Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edy Purwanto
"Instalasi Farmasi yang merupakan suatu bagian pelayanan (servicing departement) terhadap bagian-bagian medis dalam organisasi rumah sakit yang bertang gung jawab terhadap pengelolaan obat-obatan yang meliputi kegiatan penyediaan, penyimpanan dan penyaluran obat-obatan serta pengadministrasiannya. Mengingat Rumah Sakit Ketergantungan Obat merupakan suatu rumah sakit khusus yang berbeda dari rumah sakit umum lainnya, maka perlu diketahui peranan bagian Instalasi Farmasi dalam mengelola obat dan masalah-masalah yang dihadapi.
Tujuan dari penelitian mengenai pengelolaan obat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat adalah memperoleh deskripsi tentang pelaksanaan fungsi-ftingsi kegiatan dalam pengelolaan obat, mengidentifikasi masalah pada komponen input yaitu tenaga kerja, sarana dan tata Iaksana (prosedur) serta masalah-masalah pada proses pelaksanaan pengelolaan obat, dan menganalisis obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Penelitian yang dilakukan merupakan suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif. Data dihimpun melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif.
Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pelaksanaan fiingsi-ftingsi logistik pada bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat, secara umum sudah berjalan dengan baik, pengembangan proses dari fungsi logistik dan administratif tergantung pada pengembangan dari komponen input. Tidak adanya tata laksana (prosedur) tertulis dalam kegiatan pengelolaan obat di rumah sakit, menyebabkan tidak adanya ketentuan standar yang disepakati bersama oleh berbagai pelaksana yang terkait dalam pelayanan penge!olaan obat. Obat-obatan yang digunakan dalam terapi pada Rumah Sakit Ketergantungan Obat Iebih banyak digunakan dari golongan Neuroleptik (Trankuilizer) dari pada golongan Anti Depresan, selain itu digunakan pula obat-obatan dari golongan Antibiotik, Vitamin, Neuromialgikum, obat saluran pernapasan, obat saluran cenna; Anti Influenza, Anti Alergi, Anti Radang dan Antiseptik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S31986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Sariaman
"Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan diiimgsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modem, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Instalasi farmasi rumah sakit adalah salah satu unit di rumah sakit, yang berfimgi sebagai tempat menyelenggarakan semua kegiatan pekeljaan kefarmasian yang ditujukan untuk kcperluan rumah sakit.
Sebanyak 52% dari total pengeluaran rumah sakit dipergunakan untuk barang farmasi. Hal ini terlihat dari data keuangan rumah sakit Budhi Asih tahun 2007 di mana total belanja rumah sakit sebanyak Rp 28.?l78.580.633,- sedangkan untuk pengeluaran barang farmasi adalah sebesar Rp I5.060.666.858,-. Pengeluaran barang farmasi ini khusus untuk obat dan alat kesehatan habis pakai.
Jumlah item obat di instalasi farmasi sebanyak 1500 item. Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan stmtegi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak teljadi kelebihan dan kekurangan atau kekosangan obat di unit-unit pelayanan kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah rmtuk menganalisis jenis persediaan obat antibiotika yang ada di instalasi Farmasi dan melihat berapa besamya invwtasi serta indeks kritis agar tercapai persediaan yang optimum.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta dcngan rancangan pcnclitian deskriptif kualitatif dan lcuantitatif dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengendalian obat antibiotika dan analisis kebutuhan obat berdasarkan ABC indeks lcritis. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan kepala instalasi farmasi.
Hasil analisis berdasarkan nilai pemakaian didapatkan Kelompok A terdapat I8 item obat antibiotika yang merupakan 8,33% dari keseluruhan item dengan pemakaian sebanyak 348.219 (70% dari pemakaian keseluruhan), kelompok B terdiri dari 34 item obat antibiotika yang merupakan l5,74% dari keseluruhan item dengan jumlah pemakaian sebanyak 100.992 ( 20% dari pemakaian keseluruhan), kelompok C terdiri dari 164 item obat antibiotika yang merupakan 75,93% dari keseluruhan item dengan jumlah pemakaian 49.360 (10% dari pemakaian keseluruhan).
