Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iskandarsyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S31985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Ketut Karma Susatia
"Dalam thhun-tahun terakhir mi, masalah lingkungan sangat menjadi perhatian bagi masyarakat banyak, khususnya mengenai masalah limbah. Telah dilakukan berbagai cara untuk mengetahui tingkat pencemaran logam pada limbah cair industri pada lingkungan. Salah satunya dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tanipak. Keunggulan dari metode mi ialah biaya pemeriksaan yang relatifmurah serta hasil yang cukup akurat.
Telah dilakukan pene1itian tentang pemeriksaan kadar timbal di dalam linibah cair dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak. Metodenya didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks antara timbal dengan dithizon di dalam kioroform melalui proses ekstraksi, menjadi kompleks timbal dithizonat. Selanjutnya intensitas warna dad senyawa kompleks itu diukur pada panjang gelombang 510,0 run. Parameter yang terkontrol adalah konsentrasi pereaksi yang ditambahkan, pH larutan pereduksi, kemurnian zat kimia yang dipakai, serta waktu pengocokan pada saat ekstraksi.
Hasil percobaan menunjukkan dad 4 sanipel linibah cain industri yang dipeiiksa, ada 2 industri yang memenuhi syarat baku mutu linibah untuk logam timbal, yaitu industni mesin-mesin berat dan industri otomotif pertania. Sedangkan 2 industri lagi yang tidak memenuiii syarat adalah industii otomotif kedua dan industri cat. Kadar timbal yang diperbolehkan terdapat dalam limbah cair yang baik, yaitu 0,1mg/L.

In the recent years, environment problems have been come a considerable attention for people, especially about waste water. Many ways have been done to know the level of metal contamination in industrial waste water in the environment. One of them is the visible spectrophotometry method. The advantages of this method are the cost of the analysis which relatively cheaper and the result is accurate enough.
This research investigates lead in waste water by using visible spectrophotometry method. The principle is based on complex reaction between lead and dithizon in chloroform after extraction, and form the complex compound, lead dithizonate. Then the intensity of complex color is measured at wavelength 5 10,0 nm. The fixed parameters are reagent concentration added, pH of reduktor solution, the purity of used chemical, and time for shaking during the extraction process.
As the result of this research, from 4 industrial waste water samples that have been investigated, there are 2 industries that qualified with the standard waste water in Indonesia, i.e. heavy weight machine industry and the first otomotive industry. And 2 industries that not qualified are the second otomotive industry and paint industry. The maximum lead may be permitted in qualified waste water is 0,1 mg/L.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinna Budi Wahyuni
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S31989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Sulaiman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
TA862
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ebo Widarisman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S31981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
"ABSTRAK
Industri kecil (IK) electroplating yang dijadikan studi adalah IK-electroplating yang berada di wilayah DKI Jakarta. Untuk pengembangan teknologi pengolahan, sebagai upaya dalam penanggulangan dampak pencemar, dilakukan pendekatan penelitian dengan perolehan data primer dan sekunder, yang meliputi kegiatan pendataan penyebaran industri kecil electroplating di wilayah DKI Jakarta, observasi serta analisis proses produksi, pengambilan dan pemeriksaan sample air limbah, analisis karakteristik air limbah yang dihasilkan serta percobaan secara fisik-kimia di laboratorium. Hasil dari uji coba tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan konsep bangun pengolahan limbah industri kecil electroplating tersebut.
Jenis industri kecil electroplating di wilayah DKI Jakarta, adalah jenis pelapisan Nikel-Krom, pelapisan Tembaga - Nikel Krom dan pelapisan Seng. Jumlah IK Electroplating yang didata berjumlah 37 buah yang tercatat di Kanwil DInas Perindustrian menyebar di daerah pemukiman dan daerah komersial. Jumlah terbsear dari penyebaran industri kecil electroplating berada di wilayah Jakarta Barat (±70%), dengan jenis pelapisan Nikel-Krom yang dominan.
