Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pudjiastuti
"Penelitian tentang aktivitas antibakteri dan antijamur dari infus kulit batang trengguli (Cassia fistula Linn.) terhadap bakteri Sta.phylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris dan jamur Candida al bicans, Trichophyton men tagrophytes, Trichophyton rubrum dan Microsporum canis telah dilakukan di Laboratorlum Mikrobiologi, Jurusan Farmasi, FMIPA-UI, Depok.
Tujuan dari penel i tian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri dan antijamur infuslkulit batang Cassia fistula Linn. terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Candida al bicans, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum dan Microsporum canis dengan menentukan zona hambatan pertumbuban dengan metode cakram dan kadar hambat minimal dengan metode dilusi.
Hasil penelitian menunjuk~an bahwa infus kulit batang Cassia fistula Linn. memberikan zona hambatan pertumbuhan dan kadar hambat minimal terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Proteus, vulgaris; memberikan kadar hambat minimal terhadap Trichophyton rubrum dan Microsporum canis; akan tetapi tidak memberikan efek terhadap Candida albicans dan Trichophyton mentagrophytes."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Arif Syah Hidayat
"ABSTRACT
Demam berdarah dengue (DBD) memiliki prevalensi yang tinggi di daerah subtropis dan tropis, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Di Indonesia sebagai salah satu negara di kawasan tersebut, angka kesakitan DBD mencapai 49,5 per 100.000 penduduk di tahun 2015. Terapi suportif masih menjadi standar tata laksana kasus DBD karena terapi spesifik terhadap dengue virus (DENV) belum ditemukan hingga kini walaupun angka kematian penyakit terkait dapat mencapai 20% bila terjadi komplikasi dengue shock syndrome (DSS). Penelitian ini merupakan studi eksperimental untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun trengguli dalam menghambat replikasi DENV dengan menggunakan sel Huh7it-1 dan DENV. Tingkat toksisitas ekstrak diperoleh melalui uji MTT dalam bentuk nilai half-cytotoxic consentration (CC50), sedangkan kemampuan penghambatan replikasi DENV diperoleh melalui uji fokus dalam bentuk nilai half-inhibitory concentration (IC50). Nilai indeks selektivitas (SI) didapatkan dari kedua nilai tersebut. Hasil menunjukkan bahwa ektrak daun trengguli memiliki nilai CC<50, IC50 dan SI sebesar 81,25 µg/mL, 23,66 µg/mL  dan 3,43. Nilai IC50 yang didapatkan menunjukkan adanya efek antiviral ekstrak daun trengguli, akan tetapi nilai CC50 yang rendah menyebabkan nilai SI sangat rendah. Nilai SI yang rendah memerlukan penelitian lebih lanjut dengan fraksinasi ektrak untuk menurunkan efek toksik terhadap sel.