Sedangkan hasil Analisis ABC berdasarkan nilai investasi terhadap obat antibiolika didapatkan kelompok A dengan nilai investasi 70% dengan biaya Rp 2.081.l06.832,- (dua milyar delapan puluh satu juta seratus enam ribu delapan ratus tigapuluh dua Rupiah) dengan jumlah item 32 dan merupakan 14,8l% dari jumlah item, kelompok B dengan nilai investasi Rp 60l.738.539,~ (enam ratus satu juta tujuh ratus tigapuluh delapan ribu lima rams tiga puluh sembilan Rupiah) dengan jumlah item 32 dan mempakan l4,81% dari jumlah item, kelompok C dcngan nilai investasi 10% dengan biaya Rp 304.129.346,- (tiga ratus empat juta seratus duapuluh sembulan ribu tiga ratus empatpuluh enam Rupiah) dengan jumlah item 152 dan merupakan 70,38% darijumlah item.
Hasil yang didapat berdasarkan nilai kritis adalah kelompok A adalah 8 item obat antibiotika atau 3,70 % dari total item antibiotika, sedangkan kelompok B sebanyak 164 item atau 75,93 % dari seluruh item dan kelompok C sebanyak 44 item atau 20,37% dari seluruh item obat antibiotika
Hospital is a complex organization, that apply the unification of special and complicated scientidc equipment, implemented by vary skilled and educated personal team to strive the solution for current medical issues, all together bounded in one goal to do health maintenance and recovery for the customers. Pharmacy Department is one unit ofthe Hospital that has limction to perform all pharmacy issues for hospital concern.
As much 52% of total hospital spending budget has utilized for pharmacy goods. It described by Budhi Asih Hospital financial report year 2007 where the total spending budget is as much IDR. 28.778.580.633, - and for pharmacy goods they spend as much IDR. 15.060.666.858,-. The spending budget for pharmacy goods at the hospital was especially for drug and single use equipment. Total item of drugs at phannacy department as much 1500 items.
Drugs controlling is an activity to ensure intended target achievement with established strategy and programme so that not affected to sufficiency and insufficiency of drugs supply at health services units.
The objectives of the study are to analyses vary antibiotic drugs supply at pharmacy department and to observes how much invest and critical index that atiected to the optimum supply. The study conducted at Pharmacy Department of Budhi Asih General Hospital jakarta with study design descriptive qualitative and quantitative and case study approach that aim to obtain the description of antibiotic dmgs controlling process and analyses of drugs demand based on ABC critical index.
Data collected by interview with head of pharmacy department. Analyses output based on usage value that obtain of Group A that has 18 items of antibiotic drugs is 8, 33 % of total item with utilize as much 348.219 (70% of total usage), Group B consist of 34 antibiotic drug items is 15, 74% of total item with utilize as much 100.992 (20% of total usage), Group C consist of 164 antibiotic drug items is 75, 93% of total item with utilize as much 49.360 (10% of total usage).
Meanwhile analyses of ABC based on invest value regarding antibiotic drug that obtained by Group A with infestation value 70 % with cost IDR. 2.081.106.832, - (Two billion eighty one million and one hundred six thousand eight hundred and thirty two rupiahs) with total 32 items is 14, 81 % of total item, Group B with invest value IDR. 60l.738.539,- (Six hundred and one million seven hundred thirty eight thousand Eve hundred and thirty nine Rupiahs) with total 32 items is 14,81% of total items, Group C with invest value I0 % with cost lDR.304.l29.346,- (Three hundred four million one htmdred and twenty nine thousand three htmdred and forty six Rupiahs) with total 152 items is 70,38% of total items.
