Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Randy Bayu Trisnandi
"Bahan tablet baru yang berasal dari selulosa, yang selanjutnya disebut UNICELL, telah dikembangkan dengan memperlakukan serbuk selulosa bakteri dengan larutan natrium hidroksida 2% yang kemudian dihidolisis dengan larutan asam hidroklorida 2,5 N pada suhu didih selama 10 - 15 menit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan sifat serbuk dan sifat tablet dari UNICELL dengan Avicel® PH102. Sebagai model bahan obat digunakan parasetamol. UNICELL memiliki struktur yang mirip Avicel® PH102 yang menunjukkan bentuk polimorf dari selulosa I. UNICELL yang dihasilkan terdiri atas serat-serat teragregasi. Derajat kristalinitas (OK) dari UNICELL yang di ukur menggunakan metode x-ray difraktometer adalah 75,00% hingga 76,82%. Avicel® PH1 02, sebagai perbandingan juga menunjukkan struktur teragregasi dengan OK 60,00%. Dibandingkan Avicel® PH102, UNICELL menunjukkan nilai berat jenis bulk, berat jenis mampat, indeks Carr dan rasio Hausner yang lebih besar. Sifat dari tablet parasetamol yang menggunakan UNICELL dibandingkan dengan tablet parasetamol yang menggunakan Avicel® PH102 mirip pada konsentrasi yang sama kecuali untuk waktu hancur dari tablet. Waktu hancur tablet parasetamol menggunakan UNICELL lebih cepat dibandingkan waktu hancur tablet parasetamol yang menggunakan Avicel® PH102 dengan konsentrasi yang sarna. Nilai kekerasan tablet parasetamol dan laju pelarutan parasetamol dari tablet menggunakan UNICELL cenderung menurun dengan menurunnya konsentrasi UNICELL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UNICELL dapat digunakan sebagai pengganti Avicel® PH102 pada tablet parasetamol cetak langsung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S32362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Corana
"Pati singkong terpregelatinasi merupakan produk modifikasi pati yang memiliki sifat free flowing dan kompresibel sehingga dapat digunakan sebagai bahan penolong untuk tablet cetak langsung. Sebagai suatu bahan yang barn dikembangkan, pati singkong terpregelatinasi diharapkan dapat menggantikan penggunaan selulosa mikrokristal, produk terpilih yang harganya relatif lebih mahal. Dalam penelitian ini telah dilakukan pencetakan tablet parasetamol dengan variasi 5 formula menggunakan metode cetak langsung. Tiga formula dengan komposisi parasetamol kristal, selulosa mikrokristal dan pati singkong terpregelatinasi, satu formula dengan komposisi parasetamol kristal dan selulosa mikrokristal, satu formula dengan komposisi parasetamol kristal dan pati singkong terpregelatinasi. Untuk mengetahui kemampuan pati singkong terpregelatinasi sebagai bahan penolong tablet parasetamol dilakukan evaluasi yaitu uji laju alir, kekerasan, keregasan, waktu hancur, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, penetapan kadar dan disolusi tablet. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pati singkong terpregelatinasi dapat digunakan sebagai bahan penolong tablet parasetamol cetak langsung. Berdasarkan data yang dihasilkan dalam penelitian ini, pati singkong terpregelatinasi dapat menggantikan mikrokristal selulosa berkisar antara 25%-50% dengan kadar optimal 25%.