ABSTRACT
Dengue fever has high prevalence in subtropical and tropical area, especially in Asia Pacific region. In Indonesia as one of the country in the region, the incidence rate of dengue fever reached 49,5 per 100.000 person in 2015. Supportive treatment is still the standard of dengue fever therapy because the specific therapy against dengue virus (DENV) has not been found yet although the mortality rate of the disease reached 20% in the incidence of its complication, dengue shock syndrome (DSS). This is an experimental study to measure the activity of the Cassia fistula leaves extract in inhibiting the replication of DENV using Huh7it-1 cell and DENV. The toxicity level of the extract was obtained from MTT assay test as half-cytotoxic concentration (CC50) score, while the DENV replication inhibitory level was obtained from focus assay test as half-inhibitory concentration (IC50). From both scores, the score of selectivity index (SI) was obtained. From the experiment, the scores of CC50, IC50 and SI were 81,25 µg/mL, 23,66 µg/mL and 3,43. The score of IC50 acquired shown that there are antiviral activity of Cassia fistula leaves extract, but the low score of CC50 reduced the SI score. The low score of SI needed further research with extract fractination to reduce the toxicity level to the cell."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustina Muliani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S32002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aes Dei Sandia
"ABSTRAK
Agen pencerah kulit yang berasal dari bahan alam kini banyak diteliti karena dinilai
lebih aman. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai agen pencerah kulit
adalah Cassia fistula L. Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara in vitro
aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase oleh fraksi air daun Cassia fistula
L. serta uji manfaat fraksi tersebut dalam sediaan gel. Penetapan antioksidan dengan
metode DPPH dan uji penghambatan tirosinase dengan microplate reader. Uji
manfaat dilakukan pada 33 orang wanita dengan penggunaan gel dengan konsentrasi
2% selama 28 hari yag dibandingkan dengan kontrol negatif. Uji aktivitas antioksidan
didapatkan hasil IC50 118,05.1 μg/ml dibandingkan dengan vitamin C dengan nilai
IC50 2,51 μg/ml. Sedangkan aktivitas inhibisi tirosinase oleh fraksi air didapatkan
nilai IC50 165,27 μg/ml yang dibandingkan dengan asam kojat sebagai kontrol positif
dengan nilai IC50 7,12 μg/ml. Uji kinetika menunjukkan fraksi air daun trengguli
menginhibisi tirosinase secara unkompetitif. Uji manfaat dengan analisis bivariat, gel
yang mengandung fraksi air daun trengguli dengan uji T-test berpasangan terbukti ada
penurunan yang signifikan secara statistik didapati p 0,000 (p<0,05), dengan rata-rata
penurunan indeks melanin kulit sebesar 4,54 sampai dengan 5,03. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan fraksi air daun trengguli memiliki kemampuan sebagai
agen pencerah kulit.

