Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djanggola, Longki
"Tablet Kaisium laktat merupakan obat esential/obat standart pemerintah untuk Rumah Sakit dan Puskesmas. Pada beberapa Puskesmas cara-cara penyimpanan belum memeneliti persyaratan penyimpanan. Telah dilakukan pemeriksaan data-data stabilitas fisik fdan kimia formula tablet Kalsium laktat ternyata càra-cara penyimpanan dan waktu penyimpanan secara umum akan mempengaruhi stabilita fisik dan kimianya.
Mengingat waktu hancur tablet Kalsiuin laktat menurut F.I. II. tidak lebih dari 30 menit maka telah dilakukan penelitian tentang forlasi dani bentuk formula tablet Kalsium laktat yang menggunakan bahan-bahan konvensionil (Imyium Gelatin), hasilnya masih memenuhi persyaratan umum tablet, khususnya persyaratan tablet menurut monografi F. I. II Dan tablet yang dihasilkan dengan biaya yang relatif murah. Sedangkan formula dengan inenggunakan bahan - bahan baru (Kollidon, Aerosil) hasilnya tidak terlihat perbedaan yang prinsipil, dan pada formula mi biaya reltif mahal sehingga kurang ekonomis.
Dari formula-formula yang menggunakan bahan konven sionil ternyata formula IV merupakan formula yang terbaik. Pada formula-formula mi sebaiknya ditambahkan bahan pengawet. Misalnya; nipagin0,2 % atau nipasol 0,02 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Ricky
"Tesis ini disusun untuk mengetahui korelasi kelelahan dan kadar asam laktat darah dengan uji jalan enam menit (6MWT) pada pasien penyakit jantung koroner (PJK). Penelitian  ini menggunakan desain potong lintang, dengan pengambilan sampel secara konsekutif. Sebanyak 20 subjek penelitian yang merupakan pasien PJK pasca percutaneous coronary intervention (PCI) dan coronary arterial bypass grafting (CABG) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelelahan pasien PJK akan diukur menggunakan kuesioner fatigue severity scale (FSS) versi Bahasa Indonesia, dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar asam laktat darah menggunakan alat accutrend plus sebanyak dua kali yaitu pada saat istirahat dan setelah dilakukan 6MWT. 6MWT dilakukan sesuai protokol standar pada lintasan 30 meter, untuk mengukur kebugaran kardiorespirasi. Jarak yang ditempuh pasien dikonversi menjadi VO2max menggunakan rumus Cahalin. Analisis statistik dilakukan untuk melihat korelasi antara nilai FSS dan kadar laktat darah dengan VO2max. Hasil penelitian menunjukkan korelasi negative yang tidak bermakna secara statistik antara FSS dan VO2max (r = -0,258; p > 0,05), serta pada kadar laktat darah dan VO2max (r = -0.18; p > 0,05). Namun didapatkan korelasi positif yang bermakna secara statistik antara FSS dan kadar asam laktat darah (r = 0,58; p < 0,05). Dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi antara kelelahan dan kadar asam laktat darah dengan 6MWT pada pasien PJK. Namun terdapat korelasi sedang antara kelelahan dan kadar asam laktar darah pada pasien PJK. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan dan kadar asam laktat darah pasien PJK.

