Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52902 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Cahya Endahingtyas
"ABSTRAK
Pengembangan peranggrekan di Indonesia masih berjalan lambat, sehingga usaha yang besar-besaran jarang ditemukan. Perbanyakan anggrek terutama pada tanaman yang bersifat simpodial seperti Dendrobium Walter Oumae yang berumur satu tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh kinetik dengan konsentrasi 25, 50, 75, 100, 125, 150, 175 ppm, dan kontrol (akuades) selama lima jam terhadap pertumbuhan tanaman anggrek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinetik berperan dalam menaikkan rata-rata jumlah tunas yang dihasilkan dengan penggunaan kinetik pada konsentrasi 125, 150, dan 175 ppm, masing-masing sebesar 4,5 buah; sedang kontrol 2 buah. Hasil analisa sidik ragam satu faktor terhadap lama pembentukan tunas, tinggi, diameter pseudobulb, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan luas permukaan daun dari tunas, tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan kinetin dengan perendaman selama lima jam pada konsentrasi 125, 150, dan 175 ppm berpengaruh dalam memperbanyak tunas anggrek Dendrobium Walter Oumae."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Husein Alkaff
"Virus Zika (ZIKV), dengue (DENV), dan chikungunya (CHIKV) menyebabkan penyakit Zika, dengue, dan chikungunya yang memiliki gejala klinis yang mirip sehingga rentan terhadap kesalahan diagnosis di daerah di mana virus-virus tersebut ditemukan secara simultan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat kerentanan dan respon peripheral blood mononuclear cell (PBMC) manusia yang direfleksikan dari titer virus, kuantitas RNA virus, serta ekspresi gen sitokin kemokin yang dipicu oleh infeksi ZIKV, DENV, dan CHIKV secara in vitro. PBMC dipisahkan dari darah donor yang sehat. Setelah periode adaptasi dalam kultur sel, PBMC diinfeksi dengan ZIKV, DENV, dan CHIKV kemudian diinkubasi selama 48 jam. Metode plaque assay dan qRT-PCR dilakukan untuk menentukan titer virus hidup dan kuantitas RNA virus dalam sistem. Ekspresi gen TNF-a, IL-10, dan IP-10 diukur dengan metode qPCR yang dikalkulasi menggunakan metode 2-AACT. Titer virus hidup dan RNA virus intraseluler dari PBMC yang terinfeksi DENV secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan ZIKV dan CHIKV (p 0,01). Sementara itu, RNA ZIKV intra- dan ekstra-seluler memiliki kuantitas yang tertinggi (p 0,01). Ekspresi gen sitokin TNF-a meningkat pada semua PBMC yang terinfeksi arbovirus, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar virus. Ekspresi gen sitokin IL-10 mengalami penurunan yang signifikan pada PBMC yang terinfeksi DENV sebesar 0,52 0,29 kali relatif terhadap PBMC tak terinfeksi. Di sisi lain, terdapat peningkatan ekspresi gen kemokin IP-10 pada PBMC yang terinfeksi DENV sebesar 107,80 54,88 kali relatif terhadap PBMC tak terinfeksi. Profil ekspresi gen sitokin kemokin dari PBMC yang terinfeksi DENV menunjukan respon inflamasi yang paling tinggi dibandingkan dengan PBMC yang terinfeksi ZIKV dan CHIKV yang ditunjukan dari peningkatan ekspresi gen sitokin TNF-a dan kemokin IP-10 serta penurunan ekspresi gen sitokin IL-10. Analisis korelasi menunjukan bahwa terdapat korelasi negatif yang kuat dan signifikan antara respon inflamasi yang ditunjukan oleh PBMC dengan titer arbovirus hidup dan kuantitas RNA arbovirus yang menginfeksi PBMC. Penelitian ini merupakan studi pertama yang secara langsung membandingkan kerentanan dan profil sitokin kemokin dari PBMC yang terinfeksi ZIKV, DENV, dan CHIKV. Terbatasnya jumlah donor PBMC serta jenis sitokin/kemokin yang dianalisis merupakan keterbatasan utama penelitian ini. Oleh karena itu, dibutuhkan studi lebih lanjut yang dapat menganalisis profil sitokin/kemokin secara lengkap. Sehingga, pengetahuan mengenai profil tersebut dapat digunakan untuk pengembangan biomarker yang dapat membedakan antara infeksi ZIKV, DENV, dan CHIKV.