ABSTRACT
Skin-lightening agent derived from natural materials widely researched now because
it is more secure than syntetic agent. One of the plants that have potential as a skin
lightening agent is Cassia fistula L. This researches was conducted to examine the in
vitro antioxidant activity and inhibition of tyrosinase by a water fraction of Cassia
fistula L. leaves and the efficacy test of trengguli water fraction in gel formulation.
Determination of antioxidant with DPPH and tyrosinase inhibition test with a
microplate reader. Efficacy test conducted on 33 women used the gel for 28 days with
2% concentration compared with negative controls. Antioxidant activity assay
showed IC50 118,05 μg/ml compared with vitamin C with IC50 value 2,51 μg/ml.
Activity of tyrosinase inhibition by water fraction obtained IC50 value 165,27 μg/ml
compared with kojic acid as positive control with IC50 value of 7,12 μg/ml . Enzyme
kinetics assay showed that water fraction of trengguli leaves extract inhibited
tyrosinase with uncompetitive inhibition type. Efficacy test using bivariate analysis,
gel formulation containing 2% water fraction of trengguli leaves with paired T-test
proved there was a statistically significant decrease, p- value 0,000 ( p < 0,05 ), with
an average decrease in skin melanin index of 4,54 to 5,03. Based on these results can
be concluded trengguli leaves water fraction has the ability as a skin lightening
agent ."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T39232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Hamzah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Supradnyani
"Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn) selain banyak dikonsunisi oieh masyarakat juga digunakan untuk mengobati diare dan luka pada kulit. Daun dan kulit buah tanaman ini diduga mempunyai daya anti bakteri, tetapi belum diteliti khasiatnya secara mikrobiologik
Telah dilakukan penelitian daya anti bakteri dari daun dan kulit buah tanaman jambu mete secara mikrobioiogikdengan menggunakan kuman Staphylococcus aures,S'arc-ina1utea, -:--Eschenichiacall dan, Pseudomonasaeruginoaa-.Daya anti bakteni ekstrak daun dan ekstrak kuiit-bu.andLt.antukan,dengan metoda dilusi agar iiah metoda difcii agar.
Kadar hambat min-imai ekstrak daun terhacap kumari Staphylococcus aureus, Sarcina.lutea,:Eschenichiacoli dan;Pseudomonas ae ruginosa berturut-turut adaiah 6,25 mg/ml, 12,50 mg/ml, 50 mg/ml, dan 12,50 mg/mi. Kadar ftarnbat minimal ekstrak kulit buah terhadap kurnan Staphylococcus aureus:,- .Sarcina lutea, Eschenihia coil dan Pseudomonas aenuginosa berturut-turut adaiah 3,125 mg/ml, 6,25 mg/ml, 12,50 mg/rnldan 5,25 mg/mi.
Diameter zona hambatan ekstrak daun Øada kadar 200 mg/ml terhadap kuman Staphylococcus aureus, Sarcina lutea, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa berturut-turut adalah 22,39 mm, 16,68 mm 10,14 mm dan 12,08 Thm.Diameter zona hambatan ekstrak i
Disimpulkan bahwa ekstrak daun dan ekstrak kulit buah tanaman jambu mete mempunyai daya anti bakteri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Risma Lili N.
"The novel compounds of 3-hydroxypicolinyl serine penthyl penthanoyl ester (PSPPE) and 3-hydroxypicolinyl serine hexyl hexanoyl ester (PSHHE) were obtained from modification of the UK-3A that had been known to inhibit cancer cells growth. From this research it is expected to obtain analogous compounds that have higher activities. Synthesis of these compounds were carried out in three steps. The first step was esterification of L-serine with penthanol and hexanol using p-toluenesulfonic acid as catalyst in benzene yielded 72,4% and 84,6% of L-serine penthyl esther p-TsOH (LSPE) and L-serine hexyl esther p-TsOH (LSHE) respectively. The second step was amidation of LSPE and LSHE with 3-hydroxypicolinic acid using DCC/DMAP as activator/catalyst in pyridine yielded 3-hydroxypicolinyl serine penthyl ester (PSPE) 73,5% and 3-hydroxypicolinyl serine hexyl ester (PSHE) 74,6%. The third step was esterification of PSPE with pentanoic acid using DCC/DMAP as activator/catalyst in chloroform yielded 71,8% of 3-hydroxypicolinyl serine penthyl pentanoyl esther (PSPPE) and PSHE with hexanoic acid yielded 70,1% of 3-hydroxypicolinyl serine hexyl hexanoyl esther (PSHHE). The LC50 value of toxicity of PSPPE and PSHHE were 509.6 μg/mL and 443.2 μg/mL respectively. The IC50 of cytotoxicity of PSPPE and PSHHE on Murine leukemia P-388 cells were 23.5 μg/mL and 23.0μg/mL respectively and indicated that PSPPE and PSHHE have higher activity than UK-3A.

Senyawa 3-hidroksipikolinil serin pentil pentanoil ester (PSPPE) dan 3-hidroksipikolinil serin heksil heksanoil ester (PSHHE) adalah senyawa baru yang merupakan modifikasi dari struktur molekul senyawa UK-3A yang diketahui mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan sel kanker. Hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh senyawa analog UK-3A yang lebih aktif. Sintesis senyawa analog UK-3A tersebut dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah reaksi esterifikasi antara L-serin dengan pentanol dan heksanol dengan pelarut benzene dan katalis p-toluensulfonat. Masing-masing reaksi menghasilkan Lserin pentil ester p-TsOH (LSPE) sebesar 72,4% dan L-serin heksil ester p-TsOH(LSHE) 84,6%. Tahap kedua adalah reaksi amidasi antara LSPE dan LSHE dengan asam 3-hidroksipikolinat menggunakan pelarut piridin dan aktivator/katalisator DCC/DMAP menghasilkan 3-hidroksipikolinil serin pentil ester (PSPE) sebesar 73,5% dan 3-hidroksipikolinil serin heksil ester (PSHE) sebesar 74,6 %. Tahap ketiga adalah reaksi esterifikasi mrenggunakan pelarut kloroform dan aktivator/katalisator DCC/DMAP antara PSPE dengan asam pentanoat menghasilkan 3-hidroksipikolinil serin pentil pentanoil ester (PSPPE) sebesar 71,8%, antara PSHE dengan asam heksanoat menghasilkan 3-hidroksipikolinil serin heksil heksanoil ester (PSHHE) sebesar 70,1%. Hasil uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina L. menunjukkan nilai LC50 PSPPE 509,6 μg/mL dan PSHHE 443,2 μg/mL .Nilai IC50 hasil uji sitotoksisitas terhadap sel Murine Leukimia P-388 menunjukkan senyawa hasil sintesis mempunyai aktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa UK-3A (IC50 38 μg/mL) yaitu 23,5 μg/mL dan 23,0 μg/mL berturut-turut untuk senyawa PSPPE dan PSHHE."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1994
S31980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Puspita Anjani
"Latar Belakang: Pasien dengan CCF direk sebagian besar muncul dengan keluhan bruit orbital (80%). Diagnosis CCF direk dan indirek ditegakkan secara primer berdasarkan temuan pada angiografi konvensional. Namun, DSA merupakan tindakan invasif dengan ketersediaan yang masih terbatas di unit-unit kesehatan Indonesia. Dipikirkan apakah ada atau tidaknya bruit orbita dan gambaran dari modalitas imaging non-invasif seperti CT dan MRI dapat membantu diagnosis dan menentukan tipe CCF.