This thesis was prepared to determine the correlation of fatigue and blood lactate levels with a six-minute walk test (6MWT) in patients with coronary artery disease (CAD). This study used a cross-sectional design, with consecutive sampling. A total of 20 research subjects were CAD patients underwent percutaneous coronary intervention (PCI) and coronary arterial bypass grafting (CABG) who met the inclusion and exclusion criteria. The fatigue of CAD patients will be measured using the Indonesian version Fatigue Severity Scale (FSS) questionnaire, followed by measuring blood lactate using the accutrend plus device twice, at rest and after 6MWT. 6MWT was performed according to a standard protocol on a 30 meter track, to measure cardiorespiratory fitness. The distance traveled by the patient was converted to VO2max using the Cahalin formula. Statistical analysis was performed to see the correlation between FSS values and blood lactate levels with VO2max. The results showed a statistically insignificant negative correlation between FSS and VO2max (r = -0.258; p > 0.05), as well as on blood lactate levels and VO2max (r = -0.18; p > 0.05). However, there was a statistically significant positive correlation between FSS and blood lactate (r = 0.58; p < 0.05). It can be concluded that there is no correlation between fatigue and blood lactate with 6MWT in CAD patients. However, there is a moderate correlation between fatigue and blood lactic acid levels in CAD patients. Further research is needed to assess the factors that influence fatigue and blood lactic acid levels in CAD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Fabrianne
"Gemuk bio overbased kalsium sulfonat kompleks dibuat dari minyak kelapa sawit terepoksidasi yang digunakan sebagai base oil dan overbased kalsium sulfonat kompleks sebagai thickening agent. Thickening agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalsium sulfonat, kalsium karbonat, dan kalsium hidroksida sebagai sabun utama (overbased kalsium sulfonat) serta kalsium oleat terepoksidasi dan kalsium asetat (kalsium oleat-asetat) sebagai pengompleksnya. Perbandingan campuran kalsium sulfonat-karbonat-hidroksida sebagai overbased kalsium sulfonat dengan kalsium oleat terepoksidasi-asetat sebagai pengompleks yaitu 5% : 95% dan 50% : 50%.
Gemuk ini dihasilkan dari proses saponifikasi yang menggunakan reactor batch tertutup, dilanjutkan dengan proses pendinginan, dan terakhir proses homogenisasi. Pengaruh variasi komposisi pengompleks sebagai thickener dapat dilihat dari pengujian karakteristik gemuk bio yang terdiri dari uji sifat fisik dan kimia seperti uji tampilan gemuk, uji mulur, uji penetrasi, dan uji dropping point, serta uji four ball untuk mengetahui performa dari gemuk.
Hasil terbaik yang didapat pada perbandingan overbased kalsium sulfonat : kalsium oleat-asetat sebesar 5% : 95% yaitu gemuk dengan komposisi thickening agent 35% dengan rentang penarikan mulur 9.5 cm, tingkat konsistensi NLGI #2, nilai dropping point 250˚C, dan nilai keausan sebesar 0.2 mg. Untuk gemuk dengan perbandingan overbased kalsium sulfonat : kalsium oleat-asetat sebesar 50% : 50% yaitu gemuk dengan komposisi thickening agent 50% dengan rentang penarikan mulur 7 cm, tingkat konsistensi NLGI #2, nilai dropping point 269˚C, dan nilai keausan sebesar 0.3 mg.

Overbased calcium sulfonate grease bio complex is made from palm oil epoxidized as a base oil and overbased calcium sulfonate complex as a thickening agent. Thickening agent used in this study is calcium sulfonate, calcium carbonate, and calcium hydroxide as a major soap (overbased calcium sulfonate) and epoxidized oleic calcium and acetate calcium (oleic-acetate calcium) as complexing. Comparison of a mixture of calcium sulfonate-carbonate-hydroxide as overbased calcium sulfonate with epoxidized oleic calcium-acetate calcium as complexing is 5% : 95% and 50% : 50%.
This grease is produced from the saponification process which uses a closed batch reactor, followed by a cooling process, and the final homogenization process. Effect of complexing composition variations as a thickener can be seen from the test characteristics of bio grease, consisting of physical and chemical properties test such as a test to see grease, creep testing, penetration testing, dropping point testing, and four ball test to determine the performance of the grease.