Karakteristik air limbah yang dihasilkan secara kualitas, umumnya ditandai dengan pH yang rendah sampai netral, kesadahan tinggi, COD yang rendah sampai sedang, DHL yang tinggi serta kandungan logam berat Pb, Cu, Cd, Cr, Ni, dan Zn. Konsentrasi tingkat pencemar yang diukur dengan nilai COD bervariasi dari 108 mg/l sampai 14033 mg/l. Perbandingan BOD Terhadap COD yang umumnya rendah, hal ini menunjukkan rendahnya fraksi organik yang terbiodegrasi, sehngga penanganan air limbahnya yang tepat adalah dengan proses pengolahan secara fisik - kimiawi.
Percobaan pengolahan dilakukan terhadap air limbah Nikel-Krom yang merupakan jenis industri kecil electroplating yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Hasil percobaan disajikan dalam tabel 1 dan 2 dan gambar 01. Untuk mencapai kualitas efluen air limbah yang ditetapkan di DKI Jakarta, diperlukan pengolahan kimia fisis dengan dosis optimum koagulan FeSO4 (99%) sebesar 1500 mg/l, Ca(OH)2 teknis 2% sebesar 1360 mg/l, H2SO4 1N sebanyak 15 ml/500 ml sampel. Koagulan air diperlukan sebesar 0,5 ml/500 ml dengan pengadukan 60 rpm selama 15 menit. Periode waktu pengendapan 30 menit dengan produksi lumpur 99 ml/500 ml sampel atau 20% dari limbah yang diolah (kadar air ± 95 - 98%). Kondisi optimal untuk reduksi Cr adalah pada pH = 2,0, sedangkan untuk terbentuknya endapan pada pH 8-9,50.
Untuk sistem pengolahan limbah IK-EP tersebut disarankan menggunakan sistem terpusat yaitu limbah dari beberapa industri digabung menjadi satu dengan menggunakan sistem MOduk. Namun jika mempunyai halaman dapat mengolah sendiri. Untuk kapasistas 0.5 m3/hari (dengan 4x "run" perhari) dibutuhkan 1 bak penangkap minyak/detergen, bal ekualisasi dan 1 drum bak koagulasi/flokulasi dan sedimentasi. Luas area yang dibutuhkan 3x3m2. Rancang Bangun Teknologi Pengolahan Limbah Industri Kecil Electroplating tertera pada gambar 02.

ABSTRACT
The object study focused on small electroplating industries located in DKI Jakarta area. To overcome the impact of pollution, we try to develop technology of waste treatment of small electroplating industries. Firstly, we have mad an observation covered the primary data as well as secondary data about small electroplating industry which spread throughout the DKI Jakarta area. Then, we observed the process of production, sampling the waste water, analysed the characteristic of waste water, and the test is managed physically as well as chemically in Laboratorium. The result of these observations is used to prepare the concept of the waste water treatment plant of small electroplating industry.
There are about 37 electroplating industries registered in Kantor Wilayah Dinas Perindustrian DKI (Region office in the Industrial Department) which are spread out in the human settlement area and commercial area. Those are Ni-Cr plating, Cu-Ni-Cr plating and Zn Plating. The most dominan is the Ni-Cr-plating (±70%) located in west java.
The quality of waste water produced by these electroplating industries generally characterized by the low up to normal pH, very high hardness, high conductivity, COD low slightly medium, and contained metal such as Pb, Cu, Cd, Cr, Ni, and Zn. The pollution is generally above average. The level of pollution indicated by COD varied considerably from 108 mg/l to 14033 mg/l.
.
The ratio BOD/COD generally low that indicates biodegradation of organic fraction is low. Therefore the proper method to treat the waste water is physically as well as chemically.
The result of the test for treating the electroplating waste water are presented in tabel 1 and tabel 2, figure 01. In order to meet the effluent standard of DKI Jakarta, it is needed to treat the waste water chemically and physically. The optimal dosage of coagulant FeSO4, (99%) 1500 mg/l Ca(OH)2 2% is 360mg/l, H2SO4 1 N is 15 ml/500 ml sampling.
