Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desendy Syafrudin
"Ekstrak kulit kayu Mimba (Azadirachta indica A. Juss) mempunyai khasiat yang potensial untuk mengontrol sekresi asam lambung dan mengobati tukak lambung. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan tablet dari ekstrak kulit kayu mimba. Ekstrak diperoleh dari hasil rendaman ekstrak air kulit kayu mimba dan dikeringkan dalam oven vakum, hingga didapatkan ekstrak kering. Pembuatan tablet menggunakan metode cetak langsung dan menggunakan avicel PH102, maltodekstrin, amilum, primojel serta mg stearat dan talk sebagai bahan tambahan. Tablet dievaluasi menurut Farmakope Indonesia Edisi III dan IV, serta dilakukan uji higroskopisitas tablet dengan mengamati perubahan bobot tablet selama 6 hari dengan 2 perlakuan yang berbeda. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa formula A dengan bahan pengisi avicel 102 merupakan formula terbaik dari keempat formula lainnya.
Neem bark extract (Azadirachta indica A. Juss) has thus potential therapeutics to control gastric acid secretion and healing ulcus. The purpose of this study was to make tablet of neem bark extract. Neem bark extract was obtained from soaked of neem bark and dried with vacuum oven, until get dry extract. Direct compression method was used to make tablets and using avicel PH 102, maltodekstrin, starch, primojel also mg stearat and talk as excipients. The tablets evaluated according to Farmakope Indonesia 3rd and 4th edition, and hygroscopicity test was done by evaluating changes of tablet mass for six days in two different conditions. Result showed that the formula A with avicel PH 102 as filler, is the best formula from others."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kusumaningtyas
"Beberapa penelitian melaporkan bahwa ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan ekstrak kulit batang mimba (Azadirachta indica A. Juss) masing-masing menunjukkan aktivitas gastroprotektif baik pada uji preklinik maupun klinik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas gastroprotektif kombinasi ekstrak rimpang kunyit dan kulit batang mimba pada tikus yang diinduksi dengan asetosal. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Sprague Dawley dengan berat badan 100- 150 gram sebanyak 32 ekor yang dibagi menjadi 8 kelompok dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL); kelompok I, II, III, IV, V, dan VI diberikan kombinasi ekstrak selama 7 hari sebelum diinduksi, kelompok VII sebagai kontrol negatif diberikan CMC 1% selama 7 hari sebelum dinduksi, kelompok VIII sebagai kontrol normal diberikan larutan CMC 1% dan tidak diinduksi dengan asetosal. Delapan jam setelah perlakuan, tikus dibedah dan dilakukan pengujian pada organ lambung meliputi perhitungan indeks ulkus, pemeriksaan keasaman lambung, determinasi mukus, dan pengamatan histologi. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak rimpang kunyit (50 mg/kg bb) dan ekstrak kulit batang mimba (250 mg/kg bb) dapat menurunkan indeks ulkus secara signifikan, pembentukan mukus yang tinggi, serta didukung dengan hasil pengamatan histologi, yakni tidak ditemukannya perubahan bentuk dan ukuran sel parietal yang bermakna jika dibandingkan dengan kontrol normal.

Some studies reported that turmeric (Curcuma domestica Val.) rhizome and neem (Azadirachta indica A. Juss) bark extracts which each of them demonstrated strong gastroprotective activities on both preclinical and clinical studies. The objective of this study was to investigate the gastroprotective effect of turmeric rhizome and neem bark extracts on acetosal-induced gastric mucosal lesions in rats. Thirty two male Sprague Dawley rats 100-150 g bw used in the study were divided into 8 groups using Complete Randomized Design (CRD) method; group I, II, III, IV, V and VI received combination extracts orally in various doses for 7 days before acetosal, group VII served as negative control received orally 1% CMC for 7 days before acetosal, group VIII received orally 1% CMC solution and served as normal control. Eight hours after treatment, animals were sacrificed and the stomach were taken to measure ulcer index, gastric acid determination, mucus determination and histology examination. The result suggests that pretreatment with combination of turmeric rhizome (50 mg/kg bw) and neem bark extract (250 mg/kg bw) and was observed significantly reduced the ulcer index, demonstrated high mucus production, also suppported by histopatological examination with no significantly changing on parietal cells microscopic appearance compared with normal control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32936
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Nining
"Mimba atau Azadirachla indica A. Juss (Meliaceae) merupakan tanaman yang memiliki aktivitas biologis insektisida. Metabolit sekunder utama yang mempunyai aktivitas insektisida, terutama terdapat dalam biji adalah senyawa azadirachtin. Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman mimba sebagai pestisida alami adalah melalui kultur jaringan yang salah satunya dengan kultur kalus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya kandungan azadirachtin dalam kalus dibandingkan dengan tanaman mimba. Tahapan penelitian meliputi pembuatan kultur kalus, ekstraksi azadirachtin dari kalus dan tanaman mimba, identifikasi azadirachtin dan uji bioaktivitas insektisida.