The Zika (ZIKV), dengue (DENV), and chikungunya (CHIKV) viruses are the causative agent of Zika, dengue, and chikungunya diseases manifested as similar clinical symptoms which may lead to misdiagnosis in the area where these viruses simultaneously exist. This study aims to investigate the susceptibility and response of human peripheral blood mononuclear cells (PBMCs) reflected from the virus titer, viral RNA quantity, and cytokine chemokine genes expression against in vitro ZIKV, DENV, and CHIKV infections. PBMCs were isolated from the whole blood of healthy donors. Following the cell culture adaptation period, the PBMCs were infected with ZIKV, DENV, and CHIKV allowing exposure for 48 hours post-infection. The standard plaque assay method and qRT-PCR were performed to determine the viable virus titer and viral RNA quantity in the system, respectively. The relative gene expression of TNF-a, IL-10, and IP-10 was determined using qPCR employing the 2-AACT method. Both levels of viable virus and intracellular viral RNA quantity were significantly lower in DENV compared to ZIKV and CHIKV (p 0,01). Meanwhile, ZIKV RNA quantity was the highest in intra- and extra-cellular (p<0,01). The TNF-a cytokine gene was up-regulated in all virus-infected PBMCs, but there was no significant difference among them. The IL-10 cytokine gene expression was down-regulated to 0,52 0,29 times relative to the uninfected PBMC in DENV-infected PBMCs. On the other hand, the IP-10 chemokine gene expression was up-regulated to 107,80 54,88 times relative to the uninfected PBMC in ZIKV-infected PBMCs. The cytokine/chemokine gene expression profile of DENV-infected PBMCs showed the most rigorous inflammation response compared to ZIKV- and CHIKV-infected PBMCs which reflected from the up-regulation of TNF-a cytokine gene and IP-10 chemokine gene also the down-regulation of IL-10 cytokine gene. Correlation analysis showed a strong and significant negative correlation between inflammation response from PBMC with viable arbovirus titer and arbovirus RNA quantity which infected the PBMC. Our study is the first study to directly compare the susceptibility and cytokine/chemokine profile of ZIKV-, DENV-, and CHIKV-infected PBMCs. The limitation of our study including the number of PBMCs donor and the incomplete set of cytokine/chemokine which was examined. Therefore, further investigation is needed to obtain the complete cytokine chemokine profile. Thus, these profiles can be used for the development of biomarkers which can distinguish between ZIKV, DENV, and CHIKV infection. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Alvin Tagor
"Latar Belakang: Penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 bisa menyebabkan kelainan pada paru-paru berupa pulmonary intravascular coagulation, suatu koagulopati akibat infeksi. Banyak menduga keadaan ini disebabkan oleh cytokine strorm yang salah satu komponen utamanya adalah IL-6. Sampai saat ini belum diketahui hubungan antara IL-6 dengan koagulopati pada penyakit ini.
Tujuan: Kami ingin megetahui apakah IL-6 memiliki korelasi dengan pertanda koagulopati d-Dimer, fibrinogen, dan prothrombin time, serta apakah IL-6 memiliki korelasi dengan ferritin sebagai acute phase reactant. Kami juga ingin mengetahui apakah IL-6, ferritin, fibrinogen, d-Dimer, dan PT berkorelasi dengan perburukan subjek COVID-19 derajat sedang dan berat.
Metode: Kami melakukan penelitian kohort prospektif pada pasien COVID-19 derajat sedang dan berat di suatu rumah sakit khusus yang menangani perawatan pasien COVID-19 mulai dari Juni 2020 sampai Januari 2021. Kami melakukan pemeriksaan serial IL-6, d-Dimer, fibrinogen, ferritin dan prothrombin time (PT), serta observasi keadaan pasien tersebut saat masuk rawat dan pada hari ke 14 hari atau sebelum hari ke 14 jika terjadi perbaikan, perburukan, atau pulang; mana yang lebih dahulu terjadi. Penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari Panitia Tetap Etik Penelitian Kedokteran FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Hasil: Selama Juni 2020 sampai dengan Januari 2021 kami temukan sebanyak 374 pasien COVID-19 derajat sedang dan berat. Tujuh puluh tiga subjek masuk kriteria inklusi 61 orang termasuk kategori berat, dan 12 orang sedang. Jumlah pasien perburukan adalah 35 dari 61 pasien derajat berat, dan 1 dari 12 pasien derajat sedang. Uji korelasi Spearman antara IL-6 dengan ferritin, d-Dimer, fibrinogen, dan PT berturut-turut koefisien korelasinya 0,08 (p=0,5), -0,13 (p=0,27), 0,01 (p=0,91), 0,03 (p=0,77). Uji korelasi Spearman antara ferritin dengan d-Dimer, fibrinogen, dan PT berturut-turut 0,17 (p=0,14), 0,05 (p=0,63), dan 0,07 (p=0,51). ROC yang memiliki luas lebih dari 60% adalah selisih d-Dimer dan selisih IL-6 (74,77% dan 71,32%).