The best results were obtained in comparison overbased calcium sulfonate : oleic calcium-acetate at 5% : 95% are grease with thickening agent composition of 35% with a range of 9.5 cm, the level of consistency of NLGI # 2, the value of dropping point 250˚C, and value of wear 0.2 mg. For the grease by comparison overbased calcium sulfonate : oleic calcium-acetate at 50% : 50% are grease with thickening agent composition of 50% with a range of 7 cm, the level of consistency of NLGI # 2, the value of dropping point 269˚C, and anti-wear value is 0.3 mg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saraswati Andani Satyawardhani
"ABSTRAK
Pada pembuatan gemuk bio ini digunakan Kalsium karbonat atau CaCO3 berukuran submikro-mikro sebagai aditif padat untuk meningkatkan sifat antiwear dari gemuk bio yang dihasilkan dengan NLGI #2. Penelitian ini diawali dengan pengepoksidasian minyak sawit pada suhu 65 ˚C; sintesis gemuk bio yang meliputi proses pengadukan, pemanasan, dan saponifikasi pada suhu maksimum 165 ˚C; homogenisasi pada suhu 70 ˚C; serta pengujian karakteristik dan performa gemuk bio yang meliputi uji konsistensi, uji dropping point, serta four ball test untuk menguji sifat antiwear gemuk bio dengan kecepatan putaran sebesar 1150 rpm. Adapun variabel yang terdapat pada penelitian ini yaitu waktu dan suhu selama proses sebagai variabel control; komposisi aditif CaCO3 sebagai variabel bebas; ukuran partikel CaCO3, komposisi base oil, thickener agent, dan BHT serta hasil uji karakteristik sebagai variabel terikat. Hasil yang didapat yaitu gemuk bio NLGI #2 dengan dropping point pada suhu 301 ˚- 317 ˚C. Untuk hasil pengujian antiwear terbaik didapat pada gemuk bio dengan penambahan 3,5% CaCO3 submikro-mikro dengan pengurangan massa ball bearing sebesar 0,7 mg, sementara pada gemuk bio dengan 0% CaCO3 pengurangan tersebut sebesar 250 mg.

ABSTRACT
In the making of this bio grease, calcium carbonate or CaCO3 in submicro-micro size is used as a solid additive to increase its antiwear properties. To start the research, the epoxidation of palm oil in 65 ˚C is done first; and then synthesizing of bio grease which consists of mixing, heating, and saponification with maximum temperature at 165 ˚C; homogenization in 70 ˚C; and characterization tests that includes the concistency test, dropping point test, and four ball test. The variable contained in this research are time and temperature as control variable; composition of CaCO3 as independent variable; CaCO3 particle size, composition of base oil, thickener agent, BHT, and the result of characterization test as dependent variable. To start the research, the epoxidation of palm oil is done first, and then synthesizing of bio grease, and characterization testing that includes the elasticity test, concistency test, dropping point test, and four ball test in 1150 rpm. The results of this research are, the bio grease has NLGI #2 with 301 ˚- 317 ˚C in dropping point test. For the antiwear test, the best result is possessed by bio grease with 3.5% of CaCO3 addition with reduction of mass ball bearing as much as 0.7 mg, meanwhile in bio grease with 0% of CaCO3 gave 250 mg reduction of mass ball bearing."
2015
S59168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Riastuti Iryaningrum
"ABSTRAK
Latar belakang : Penggunaan konsentrasi kalsium dialisat ([Ca-D]) masih kontroversi. Di Indonesia masih digunakan [Ca-D] yang berbeda-beda antara 1,25 mmol/L ? 1,85 mmol/L. Studi DOPPS mendapatkan kegagalan dalam pencapaian kadar kalsium (Ca), fosfat (PO4), produk CaxP dan hormon paratiroid (HPT) sesuai yang ditargetkan K/DOQI dan semua penyebab risiko mortalitas secara signifikan berhubungan dengan tingginya [Ca]-D

Tujuan : Mengetahui perbedaan kadar Ca darah, PO4, HPT dan kalsifikasi vaskular pada penggunaan [Ca]-D tinggi dan rendah.
Metode : Penelitian adalah studi potong lintang analitik dilakukan di Unit Hemodialisis Divisi Ginjal-Hipertensi RS Cipto Mangunkusumo, Jumlah subyek 46 orang. Dua puluh tiga pasien menggunakan [Ca]-D rendah (1,25 mmol/L) dan 23 pasien menggunakan [Ca]-D tinggi (1,85 mmol/L). Penelitian dilakukan Oktober 2013 ? Mei 2014. Analisis statistik dengan uji Mann Whitney dan uji Chi square. Menggunakan SPSS 20.0.