Untuk mendapatkan kalus, telah dicoba menanam berbagai eksplan (daun, tangkai daun, batang) pada media Murashige and Skoog (MS) yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh bensil amino purin (BAP) dan asam indol butirat (IBA) dengan konsentrasi sukrosa 2 % dan serangkaian media yang mengandung kombinasi BAP dan asam indol asetat (IAA) dengan konsentrasi sukrosa 3% dan 5%. Ekstraksi azadirachtin dilakukan terhadap contoh daun dan biji mimba serta 18 contoh kalus mimba dari berbagai eksplan yang ditanam pada beberapa media. Ekstraksi azadirachtin dari daun dan biji dilakukan dengan pelarut etanol, setelah terlebih dahulu diekstraksi dengan n-heksana, sedangkan dari kalus dilakukan langsung dengan pelarut etanol. Untuk ekstrak etanol yang mengandung azadirachtin kemudian dipartisi dengan pelarut petroleum benzena-metanol, dipartisi dengan etilasetat-air dan difiltrasi melalui kolom silikagel. Identifikasi azadirachtin dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) terhadap seluruh ekstrak fraksi etanol dan 5 ekstrak fraksi etilasetat. Pengujian bioaktivitas insektisida dilakukan terhadap seluruh ekstrak fraksi etanol dengan menggunakan larva ulat grayak (Spodoftera litura) instar tiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media A, yaitu media MS yang mengandung kombinasi zat pengatur tumbuh BAP 1,0 dan IBA 4,0 mglL dengan konsentrasi sukrosa 2 % merupakan media terbaik untuk pertumbuhan kalus eksplan mimba. Ekspian daun yang ditanam pada media A memberikan pertumbuhan kalus terbaik daripada tangkai daun dan batang. Pengujian azadirachtin dengan metode KLT menunjukkan, bahwa fraksi etanol dan etilasetat dari biji, fraksi etilasetat dari daun dan 3 contoh kalus mimba mengandung azadirachtin. Hasil pengujian azadirachtin dengan metode KCKT menunjukkan, bahwa fraksi etanol dan etilasetat dari biji, fraksi etanol dan etilasetat dari daun dan fraksi etanol dan etilasetat dari 3 contoh kalus mengandung azadirachtin. Kandungan azadirachtin dalam biji lebih besar daripada daun dan kalus. Kalus yang mengandung azadirachtin adalah kalus-kalus yang berasal dari eksplan yang ditanam dan atau disubkultur pada media A. Hasil pengujian bioaktivitas insektisida menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak etanol dari biji lebih besar daripada daun dan kalus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmad Indra Pramana
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh inhibisi ekstrak cair daun
Beluntas (Pluchea Indica Less.) terhadap korosi pada baja karbon rendah di
lingkungan 3,5% NaCl. Penelitian dilakukan menggunakan pengujian weight loss,
polarisasi, dan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Pengujian weight
loss menunjukkan bahwa perendaman selama 9 hari dengan penambahan ekstrak
sebanyak 3 mL memberikan nilai rata-rata efisiensi paling maksimum sebesar
75,97% dengan rata-rata laju korosi paling minimum sebesar 0,89 mpy. Pengujian
polarisasi menunjukkan terjadi pergeseran kurva ke arah anodik pada penambahan
ekstrak sebanyak 1,2,3 mL, dan bergeser ke arah katodik pada penambahan
sebanyak 4 mL. Penambahan ekstrak berpengaruh terhadap penurunan laju korosi
yaitu dari 24,8 µA.cm-2 menjadi 5,04 µA.cm-2
, sehingga memperkuat hasil
pengujian weight loss bahwa ekstrak daun Beluntas dapat menghambat korosi
baja karbon rendah di larutan 3,5% NaCl. Pengujian polarisasi menunjukkan
bahwa ekstrak daun Beluntas memiliki tipe inhibisi campuran (mixed) dengan
kecenderungan lebih dominan kearah anodik berdasarkan nilai potensial korosi
yang berubah secara acak. Pengujian FTIR menunjukkan bahwa estrak daun
Beluntas teradsorpsi pada permukaan baja karbon rendah dan proses adsorpsinya
terjadi melalui gugus fungsi yang dimiliki ekstrak. Mekanisme adsorpsi ekstrak
daun Beluntas sesuai dengan Langmuir adsorption isotherm yang menunjukkan
bahwa telah terjadi pembentukan lapisan monolayer di permukaan baja karbon
rendah.

