Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuni Hendriani
"Banyak orang berusaha untuk menurunkan maupun menjaga agar
berat badan ideal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian jamu pelangsing "SF" pada tikus putih selama 90 hari terhadap
organ ginjal ditinjau dari kadar urea dan histologis ginjal. Hewan coba yang
digunakan tikus putih jantan dan betina galur Sprague-Dawley berumur 3-4
bulan dengan berat badan 200-300 g. Pada hari ke-91 tikus diambil darahnya
melalui mata dan dibedah untuk diambil ginjalnya. Selanjutnya dilakukan
pengukuran kadar urea plasma dengan metode kolorimetri serta histologis
ginjal. Kadar rata-rata urea plasma kelompok perlakuan berkisar 31-37 mg/dl dan
kelompok kontrol 34-37 mg/dl. Diameter rata-rata glomerulus ginjal kelompok
perlakuan berkisar 0,88-0,96 μm dan kelompok kontrol 0,93 μm. Jarak ruang
rata-rata antara glomerulus dengan kapsula Bowman berkisar 0,09-0,11 μm dan
kelompok kontrol 0,1 μm. Hasil uji Oneway ANOVA pada =0,05 terhadap kadar
urea plasma, diameter glomerulus ginjal dan jarak ruang antara glomerulus
dengan kapsula Bowman tidak menunjukkan perbedaan bermakna baik antar
kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol. Penggunaan sediaan
jamu pelangsing "SF" selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi organ ginjal
tikus putih."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Wati
"Penggunaan jamu pelangsing “SF” yang merupakan kombinasi dari Phaseolus vulgaris, Guazuma ulmifolia, Garcinia cambogia, dan Green tea secara berulang dan dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat keamanannya. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu pelangsing terhadap fungsi ginjal selama 90 hari. Jamu diberikan secara oral kepada 80 ekor tikus putih galur Sprangue-Dawley yang terdiri dari 40 ekor tikus jantan dan 40 ekor tikus betina.
Hewan uji dibagi secara acak kedalam empat kelompok, yaitu satu kelompok normal yang diberi CMC 0,5% dan tiga kelompok perlakuan yang masing-masing diberi jamu dosis 1,35 g/kg bb, 2,70 g/kg bb, dan 5,40 g/kg bb tikus. Pada hari ke-91 dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri.
Hasil ANAVA satu arah (α = 0,05) menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dari kadar urea dan kreatinin plasma antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan jamu pelangsing selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisna Lestari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32717
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diny Wulandari
"Penelitian untuk menetapkan nilai LD50 jamu pelangsing SF dan mengetahui pengaruhnya terhadap fungsi ginjal telah dilakukan baru-baru ini. Jamu pelangsing SF terdiri dari beberapa simplisia yaitu daun teh (Camellia sinensis), buah asam Malabar (Garcinia cambogia), daun Jati blanda (Guazuma ulmifolia), dan buncis (Phaseolus vulgaris). Hewan uji dibagi ke dalam 5 kelompok dosis, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit jantan dan 10 ekor mencit betina. Kelompok dosis tersebut adalah kelompok kontrol yang hanya diberikan larutan CMC 0,5%, kemudian kelompok yang diberikan suspensi zat uji dengan dosis berturut-turut 2812,5 mg/kg bb, 5625 mg/kg bb, 11250 mg/kg bb, dan 22500 mg/kg bb. Nilai LD50 ditentukan dari jumlah kematian hewan coba yang terjadi setelah 24 jam perlakuan.
Perubahan fungsi ginjal diperiksa pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan dengan mengukur kadar kreatinin dan urea plasma. Pemeriksaan histologis organ ginjal dilakukan 14 hari setelah perlakuan, dengan mengukur diameter glomerulus dan jarak ruang antara glomerulus dan kapsula Bowman. Pada dosis tertinggi yang dapat diberikan (22,5 g/kg bb) ternyata tidak menimbulkan kematian pada hewan uji, sehingga nilai LD50 tidak perlu ditentukan. Potensi ketoksikan jamu pelangsing berdasarkan tabel potensi toksisitas relatif adalah Praktis Tidak Toksik, karena dosis 22,5 g/kg bb lebih tinggi dari 15 g/kg bb. Peningkatan kadar kreatinin dan urea plasma hewan uji terjadi pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan, bila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian jamu pelangsing tidak berpengaruh terhadap fungsi ginjal hewan uji."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavianti Permatasari
"Jamu "D", yang diindikasikan sebagai antihipertensi, berpotensi digunakan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap organ vital tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu "D" selama 90 hari terhadap fungsi ginjal tikus putih ditinjau dari kadar kreatinin plasma dan urea plasma serta gambaran histologis ginjal.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap 48 hewan uji tikus putih galur Sprague Dawley dengan berat 150-200 gram, yang dibagi dalam 4 kelompok masing-masing terdiri atas 6 ekor tikus jantan dan tikus betina. Kelompok I, II dan III masing-masing diberikan secara oral dosis 1980, 3960 dan 7920 mg/kg bb tikus, sedangkan kelompok IV merupakan kelompok normal yang diberikan larutan CMC 0,5%. Pada hari ke-91 dilakukan pengambilan darah dan organ ginjal.