Hasil : Sebanyak 46 pasien, terdiri dari 25 laki-laki dan 21 perempuan, dengan rerata usia 50,87 + 12,74 tahun. Lama HD 45,50 (6-168 bulan). Subyek penelitian yang mencapai target kontrol metabolisme sesuai panduan K/DOQI 2002 pada [Ca]-D rendah : Ca terkoreksi, PO4, produk Ca xPO4, dan HPT yang mencapai target sebanyak 8(34,8%), 10(43,5%), 15(65,2%) dan 2(8,7%) pasien. Pada [Ca]-D tinggi didapatkan 10(43,5%), 8(34,8%), 15(65,2%), 8(34,8%) pasien. Penelitian kami mendapatkan dengan [Ca]-D tinggi hasil lebih baik, hal ini tidak sama dengan hasil penelitian DOPPS. Berbeda dengan PO4 yang hasilnya lebih baik dengan [Ca]-D rendah, namun hasil kami juga lebih baik dari penelitian DOPPS. Hasil pada HPT lebih buruk pada [Ca]-D rendah dibandingkan DOPPS, hal ini mungkin disebabkan kami tidak menggunakan vitamin D untuk mengatasi hiperparatiroid sekundernya. Kalsifikasi vaskular dengan metode KAA pada [Ca]-D tinggi sebanyak 13(48,1%) sedangakan pada [Ca]-D rendah sebanyak 14(51,9%). Dengan metode KAAb pada [Ca]-D tinggi didapatkan kalsifikasi sebanyak 16(47,1%) dan pada [Ca]-D rendah didapatkan 18(52,9%) kalsifikasi.
Simpulan : Terdapat perbedaan kadar Ca, PO4, produk Ca x PO4, HPT dan kalsifikasi vaskular, pada penggunaan [Ca]-D tinggi dan rendah, tetapi yang berbeda bermakna hanya Ca dan HPT.


ABSTRACT
Background : The use of calcium dialysate is still controversial. In Indonesia, the dose for [Ca-D] still varies between 1,25 mmol/L ? 1,85 mmol/L. DOPPS study shows failure in achieving optimal calcium, phosphate as well as parathyroid hormone level in the blood as targetted by K/DOQI and is related to significantly increased mortality and is closely related with increased [Ca]-D.
Aim : Evaluate the difference in Serum Ca, PO4, PTH levels and vascular calcification in concentrations of [Ca]-D high and low.
Methods : This is a cross sectional study done in Hemodialysis unit in Nephrology Division of Cipto Mangunkusumo hospital. Total subject recruited was 46 patients, 23 patient using low concentration [Ca]-D (1.25 mmol/L) and 23 patients using high concentration [Ca]-D (1.85mmol/L). Research was conducted in October 2013 until May 2014. Analysis was performed using Mann Whitney test and Chi Square, statistical analysis was done using SPSS 20.0.
Result : A total of 46 patients consisting of 25 men and 21 women, with mean age of 50,87 + 12,74 years. Mean length of Dialysis was 45,50 months (6-168 months). Subjects using low concentration [Ca]-D who reached target concentration according to K/DOQI consisted of : corrected Ca in 8 (34,8%) patients while in high concentration [Ca]-D consisted of 10(43,5%) patients, better than DOPPS study. In terms of phosphate levels, low concentration [Ca]-D achieved target PO4 level in 10(43,5%) patients while high concentration [Ca]-D achieved target in 8(34,8%) patients. Corrected Ca x PO4 target levels were obtained equally in both groups which was 15(65,2%) patients. Target PTH level was achieved in low concentrated [Ca]-D up to 2(8,7%) patients, very low may be caused we did not use vitamin D and 8(34,8%) patients in high concentrated [Ca]-D. Vascular calcification using KAA method showed incidence of 13(48,1%) in high concentrated [Ca]-D and 14(51,9%) in low concentrated [Ca]-D group. On the other hand, KAAb methods revealed calcification of 16(47,1%) in high concentrated [Ca]-D and 18(52,9%) calcification in low concentrated [Ca]-D.