The study output that obtained based on critical value is Group A with 8 antibiotic drug items or 3,70 % of total antibiotic item, meanwhile Group B as much 164 items or 75,93 % of total item and Group C as much 44 items or 20,37% of total antibiotic drug item.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Ramadhan
"Instalasi Farmasi di Rumah sakit perlu mendapatkan pengelolaan yang baik, karena Instalasi ini berperan penting dalam menentukan baik tidaknya pelayanan Rumah Sakit dan juga pengeluaran Rumah Sakit untuk Inslalasi ini cukup besar. Di Rumah Sakit Karya Bhakti pengeluaran untuk Instalasi Farmasi tahun 2002 sebesar 36,24 % dari total pengeluaran Rumah Sakit dan dari jumlah tersebut 46,19% adalah untuk obat, sedangkan jumlah item obat adalah 2388. Dengan jumlah investasi yang sangat besar tersebut (Rp.8.571.147.483,00) dengan jumlah item obat yang cukup banyak memerlukan suatu sistem perencanaan dan pengendalian yang akurat.
Pengawasan obat dengan jumlah item yang banyak akan lebih mudah dilakukan apabila dibuat pengelompokkan obat tersebut menurut tingkat pemakaian. tingkat investasi dan tingkat kekritisannya. Sedangkan perencanaan dapat dilakukan dengan melakukan forecasting menggunakan data tahun yang lalu.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti dan merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan operation research. Melalui pendekatan kualitatif diharapkan diperoleh informasi tentang manajemen Farmasi, khususnya perencanaan dan pengendalian, sedangkan dengan operation research didapatkan bahwa dengan suatu jumlah persediaan yang optimal akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dan sekaligus dapat mengoptimalkan pelayanan. Objek yang akan diteliti adalah obat golongan antibiotik, karena obat golongan ini banyak dipakai 30,55 % dari total pemakaian obat dan investasi untuk obat ini cukup besar yaitu 24,05 % dari total investasi obat selama tahun 2002.
Dilakukan Analisis ABC indeks la-ids untuk obat golongan ini dan dihitung prakiraan jumlah kebutuhan bulan Januari, Februari dan Maret 2003 untuk antibiotik kelompok A dalam analisis ABC indeks kritis dengan metode Simple Exponential Smoothing dengan at = 0.3 dan patokan penghitungan adalah MAD. Selanjutnya dibandingkan dengan perencanann yang dilakukan Rumah Sakit dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Untuk antibiotik kelompok A juga dilakukan perhitungan jumlah pemesanan optimal (Economic Order Quntity) serta perhitungan frekuensi pemesanan optimal.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti dalam melakukan perencanaan memakai metode Moving Average dan pemesanan dengan Order Cyrcie System namun tidak diperoleh alasan yang jelas mengenai pemilihan metode ini. Dari analisis ABC indeks kritis diperoleh 15 item antibiotik yang terrnasuk kelompok A, 44 kelompok B dan 148 kelompok C. Ke-15 item antibiotik yang termasuk kelompok A tersebut merupakan 35,90 % dari total pemakaian dan 28,46 % dari total investasi. Hasil forecasting terhadap kelompok A setelah dibandingkan dengan perencanaan yang dibuat Rumah Sakit ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan dari perhitungan jumlah pemesanan optimal yang apabila dihitung total cost nya dan dibandingkan dengan yang dilakukan RS didapatkan bahwa yang total cost dengan Cara yang dilakukan peneliti hanya 0,36 kali total cost yang dilakukan Rumah Sakit. Frekuensi pemesanan optimal yang dapat dilakukan untuk setiap item antibiotik berkisar antara 36 - 61 kali/tahun, dimana rata ratanya adalah 47,46 kali dan standar deviasi 7,78.
Mengacu pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melakukan pengelompokkan antibiotik menurut analisis ABC indeks kritis dapat mempermudah pengawasan karena dapat ditentukannya prioritas pengawasan, untuk itu disarankan kepada Rumah Sakit Karya Bhakti untuk membuat pengelompokkan semua obat menurut analisis ABC indeks kritis untuk memudahkan pangawasan, Dari hasil forecasting yang dilakukan dan setelah di uji ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna dengan yang telah dilakukan Rumah Sakit, artinya metode perencanaan yang dilakukan Rumah Sakit telah cukup baik, disarankan untuk dipertahankan.
