Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhayati
"Asam kojat digunakan dalam sediaan kosmetik untuk membantu proses depigmentasi kulit seperti penghilangan flek akibat penuaan dan kasus hiperpigmentasi. Metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor UV untuk menganalisis asam kojat dalam kosmetik telah banyak dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kondisi analisis optimum asam kojat secara KCKT dan validasinya untuk penetapan kadar asam kojat dalam kosmetik. Sampel diekstraksi dengan KH2PO4 0,05 M (pH 2,5) dan dianalisis menggunakan kolom C18-RP, Whatman. Campuran 0,05 M KH2PO4-metanol (95:5), pH 2,5 sebagai fase gerak dengan laju alir 1,2 ml/menit.
Detektor UV pada panjang gelombang 270 nm. Waktu retensi asam kojat adalah 6,0 menit. Uji linieritas pada rentang konsentrasi 12-36 ppm memberikan nilai koefisien korelasi (r) 0,9998. Batas deteksi 0,42 ppm dan batas kuantitasi1,39 ppm. Metode ini memberikan hasil uji perolehan kembali asam kojat adalah 101,72% ± 1,4689%. Kadar asam kojat dalam tiga sampel kosmetik adalah 0,767%b/b (sampel Dw), 1,079%b/b (sampel Cv), dan 0,765 % b/b (sampel Wk).
Kojic acid is used in cosmetics formulation for helping depigmentation of skin including whitening age spots and hyperpigmentation. A high performance liquid chromatographic method with UV detector for analyses of kojic acid in cosmetic was developed. The aim of this research was to find out optimum condition of kojic acid and validate an analytical method for the quantification of kojic acid in cosmetics by HPLC. Samples were extracted with 0,05 M KH2PO4 buffer solution (pH 2,5) and analyzed using a Whatman C18-RP column. A mixture of 0,05 M KH2PO4 and methanol 95:5 ratio (pH 2,5) was used as mobile phase at flow rate 1,2 ml/minute.
The UV detector was set at 270 nm. The retention time needed by kojic acid is 6,0 minute. Linearity was established for range of concentration 12 - 36 ppm with coefficient of correlation of 0,9998. The limit of detection (LOD) and the limit of quantitation (LOQ) were 0,42 ppm and 1,39 ppm. This method have kojic acid recovery was 101,72% ± 1,4689%. Acid kojic detected in three samples of cosmetics is 0,767% w/w for sample Dw, 1,079% w/w for sample Cv and 0,765% w/w for sample Wk.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fitria Handayani R
"Akrilamida merupakan senyawa kimia turunan akrilonitril yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan poliakrilamida. Berdasari(an sifat-sifatnya, akrilamida digolongkan sebagai zat yang berbahaya jika terkandung dalam makanan. Beberapa penelitian terbaru menemukan adanya kandungan akrilamida dalam makanan yang kaya akan karbohidrat yang diproses pada suhu tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti adanya kandungan akrilamida dalam popcorn menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Campuran air-asetonitril (95:5), pH 2,5 (3,5 mM asam fosfat 85%) digunakan sebagai fase gerak dengan laju alir 0,5 mVmenit dan panjang gelombang 210 nm. Waktu retensi yang dibutuhkan untuk akrilamida adalah 5,6 menit. Hasil uji perolehan kembali akrilamida dalam popcorn berkisar 92,94 % - 97,22 %. Sampel kemudian diekstraksi menggunakan diklormetan dan ditarik kernbali dari pelarut dengan menggunakan fase gerak. Sampel yang dianalisa pada penelitian ini dibatasi pada daerah Depok. Dari enam sampel yang dianalisa, dua sampel mengandung akrilamida sebanyak 0,12585 ppm (0,15715 ± 0,0024 J.IQ!g) dan 0,16856 ppm (0,2096 ± 0,0046 J.IQ!g)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2006
S70462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutabalian, Hanna Lili Natasya
"Krim pemutih sudah menjadi produk kosmetik ldquo;wajib rdquo; di kalangan wanita Indonesia. Krim pemutih merupakan salah satu jenis kosmetik yang merupakan campuran bahan kimia dan bahan lainnya dengan khasiat untuk memudarkan noda hitam pada kulit. Hidrokinon, tretinoin dan betametason merupakan zat aktif berbahaya yang sering ditemukan dalam krim pemutih. Dalam jangka panjang, ketiga zat aktif ini dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan jika digunakan secara berlebihan. Saat ini, penggunaannya telah dilarang di Indonesia kecuali dengan resep.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang selektif untuk penetapan kadar hidrokinon, tretinoin dan betametason dalam sediaan krim pemutih menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi KCKT fase terbalik. Kondisi analisis yang optimum yaitu menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 270 nm dan 350 nm dan asetonitril ndash; metanol 90:10 v/v sebagai fase gerak yang ditambahkan sedikit asam asetat glasial untuk mencapai pH 5, serta laju alir 0,8 mL/menit.