Kesimpulan: Tidak ditemukan korelasi antara IL-6 dengan d-Dimer, fibrinogen, PT. Ferritin tidak berkorelasi dengan d-Dimer, fibrinogen dan PT. IL-6 tidak berkorelasi dengan ferritin. Perubahan IL-6 dan d-Dimer dapat memprediksi perburukan pada pasien COVID-19 derajat sedang dan berat.

Background: COVID-19 disease caused by the SARS-CoV-2 virus can cause abnormalities in the lungs in the form of pulmonary intravascular coagulation, a coagulopathy due to infection. Many suspect this situation is caused by cytokine storm, one of the main components of which is IL-6. Until now, there is no known relationship between IL-6 and coagulopathy in this disease.
Objectives: We wanted to know whether IL-6 correlated with markers of d-Dimer coagulopathy, fibrinogen, and prothrombin time, and whether IL-6 correlated with ferritin as an acute phase reactant. We also wanted to find out whether IL-6, ferritin, fibrinogen, d-Dimer, and PT correlated with moderate and severe worsening of COVID-19 subjects.
Methods: We conducted a prospective cohort study of moderate and severe COVID-19 patients in a specialized hospital that treats COVID-19 patients from June 2020 to January 2021. We performed serial tests of IL-6, d-Dimer, fibrinogen, ferritin and prothrombin time (PT), as well as observing the patient's condition at the time of admission and on day 14 or before day 14 if there is improvement, worsening, or discharge; whichever happens first. This research has been approved by the Permanent Committee of Medical Research Ethics FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Results: During June 2020 to January 2021, we found 374 moderate and severe COVID-19 patients. Seventy-three subjects entered the inclusion criteria, 61 people were included in the heavy category, and 12 people were moderate. The number of deteriorating patients was 35 of 61 severe grade patients, and 1 of 12 moderate grade patients. Spearman correlation test between IL-6 and ferritin, d-Dimer, fibrinogen, and PT, respectively, the correlation coefficients were 0.08 (p=0.5), - 0.13 (p=0.27), 0.01 ( p=0.91), 0.03 (p=0.77). Spearman correlation test between ferritin and d-Dimer, fibrinogen, and PT was 0.17 (p=0.14), 0.05 (p=0.63), and 0.07 (p=0.51) . ROCs that have areas of more than 60% are the d-Dimer-difference and IL-6-difference (74.77% and 71.32%).
Conclusions: No correlation was found between IL-6 and d-Dimer, fibrinogen, PT. Ferritin did not correlate with d-Dimer, fibrinogen and PT. IL-6 was not correlated with ferritin. Changes in IL-6 and d-Dimer can predict worsening in moderate and severe COVID-19 patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulfiana
"Kondisi hipoksia hipobarik dapat mengganggu kesehatan manusia dan menjadi risiko keselamatan di dunia penerbangan. Berbagai jalur pensinyalan sensitif oksigen pada tingkat seluler, dapat diaktifkan selama paparan hipoksia hipobarik intermiten (HHI). HSP sebagai chaperokine berperan dalam transduksi sinyal dan modulasi sistem imun serta terkait dengan produksi sitokin pro-inflamasi atau anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek HHI terhadap HSP70 dan produksi sitokin pro dan anti-inflamasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan jaringan hepar tikus Sprague-Dawley yang disimpan pada suhu -20°C. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol (C), HHA, HHI1, HHI2, dan HHI3 dan diberikan paparan HHI pada ketinggian 25.000 kaki selama 5 menit. Analisis konsentrasi protein dan sitokin ditentukan dengan metode sandwich ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna ekspresi protein HSP70 pada hepar tikus pada kelompok HHA dan HHI terhadap kontrol (p<0.05), terdapat perbedaan bermakna konsentrasi IL-10 antara kelompok HHI3 terhadap kontrol (p = 0,018), dan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang antara HSP70 dengan TNF-α dan IL-1β, serta korelasi positif sedang HSP70 dengan IL-10. HHI menginduksi peningkatan HSP70 sebagai mekanisme adaptasi dan memodulasi sistem imun tubuh untuk meningkatkan konsentrasi IL-10.