Tujuan: Menganalisa temuan CCF pada ada atau tidaknya bruit orbita pada pemeriksaan fisik dan modalitas imaging multiplanar berupa CT/CTA kepala kontras atau MRI kontras/MRA kepala, serta membandingkan temuan pada DSA.

Metode: Sebanyak 52 pasien memenuhi kriteria penelitian studi potong lintang dengan data sekunder retrospektif CT/CTA kepala kontras atau MRI kontras/MRA kepala selama tahun 2019 hingga 2023. Analisis bivariat kesesuaian antara temuan bruit orbita, CT/CTA kepala kontras, atau MRI kontras/MRA kepala pada kasus CCF dilakukan dengan uji kappa cohen.

Hasil: Terdapat 38 (73,1%) subjek dengan bruit orbita (κ:0,60; p <0,01). Terdapat tingkat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan multiplanar dengan DSA (κ:0,80; p <0,01) dan antara CTA kepala kontras dengan DSA (κ: 0,84; p <0,01).

Kesimpulan: Terdapat tingkat kesesuaian yang kuat pada temuan radiologis pada seluruh modalitas multiplanar dibandingkan dengan temuan pada DSA dalam menentukan tipe CCF direk dan indirek. CTA merupakan modalitas terbaik dalam menentukan tipe CCF.


Background: Most patients with direct CCF present with complaints of orbital bruits (80%). The diagnosis of direct and indirect CCF is made primarily based on findings on conventional angiography. However, DSA is an invasive procedure with limited availability in Indonesian health units. Consideration of whether or not an orbital bruit is present and images from non-invasive imaging modalities such as CT and MRI can help diagnose and determine the type of CCF.

Objective: To analyze CCF findings on the presence or absence of orbital bruits on physical examination and multiplanar imaging modalities in the form of contrast head CT/CTA or contrast head MRI/MRA, and compare the findings on DSA.

Method: A total of 52 patients met the criteria for a cross-sectional study with retrospective secondary data of contrast head CT/CTA or contrast head MRI/MRA during 2019 to 2023. Bivariate analysis of concordance between orbital bruit findings, contrast head CT/CTA, or contrast MRI/ Head MRA in CCF cases was performed using Cohen's kappa test.

Results: There were 38 (73.1%) subjects with orbital bruits (κ: 0.60; p <0.01). There was a good level of agreement between multiplanar examination and DSA (κ: 0.80; p < 0.01) and between contrast head CTA and DSA (κ: 0.84; p < 0.01).

Conclusion: There is a strong level of concordance in radiological findings in all multiplanar modalities compared with findings in DSA in determining the type of direct and indirect CCF. CTA is the best modality in determining the type of CCF."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hastuti Assauri
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S32212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>