The coagulant aid needed is 0,5 mg/500 ml water mixed in 60 rpm in 15 minutes. The precipitation periode is 30 minutes and it produces sludge 99 ml/500 ml or 20% treated water (the water content in between 95-8%). The optimum condition of reducing Cr is in pH 2,0 : whilst the pH for forming sediment are in the range pH 8-9,50.
For waste water treatment of electroplating it is suggested to use central system by mixing them up and use modul system. However if they have enough land they may treat or process the waste by their ow. For a capacity of 0.5 m3/day with 4 x run per day, one needs to have grease/oil trap, equalization tank, coagulation flocculation & sedimentation tank in one drums. A space of 3x3 m2 is needed. The construction drawing presented in figure 0,2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fachmi Idris
"ABSTRAK
Pendahuluan. Setiap pekerjaan yang menggunakan logam Merkuri, termasuk membuat amalgam, memiliki resiko untuk terpajan dengan logam ini. Pajanan logam ini, apabila melebihi nilai batas biologik akan menimbulkan penyakit. Di puskesmas-puskesmas, perawat gigi membuat amalgam secara manual, yang bahan dasarnya adalah logam Merkuri. Permasalahannya adalah, sampai saat ini, belum ada penelitian yang berhubungan dengan pajanan logam Merkuri pada perawat gigi tersebut. Pemikiran inilah, yang kemudian melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan topik kadar Merkuri dalam urin perawat gigi sebagai akibat proses kerja membuat amalgam.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Merkuri dalam urin perawat gigi yang bekerja di puskesmas serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar tersebut.
Metodologi. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional terhadap perawat gigi yang berkerja di balai pengobatan gigi puskesmas wilayah Jakarta Selatan. Subyek penelitian adalah perawat gigi yang membuat amalgam secara manual dan memiliki masa kerja minimal 6 bulan, serta tidak mengambil cuti lebih dari 35 hari dalam waktu 6 bulan terakhir sebelum penelitian dilakukan. Jumlah perawat gigi yang diteliti sebanyak 25 orang dan total populasi 27 perawat gigi yang masuk kriteria (z = 1,75, p= 0,5, d = 0,17). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 1998. Instrumen pengumpulan data adalah analisis laboratorium, kuesioner dan observasi. Analisis statistik yang digunakan adalah frekuensi, distribusi dan statistik deskriptif untuk analisis univariat, uji pasti Fisher dan uji-t independent untuk analisis bivariat, serta regresi logistik untuk analisis multivariat.
Hasil. Kadar Merkuri dalam urin perawat gigi memiliki rentang nilai antara 6 ug/L sampai 300 ug/L. Dari rentang ini 68% melebihi nilai normal (>42 ug/L). Dan 6 variabel yang diperkirakan berhubungan dengan kadar tersebut, hanya 2 variabel yang secara statistik bivariat bermakna. Variabel tersebut adalah indikator pemaparan dan riwayat dental amalgam.
Kesimpulan dan Saran. Kecilnya jumlah sampel dalam penelitian ini memerlukan dukungan penelitian-penelitian lain yang sejenis pada puskesmas-puskesmas di luar wilayah Jakarta Selatan. Konsep penelitian ini sendiri tidak mengeksplorasi lebih jauh tentang faktor-faktor lain yang tidak terkait dengan pekerjaan. Variabel yang berhubungan dengan pekerjaan hanyalah variabel indikator pemaparan yang merupakan hasil perkalian antara lama bekerja dengan jumlah penambalan. Mengingat banyaknya perawat gigi yang kadar Merkuri dalam urin melebihi nilai normal, memerlukan langkah-langkah antisipatif penurunan kadar tersebut. Langkah-langkah tersebut berupa langkah medisinal dan atau langkah manajerial. Untuk peneliti lain, dianjurkan untuk meneliti kemungkinan manifestasi klinik dari perawat gigi yang menunjukkan kadar Merkuri di atas nilai normal. Untuk praktisi kesehatan kerja yang bekerja di industri-industri yang berhubungan dengan hazard logam Merkuri, penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi tambahan dalam melakukan pemeriksaan pra-karya dan pemeriksaan berkala (terutama kemungkinan adanya bias pemeriksaan kadar Merkuri dalam spesimen yang tidak berhubungan dengan proses kerja).

