UI-2, dan UI-3 yaitu 0.16,0.22 dan 0.2 dengan ketebalan reservoar 3.5, 2 dan 37 ft menunjukan pada sumur UI-3 yang memiliki reservoar yang tebal. Sementara pada nilai AI yaitu 16250-24000  ft/s*gr/cc pada sumur UI-1,18750-23475 ft/s*gr/cc pada sumur UI-2 dan juga 16175 dan 18175 ft/s*gr/CC pada sumur UI-3.Hasil tersebut menunjukan pada litologi karbonat memiliki nilai Impedansi Akustik yang lebih besar daripada litologi shale. Penelitian ini menyimpulkan bahwa zona reservoar dipengaruhi oleh diagenesa dari batuan Karbonat dan juga penyebaran nilai Impedansi Akustik dimana saat Impedansi Akustik kecil porositas besar dikarenakan semakin besar Impedansi Akustik maka nilai densitas batuan semakin besar.

The North West Java Basin is proven to be a large hydrocarbon producer in Indonesia. With reservoar Carbonate which is a hydrocarbon producer of 60% in the world it is necessary to characterize it to determine the quality of the reservoar. This basin is deposited in baturaja formations in the miocene age. Carbonate reservoars need to be analyzed by analyzing thin section and core data, wireline log analysis, seismic interpretation and inversion analysis to determine the porosity formation process, the spread of hydrocarbon zone porosity and the thickness of the reservoar.The research data consisted of 412 inline and 2160 xline three-dimensional seismic (3D) and well log data (UI-1, UI-2 and UI-3).
The results of this study were found in field Bimo 3 facies of Mudstone, Wackestone and Packestone based on the classification of dunham. Then the diagenesis was obtained as dolomitization, cementation, micritization and dissolution. While the depositional environment is Lagoon and Back Reef with its diagenetic environment is Phreatic and mixing. In petrophysical analysis obtained porosity in wells UI-1, UI-2, and UI-3 namely 0.16.0.22 and 0.2 with reservoar thickness 3.5, 2 and 37 ft while at AI value is 16250-24000 Ft / s * gr / cc at well UI-1,18750-23475 ft / s * gr / cc in wells UI-2 and also 16175 and 18175 Ft / s * gr / CC in well UI-3. This study concludes that the reservoar zone is influenced by the diagenesis of carbonate rocks and also the spread of AI values where when large AI is a large porosity due to large AI feeds, the value of the rock descent is greater.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Iswahyudi
"Multi-atribut anallisa telah digunakan untuk memetakan distribusi reservoar (batu pasir) pada Lapangan Blackfoot. Area studi adalah sedimen dari incised-valley fill yang berada dalam formasi Glauconitic. Studi ini menggunakan data seismik 3D dan 4 buah data sumur. Data input dari multi atribut adalah berupa data seismik dan hasil inversi serta log yang akan kita prediksi penyebarannya. Digunakan Step Wise Regression dan Validasi Error sehingga didapatkan dengan meggunakan 5 buah attrbut terbaik. Adapun metode yang menggunakan Artificial Neural Networks (AANs) seperti Probabilistic Neural Network (PNN) dan Multi Layer Feed Forward (MLFN) atau teknik optimisasi non-linear untuk mengkombinasikan atribut-atribut menjadi perkiraan dari parameter yang diinginkan. Pada umumnya daerah batu pasir memiliki porositas tinggi dan impedansi rendah. Dari hubungan tersebut dan metode analisis multi attribut kita dapat mengestimasi karakteristik reservoar dengan baik.