Metode analisis telah memenuhi persyaratan validasi mencakup akurasi, presisi, linearitas, selektivitas, batas deteksi, dan batas kuantitasi. Validasi metode analisis hidrokinon, tretinoin dan betametason yang dilakukan telah memenuhi persyaratan dengan nilai koefisien korelasi r berturut-turut 0,9999; 0,9994; dan 0,9995. Terdapat tujuh sampel yang dianalisis dan hanya dua sampel yang positif mengandung hidrokinon, tretinoin dan betametason. Hasil menunjukkan kadar rata-rata hidrokinon, tretinoin dan betametason pada sampel A dan B adalah 1,78 ; 0,07 ; 0,12 dan 2,00 ; 0,07 ; 0,13.

Whitening cream has become a ldquo must have cosmetic product among Indonesian women. Whitening cream is a type of cosmetics which contains a mixture of chemicals and other ingredients with benefit to fade dark spots on the skin. Hydroquinone, tretinoin and betamethasone are harmful active substances that are often found in whitening creams. In the long run, these three active substances can lead to some health issues if used excessively. Currently, their use has been banned in Indonesia except by prescription.
The objective of this study was to obtain a selective analysis method for determination of hydroquinone, tretinoin and betamethasone levels in whitening creams using reversed phase high performance liquid chromatography HPLC. The optimum conditions of analysis were using UV detector at wavelengths of 270 nm and 350 nm and acetonitrile ndash methanol 90 10 v v as a mobile phase with slightly added glacial acetic acid to reach pH 5, and a flow rate of 0.8 mL minute.
The analytical methods have met the validation requirements including accuracy, precision, linearity, selectivity, detection limits, and quantitation limits. Validation of hydroquinone, tretinoin and betamethasone analysis methods has fulfilled the requirements with correlation coefficient r 0.9999 0.9994 and 0.9995. There were seven samples analyzed and only two samples were positive containing hydroquinone, tretinoin and betamethasone. The results showed the mean levels of hydroquinone, tretinoin and betamethasone in samples A and B were 1.78 0.07 0.12 and 2.00 0.07 0.13.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Meyer
"Dengan semakin banyak beredarnya campuran asam asetil salisilat dan asam askorbat dalam sediaan tablet efervesen, maka perlu dikembangkan suatu metode yang sensitif dan mudah didalam menganalisis kadar sediaan tersebut. Metode yang digunakan adalah Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan kolom C-18 ODS (3,9 mm x 300 mm); detektor UV-Vis (panjang gelombang 280 nm); fase gerak asetonitrildapar fosfat pH 3,5 (30:70, v/v) dengan laju alir 1,2 mL/menit.Parameterparameter analitik menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam asetil salisilat dan asam askorbat secara bersamaan. Pada penetapan kadar sampel diperoleh hasil kadar asam asetil salisilat 94,59 ± 1,33% dan kadar asam askorbat 104,58 ± 1,01%."
