Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Rahaden Kusuma
"Xilitol adalah poliol yang sering digunakan sebagai pengganti sukrosa karena memiliki kemanisan yang relatif sama dengan sukrosa, dapat digunakan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes dan penderita gangguan metabolisme lemak serta dapat mencegah timbulnya karies gigi. Produksi xilitol dalam penelitian ini dilakukan melalui proses biokonversi substrat hidrolisat hemiselulosa dari ampas tebu menggunakan khamir Hansenula polymorpha. Optimasi dilakukan terhadap cara penylapan hidrolisat hemiselulosa dan variasi penggunaan sumber nitrogen di dalam media. Analisis terhadap hasil dilakukan secara KCKT dengan kolom Metacarb Ca plus (300 X 7,8) mm pada suhu 50°C, fase gerak aquabidestilata dengan kecepatan alir 0,3 ml/menit dan dideteksi menggunakan detektor indeks bias. Hasil biokonversi menunjukkan bahwa konsentrasi xilosa terbesar diperoleh jika proses hidrolisa dilakukan menggunakan autoklaf dengan suhu 121®C, tekanan 2 atm selama 20 menit yaitu sebesar 91,67 g/L. Sedangkan produksi xilitol terbaik diperoleh jika sumber nitrogen yang digunakan adalah urea dengan konsentrasi terbesar terdapat pada hari pertama kultivasi yaitu 3,72 g/L.

Xylitol is a polyols which is used as a sucrose subtitute because of its similarity of sweetness, it can be used as sugar subtitute for diabetics and lipid metabolism disorders and it can also prevent the incidence of dental caries. The production of xylitol in this research is carried out by bioconversion process of hemicellulosic hydrolysate substrate from sugar cane bagasse using a yeast, Hansenula polymorpha. The optimation was done to the hemicellulosic hydrolysate pretreatment and variation of nitrogen sources in medium. The product was analysed through HPLC method with Metacarb Ca plus coloum (300 X 7,8) mm at 50°C and aquabidestilata as mobile phase, flow rate 0,3 ml/minute and detected by Refractive Index Detector. The bioconversion results showed that highest xylose concentration was achieved when hydrolysis process was done by autoclave at 121°C, 2 atm for 20 minutes. While the best xylitol production was achieved when it's used urea as a nitrogen source with highest concentration at the first cultivation day is 3,72 g/L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2002
S70490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Fatmawati
"Indonesia merupakan negara agraris yang setiap tahunnya mengnasilkan padi dalam jumlah besar, namun di sisi Iain hal ini menyebabkan banyaknya jumlah Iimbah jerami padi. Untuk itu diperlukan penanganan limbah yang tepat guna. Pada penelitian ini dicoba memanfaatkan Iimbah jerami padi yang dibagi menjadi merang dan batang sebagai bahan baku xilitol dengan hidrolisis menggunakan H2304 0,3 M pada suhu 121° C dengan waktu optimum 45 menit. Sebelum hidrolisis, dilakukan delignifikasi menggunakan NaOH 1%, suhu 55° C selama 2 jam. Kadar xilosa pada substrat merang sebesar 4918,6 mg/L dan batang 32863 mg/L. Untuk substrat yang didelignifikasi pada merang 3148,5 mg/L dan 1869,5 mg/L pada batang.