Pregelatinized tapioca starch is a modified starch product with the properties of free flowing and compressible, which enables it to be used as an excipient for directly compressed tablets. As a recently developed product, pregelatinized tapioca starch is expected to be able to replace the use of microcrystalline cellulose, an excipient of choice which is relatively expensive. In this research, the following 5 formula of paracetamol tablets have been directly compressed, which consist of 3 formula with crystalline paracetamol, microcrystalline cellulose and pregelatinized tapioca starch, one formula using crystalline paracetamol and microcrystalline cellulose, one formula using crystalline paracetamol and pregelatinized tapioca starch. In order to know the capability of pregelatinized tapioca starch as an excipient for paracetamol tablets, evaluation was carried out upon flow rate, hardness, friability, disintegration time, weight uniformity, size uniformity, assay and dissolution test of tablets produced. The result of this research showed that pregelatinized tapioca starch can be used as paracetamol tablets' excipient. It can also be concluded that pregelatinized tapioca starch can replace 25%-50% microcrystalline cellulose with an optimum concentration at 25%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S32072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effionora Anwar
"Pati singkong terpregelatinasi telah dibuat melalui proses pemanasan suspensi pati di atas suhu gelatinasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pregelatinasi pati singkong mensubstitusi mikrokristal selulosa sebagai diluen, pengikat dan desintegrator (eksipien) tablet yang dibuat dengan cara cetak langsung, menggunakan parasetamoll sebagai model obat dengan lima formula. Tiga formula mengandung campuran mikrokristal selulosa (MS) dan pregelatinasi pati singkong (PPS), satu formula mengandung MS dan satu formula lagi mengandung PPS. Tablet yang dihasilkan dievaluasi kekerasan, keregasan, daya hancur dan laju disolusi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah PPS yang digunakan semakin keras tablet yang dihasiikan dan semakin sukar hancur dalam saluran pencernaan, akan tetapi semakin tinggi jumlah MS dalam tablet semakin rendah laju disolusi zat berkhasiat.

Pregelatinization tapioca starch has been made by heating tapioca starch suspension above its gelatinization temperature. The aim of this research was to determine the ability of pregelatinized tapioca starch (PTS) as a binder, filler or a disintegrator in direct compression tablet for replacing microcrystallines cellulose (MC) as excipient in tablet. It has been carried out five formulas which paracetamol as a model drug. Three formulas consist of MC and PTS in variety concentrations, one formula consist of MC only, and the other one formula is PTS only. The quality of tablet depends on the hardness, friability, disintegration, and dissolution rate. The results showed that PTS can increase the hardness of tablet, while MC makes the solution rate decreased."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2004
SAIN-9-1-2004-21
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Rustiana
"Telah dilakukan penelitian pembuatan sediaan tablet parasetamol cara cetak langsung dengan bahan penolong kombinasi antara pati singkong terpregelatinasi dan pati singkong dibandingkan dengan Starch 1500 dan pati singkong dengan beberapa perbandingan yaitu 75 : 25, 50: 50 dan 25 : 75. Pati singkong terpregelatinasi yang digunakan dibuat dengan double drum dryer pada suhu ±80°C dan kadar air ±44 %b/b dari berat kering pati singkong. Ukuran pati singkong terpregelatinasi yang digunakan yaitu 60/100 mesh. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi antara pati singkong terpregelatinasi dan pati singkong yang memberikan keseragaman bobot terbaik, kekerasan tertinggi dan keregasan terendah yaitu formula 1 (75 : 25); formula 11(50 : 50) memberikan disolusi terbaik dan formula III (25 : 75) memberjkan waktu hancur tercepat. Kombinasj antara pati singkong terpregelatinasi dan pati singkong juga memberikan kekerasan yang lebih tinggi, keregasan yang lebih rendah, waktu hancur yang lebih lama dan disolusi yang lebih rendah dibandingkan dengan kombinasj antara Starch 1500 dan pati singkong. Semakin banyak jumlah pati singkong terpregelatjnasj yang digunakan semakin kuat tablet yang dihasilkan.

It has been done research on preparation of paracetamol tablet by direct compressed using additional material from the combination of pregelatinized amylum manihot and amylum manihot compared with the combination of Starch 1500 and amylum manihot in several proportions as 75 25, 50: 50 and 25 : 75. Pregelatinized aniylum manihot was made by double drum dryer with the temperature of ±80°C and ±44% 1'/b of water content calculated from the amylum manihot dry weight. Particle size of pregelatinized amylum manihot used in this research is 60/100 mesh. This research obtained result shows that combination of pregelatinized amylum manihot and amylum manihot which gives the best uniformity in weight, the highesthardness and the lowest friability is formula I (75 25); formula 11(50 : 50) gives the best dissolution rate and formula III (25 75) gives the shortest disintegration time . The combination of pregelatinized amylum manihot and amylum manihot also gives higher hardness, lower friability, longer disintegration time and lower dissolution rate compared with the combination of Starch 1500 and amylum manihot. The bigger amount of pregelatinized amylum manihot used could increase the strength of tablets produced."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Ayu Novrita
"Pembentukkan dispersi padat telah banyak digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari bahan obat yang sukar larut. Glibenklamida merupakan salah satu obat yang mempunyai sifat praktis tidak larut dalam air. Sehingga mengakibatkan laju disolusi yang rendah dan menurunkan daya absorbsi pada saluran gastrointestinal. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan disolusi glibenklamida dari sediaan tablet menggunakan sistem dispersi padat dengan menggunakan pembawa avicel PH 102. Jumlah perbandingan yang digunakan yaitu 1:1, 1:5, 1:10, dan 1:20. Dispersi padat dibuat dengan metode pelarutan. Dispersi padat glibenklamida-avicel dikarakterisasi menggunakan alat Difraksi sinar-X (XRD) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan laju disolusi pada perbandingan 1:20 menjadi hampir 10 kali lebih tinggi daripada laju disolusi glibenklamida tunggal. Hasil disolusi tablet glibenklamida dari dispersi padat dan standart pada menit ke 120 masing-masing sebesar 110,88 % dan 98,55 %.