Universitas Indonesia, 2007
S32625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumondang, Maria
"The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan akrilamida ke dalam grup 2A (berpotensi sebagai karsinogenik pada manusia). Akrilamida ditemukan dalam makanan yang diproses dengan pemanasan pada suhu tinggi (di atas 120oC), dengan kandungan karbohidrat tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisis kadar akrilamida dalam sediaan sereal yang beredar di pasaran secara kromatografi cair kinerja tinggi. Metode ini menggunakan kolom C18-RP dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 210 nm, fase gerak dan pelarut 3,5 mM asam fosfat 85% dalam asetonitril-air (5:95), dan laju alir 0,5 ml/menit. Waktu retensi yang dibutuhkan akrilamida 2,8 menit. Sampel diekstraksi menggunakan etanol-diklormetan (1:20), kemudian ditarik kembali dengan air. Rentang kurva kalibrasi 0,2-1,6 μg/ml menunjukkan nilai linieritas 0,99997; dengan batas deteksi 0,013309 μg/ml; batas kuantitasi 0,04463 μg/ml; dan koefisien variasi sebesar 0,4989%. Kadar akrilamida dalam tujuh sediaan produk sereal yang dianalisis yaitu dengan kadar rata-rata 1,3264 ± 0,11; 0,9430 ± 0,11; 1,3747 ± 0,12; 0,7744 ± 0,05; 1,5222 ± 0,15; 1,1056 ± 0,05; dan 0,3797 ± 0,07 μg/g."
Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
"Akrilamida diketahui sebagai senyawa genotoksik yang ditemukan dalam sampel makanan kaya karbohidrat yang dipanggang dan digoreng oleh beberapa peneliti di Swedia. Akrilamida bukan suatu zat yang ditambahkan ke dalam makanan tetapi sebagai hasil reaksi antara asam amino dan gula sederhana pada temperatur tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisis akrilamida yang terdapat dalam crackers. Kondisi analisis menggunakan kolom C18 dengan campuran 3,5 mmol/L asam fosfat dalam asetonitril-air (5:95) sebagai fase gerak, laju alir 0,5 mL/menit dideteksi pada panjang gelombang 210 nm. Waktu retensi yang dibutuhkan oleh akrilamida adalah 5,6 menit. Kalibrasi dilakukan pada rentang konsentrasi 0,1 ? 1,4 mg/mL dan hasil menunjukkan linieritas yang baik (r=0,99996). Batas deteksi dan batas kuantitasi masing-masing adalah 0,01mg/mL dan 0,0432 mg/mL. Uji akurasi dengan menggunakan pelarut etanol dan diklormetan (1:15) menghasilkan persen perolehan kembali sebesar 89,39% dengan Deviasi Standar Relatif 1,57%. Dari enam sampel crackers, lima mengandung akrilamida dengan kadar masing-masing, yaitu 0,2808; 0,4556; 0,5103; 0,8494 dan 0,9371 mg/g.
Kata kunci: akrilamida; Kromatografi cair kinerja tinggi; crackers; diklormetan"
Depok: Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S32047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred S. Santosa
"Kosmetika di akhir millennium kedua berkembang dengan pesat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Penggunaan asam alfa hidroksi (AHA) dalam berbagai kosmetika pemutih turut berkembang dan menjadi sensasi pada dekade terakliir dari millennium kedua ini. Walaupun pemakaian AHA relatif aman untuk menggantikan asam retinoat dalam memperbaiki struktur kulit, namun pada kadar tinggi dapat menyebabkan irilasi dan pengelupasan kulit yang parah. AHA dengan kadar tinggi seringkali dipakai untuk memperoleh basil dengan cepat tanpa memperhatikan efek samping yang timbul. Di Indonesia banyak beredar produk kosmetika pemutih yang diduga mengandung AHA tanpa mencantumkan jenis AHA yang digunakand dan kadarnya. Analisis AHA baik secara kualitatif maupun kuantitatif menggunakan metode kromatografi pertukaran ion secara KCKT. AHA dianalisis pada dua kolom resin penukar ion yang disambungkan berturut-turut: shim-pack IC-A2 (5 cm x 5 mm) dan shim-pack IC-Al (15 cm x 4,6 mm) menggunakan guard kolom shim-pack IC-GAl dengan fase gerak dapar ftalat (pH=4,3) ditambah asetonitril 6%; kecepatan aliran 2 '"^/mcnit menggunakan detektor konduktivitas (gain 1, range 4) pada temperatur 40°C. Dari sepuluh sampel yang dianalisis, dua di antaranya mengandung AHA, dimana sampel pertama mengandung glikolat 0,581% Vb dan yang lainnya mengandung laktat 6,789% \"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1999
S70492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>