Introduction. Every work that uses Mercury, including amalgam, has a risk to be exposed. If Mercury exposure is more than biological limit value, the exposure may result in a disease. At the "puskesmas" (community health center), dental nurses make amalgam manually and use Mercury as basic ingredient. The problem is, until this time, there is no study on exposure to Mercury among dental nurses. On the basis of this reason, a research was conducted to study urine Mercury concentration on dental nurses.
Objectives. The research objective is to describe Mercury concentration in urine dental nurses at community health centers in south Jakarta area and to analyze factors which relate to that concentration.
Methodology. This research was conducted by use of a cross sectional study design. The subject of research were dental nurses who had made dental amalgam manually, had worked 6 months minimally and had no leaved the job more than 35 during the last 6 months. Total samples were 25 dental nurses (z=1,75, p=0,5, d3,17). This research was done in March 1998. Instrument for collecting data were laboratory analysis, questionnaire and observation. Statistical analysis was descriptive statistic for univariate, exact Fisher's test and t-test for bivariate, and multiple logistic regression for multivariate.
Result. The range of urine Mercury concentration in dental nurses is between 6 ug/L and 300 ug/L. From this range, a 68% of dental nurses have urine Mercury concentration more than normal value (>42 ug/L). In analyzing factors related to that concentration, only 2 variables are statistically significant. These variables are exposure indicator and dental amalgam history.
Summary. Considering that the number of sample was to small, this research needs a follow-up study to support this research. The weakness of this study did not observe in depth about another factors which is estimated not related to amalgam working process. A significant variable which relates to amalgam working process in this study is the exposure indicator. Due to number of dental nurses with urine Mercury concentration more than normal value is large enough, it is suggested that urine the Mercury concentration should be reduced. Medical and managerial approach are the ways to reduce it. For next study, on the basis of this study, other researchers may study the clinical manifestation in dental nurses who have urine Mercury concentration more than normal value. For occupational health manager, the result of this study can be considered for preemployment and annual health examination in industry with Mercury hazard (especially, to minimize urine Mercury concentration bias from dental amalgam when measure specimen that not related to working process).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Priana
"Ampisilin merupakan antibiotik golongan beta laktam, dikeluarkan dalam jumlah besar ( ± 90%) melalui urin dalam bentuk utuh atau tidak berubah. Penetapan kadar ampisilin dalam urin umumnya dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), untuk itu perlu dikembangkan metode dengan alat yang lebih sederhana seperti spektrofotometri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi penetapan kadar ampisilin dalam urin secara spektrofotometri. Ampisilin akan bereaksi dengan natrium 1,2 naftoquinon-4- sulfonat dalam larutan buffer fosfat pH 9,5 menghasilkan warna coklat tua jernih, yang dianalisis dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum 401 nm, dengan kondisi optimasi pH ± 9 dan lama reaksi 1 jam. Urin yang digunakan merupakan urin segar, agar tidak mempengaruhi stabilitas serapan. Pada kondisi optimum ini didapat nilai perolehan kembali dari hasil analisis sebesar 95,41 ? 110,53%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33132
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ekasari Syukmawati
"Saat ini terdapat berbagai jenis produk daging olahan dan daging segar yang dijual di pasar swalayan, yang kadang - kadang mengandung natrium nitrit sebagai pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum. Kadar natrium nitrit perlu mendapat perhatian karena nitrit dapat bereaksi dengan amin sekunder membentuk senyawa N-nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menetapkan kadar natrium nitrit pada beberapa produk daging dan daging segar. Penetapan kadar natrium nitrit dalam sampel dilakukan dengan cara menambahkan aquadest kemudian didihkan diatas penangas air, setelah itu ditambahkan larutan zink sulfat dalam suasana alkali lalu disaring. Filtrat yang diperoleh selanjutnya direaksikan dengan pereaksi Griess yang terdiri dari asam sulfanilat, naftilamin, dan natrium asetat. Panjang gelombang analisis adalah 546,0 nm.