ABSTRACT
The study was conducted to analyze the inhibition effect of Beluntas (Pluchea
indica Less.) leaves extract on the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl
environment. The study was invetigated by weight loss, polarization, and Fourier
transform infrared spectroscopy (FTIR) methods. Weight loss showed that soaking
for 9 days with the addition of 3 mL of the extract gave an average value of the
maximum efficiency of 75.97% with an average of the minimum corrosion rate of
0.89 mpy. Polarization shows the polarization curve shifts to the anodic direction
in addition of 1,2,3 mL extract, and shifted toward the cathodic curve to the
addition of 4 mL. The presence of inhibitor causes decrease in the corrosion rate
from 24.8 to 5.04 μA.cm-2, thus confirm the results of weight loss that Beluntas
leaves extract can inhibit the corrosion of low carbon steel in 3.5% NaCl solution .
The polarization showed that the Beluntas leaves extract acts through mixed mode
of inhibition, as evident from the values of Ecorr, which do not increase or decrease
in a regular manner from the blank value. FTIR showed that the Beluntas leaves
extract adsorbed on the surface of low carbon steel and the process of adsorption
occurs through a functional group extract. Beluntas leaves extract shows
Langmuir adsorptions isotherm that indicated the monolayer formation on the low
carbon steel surface."
2012
T31694
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
William Tendi
"Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal. Penyebab dari terjadinya penyakit ini bervariasi termasuk karena adanya stres oksidatif. Oleh karena itu, salah satu cara pencegahan terjadinya penyakit ini adalah dengan mengurangi stres oksidatif dengan menggunakan obat atau senyawa yang dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan salah satunya katalase. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh durasi pemberian kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) terhadap perubahan aktivitas spesifik enzim katalase dalam ginjal tikus yang mengalami hipoksia. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan kontrol positif berupa pemberian pirasetam, kontrol negatif berupa pemberian akuades dan kelompok yang lain dengan perlakuan pemberian kombinasi ekstrak selama 3 hari, 7 hari dan 14 hari. Penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan jumlah sampel sebesar 40 ekor. Setelah dilakukan analisis, ternyata tidak terdapat perbedaan bermakna pada semua kelompok yang diujikan (p=0.702). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak ini dengan durasi 3 hari, 7 hari dan 14 hari memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (pirasetam).

Chronic kidney disease is a disease that can be fatal. The cause of this disease is vary, including oxidative stress. Therefore, one of the way to prevent this disease to develop is to decrease the amount of oxidative stress by using drug or substance that can increase the activity of antioxidant enzymes such as catalase. This research is about the effect of the duration of using extract combination between Akar Kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) on the specific change of catalase enzyme activity in hypoxic rat's kidney. This research uses an experimental design with positive control using pirasetam, negative control using aquades and the other groups with the using of extract combination for 3 days, 7 days and 14 days. The analysis will be done with Kruskal-Wallis analysis and the samples are 40 rats' kidneys. The result show that there is no difference between all of the experimental groups (p=0.702). As a conclusion, use of this extract combination for 3 days, 7 days and 14 days has an almost same effect with the positive control (pirasetam)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David
"Ginjal adalah organ yang rentan akan hipoksia, di mana hipoksia menimbulkan kerusakan sel secara ireversibel. Namun, gejala kerusakan ginjal baru muncul setelah stadium lanjut. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan meningkatkan antioksidan untuk mengimbangi stres oksidatif akibat hipoksia. Efek antioksidan dari kombinasi ekstrak 200 mg/kgBB akar kucing (Acalypha indica Linn) dan 150 mg/kgBB pegagan (Centella asiatica) telah diteliti mampu meningkatkan aktivitas spesifik enzim glutation peroksidase (GPx) pada ginjal pascahipoksia. Dengan desain eksperimental menggunakan 5 hingga 8 ekor tikus Sprague Dawley perkelompok, sampel berupa kedua ginjal dihipoksia menggunakan kadar oksigen lingkungan sebesar 10%. Aktivitas spesifik GPx dalam ginjal dengan durasi pemberian kombinasi herbal selama 3, 7, dan 14 hari diukur menggunakan kit RANSEL dari RANDOX, kemudian dibandingkan dengan aktivitas spesifik GPx pada kontrol positif berupa pirasetam, kontrol negatif berupa akuades, dan tikus standard sebagai kontrol tikus sehat. Rerata aktivitas spesifik dinilai secara statistik dengan One-Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Terdapat kemaknaan kuat bahwa pemberian kombinasi herbal meningkatkan aktivitas spesifik GPx dibandingkan kontrol negatif (p<0,05), dengan peningkatan tertinggi pada pemberian kombinasi herbal selama 7 hari. Dengan demikian, pemberian kombinasi herbal memiliki efek yang bermakna dalam meningkatkan respons tubuh akan hipoksia, dilihat dari peningkatan aktivitas spesifik GPx, terutama pemberian selama 7 hari.