Total cost yang dilakukan peneliti dengan metode Economic Order Quantity lebih ekonomis dibanding Rumah Sakit (36 %). Frekuensi pemesanan optimum sebaiknya dilakukan Rumah Sakit karena akan menekan biaya dan juga mengurangi jumlah persediaan.
Kepustakaan : 25 (1980 - 2002)

Planning Analyses and Medicine Control on Pharmaceutical Instalation at Karya Bhakti Hospital in 2003Pharmaceutical instalation deserve good management because this instalation have an important role in determining the quality of service in the hospital and the cost of this instalation is quite high indeed. In Karya Bhakti hospital on 2002, the cost of this instalation is about 36.24% of total cost of the hospital from such amount 46.19% is paid for 2.388 items of medicine. Referring a large amount of such invest beside a large number of medicine (Rp.8.571.147.483,00), the accurate planning and control system is required. Managing of large number of medicine could be simplified by grouping the medicine according to level of use, level of invest and level of critical point. Therefore, the planning could be clone by forecasting using the last data.
This research was conducted in pharmaceutical instalation of Karya Bhakti Hospital by qualitative and quantitative approach with operation research. By qualitative approach, we expect the information about pharmaceutical management especially planning and control. More over, operation research could be define that optimal amount of stock would cost less even optimize the service. Object the research are antibiotics, because the using of this kind of medicine is 30.55% of total number of all kind of medicine and the invest of antibiotics is quite large number, namely 24.05% of total invest all kind of medicine a long 2002. Critical index ABC analyses is carried out. Requirement in January, February and March 2003 have been estimated for A group of antibiotics by this analyses using Simple Exponential Smoothing method with a = 0.3 and calculation point is MAD. Furthermore, the value were compared with the data of planning which done by the hospital by wilcoxon signed ranks test. Economic order quantity and economic order frequency have been calculated.
The result showed that pharmaceutical instalation in Karya Bhakti hospital, planning was carried out by Moving Average Method, meanwhile ordering was carried out by Order Cycle System, unfortunately there are no definitive reason in choosing these methods. Critical index ABC analyses found that 15 items of antibiotics were belonging A groups, 44 were belonging B groups and 148 were belonging C groups. All of 15 items of antibiotics belonging A groups were 35.90% of total using and 28.46% of total invest. The result of forecasting to A groups compared with planning carried out by hospital showed no significant difference. Meanwhile, calculation of economic order quantity by calculating total cost and compared with those carried out by hospital showed 0.36 times of total cost. Frequency of optimal order for each items of antibiotics is 36-61 times/year with average 47.46 times and standard of deviation 7.78.
The data showed that grouping the antibiotics according to critical index ABC analyses could simply the controlling because the priority of controlling could be determined. Therefore, it could be adviced to the Karya bhakti hospital to grouping all the medicine according to the critical index ABC analyses. The result of forecasting and test showed no significant difference with those carried out by the hospital. It meaned that planning method carried out by hospital is good enough and could be continued. Total cost that was done by researcher by economic order quantity more economic compared by hospital was done (36%). Optimal order frequency better be deducted by hospital because it decreased the cost and amount of stock.
Bibliography : 25 (1980-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Andriani
"Pengelolaan obat adalah salah satu aspek manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam usaha pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukitinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan proses pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan selama ini belum berjalan dengan baik terlihat dari masih tingginya angka kekosongan obat pada tahun 2017 yaitu 7,6% dari 421 jenis obat setiap bulannya dan jumlah obat kadaluwarsa yaitu sebesar 10,45% yang seharusnya 0%. Perencanaan dengan memprioritaskan pembelian kelompok VA, EA dan NA perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekosongan obat.
Untuk mencegah tingginya jumlah obat kadaluwarsa adalah dengan penghitungan jumlah obat yang dipesan berdasarkan penghitungan ROP dan Safety Stock. Kelompok VA merupakan kelompok dengan prioritas utama dalam pengadaan terdiri dari 10 macam obat dengan NS 500cc infus sebagai obat terpenting dalam kelompok. NS 500 cc infus membutuhkan Safety Stock 23.400 sebesar dengan nilai ROP 34.860.