Conclusion : There is a difference in Ca, PO4, Ca X PO4 product serum level and vascular calcification in high and low [Ca]-D in both group however, statistically significant difference was found only in serum Ca and PTH levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Hisbullah Amrie
"Kadar laktat darah, yang menjadi indicator kelelahan, akan meningkat pada atlet setelah menjalani latihan apa pun cabang olahraganya. Peningkatan kadar laktat darah akan menyebabkan penurunan performa atlet pada latihan berikutnya atau pun dalam pertandingan. Skripsi ini membahas pengaruh pemberian minuman berkarbohidrat dan berelektrolit terhadap kadar laktat darah pada atlet dayung nasional laki-laki tahun 2013.
Desain studi eksperimental pretest-posttest control group design melibatkan 28 atlet dayung nasional laki-laki tahun 2013 yang dibedakan mejadi dua kelompok dengan metode randomisasi (random assignment). Minuman yang diberikan adalah minuman berkarbohidrat dan berelektrolit 6% yang diberikan pada kelompok perlakuan dan minuman berkarbohidrat dan berelektrolit 3% yang diberikan pada kelompok kontrol sebanyak satu liter dengan pemberian 500 ml segera setelah latihan dayung air selesai dan berselang 20 menit setelahnya.
Kadar laktat darah diukur dengan alat Lactate Scout ® saat sebelum latihan, setelah latihan, dan 30 menit setelah perlakuan. Terdapat perbedaan bermakna (nilai p < 0.05) terhadap kadar laktat darah setelah perlakuan antara kelompok kontrol (7.11 ± 1.57 mmol/L) dan kelompok perlakuan (5.99 ± 0.94 mmol/L) yang menunjukkan pemberian minuman 6% menurunkan kadar laktat darah lebih besar dibanding minuman 3%. Pemberian minuman berkarbohidrat dan berelektrolit memberikan efek positif dalam menurunkan kadar laktat darah sebagai indicator kelelahan pada jangka pendek.

Blood lactate level is the fatigue indicator which will be increasing after exercise in any kind of sport. Increased blood lactate will cause lack of performance in the next exercise or even in competition. This thesis investigated the effect of carbohydrate-electrolyte beverage to blood lactate level in national kayak-canoeing athlete 2013.
Pretest-posttest control group design lead 28 male kayak-canoeing athletes into 2 groups which were experiment group and control group by random assignment. The experiment group would consume 6% carbohydrate-electrolyte beverage whereas the control group would consume 3% carbohydrate-electrolyte beverage as follows; 500 ml was consumed exact after finishing water paddling exercise and 20 minutes later 500 ml was consumed.
Blood lactate level was measured by Lactate Scout ® before exercise, after exercise, and 30 minutes after last 500 ml beverage was consumed. There was significant difference (p value < 0.05) of after experiment blood lactate level between control group (7.11 ± 1.57 mmol/L) and experiment group (5.99 ± 0.94 mmol/L) which presented the 6% beverage decreased more blood lactate level than the 3% beverage. Carbohydrate-electrolyte beverage had a positive effect to decrease acute blood lactate level as fatigue indicator.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Werda Indriarti; Wijoto
"Recently, lactate has been recognized as energy resources for neuron metabolism. According to ANLS hypothesis, glucose being particularly uptaken by astrocyte is eventually metabolized via glycolisis. Lactate produced in astrocyte is then released into extracelluler matrix and uptaken by neuron then converted into pyruvate that used in oxydative metabolism. That proccess is resulted more ATP than that of conventional theory. A few in vitro studies has demonstrated that there is an increased of ATP in neuron at hypoxic condition, agreed with ANLS hypothesis.