Kidneys are susceptible for hypoxia, which causes cell damage irreversibly. However, the impairment symptoms appear in the later stage. This condition can be anticipated by increasing antioxidants to balance oxidative stress caused by hypoxia. Antioxidant effect of combined 200 mg/kgBW akar kucing (Acalypha indica Linn) and 150 mg/kgBW pegagan (Centella asiatica) extract have been proven to elevate glutathione peroxidase (GPx)’s activity in post-hypoxic mice kidneys. Using experimental design consisted of 5 to 8 mice pergroup, the sample, being two kidneys, was made hypoxic with 10% environmental oxygen concentration. The specific activity of GPx while given combined herbal for 3, 7, and 14 days was measured with RANSEL kit from RANDOX. Then, it was compared with piracetam, aquadest, and standard mice as positive, negative, and healthy control respectively. Spesific activity mean for each group was measured statistically using One Way Anova followed with Post Hoc. There was strong significance that combined herbal increased spesific activity of glutathione peroxidase compared to negative control (p<0,05), with the highest increment was on 7 days. In conclusion, the combined herbal gave significant effect in increasing body’s response on hypoxia, shown by increasing spesific activity of glutathione peroxidase, especially while given for 7 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Hidayat Syamsurizal
"Akar kucing (Acalypha indica Linn) merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai obat yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Pemanfaatan secara luas dari tanaman ini harus didukung oleh data-data yang dapat membuktikan keamanannya secara ilmiah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan akar tanaman akar kucing terhadap fungsi ginjal tikus. Penelitian ini menggunakan 40 ekor tikus yang dipilih secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal yang diberi air 2 ml/200 g bb. Kelompok II, III dan IV diberi perlakuan rebusan akar A. indica masingmasing dengan dosis 13,5 g/kg bb, 27 g/kg bb, dan 54 g/kg bb. Frekuensi pemberian sekali sehari selama 90 hari. Pada hari ke-91 tikus diambil darahnya untuk dilakukan pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri dan dibedah untuk pemeriksaan histologis ginjal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada gejala toksik pada tikus yang diberi rebusan Acalypha indica Linn ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma serta gambaran histologis ginjal.

Akar kucing (Acalypha indica Linn) is a plant that has many usage such as for reduce uric acid consentration. The comprehensive usage from this preparation must be supported with data which can prove it is safety scientifically. Therefore an experiment is done to know the effect of giving the extract to rat renal function. This research used fourty rats which divided into four groups. Group I as normal control which were given water 2 ml/200 g body weight. Group II, III, IV were given water extract of A.indica roots doses 13,5/kg body weight, 27g/kg body weight, and 54 g/kg body weight. Frequency of exposure A. indica was once a day during 90 days. In the 91st day blood sample was collected from observed rats and measured their plasma urea and creatinine levels through colorimetry methods, and the surgery were done to the rats for the histological inspection of their kidneys. The results shows that no toxic effect of Acalypha indica to white rats seen from plasma urea and creatinine levels and kidney histology."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenny Suriani
"Acalypha indica Linne has been known widely could decrease the high blood uric acid concentration. Effervescent dry suspension is a modification form of dry suspension to accelerate time reconstitution therefore has a better homogenized liquid and decrease thoroughly effect which is usually done in dry suspension. The production of granul was perfomed by wet granulation at a specific condition with relative humidity (RH) 45% and temperature 200C. Full pregelatinized queensland arrowroot starch (AGPS) was used as a suspending agent. Pregelatinized queensland arrowroot starch was proceed by using double drum dryer at 80deg;C ± 5deg;C. Five different formulations were perfomed for granul by modifying the amount of effervescent mix ingredients. Evaluation was made including odor, taste, and color taste, water content, flow rate, repose of angle, reconstitution time, pH, CO2, viscosity, particle size distribution, and higroscopicity. The evaluation showed that all of the formula had met qualifications of effervescent dry suspension and formula E which has effervescent mix 48% had a best qualification.