Multi-attribute anallisa have been performed to map the distribution of reservoir (sandstone) at Blackfoot Field. Study Area is the sediment of the incised-valley fills within Glauconitic formations. This study uses four 3D seismic data and well data of fruit. Multi-attribute data is input from the form of seismic data and inversion results and the prediction of the log that we will spread. Used Step Wise Regression and validation error so obtained is by using the best five attrbut fruit. The method using Artificial Neural Networks (AANs) such as probabilistic neural network (PNN) and Feed Forward Multi-Layer (MLFN) or non-linear optimization techniques to combine these attributes into estimates of the desired parameters. In general, the sandstone areas have high porosity and low impedance. From these relations and multi-attribute analysis method, we can estimate with good reservoir characteristics."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29450
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Irawan
"Daerah panasbumi Gunung Pancar terletak di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Ditinjau dari geologi daerah Gunung Pancar ini diduga memiliki prospek panasbumi ditandai dengan keberadaan manifestasi permukaan berupa pemunculan mata air panas dan daerah alterasi yang penyebarannya mengikuti pola patahan/sesar. Untuk memperjelas pendugaan tersebut telah dilakukan survei geofisika dengan menggunakan metode gravitasi dan didukung oleh data geologi dan geokimia. Hasil interpretasi terpadu dapat mengindikasikan struktur bawah tanah dan sistem geothermal dengan zona upflow yang diperkirakan berada di sekitar mata air Kawah Merah dengan aliran outflow menuju manifestasi mata air Kawah Hitam. Kontras rapat massa yang terlihat sebagai kontur positif dan kontur negatif dari anomali sisa gravitasi diinterpretasikan sebagai struktur sesar yang dapat mengontrol sirkulasi fluida panas naik ke permukaan menjadi manifestasi permukaan. Pengukuran temperatur reservoir dilakukan secara langsung dengan menggunakan termometer. Temperatur manifestasi permukaan mata air Kawah Merah yang terukur adalah 70°C dengan PH 7. Daerah panasbumi ini cukup prospek untuk dikembangkan lebih lanjut.

Geothermal area at Mt. Pancar is located in Bogor, West Java Province. From a geological point of view, Mt. Pancar is suspected to have a geothermal prospect, indicated by surface manifestation such as hot spring and alteration zone which is spreading following strike fault pattern. To enhance the idea,a geophysical survey using gravity method cobined by geological and geochemical data has been done. The combined interpretation result can indicated the suspected structural layers underground and a geothermal system with an upflow zone suspected around Kawah Merah hotspring and an outflow zone towards Kawah Hitam hotspring manifestation. Density contrast found as a positive and a negative contour from residual anomaly are intepreted as a fault structure which may control hot fluids circulation moving up towards surface to become surface manifestation. Temperature at surface manifestation in Kawah Merah hot spring is 70°C with 7 PH. This geothermal area is prospectful to be developed furthermore."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Woelandari
"Metode AVO yang bekerja pada domain reflektifitas secara umum dapat dipakai untuk mengidentifikasi dan menganalisa adanya anomali hidrokarbon, akan tetapi pada kasus-kasus tertentu diperlukan analisa yang lebih dalam untuk mendeteksi keberadaan hidrokarbon. Dalam studi ini digunakan workflows Extended Elastic Impedance (EEI) untuk memetakan lapisan karbonat dan kandungan fluidanya di lapangan "X" Jawa Barat Utara. Dalam studi ini Metode Extended Elastic Impedance (EEI) akan dikombinasikan dengan metode Color Inversion untuk menghasilkan peta penyebaran fluida (gas) dan litologi.
Identifikasi reservoar dilakukan dengan cara cross correlation antara kurva EEI dengan kurva GammaRay sedangkan untuk identifikasi kandungan fluidanya, dilakukan cross correlation antara kurva EEI dengan Resistiviti.
Metoda cross correlation tersebut dilakukan dengan increment sudut 0 10 = c pada sumur lapangan dari sudut 0 90 − sampai dengan 0 90 . Hasil nilai c (chi) dengan koefisien korelasi terbesar yang didapatkan kemudian ditransformasikan ke dalam nilai sudut datang ( q) dengan menggunakan hubungan c tan = q 2 sin . Sudut q (teta) tersebut kemudian digunakan dalam kombinasi proyeksi linier antara inversi data seismik near dan far.
Aplikasi metode EEI pada studi ini berhasil memperlihatkan pola penyebaran reservoar dan kandungan fluida (gas) nya sehingga selanjutnya bisa digunakan untuk keperluan pengembangan lapangan "X" di Jawa Barat Utara.