Hasil hidrolisis ini kemudian difermentasi dengan khamir penghasil enzim xy/ose reductase, yaitu Candida fukuyamaensis Sampel diberi perlakuan detoksifikasi untuk mehgnilangkan senyawa yang menghambat pertumbuhan khamir, yaitu diberi arang aktif 1% dan dikocok dengan shaker selama setengan jam. Konsentrasi xilitol optimum dihasilkan dengan perlakuan detoksifikasi yaitu untuk substrat merang sebesar 545,6 mg/L dan pada batang 226,7 mg/L, sedangkan persen konversi terhadap substrat awal paling tinggi juga dihasilkan oleh substrat jerami dengan perlakuan detoksifikasi, yaitu sebesar 1,6 % pada merang dan O,7% pada batang. Persen konversi terhadap xilosa awal paling tinggi dihasilkan oleh substrat dengan perlakuan dellgnifikasi-detoksifikasi, yaitu merang besar 17,104% dan batang 7,49%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Oktaviani
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan teknik adaptasi dan
imobilisasi sel khamir Candida tropicalis InaCC Y799 pada fermentasi xilitol dari
hidrolisat hemiselulosa daun tebu (Saccharum officinarum L.). Praperlakuan daun
tebu dilakukan menggunakan 1,8% asam maleat dan iradiasi gelombang mikro
pada suhu 180 C selama 5 menit. Penelitian bertujuan untuk mempelajari
kemampuan khamir untuk tumbuh dan beradaptasi pada hidrolisat hemiselulosa
sebelum fermentasi, dan meneliti potensi penggunaan matriks kalsium alginat
untuk imobilisasi sel khamir, serta pengaruhnya dalam peningkatan produksi
xilitol dari hidrolisat hemiselulosa daun tebu. Hasil menunjukkan bahwa khamir
C. tropicalis InaCC Y799 teradaptasi mampu tumbuh pada media hidrolisat
hemiselulosa daun tebu. Adaptasi khamir pada 75% hidrolisat menghasilkan
konsentrasi dan rendemen xilitol maksimum masing-masing sebesar 11,27 1,65
g/L dan 0,56 0,05 g/g (54,98% dari nilai rendemen teoritis) selama 24 jam
fermentasi, lebih tinggi daripada khamir tidak teradaptasi (kontrol). Namun
demikian, imobilisasi C. tropicalis pada kalsium alginat hanya menghasilkan
konsentrasi dan rendemen xilitol maksimum masing-masing sebesar 5,51 0,63
g/L dan 0,27 0,04 g xilitol/g xilosa awal (29,97% dari rendemen teroritis)
selama 48 jam fermentasi. Konsentrasi dan rendemen xilitol pada sistem sel
terimobilisasi setengah kali lebih rendah daripada sel bebas (kontrol).

ABSTRACT
Research on adaptation and immobilization method of Candida tropicalis
InaCC Y799 in xylitol production from sugarcane (Saccharum officinarum L.)
waste hemicellulosic hydrolysate has been conducted. Sugarcane waste were
pretreated with 1,8% of maleic acid and microwave at 180 C for 5 minutes. The
aim of this research were to study the effects of yeast adaptation using sugarcane
waste hydrolysate and the potential of using calcium alginate as immobilization
matrix of yeast C. tropicalis InaCC Y799 in the xylitol production during
fermentation. The results revealed that fermentation using adapted yeast in 75%
concentration of hydrolysate produce higher xylitol concentration and yield than
those with non adapted yeast. The highest xylitol concentration and yield obtained
using adapted yeast were 11.27 1.65 g/L and 0.56 0.05 g xylitol /g initial
xylose (54.98% of theoretical yield) for 24-hours fermentation. However, the
highest xylitol yield obtained by immobilization method were 5.51 0.63 g/L and
0.27 0.04 g xilitol/g initial xylose (29.97% of theoretical yield) for 48-hours
fermentation, which were lower than free cells system.
"
2019
T53771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Asrirani
"Sasaran dari penelitian ini adalah pemanfaatan limbah tanaman yang mengandung hemiselulosa sebagai substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol dengan menggunakan resting cell dari khamir isolat lokal. Tahapan pengerjaan dibagi dua yaitu pencarian galur terbaik dari khamir koleksi UICC dan pencarian kondisi optimal proses biokonversi xilosa dari hidrolisat TKKS menjadi xilitol dengan menggunakan resting cell khamir koleksi UICC terpilih.
Pada aakhir penelitian ini didapat dua hasil yaitu galur terpilih dari sel khamir koleksi UICC yang dapat mengkonversi xilosa menjadi xilitol adalah Debaryomyces hansenii UICC Y276 dan kondisi optimal untuk proses biokonversi adalah dengan jumlah biomassa awal 600,0 mg dan konsentrasi substrat awal 2%. Yield value terbesar yang didapat adalah 46,92%.

The purpose of this research is crop wastes recycling contain hemicellulose as a substrate in bioconversion of xylose into xylitol by using yeast resting cell that isolated locally. Work is divided into two stages. Firstly, selecting the best yeast strain from UICC. Secondly, searching the optimal condition for bioconversion of xylose from OPEFB hydrolysate into xylitol by using selected yeast resting cell from UICC collection.