Akar kucing (Acalypha indica Linne) merupakan tumbuhan yang banyak digunakan untuk obat atau bahan obat yang dapat menurunkan kadar asam urat tinggi di dalam darah. Suspensi kering efervesen merupakan pengembangan jenis sediaan suspensi kering dibuat untuk mempercepat waktu rekonstitusi sehingga menghasilkan suatu larutan yang lebih homogen dan akhirnya dapat mengurangi efek pengadukan yang umumnya dilakukan pada suspensi kering tersebut. Pembuatan granul dilakukan dengan menggunakan metode basah pada kondisi khusus RH 45% temperatur 200C. Bahan pensuspensi yang digunakan dalam formulasi adalah Amilum Ganyong Pregelatinasi Sempurna (AGPS). Amilum pregel diproses menggunakan double drum dryer pada suhu 80°C ±5deg;C. Granul yang dibuat terdiri dari 5 macam formula dengan variasi konsentrasi pembentuk efervesen yang berbeda-beda. Evaluasi yang dilakukan meliputi uji organoleptis, kandungan air, laju alir, penentuan sudut istirahat, waktu rekonstitusi, uji pH, uji CO2, viskositas, distribusi ukuran partikel, dan uji higroskopisitas. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, kelima formula memberikan hasil yang baik dan formula E yang mengandung campuran efervesen 48% memberikan hasil evaluasi yang terbaik."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S33065
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfan Alharits
"ABSTRAK
Benalu atau Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. merupakan tumbuhan hemiparasit dari famili Loranthaceae yang dikenal memiliki berbagai potensi di bidang kesehatan. Namun potensi tanaman tersebut di bidang lain, seperti pertanian masih belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas aktivitas herbisida ekstrak batang dan daun D. pentandra dengan berbagai konsentrasi ekstrak terhadap perkecambahan Eleusine indica dan membandingkan aktivitas herbisida antara ekstrak batang dan daun D. pentandra. terhadap pertumbuhan kecambah E. indica. Simplisia dari batang dan daun D. pentandra diekstraksi menggunakan metanol untuk mendapatkan ekstrak kasar yang dapat digunakan untuk pengujian aktivitas herbisida dan analisis HPLC. Hasil uji aktivitas herbisida menunjukkan bahwa persentase penghambatan perkecambahan biji E. indica dari ekstrak batang (98,13%) dan daun (100%) D. pentandra pada konsentrasi 5 mg/ml sebanding dengan kontrol positif. (95,18%) berdasarkan tes. perbedaan signifikan terkecil (P<0,05). Konsentrasi ini dinilai sebagai konsentrasi ekstrak D. pentandra yang efektif dalam menghambat perkecambahan biji E. indica. Ekstrak daun memiliki aktivitas herbisida yang lebih tinggi pada konsentrasi 1 mg/ml dibandingkan ekstrak batang berdasarkan parameter panjang radikula dan panjang kecambah. Selain itu, ekstrak daun memiliki area yang lebih besar di bawah puncak kromatogram dan hasil ekstraksi lebih banyak daripada ekstrak batang. Organ daun berpotensi untuk digunakan sebagai bahan utama herbisida dari parasit. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk penggunaan D. pentandra sebagai bioherbisida.
ABSTRACT
Benalu or Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. is a hemiparasitic plant from the Loranthaceae family which is known to have various potentials in the health sector. However, the potential of these plants in other fields, such as agriculture is still unknown. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the herbicide activity of the stem and leaf extract of D. pentandra with various concentrations of the extract on Eleusine indica germination and to compare the herbicide activity of the stem and leaf extract of D. pentandra. on the growth of E. indica sprouts. The simplicia of the stems and leaves of D. pentandra was extracted using methanol to obtain a crude extract that could be used for herbicide activity testing and HPLC analysis. The results of the herbicide activity test showed that the percentage inhibition of germination of E. indica seeds from the stem (98.13%) and leaf (100%) extracts of D. pentandra at a concentration of 5 mg/ml was comparable to the positive control. (95.18%) based on the test. the smallest significant difference (P <0.05). This concentration is considered as the concentration of D. pentandra extract which is effective in inhibiting the germination of E. indica seeds. The leaf extract had higher herbicidal activity at a concentration of 1 mg / ml than the stem extract based on the parameters of the length of the radicle and the length of the sprouts. In addition, the leaf extract had a larger area under the chromatogram peak and the extraction yield was higher than that of the stem extract. Leaf organs have the potential to be used as the main ingredient of herbicides from parasites. This research is expected to provide additional information for the use of D. pentandra as a bioherbicide.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>