This study was aimed to learn the correlation between plasma lactate level and functional scale in acute thrombotic stroke patients. Forty patients with acute thrombotic stroke were admitted to neurology ward, dr. Soetomo General Hospital Surabaya in May until July 2013. Those patients had been examined for plasma lactate level using lactate-oxydase colorimetric method and functional scale by NIHSS (National Institute of Health Stroke Scale). The results showed that mean of age was 58,98 ± 11,91 years old, plasma lactate level was 1,51 ± 0,47 mmol/L, and mean of NIHSS was 6,83 ± 2,978. There was negative correlation between plasma lactate level and functional scale measured by NIHSS in acute thrombotic stroke patients, which was statistically significant (r = - 0,366 and p = 0,020)."
Jakarta: Universitas Yarsi, 2015
362 STK 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Winson Jos
"Latar belakang: Deteksi dini dengue berat dapat mengurangi mortalitas akibat infeksi dengue. Saat ini, observasi harian terhadap keadaan klinis dan laboratorium pasien merupakan cara yang paling lazim dipakai dalam mendeteksi kejadian dengue berat. Namun demikian, cara ini biasanya terlambat mendeteksi kebocoran plasma berat. Laktat serum adalah salah satu penanda yang lazim dipakai dalam menilai hipoksia atau hipoperfusi jaringan akibat penyakit sistemik sehingga dipikirkan dapat dipakai sebagai prediktor kejadian dengue berat.
Tujuan: Menilai kemampuan laktat darah sebagai prediktor kejadian dengue berat.
Metode: Telaah sistematis ini disusun berdasarkan standar PRISMA. Pencarian primer dilakukan melalui penulusuran artikel secara daring di PubMed/Medline®, Cochrane Library, Embase, dan Scopus®. Penelusuran sekunder dilakukan secara daring menggunakan Google Scholar® dan portal lokal di Indonesia serta secara manual dengan korespondensi dengan peneliti atau Institusi yang berhubungan. Artikel dicari dengan kata kunci “dengue” dan “laktat” dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Artikel yang diambil dan mencakup studi observasi prospektif dan retrospektif pada pasien dewasa (> 15 tahun) dengan infeksi dengue yang melaporkan hasil pemeriksaan laktat. Pencarian dilakukan tanpa membatasi waktu penelitian dan bahasa. Data dianalisis dengan RevMan dan Medcalc untuk mencari effect measure kemampuan laktat darah dalam prediksi kejadian dengue berat.
Hasil: Sebanyak enam artikel diinklusi ke dalam telaah sistematis ini dan lima diantara artikel tersebut diikutsertakan ke dalam meta-analisis. Dari analisis yang dilakukan, diketahui bahwa laktat darah merupakan prediktor kejadian dengue berat yang cukup baik dengan pooled OR 8,38 (95%CI: 2,13 – 32,93); I2 87%, p <0,00001 dan pooled AUC 0,749 (95%CI 0,687-0,81); I2 48,98%, p = 0,1176. Lebih jauh, laktat darah terutama lebih baik dalam prediksi kejadian renjatan dengue/gagal organ (pooled OR 21,27 (95%CI 11,05 – 40,91); I2 44%, p = 0,17) dibandingkan terhadap kejadian kebocoran plasma tanpa gagal organ/renjatan dengue (pooled OR 1,6 (95%CI 0,77 – 3,32); I2 0%, p = 0,33). Beberapa hal yang diketahui dapat mempengaruhi kemampuan prediksi laktat terhadap kejadian dengue berat antara lain, waktu pengambilan laktat darah, luaran yang dinilai, dan nilai ambang batas laktat yang dipakai.
Kesimpulan: Laktat darah merupakan prediktor kejadian dengue berat yang cukup baik, terutama terhadap kejadian renjatan dengue/gagal organ.

Background: Early detection of severe dengue may decrease mortality caused by dengue infection. Currently, daily observation of patient’s clinical and laboratorium parameter is the most common way to detect severe dengue. However, this common practice is lacking in punctuality to detect severe dengue. Serum lactate is one of common biomarkers to detect hypoxia or hypoperfusion due to systemic disease. Accordingly, serum lactate may be a valuable predictor of severe dengue.
Objective: Evaluate the value of blood lactate as a predictor of severe dengue.