The result of this research is Debaryomyces hansenii UICC Y276 become the selected strain of yeast cell which can convert xylose into xylitol. Lastly, the optimal condition of bioconversion is using an amount of 600.0 mg initial biomass with initial substrate concentration is 2%. The greatest yield value that was obtained from this research is 46.92%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvi Nurjanah
"Xilitol merupakan senyawa gula polialkohol dengan lima atom karbon. Senyawa tersebut memiliki banyak manfaat dan telah digunakan secara luas dalam industri makanan, farmasi, dan kesehatan. Sumber karbon yang berlimpah seperti lignoselulosa dapat dimanfaatkan untuk produksi xilitol. Salah satu sumber karbon yang potensial dan prevalensinya tinggi di Indonesia adalah eceng gondok. Tanaman ini dikenal sebagai gulma dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan tanaman eceng gondok yang mengandung hemiselulosa sebagai substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol oleh sel khamir Debaryomyces hansenii. Tahapan optimasi meliputi optimasi hidrolisis dari eceng gondok menggunakan response surface method dan optimasi kondisi fermentasi.
Kondisi hidrolisis yang optimum diperoleh dengan perbandingan bobot eceng gondok terhadap larutan asam oksalat 8% 1:7,5 (b/v) selama 75 menit pada suhu 121oC. Kondisi tersebut menghasilkan yield sebesar 20,66%. Kondisi optimum fermentasi produksi xilitol oleh Debaryomyces hansenii dicapai dengan waktu kultivasi selama empat hari, kondisi aerasi terbatas, dan penambahan ion logam CaCl2.2H2O 0,01%. Kondisi tersebut menghasilkan yield value sebesar 77,43%.

Xylitol is a five-carbon polyol sugar. It has many healthy benefits and is widely used in food, pharmaceutical, and healthcare. Sources with abundant carbon such as lignocellulose can be used for xylitol production. One of the potencial sources with high prevalency in Indonesia is water hyacinth. It is known as weeds and has not been fully utilized by people.
The aim of this research is the utilization of water hyacinth which contains hemicellulose as a substrate in the bioconversion of xylose into xylitol by Debaryomyces hansenii yeast. Stages of processing include the optimization of water hyacinth hydrolysis using response surface method and optimization of fermentation conditions.
Optimum hydrolysis condition obtained by water hyacinth mass to 8% oxalic acid volume ratio of 1:7.5 (w/v) for 75 minutes at temperature of 121oC. The condition obtained yield of 20.66%. The optimum fermentation condition for xylitol production by Debaryomyces hansenii was achieved by four day cultivation, limited aeration condition, and addition of metal ions CaCl2.2H2O 0.01%. The condition obtained yield value of 77.43 %.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Nurhidayah
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman yang mengandung hemiselulosa tinggi, namun pemanfaatannya belum optimal. Tujuan penelitian adalah pemanfaatan eceng gondok sebagai sumber substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol menggunakan khamir Debaryomyces hansenii. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu pencarian kondisi optimum autohidrolisis dan biokonversi hidrolisat yang dihasilkan menjadi xilitol selama 3 hari dengan penggojokan 200 rpm pada suhu kamar. Kondisi optimum perolehan xilosa diperoleh melalui metode autohidrolisis selama 75 menit dengan rasio eceng gondok dan air 1:15 serta pasca hidrolisis selama 45 menit menggunakan asam sulfat 4%. Hasil hidrolisat yang didapatkan adalah 25,55 g/L xilosa. Biokonversi dengan konsentrasi xilosa 10% menghasilkan yield value xilitol sebesar 21,67%. Penambahan kosubstrat glukosa 1% dan gliserol 3% meningkatkan yield value xilitol masing-masing sebesar 25,95% dan 31,61%.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a plant containing high hemicellulose, but its utilization was not optimal. The research purpose is the utilization of water hyacinth as substrate source in the bioconversion of xylose into xylitol using Debaryomyces hansenii yeast. The research was conducted into two stages. Firstly, searching an optimum autohydrolysis conditions. Secondly, bioconversion of the resulting hydrolyzate into xylitol which carried out for 3 days with shaking 200 rpm at room temperature. The optimum conditions for the acquisition of xylose obtained through autohydrolysis methods for 75 minutes with 1:15 water hyacinth and water ratio and posthydrolysis for 45 min using 4% sulfuric acid. Results obtained from hydrolyzate was 25.55 g / L xylose. Bioconversion of 10 % xylose produce 21.67% xylitol yield. Cosubstrates addition of 1% glucose and 3 % glycerol increase xylitol yield respectively 25.95% and 31.61%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuryaningrum
"Xilitol merupakan gula alkohol berkarbon lima, yang secara alami terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, serta memiliki manfaat kesehatan diantaranya adalah antikariogenik dan memiliki indek glukemik rendah. Xilitol dapat diproduksi dari xilosa, baik melalui proses kimiawi ataupun dengan fermentasi. Proses fermentasi dilakukan oleh khamir penghasil enzim xilosa reduktase, Candida fukuyamaensis UICC Y-247. Xilosa dihasilkan melalui proses hidrolisis hemiselulosa yang terkandung dalam limbah lignoselulosa seperti tanaman sorgum.