Hasil penelitian terhadap 7 sampel, didapatkan pada sampel A (produk
daging), E dan G dari daging segar mengandung natrium nitrit dengan kadar
secara berturut-turut 9,80 mg/kg, 026 mg/kg,sedangkan keempat sampel lainnya
yaitu B,C,D,dan F tidak mengandung natrium nitrit.
Nowadays there are many kind of meat products and fresh meats types sold in the supermarket contain sodium nitrite as preservative for inhibit the growth of bacterium Clostridium botulinum. Sodium nitrite rate require attention because nitrite can react with secondary amines to form N-nitrosamine compound available for causing cancer.
This research was aim to identified and also determined the content of sodium nitrite in meat products and fresh meat. Sodium nitrite assay in sample done by the way of adding aquadest then boiled to water bath, then added by zinc sulphate condensation in alkali atmosphere then filtered. Filtrate which obtained hereinafter reacted with reactant Griess consist of sulfanilic acid, naftilamin, and sodium acetate. Analysis wavelength is 546,0 nm.
From 7 sample there was 3 sampels contain sodium nitrite. The contents of sodium nitrite at sample A (meat product) 9,80 mg/kg, sample E 1,17 mg/kg and sampel G from fresh meat 0,26 mg/kg.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prdjodipoero, Soeharyo
"ABSTRAK
Laju pertumbuhan lndustri kecil di DKI Jakarta sangat tinggi
terutama selama dua tahun terakhir. Industri kecil mempunyai
peranan penting bagi perekonomian DKI Jakarta. Menurut data
resmi dari Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi DKI
Jakarta, pada tahun 1990 jumlah unit saham yang terdaftar resmi
sebesar 23.882, menyerap tenaga kerja sebanyak 205.306 orang
dan nilai produks1nya mencapai Rp 11.582 milyar . Pada tahun
1991 unit usaha menlngkat menjadi 24. 494, menyerap tenaga kerja
246.258 orang dan nilai produksinya mencapai Rp 13.151 milyar.
Sedang nilai ekspornya, mencapai U$ 8.640.000 pada tahun 1990
dan US 10.800.000 pada tahun 1991.
Implikasi lain dari pertumbuhan industri kecil
meningkatnya limbah buangan, khususnya limbah cair yang
tentulah diduga
mengandung bahan pencemar organik maupun berbagal logam berat
yang sifatnya racun serta bahan beracun dan berbahaya lainnya.
Terleblh lagi, lokasl industri kecil pada umumnya berada di
tengah-tengah pemukiman kumuh, di bantaran sungal- sungai dl
seluruh wllayah DKI Jakarta. Pada musim hujan dan banjir tak
pelak limbah cair industri kecil tersebar tak terkendalikan,
merusak lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat.
Berkaitan dengan upaya pemerintah melindungi lingkunqan dari
berbagal limbah pencemar, khususnya llmbah cair, penelitian
ini membahas hal-ikhwal lndustri kecil, khususnya mengenal
masalahlimmbah cair dan bagalmana upaya mengelola, apa
kebijaksanaan, regulasl dan lnstitusl yang terkait dengan upaya
pencegahan pencemaran akibat keliatan industri kecil ltu.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai
permasalahan lndustri kecil dan penanganan limbah cair. Tujuan
khususnya adalah untuk : (1) Mengetahui atau mendapatkan
gambaran kualltas limbah cair indutri kecil tertentu yang
dianggap sebagal sumber pencemar; (2) Apa dan sejauh mana
efektlfiats kebljaksanaan, instrumen regulasi dan lnstitusi
Pemda DKI Jakarta mencegah pencemaran akibat aktivitas industri
keci1;(3) Kengetahul faktor- faktor yang mendorong dan
menghambat upaya perllndungan lingkungan dan partisipasi
masyarakat pengusaha lndustri kecil; (4) Mencari pola
kebijaksanaan alternatif yang bersifat umum yang diperkirakan
aplikatif bagi pencegahan pencemaran limbah cair industri di
perkotaan.