Drug management is one important aspect of hospital management. This study is aiming at analysing drug management in pharmacy unit National Stroke Hospital Bukittinggi. This case study was using qualitative approach.
The study revealed that drug management and monitoring controlling were not well performed. A high percentage of drug stock out in 2017 was found 7,6% out of 421 drugs item each month, while number of expired drugs was high, reaching 10,45% compared to 0% as target. Planning to prioritize purchasing of drugs using VA, EA and NA drug need to implement in order to prevent stock out.
To avoid expired drug, hospital need to purchased based on ROP and Safety Stock. VA group is the highest priority that include 10 drug item where NS 500 cc infusion fluid is the top one in the group. NS 500 cc infusion fluid would need Safety Stock as much as 23.400 number as Safety Stock and ROP 34.860.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
TA2683
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Wurianturi H.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S47973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
TA2450
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
TA2680
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winarto
"Penulisan ini dilatarbelakangi oleh kondisi penyalahgunaan narkoba yang sudah semakin meluas baik itu dikalangan siswa Sekolah Dasar, mahasiswa, dan eksekutif muda yang tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi sudah merambah hingga ke kota-kota kecil, bahkan juga daerah pedesaan. RSKO Jakarta sebagai salah satu institusi publik yang menyediakan pelayanan di bidang terapi dan rehabilitasi korban narkotika turut memberikan andil dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Peran konsumen sebagai pengguna layanan publik dalam transaksi Iayanan publik adalah kemampuannya menunjukkan kehendak, tuntutan, harapan serta penilaian kepuasan terhadap layanan publik. Permasalahan di dalam penulisan ini adalah sampai sejauh mana tingkat kualitas pelayanan yang diberikan oleh RSKO Jakarta kepada para pasiennya dan hubungan antara karakteristik pasien RSKO Jakarta dengan kualitas pelayanan pada RSKO Jakarta. Berdasarkan pada latar belakang tersebut terdapat dua perumusan permasalahan yang mendasari kajian penulisan ini. Pertama adalah, bagaimanakah kualitas pelayanan pada RSKO Jakarta ditinjau dari aspek pelayanan yang citerima dan yang diharapkan pasien? Kedua Adakah hubungan antara karakteristik pasien dengan kualitas pelayanan yang dihasilkan ? Populasi penelitian ini adalah para pasien dan para pegawai RSKO Jakarta. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner dan wawancara langsung dengan para pasien RSKO Jakarta. Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, penelitian ini menyimpulkan : 1. Kualitas pelayanan pada Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta memperoleh nilai rata-rata sebesar -1,168 atau < 0 dan tingkat pemenuhan harapan atau tingkat kesesuaian hanya sebesar 70,31 %. Hal ini mengindikasikan bahwa pelayanan pada RSKO Jakarta dinilai oleh responden masih belum memenuhi harapan pasiennya. 2. Karakteristik pasien seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, jenjang pendidikan, wilayah tempat tinggal dan pasien terakhir menggunakan napza memiliki korelasi dengan kualitas pelayanan pada RSKO Jakarta.

The background of this writing is drug abuse condition progressively extend among student and the young executive which is not only happened in metropolis but till to small town, even though in rural area. RSKO Jakarta as one of public institution service providing in therapy and rehabilitate drug abuse give in the effort of addiction recovery. Customer role in public service is ability to show wish, demand, expectation and also measuring public service. The problems in this writing are how far performance services quality of RSKO Jakarta and its relationship with characteristic factor. According to that background, there are two problems base on this writing. First, how is the service quality at RSKO Jakarta evaluated from discrepancy between customer expectation and their perceptions ? Second, are there any relationship between patient characteristic and service quality of RSKO Jakarta ? The population in this research is patients at RSKO Jakarta. The method of data collecting by using questionnaire and interview to the patient at RSKO Jakarta. Data analyzing use quantitative and qualitative description approach. Base on analyze above, this research conclude : 1. The service quality average value -1,168 or < 0 and performance of service quality 70,31 % at RSKO Jakarta. In this case, it indicates that the service quality at RSKO Jakarta do not satisfied the patient yet. 2. The patient characteristic such as age, gender, status, education, residence and using drug, have correlation with service quality of RSKO Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudianto Hadiwijaya
"Isu globalisasi.dan liberalisasi menimbulkan getaran dalam dunia perumahsakitan. Di kota-kota besar dimulai dengan masuknya modal asing dalam industri bisnis perumah sakitan yang menghasilkan rumah -rumah sakit mewah dengan manajemen canggih. Pemerintah Indonesia mengantisipasi keadaan itu dengan membuka keran bagi modal swasta untuk mendirikan rumah sakit baru. Tumbuhnya rumah-rumah sakit baru memadati dunia perumah sakitan, pada gilirannya menimbulkan dampak persaingan ketat antar rumah sakit. Agar Rumah sakit Pemerintah tidak kalah dalam situasi persaingan ,dikeluarkan kebijakan dengan memberikan peluang bagi rumah sakit Pemerintah untuk berkonversi menjadi rumah, sakit Swadana.