Methods: This systematic review is conducted by following the PRISMA standard. PubMed/Medline®, Cochrane Library, Embase, and Scopus® were systematically searched for studies evaluating the value of blood lactate to predict severe dengue. Moreover, manual searching by searching Google Scholar® and local Indonesia journal database and by corresponding to some researchers or any institution that may have conducted research about the topic. “Dengue” and “lactate” in English and Bahasa were used as keywords. Prospective and retrospective cohort studies with samples of adult (> 15 y.o) with dengue infection and reported the blood lactate result of any language and publication years are included. Data analysiswas conducted by using RevMan and Medcalc to synthesis the pooled effect measure of blood lactate as a predictor of severe dengue.
Results: This systematic review included six articles. However, only five articles were included in the meta-analysis. The analysis showed that blood lactate was a fairly good predictor of severe dengue with a pooled OR: 8.38 (95% CI: 2.13 - 32.93); I2 87%, p <0.00001 and pooled AUC: 0.749 (95% CI 0.687-0.81); I2 48.98%, p = 0.1176. Furthermore, blood lactate was particularly better at predicting dengue shock/organ failure (pooled OR: 21.27 (95% CI 11.05 - 40.91); I2 44%, p = 0.17) compared to predict plasma leakage without organ failure/dengue shock (pooled OR 1.6 (95% CI 0.77 - 3.32); I2 0%, p = 0.33). Several things that are known to affect the ability of blood lactate to predict the incidence of severe dengue including the time of blood lactate examination, the outcome measured, and the value of lactate’s cut-off.
Conclusions: Blood lactate is a fairly good predictor of severe dengue, particularly good predictor to predict the incidence of dengue shock/organ failure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eyleny Meisyah Fitri
"ABSTRAK
Latar belakang: Xerosis kutis sering ditemukan pada lanjut usia lansia . Aplikasi pelembap merupakan tatalaksana utama. Pelembap mengandung humektan, misalnya laktat dan urea, dapat memperbaiki hidrasi dan disfungsi sawar kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi dan keamanan antara krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 dan urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dengan subjek kelompok berpasangan dilakukan pada 40 orang penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , dan efek samping dilakukan pada awal terapi, minggu kedua dan keempat terapi, serta minggu kelima seminggu setelah terapi dihentikan. Hasil: Penurunan nilai SRRC dan TEWL, peningkatan nilai SCap, setelah empat minggu tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok terapi dengan nilai p masing-masing 1,000; 0,636; dan 0,601. Pada minggu kelima, terjadi peningkatan nilai SRRC dan TEWL serta penurunan nilai SCap minggu keempat pada kedua kelompok, namun masih lebih baik daripada nilai dasar dan minggu kedua terapi. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan objektif pada kedua kelompok. Kesimpulan: Efikasi dan keamanan krim pelembap yang mengandung amonium laktat 12 sama baiknya dengan krim pelembap yang mengandung urea 10 dalam mengatasi xerosis kutis pada populasi lansia. Kata kunci: amonium laktat 12 ; lanjut usia; urea 10 ; xerosis kutis

ABSTRACT
Background Xerosis cutis is widely known in geriatric population. Application of moisturizer is the treatment.. Moisturizer with humectant property, e.g lactate and urea, could restore skin hydration and barrier dysfunction. This study aims to compare the efficacy and safety between moisturizing cream containing 12 ammonium lactate and 10 urea in geriatric population with xerosis cutis. Methods A double blind randomized controlled trial with matching paired subject was conducted on 40 residents of a nursing home in Jakarta. Evaluation of specified symptom sum score SRRC , skin capacitance SCap , transepidermal water loss TEWL , and side effects were measured at baseline, week 2 and week 4 after therapy, and week 5 one week after therapy cessation. Results The decrease of SRRC and TEWL score, increase of SCap score after four weeks of therapy between two group yield no statistical different p 1.000 p 0.636 p 0.601 respectively . On the fifth week, SRRC and TEWL score were increased and SCap score was decreased compared to the fourth week, but they are still better than the score on baseline and the second week. No objective and subjective side effects were found. Conclusions The efficacy and safety of moisturizing cream containing 12 ammonium lactate are the same as 10 urea in treating xerosis cutis of geriatric population. Keywords 12 ammonium lactate 10 urea geriatric xerosis cutis"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Tatang Puspanjono
"Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan utama di Asia dan Pasifik khususnya Indonesia. Angka kematian sindom syok dengue (SSD) di rumah saldt masih tinggL Data di Departemen Jimu Kesehatan Anak FKUI/RSCM antara 1 Januari 2003 sampai dengan 30 Juni 2004 didapatkan jumlah kasus DBD yang dirawat sebanyak 263 pasien. Jumlah kasus SSD pada periode tersebut sebesar 31,7% DBD derajat III, diikuti DBD derajat 11 sebesar 30,7% dan DBD ensefalopati pada DBD derajat IV sebesar 1%.