AVO method that works in reflectivity domain used to identify and analyze hydrocarbon anomaly. But, in some cases we need deeper analysis to predict the existence of hydrocarbon. In this study we use EEI workflows to predict lithology and fluid distribution of carbonate reservoir in "X" field, at North West Java basin.
In this study, Extended Elastic Impedance (EEI) as an extension from Elastic Impedance (EI) method will be combined with Color Inversion method to predict lithology from fluid (gas).
Cross correlation between EEI curve with Gamma Ray curve was used as a lithology identification and cross correlation between EEI curve with Resistivity curve as a fluid identification. The cross correlation was conducted every 0 10 of c(chi) value between 0 90 − to 0 90 . The c(chi) with the biggest coefficient correlation value then will be transformed to the angle of incident q (teta) thru equation : c tan = q 2 sin . Furthermore, the lithology and fluid impedance can be obtained by projecting seismic near and far inverse volume with q (teta) as an angle projection .
The result of EEI method in this study has been successfully predicting lithology and fluid (gas) distribution, therefore this method is applicable for field development purposes for "X" field at North West Java area."
2010
T29108
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Peryoga
"Telah dilakukan analisis AVO (Amplitude Variation With Offset) dan studi inversi Elastic Impedance pada lapangan Penobscot, untuk mengkarakterisasi dan mengidentifikasi kandungan dan persebaran fluida pada reservoar. Pada implementasinya data seismik pre-stack yang diolah dengan menggunakan analisis AVO dan inversi Elastic Impedance menghasilkan output berupa penampang seperti Intercept (A), Gradient (B), Produk A*B, Scaled Poisson?s Ratio Changed, Near Angle Inverted, dan Far Angle Inverted untuk diinterpretasikan lebih lanjut, sehingga dapat dilakukan karakterisasi reservoar dan diketahui persebaran fluida pada reservoar tersebut. Analisis attribut AVO yang dilakukan pada data lapangan Penobscot termasuk pada anomali AVO kelas III (porous gas-sandstone), dan untuk lebih lanjut lagi maka dilakukan proses inversi Elastic Impedance dengan dilakukannya pengolahan data sumur dan dihasilkan output berupa EI near log dan EI far log sebagai pengontrol proses inversi Elastic Impedance. Selain itu dilakukan juga krosplot antara sumur dan penampang inversi untuk menentukan persebaran fluida pada reservoar. Didapatkan hasil pada penampang inversi EI near, zona gas berada pada nilai 17500 ft/s*gr/cc sampai dengan 22500 ft/s*gr/cc, dan pada penampang inversi EI far, zona gas berada pada nilai 10000 ft /s*gr/cc sampai dengan 15000 ft /s*gr/cc pada top AP2 ( top reservoar) pada rentang waktu 2000 - 2050 ms.

AVO (Amplitude Variation With Offset) analysis and Elastic Impedance inversion studies in the Penobscot field have been performed, to characterize and identify the content and distribution of fluid in the reservoir. In the implementation, seismic data pre-stack was processed by using analysis of AVO and inversion Elastic Impedance produced output section such as Intercept (A), Gradient (B), Product A*B, Scaled Poisson's Ratio Changed, Near Angle Inverted, and Far Angle Inverted for further interpretation. Reservoir characterization thus can be done and the distribution of fluid in the reservoir can be observed. AVO attribute analysis performed on the data field on the Penobscot, was included in class III AVO anomalies (gas-porous sandstone), and the Elastic Impedance inversion process was further performed by the well data processing and the resulting output from the log near EI and EI far as the log Elastic Impedance inversion process controller. Also performed well krosplot between wells and inversion to determine the cross-sectional distribution of fluid in the reservoir. Results obtained in cross section near EI inversion zone, the gas is at the value of 17500 ft / s * gr / cc up to 22500 ft / s * gr / cc, and the cross-section inversion EI far, the gas zone is in the 10000 ft / s * gr / cc up to 15000 ft / s * gr / cc at the top AP2 (top reservoir) in the period 2000 to 2050 ms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1444
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>