Rumah sakit Cideres adalah rumah sakit umum daerah yang terletak di Kabupaten Majalengka, memperoleh lampu hijau dari Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka untuk mempersiapkan diri menjadi rumah sakit Swadana. Agar pelaksanaan Swadana berjalan lancar, rumah sakit mengadakan uji coba untuk membebaskan salah satu revenue center nya dari pengaturan ICW, dengan pengkelolaan mandiri yaitu melalui Swakelola unit Farmasinya (dengan izin Bupati).
Dengan melihat indikator pelayanan resep, ternyata Swakelola ini menyebabkan pelayanan unit Farmasi meningkat pesat yang berarti pendapatan rumah sakit meningkat pula. Hal ini terlihat dari jumlah resep yang keluar dapat ditekan sebesar 72 % pada tahun 1995, sedangkan pelayanan resep unit Farmasi meningkat sebesar 22,29 % pada tahun yang sama. Peningkatan pelayanan resep di Instalasi Rawat Inap adalah 29,9 %, sedangkan di Instalasi Rawat Jalan adalah 16,1 %.
Pada penelitian didapatkan bahwa kenaikan pelayanan itu belum optimal, karena didapatkan bahwa manajemen Swakelola tersebut masih lemah, terutama dalam unsur koordinasi internal dan eksternal disertai pengendalian belum mendapat perhatian. Apabila dilakukan penataan-penataan dalam struktur maupun prosesnya, produktivitas yang akan terjadi pasti dapat lebih ditingkatkan.

The Analysis of Self Managed Medicines Supply System at the Pharmacy Instalation Cideres Public Regency Hospital, West JavaGlobalization and liberalization issues have effected the hospital world In big cities it started with foreign investments coming into the hospital business industry which produced luxurious hospitals supported by modern management system. The government of Indonesia anticipates this new trend giving opportunities for private/domestic firms to invest its capital to build new hospitals. The growing of new hospitals will, in turn arouses the hard competition between them. To sustain government hospitals create one government policy to maintain positive competition is in this competitive situation, a policy for called the "Swadana" which was issued in the year 1996, tobe implemented by the hospital in Indonesia`.
Cideres public hospital as a local public hospital located in Majalengka regency, has received its permissions from the government of Majalengka regency to prepare things needed to turning to it self a hospital. In order to make the Swadana process runs smoothly, Cideres hospital has arranged a trial to release one of its revenue center from Indische Culture Wet regulation by self-managing its pharmacy unit. In fact, using by prescription service as one of the indicator, the self managing has rapidly increase the performance of the pharmacy services, which means increasing the hospital revenue as well.
This can be seen from the number of prescription unable to be served by Hospital's pharmacy decreased 72% in 1995. The number of receipts served by the Hospital Pharmacy increased by the for 22,29% in the same year. The prescription services inpatient installation was 29,9%, whereas in outpatient installation, it increased by 16,1%.
The study showed that the effort of Cideres Hospital in developing its way to become a Swadana Hospital, is not yet optimal, since there are some weaknesses in their self-managing system, especially the internal, external coordination and management controlling. Changes and better arrangement in structure, function and system are still recommended to be improve in order receipt to achieve higher productivity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>