Solid dispersions technique has been widely used in enhancing dissolution rate of poorly water soluble drugs. Glibenclamide is one of the drug that practically insoluble in water which leads to poor dissolution rate and subsequent decrease of its gastrointestinal absorbtion. The purpose of this research is to enhance glibenclamide dissolution rate in tablet prepared by solid dispersion technique using microcrystalline cellulose PH 102 as the carrier in different ratios. The ratios used were 1:1, 1:5, 1:10 and 1:20. Solid dispersions were prepared by solvent method. Glibenclamide-avicel solid dispersion was characterized using X-ray diffractometer (XRD) and differential scanning calorimetry (DSC). Solid dispersion with the drug to carrier ratio of 1:20 showed the highest dissolution rate almost 10 times compared to pure glibenclamide. Dissolution rate showed that tablet consist of solid dispersion is higher than pure glibenclamide tablet with the drugs dissolved percentage in 120 minutes for solid dispersion tablet is 110,88 % and 98,55 % for pure glibenclamide tablet."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S33028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Kusumawati
"Penelitian ini menggunakan Hdroxypropylmetilcelullose (HPMC) sebagai adsorben untuk menghasilkan serbuk jeli teripang. Metode pembuatan serbuk menggunakan pengeringan oven pada suhu ± 50oC. Konsentrasi HPMC yang digunakan adalah 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat jeli teripang yang digunakan. Serbuk yang dihasilkan, kemudian diuji higroskopisitas, laju alir, sudut diam dan indeks kompresibilitas. Serbuk ini dipersiapkan untuk pembuatan formula massa tablet. Formula massa tablet dievaluasi seperti uji pada serbuk. Campuran jeli teripang dengan HPMC 5% dan 10% terpilih untuk pembuatan serbuk karena memilki waktu pengeringan yang lebih cepat untuk mencapai kadar air 3-5%. Formula B dan C memenuhi persyaratan pada pembuatan massa tablet.

This research the used Hdroxypropylmetilcelulose (HPMC) as adsorbent to produce Sea Cucumber jelly powder. Microwave drying at ± 50oC was used as method to make powder. The concentration of HPMC were 5%, 10%, 15% and 20% of Sea Cucumber jelly weight. The powder was tested the higroscopisity, compressibility index, flow rate and angle of respon. Those powder was prepared for creating tablet formulation and it was evaluated like test for powder. Combination of Sea Cucumber jelly with of HPMC 5% and 10% were selected to make powder because they have faster drying time to achieve water content 3-5%. The B and C formulation can be used for creating tablet formulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32995
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henrita Vidhayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aerosil sebagai adsorben dalam proses pengeringan jeli teripang. Penelitian ini dilakukan dengan mencampurkan jeli teripang dengan aerosil sebanyak 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Campuran ini dikeringkan menggunakan metode pengeringan oven dengan suhu 50 ± 1oC sampai didapat serbuk dengan kadar air yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi tablet. Massa tablet yang dibuat sebanyak 3 formula, dimana penambahan avicel PH 102 dalam formula yaitu sebanyak 10%, 20%, dan 40%. Evaluasi serbuk kering dan massa tablet meliputi laju alir, sudut istirahat, kompresibilitas dan higroskopisitas.