Pada dasarnya penelitlan 1n1 bersifat deskripsi analitik dalam
mengungkapkan data yang terkumpul dan hasil- hasll penelitlan.
Data primer di dapat dari lapangan dengan
wawancara berstruktur dan wawancara mendalam,
lingkungan serta pengambilan sampel limbah cair
anallsis dl laboratorlum Lemigas.
kuesioner,
pemantauan
untuk di
Daerah penelitian adalah wilayah kerja kelima Suku Dinas
Per industrian DKI Jakarta. Penelitlan dilakukan selama sekitar
7 minggu dengan bantuan sejumlah mahasiswa dari berbagai
universitas Jakarta Bogor
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui wawancara dengan
para pejabat maupun dart penerbitan -penerbitan resmi Pemda DKI
Jakarta dan seminar dan diskusl mengenal industri kecil dan
pengelolaan l!ngkungan untuk kemudian dianalisis. Penel1t1an
membahas berbagai aspek 1nstitus1onal termasuk masalah
kewenangan Pemda DKI Jakarta dan Departemen Perindustrian.
Industri kecil yang menjadi ob]ek penelitian diambil secara
purposif yaltu (a) lndustri yang dalam proses produksinya
menggunakan bahan kimia anorganik (1) pelapisan logam; (2)
penyempurnaan kain (tekstil finishing); (3) batik;
(4) penyamakan kulit; (5) percetakan, (6) bengkel kendaraan
bermotor dan (7) pemrosesan foto; (b) Industri kecil yang bahan
bakunya berasal dari nabati dan unggas yang limbahnya dapat
dicerna yaitu (8) tahu-tempe dan (9) pemotongan ayam.
Setelah basil analisis laboratorium atas sampel limbah cair
diperbandingkan dengan baku mutu limbah calr industri
ketentuan Pemda DKI Jakarta, ternyata bahwa kadar bahan pencemar yang terdapat dalam limbah cair industri kecil tersebut di atas, sesual dengan karakteristikk bahan yang
dlpakai proses produksi, umumnya jauh melampaui baku mutu yang
diperbolehkan Pemda DKI Jakarta Kaka dapat dlkatakan bahwa
limbah cair darl subsektor industri kecil itu
potensi besar mencemari lingkungan.
mempunyai
Implikasi lain dari pertumbuhan industri kecil di DKI Jakarta
adalah ancaman terhadap kesehatan manusla, kerusakan lingkungan
dlplklsl air tanah serta memperberat beban penduduk yang miskin
sekitar lokasi lndustri.
Dari pembahasan dan penelitian limbah cair industri kecll di menujukkan bahwa pengelolaan Dki Jakarta belum efektif mencapai sarasan kebljaksanaan pencegahan pencemaran terhadap lingkungan.
Karena itu bobot kebljaksanaan dan program pengelolaan limbah cair industri kecil perlu lebih dipertegas di integrasikan kepada pengelolaan, pemblnaan dan pengawasan industrl kecil.
Peninjauan kembali kebijaksanaan pengelolaan lingkungan berkaitan dengan keglatan industri kecil untuk menghasilkan suatu alternatif kebljaksanaan yang lebih mapan, khusus mengenal perlimbahan dan kegiatan lndustri kecil. Sesuai dengan tujuan penelitian, suatu alternatif kebijaksanaan juga dibahas dalam penelitian ini.