Salah satu gangguan keseimbangan asam basa adalah asidosis laktat, suatu bentuk asidosis metabolik. Kondisi ini terjadi akibat akumulasi laktat yang disebabkan oleh hipoksia atau iskernia jaringan. Asidosis laktat erat hubungannya dengan akumulasi laktat di dalam cairan ekstraseluler, alcibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan pemakaian oksigen untuk kebutuhan metabolik. Kadar laktat darah telah banyak dipelajari dan digunakan sebagai petanda biokimia adanya hipoksia jaringan pada keadaan sakit gawat. Asidosis laktat dibuktikan sebagai faktor penyebab umum dan tersering dari berbagai keadaan sakit gawat. Hipoperfusi/ hipoksia jaringan menjadi dasar patogenesis dari berbagai kasus asidosis laktat.
Pengukuran laktat serial dapat memprediksi kemungkinan timbulnya syok septik dan gagal organ multipel Iebih baik dibandingkan pengukuran variabel-variabel transpor oksigen. Beratnya asidosis laktat dapat dilihat dari nilai pH darah, senjang anion, dan kadar laktat darah dengan metode kuantitatif. Pemantauan kadar laktat darah dapat membedakan pasienpasien yang akan tetap hidup dan pasien yang akan meninggal. Kadar laktat darah juga merupakan indikator yang lebih sensitif untuk daya tahan hidup dibandingkan dengan nilai rush jantung, hantaran oksigen, tumor necrosis factor a (TNF a), dan interleukin-6 (IL-6).
Kadar laktat darah dapat digunakan untuk evaluasi penilaian terhadap terapi syok. Pada syok septik penurunan kadar laktat darah saat terapi menandakan prognosis yang baik. Pemantauan kadar laktat darah langsung di sisi pasien penting untuk evaluasi terapi.
Penelitian kadar laktat darah serial pada penderita demam berdarah dengue sangat jarang dilaporkan. Setiati dkk dalam penelitiannya melaporkan pemeriksaan kadar laktat darah sebagai prediktor mortalitas DBD berat yang dirawat di pediatric intensive care unit (PICLI) maupun di intermediate emergency care unit. Parameter yang diperiksa meliputi kadar laktat darah, analisis gas darah, elektrolit, hemoglobin, hematokrit dan trombosit yang diperiksa saat masuk, saat perburukan dan saat pasien keluar dari unit perawatan. Didapatkan peningkatan kadar laktat darah pada penderita dengan serologi dengue blot yang positif. Pada keadaan hipoksia terjadi metabolisme anaerob diikuti peningkatan senjang anion. Didapatkan korelasi kuat antara kadar laktat darah dengan saturasi 02 (r = -0,77) dan senjang anion (r = 0,79).
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan kadar laktat darah serial pada penderita DBD tanpa syok dan SSD?
2. Apakah terdapat hubungan kadar laktat darah dengan variabel faktor terjadinya syok pada DBD (kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, Pa02, saturasi 02, dan senjang anion darah) ?
3. Berapa kadar laktat darah pada penderita DBD anak yang dapat digunakan sebagai petanda memburuknya perjalanan penyakit/syok pada DBD?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>