Hasil penelitian menunjukkan serbuk terpilih yaitu serbuk hasil pengeringan campuran jeli teripang dengan penambahan aerosil 6% menggunakan oven dengan waktu pengeringan selama 6 jam, dan serbuk kering tersebut dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan tablet secara cetak langsung. Massa tablet dengan formulasi serbuk kering : Avicel PH 102 = 80% : 20% merupakan massa tablet terpilih yang dapat digunakan sebagai massa tablet yang dapat dicetak secara cetak langsung.

The objective of this research is to study about the effect of aerosil as adsorbent in the drying process of sea cucumber jelly. This research is doing by mixing the jelly with aerosil, which the concentration of aerosil are 2%, 4%, 6%, 8%, and 10%. These mixtures are dried using microwave drying method in temperature of 50 ± 1oC until the water content of dry powder that is required for tablet compression is obtained. Mass tablet are made in 3 formulas, where the concentration of Avicel PH 102 in different formula are 10%, 20%, and 40%. Evaluation for dry powder and mass tablet include flow rate, angle of repose, compressibility, and hygroscopisity.
The results of this research show that the chosen powder is dry powder resulted by drying the jelly and aerosil 6% using microwave in 6 hours, and the dry powder can be used as active ingredient for compressed tablet by direct compression. Mass tablet with the formulation of dry powder : Avicel PH 102 = 80% : 20% is the chosen mass tablet that can be used as mass tablet for direct compression."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33054
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dolla Delifia
"Pati merupakan bahan penolong yang telah lama digunakan pada pembuatan tablet sebagai pengisi, pengikat, pelincir dan fungsi lainnya sebagai penghancur. Salah satu pati yang belum pernah digunakan sebagai bahan penghancur adalah pati biji durian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pati biji durian sebagai bahan penghancur eksternal dalam pembuatan tablet parasetamol secara granulasi basah yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV. Pati biji durian diperoleh dengan metode ekstraksi dan pengeringan. Pati biji durian digunakan sebagai bahan penghancur eksternal dalam pembuatan tablet secara granulasi basah dengan parasetamol (71,4%) sebagai model obat; dikalsium fosfat sebagai bahan pengisi; pasta amilum 10% sebagai bahan pengikat, magnesium stearat (1%) dan talk (3%) sebagai pelincir. Formula A merupakan formula standar dengan menggunakan 20% pati singkong sebagai penghancur. Formula F merupakan pengembangan dari formula A dengan mengganti 20% pati singkong dengan 20% pati biji durian. Formula F menghasilkan tablet dengan kekerasan, waktu hancur, dan disolusi yang lebih baik dibandingkan dengan formula A. Selanjutnya konsentrasi pati biji durian dikurangi untuk masing-masing tablet pada formula B, C, D, dan E yaitu 5%,10%, 12.5%, dan 15%. Dari keempat formula B-E hanya formula E yang menghasilkan tablet dengan kekerasan, waktu hancur, dan disolusi yang paling baik. Uji disolusi untuk semua formula tablet parasetamol hanya formula E dan F yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV.
Starches are the most common additional materials in tablet formulation which have been used for a long time as diluent, binder, lubricant, dan others fuction as disintegrant. One of the starch that haven’t been developed as disintegrant in tablet formulation is durio seed starch. The objective of this research was to observe the ability of durio seed starch as disintegrant in wet granulation of parasetamol tablet formulation which are appropriate to pharmacopeial requirements. Durio seed starch obtained by extraction and drying method. Durio seed starch used as external disintegrant in wet granulation tablet formulation with paracetamol (71,4%) as a drug model; calcium phosphate dihidrate as a diluent; cassava starch paste 10% as a binder; magnesium stearat (1%) and talk (3%) as a lubricant. Formula A represent a standard formula with use cassava starch 20% as disintegrant. Formula F is a development of formula A with change cassava starch 20% with durio seed starch 20%. Formula F produce tablet with a better hardness, disintegrant time, and dissolution test than formula A. Furthermore durio seed starch concentration are reduced for each tablet in formula B, C, D, and E (5%, 10%, 12,5%, and 15%). Starting at formula B to formula E, only formula E produce tablet with the best hardness, disintegrant time, and dissolution test. The dissolution test for all paracetamol tablet formula only formula E and F which are appropriate to pharmacopeial requirements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>