ABSTRACT
The growth of small scale industry in the r egion of DKI Jakarta
has been very substantial, particularly during the last two
years ; their roles in the economy of Jakarta have undoubtedly
been important. According to the official report from the
Provincial Office of Department of Industry in DKI Jakarta
(Kanwil), in 1990 there were 23.882 registered small scale
undertakings, employing 205.306 workers, and the value of the
products reached Rpll.582 billion. In 1991 there were 24.494
undertakings, employing 246.258 workers and the value of the
products reached Rp113.151 billion. With regards to the export
value, in 1990 it reached US 8,640,000.00 and in 1991 US
10,800,000. oo ..
The other lmpllcatlons of the growth of the small scale Industry
are, certainly, inter alia the increasing industrial waste in general and waste water in particular containing pollutants of organic matters and toxic heavy metals.
It should be noted that most of small scale industries in DKI
Jakarta are located in the slum areas or in the banks of
Jakarta's rivers. Consequently, in rainy days or in flood
seasons the waste water containing hazardous substances is
uncontrollably spreading out the surroundings and environmental
damages and threatening human health.
With respects to the government's pol lut ion a batement efforts
to protect against the indust rial waste wat er pollutants, this
study is designed to conce ntrate problems on managing waste
water of small scale industries which cover, inter alia,
policies, law and regulations and the tasks and responsibilities
of Pemda DKI J akarta 's agencies involved in pollution
prevention particularly by small scale industries.
In general industrial the aim of this study is to know
problems in handling waste water. But (1) To know or to get pictures of the waste water small scale specifically quality of certain small scale indsutries which are suspected as polluter sources; (2) What and bow is the effectiveness of policies,
laws and regulations, and the agencies of Pemda DKI Jakarta on
pollution prevention caused by the activities of small scale
industries; (3) To know constraints and supporting factors ln
the efforts of environmental protection and entrepreneurs
participation; (4) To search and design an alternative policy
which may be applicable for industrial waste water pollution in
urban areas.
In principle, this study is analltically descriptive on the
framework of disclosing findings, data and observation from
the field. Primary data are gathered from the field through
various means, questionnaires, structurally interviews and in
depth interviews, observations, and sampling of waste water
from the industries. With regards to the tlme frame and funds
constraints, the small scale industries are purposively
selected and the study took place in the five working wilayah
of Suku Dinas Perindustrian during 7 weeks; assisted by the
university students from Jakarta and Bogor.
The objects of this study are industries purposively selected :
(a) the industries which process utili~inq inorganic
materials: (1) electr oplating; (2 ) textile finishing; (3)
batik; (4) tanning (5 printing; (6 ) car repairs hop and (7)
photo processing; (b) Small s cale industries which raw
materials derive from organic mat er: (8) tahu-tempe and (9)
chicken slaughtering;
The laboratory analysis results indicate that, with regard to
the characteristic of industrial processing and materials, all
watse water contained pollutant substance either BOD.COD,
hazardous substances or heavy metals concentrations exceed the
permitted industrial waste water standard. Thus, the waste
water of the small scale industries are potentially polluting
the environment particularly those surrounding the industries.
The secondary data collection were done through interviews,
seminars, official reports or statements, studies and
publication related to the above mentioned captions.
The study discussed intensively on the institusional framework
and constraints of authorities and responsibilities in the
field of managing the activities small scale industries in DKI
Jakarta. With regards to the laboratory results as above
mentioned, it indicated that so far the Pemda DKI Jakarta's
policy, regulations and agencies have not been effective
in the pollution abatement efforts, particularly in the small
scale industrial subsector.
Hoever, a review leading t o a n alternat ive policy of envirement
protection, was dicussed. The pol icy on environmental
protection efforts s hould take into account the capability,
socio-economic as well as t echnologically, of these s mall scale
industries. The Pemda DKI Jakarta should produce other alternatives,
by way of reducing waste and waste recycling as a means
of increasing value added .
The weight of the policy and implementlng program of environment
protection should be, consequently,emphasized and
intergrated in and balanced with t he industrial delepoment
program In DKI Jakarta and it was discussed in the study.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>