Dalam penelitian ini dilakukan hidrolisis terhadap tangkai dan malai limbah sorgum untuk menghasilkan xilosa yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan xilitol melalui proses fermentasi dengan penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat. Sebelum hidrolisis pada sampel dilakukan proses dewax dan delignifikasi untuk menghilangkan senyawa-senyawa ekstraktif dan memecahkan lignin yang dapat menghambat proses hidrolisis ataupun fermentasi. Hidrolisis dilakukan dengan asam sulfat 0,3 molar, suhu 121°C.
Berdasar hasil pengukuran didapatkan waktu optimum hidrolisis tangkai adalah 35 menit dan malai 45 menit, dengan masing-masing menghasilkan 4083,8 ppm atau 20,45% xilosa dari hidrolisat tangkai dan 4690,6 ppm atau 23,5% dari hidrolisat malai. Uji HPLC hasil fermentasi dalam penelitian ini, menunjukkan waktu optimum fermentasi adalah 12 jam. Konversi xilosa menjadi xilitol adalah 12,48%; 8,98% dan 2,66% masing-masing untuk hidrolisat malai, tangkai dan xilosa murni. Penambahan D(-) arabinosa sebagai kosubstrat menurunkan pembentukan xilitol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29067
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2002
S32315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyon Fajarprayogi
"Xilitol merupakan gula poliol berkarbon lima yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, sehingga banyak digunakan dalam makanan, industri farmasi, dan kesehatan. Produksi xilitol secara kimiawi menggunakan tekanan dan temperature yang tinggi serta pemurnian berulang dirasakan kurang ekonomis.
Tujuan penelitian ini adalah, menghasilkan xilitol dengan metode fermentasi, menggunakan hidrolisat biomassa tandan kosong kelapa sawit yang mengandung xilosa sebagai substrat. Hemiselulosa tandan kosong kelapa sawit dihidrolisis dengan katalis asam sulfat. Skrining terhadap khamir koleksi UICC dilakukan untuk memperoleh galur terbaik penghasil xilitol. Optimasi kondisi fermentasi produksi xilitol meliputi; waktu fermentasi, konsentrasi substrat dan sumber nitrogen, serta kondisi aerasi.
Dari hasil skrinning diperoleh bahwa Debaryomyces hansenii UICC Y-276 merupakan strain khamir yang potensial untuk produksi xilitol. Kondisi optimum fermentasi produksi xilitol menggunakan khamir D. hansenii yaitu pada waktu kultivasi selama tiga hari dengan konsentrasi total xilosa dalam hidrolisat sebesar 7%, sumber nitrogen ammonium sulfat 0,2%, dan pada kondisi aerasi terbatas, menghasilkan yield value sebesar 71% (b/b).

Xylitol is a five-carbon polyol sugar which has many health benefits, so it is widely used in food, pharmaceutical, and healthcare. Chemically xylitol production using high pressure and temperature and repeated purification felt less economical.
The purpose of this research is to produce xylitol with fermentation method, using biomass hydrolyzate from oil palm empty fruit bunches containing xylose as a substrat. Hemicellulose of oil palm empty fruit bunches hidrolyzed with sulfuric acid catalyst. Screening for yeasts collection of UICC is done to obtain the best strains producing xilitol. Optimization of fermentation conditions for the production of xylitol include fermentation time, substrate concentration and nitrogen sources, as well as the conditions of aeration.
From the skrinning process, it was obtained that Debaryomyces hansenii UICC Y-276 is a potential yeast strain for the production of xylitol. The optimum fermentation conditions for xylitol production using yeast D. hansenii is at the time of cultivation for three days, with a total concentration of xylose in the hydrolyzate by 7%, nitrogen source ammonium sulfate 0.2%, and on a limited aeration conditions, resulting in yield value of 71%(w/w).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>