Hasil uji ANOVA satu arah pada a = 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna dari kadar kreatinin plasma dan urea plasma serta gambaran histologi ginjal antar kelompok perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian jamu ?D? selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal pada tikus putih."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32670
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Widhyastuti R.
"Dalam rangka peningkatan kesehatan masyar1cat —obft?ä jIoaI perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya mengingat potensi bahan alam yang cukup besar di Indonesia. Salah satu jenis tanaman yang ada di Indonesia yang berkhasiat sebagai obat adalah Graptophyllum pictum (L.) Griff atau yang sering kita kenal dengan nama handeuleum. Khasiat tanaman mi antara lain : daunnya untuk obat wasir (hemorrhoid). Penelitian ilmiah yang telah dilakukan mengenal tanaman ml adalah uji efek penyembuhan daun handeuleum terhadap wasir. Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak etanol 40% terhadap pola defekasi pada tikus putih. Penelitian mi mendukung efek daun handeuleum terhadap penyembuhan hemorrhoid. Sebagai hewan uji digunakan tiga puluh ekor tikus jantan galur Sprague Dowley dengan berat badan antara 160 sampal 220 gram yang dibagi dalam enam kelompok. Dosis pemenksaan adalah 32,025 mg dan 128,1 mg dan sebthgai kontrol perlakuan digunakan Loperamid-HCL Bahan uji diberikan setiap had mulal had pertama dan pengamatan terhadappoladefekasi dilakukan setiap had sampai had ke-sepuluh. Kelompok perlakuan dibandingkah dengan kelompok kontrol yang diberikan propilen . glikol 10%, kelompok yang diberikan Loperamid-HCI dan ekstrak serta kelompok yang diberikan ekstrak tanpa Loperamid-HCI. Pola defekasi dianalisis secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 40% daun handeuleum dosis 32,025 mg mempunyai efek menurunkan konsistensi feces serta meningkatkan frekuensi defekasi dan jumlah feces. Peningkatan dosis bahan up menunjukkan peningkatan efek terhadap pola defekasi.

In order to increase public health, traditional medicine should be used properly considering Indonesia's great potention of natural resources. One of Indonesia plant which is often used as medicine is Graptophyllum pictum (L.) Griff or commonly known as handeuleum. It's leaf can be used to treat hemorrhoid. Scientific research which has been done on this plant is the test of handeuleum leaf activity to cure hemorrhoid. The scientific research about the effect of 40% of etanol extract of handeleum to the defecation pattern has been dne. This research was supported the effect of handeuleum to heal hemorrhoid. In this study, thirty male SD rats weighing 160 - 220 grams were used and divided into six groups. The dosage used were 32,025 mg and 128,1 mg extract and we used Loperamid-HCI as control treatment. Those drugs were given everyday from first to tenth days. The observation were conducted during those ten days. The treatment group were compared to the control group which given -10% of propylen glycol, the group which given Loperàmid-HCI with extract and the group which given extract without Loperamid-HCI. The defecation pattern then analysed statistically. . The result showed that 40% of etanol extract oh handeuleum leaves at dose of-'32,,025 mg has the effect of decreasing feces consistency and increasing dfëcation frequency. The increasing of drug dose showed increasing effect to defecation pattern."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnurul Chotimah Bahaduri
"Penggunaan jamu asam urat yang merupakan kombinasi dari Morinda citrifolia, Syzygium polyanthum, Curcuma xanthorrhiza, Andrographis paniculata dan Thea sinensis secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat keamanannya. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu asam urat terhadap ginjal tikus selama 90 hari. Jamu diberikan secara oral kepada 40 ekor tikus putih jantan galur Sparque-Dawley yang dibagi secara acak ke dalam empat kelompok yaitu satu kelompok kontrol normal yang diberi CMC 0,5% dan tiga kelompok perlakuan yang masing-masing diberi jamu dosis 1800 mg/kg bb tikus, 3600 mg/kg bb tikus, 7200 mg/kg bb tikus. Pada hari ke-91 dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri serta dibedah untuk pemeriksaan diameter glomerulus serta jarak ruang antara glomerulus dan kapsula Bowman. Hasil ANAVA satu arah (α = 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari kadar urea, kreatinin plasma serta pemeriksaan histologis ginjal antara kelompok kontrol normal dan kelompok perlakuan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan jamu asam urat selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Hidayat Syamsurizal
"Akar kucing (Acalypha indica Linn) merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai obat yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Pemanfaatan secara luas dari tanaman ini harus didukung oleh data-data yang dapat membuktikan keamanannya secara ilmiah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan akar tanaman akar kucing terhadap fungsi ginjal tikus. Penelitian ini menggunakan 40 ekor tikus yang dipilih secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal yang diberi air 2 ml/200 g bb. Kelompok II, III dan IV diberi perlakuan rebusan akar A. indica masingmasing dengan dosis 13,5 g/kg bb, 27 g/kg bb, dan 54 g/kg bb. Frekuensi pemberian sekali sehari selama 90 hari. Pada hari ke-91 tikus diambil darahnya untuk dilakukan pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri dan dibedah untuk pemeriksaan histologis ginjal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada gejala toksik pada tikus yang diberi rebusan Acalypha indica Linn ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma serta gambaran histologis ginjal.

Akar kucing (Acalypha indica Linn) is a plant that has many usage such as for reduce uric acid consentration. The comprehensive usage from this preparation must be supported with data which can prove it is safety scientifically. Therefore an experiment is done to know the effect of giving the extract to rat renal function. This research used fourty rats which divided into four groups. Group I as normal control which were given water 2 ml/200 g body weight. Group II, III, IV were given water extract of A.indica roots doses 13,5/kg body weight, 27g/kg body weight, and 54 g/kg body weight. Frequency of exposure A. indica was once a day during 90 days. In the 91st day blood sample was collected from observed rats and measured their plasma urea and creatinine levels through colorimetry methods, and the surgery were done to the rats for the histological inspection of their kidneys. The results shows that no toxic effect of Acalypha indica to white rats seen from plasma urea and creatinine levels and kidney histology."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Liestia Puspha Anggari
"Obat LS adalah obat golongan inhibitor HMG CoA reduktase (statin) yang dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia. Penggunaan obat LS dimungkinkan dalam jangka panjang, maka perlu dilihat keamanan penggunaannya, salah satunya terhadap organ ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian obat LS per oral dengan dosis 0,9 mg/200 g BB, 1,8 mg/200 g BB, 3,6 mg/200 g BB selama 60 hari terhadap fungsi ginjal ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kadar rata-rata urea plasma tikus jantan dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 27.95 ± 1.80, 29.70 ± 3.35, 32.44 ± 4.40, 30.54 ± 4.73 mg/dl. Kadar rata-rata urea plasma tikus betina dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 35.44 ± 4.24, 36.99 ± 4.19, 40.87 ± 3.58, dan 39.08 ± 5.17 mg/dl. Kadar kreatinin plasma tikus jantan dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 0.55 ± 0.12, 0.60 ± 0.15, 0.73 ± 0.14, 0.63 ± 0.16 mg/dl. Kadar kreatinin plasma tikus betina dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 0.45 ± 0.11 mg/dl, 0.56 ± 0.12, 0.63 ± 0.14 mg/dl dan 0.61 ± 0.14 mg/dl. Hasil uji dengan ANAVA (=0,05), menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok dosis dengan kontrol, sehingga dapat disimpulkan penggunaan obat LS selama 60 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal.
LS drug is one of HMG CoA reductase inhibitor (statin) that can be used as lowering cholesterol drug. As like as others statin, there is possibility of using LS drug for long period, so it is important to examinate it's use safety level. One of organ that has to be evaluate is kidney, This experiment were designed to identify the impact of consuming LS drug on rat's kidney function for 60 days in dosage 0,9 mg/200 g body weight, 1,8 mg/200 g body weight, 3,6 mg/200 g body weight in two parameter, urea and creatinin. The average result of male urea plasma level, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 27.95 ± 1.80, 29.70 ± 3.35, 32.44 ± 4.40, and 30.54 ± 4.73 mg/dl. The average of female urea plasma level, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 35.44 ± 4.24, 36.99 ± 4.19, 40.87 ± 3.58, and 39.08 ± 5.17 mg/dl. The average of male creatinin plasma, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 0.55 ± 0.12, 0.60 ± 0.15, 0.73 ± 0.14, and 0.63 ± 0.16 mg/dl. The average of female creatinin plasma, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 0.45 ± 0.11 mg/dl, 0.56 ± 0.12, 0.63 ± 0.14 mg/dl and 0.61 ± 0.14 mg/dl. ANAVA statistical analysis evaluated that there was no significant differences at the level urea and creatinin between normal and doses group. It is concluded that, the usage of LS drug for 60 days, does not have significant effect to rat's kidney function."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>