Hypobaric hypoxic conditions can disrupt human health and become a risk for safety of aviation. Various signaling oxygen-sensitive pathways at the cellular level can be activated during intermittent hypobaric hypoxia (IHH) exposure. HSP as a chaperokine plays a role in signal transduction and modulation of the immune system and it is associated with the production of pro-inflammatory or anti-inflammatory cytokines. This study aims to analyze the effect of IHH on HSP70 and the production of pro- and anti-inflammatory cytokines. This study was an experimental study using Sprague-Dawley rat liver tissue stored at -20°C. Rats were divided into 5 groups, they are control (C), AHH, IHH1, IHH2, and IHH3. They were exposed to IHH at altitude of 25,000 feet for 5 minutes. Analysis of protein and cytokines concentrations was determined by the sandwich ELISA method. The results showed that there was a significant difference in HSP70 protein expression in the liver of rats in the HHA and IHH groups compared to the control (p<0.05), there was a significant difference in IL-10 concentration between the IHH3 group compared to the control (p = 0.018), a positive correlation with moderate correlation strength between HSP70 with TNF-α and IL-1β, and a moderate positive correlation between HSP70 with IL-10. HHI produces an increase in HSP70 as an adaptive mechanism and modifies the immune system to raise the levels of IL-10."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bina Akura
"Insidens insufisiensi adrenal pada pasien renjatan sepsis dilaporkan sekitar 40-65. Sitokin IL-1 dan IL-6 dapat menstimulasi sekresi kortisol sedangkan TNF-? serta MIF berperan dalam menghambat pembentukan kortisol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran IL-1, IL-6, TNF-? dan MIF dalam terjadinya insufisiensi adrenal relatif pada renjatan sepsis.Penelitian eksperimental dilakukan di laboratorium FKH IPB berlangsung selama 6 bulan April-September 2015 . Model anak babi yang dipakai berumur 6-8 minggu dengan berat badan 5-10 kg. Pemilihan sampel dengan consecutive sampling dengan total n = 20. Anak babi diberikan infus endoktoksin dengan dosis 50 ug/kg BB. Sampel darah untuk analisis IL-1, IL-6, TNF-?, MIF, ACTH, kortisol, 17 OHP, DHEA, androstenedion diambil sebelum pemberian endotoksin dan tiap 15 menit hingga terjadi renjatan sepsis, kemudian dilakukan uji synacthen. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan pada kelenjar adrenal, hipofisis, dan hipotalamus.Dari 19 anak babi yang dianalisis mengalami renjatan sepsis dalam waktu 60 menit. Karakteristik sampel tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Kadar IL-6 pada kelompok IAR dibandingkan dengan kelompok tanpa IAR berbeda bermakna pada menit ke-45 0,65 0,5-4,32 pg/dL vs. 0,54 0,51-0,61 pg/dL , p = 0,008 . Kadar IL-1 antara kelompok IAR dibandingkan kelompok tanpa IAR tidak berbeda bermakna. Kadar TNF-? pada kelompok IAR dibandingkan dengan kelompok tanpa IAR berbeda bermakna pada menit ke-15 1862,5 327,9-4511,14 pg/dL vs. 155,38 24,67-394,10 pg/dL , p = 0,002 dan menit ke-30 4295,76 246,9-5913,37 pg/dL vs. 422,90 101,05-4129,42 pg/dL , p = 0,007 . Kadar MIF kelompok IAR dibandingkan dengan kelompok tanpa IAR berbeda bermakna pada saat renjatan sepsis 25,28 18,45-30,64 ng/dL vs. 11,30 7,1-15,14 ng/dL p = 0,003 . Pemeriksaan imunohistokimia hanya pada hipotalamus yang menunjukkan pewarnaan terhadap IL-1, IL-6, TNF-? dan MIF pada kelompok dengan IAR. Pada renjatan sepsis dan insufisiensi adrenal relatif kadar TNF-? meningkat pada menit-menit awal, kemudian kadar IL-6 meningkat kemudian serta terakhir kadar MIF meningkat pada saat renjatan sepsis. Kadar IL-1 tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok. Kata kunci: IL-1, IL-6, insufisiensi adrenal relatif, MIF, renjatan sepsis, TNF-?

Incidence of adrenal insufficiency in septic shock ranged between 40 ndash 65 . The mechanism of relative adrenal insufficiency in septic shock is caused by inflammatory mediators. This study aimed to identify the role of IL 6, IL 1 in stimulating ACTH and cortisol release, and the role of TNF and MIF in inhibiting the level of ACTH and cortisol in septic shock with relative adrenal insufficiency RAI in order to develop guidelines for relative adrenal insufficiency marker.Experimental study was conducted in Veterinary Faculty, Bogor Agricultural Institute for 6 months Apri ndash September 2015 . Piglet models Sus scrofa aged 6 ndash 8 weeks weighing 5 ndash 10 kg. Consecutive sampling was used with total 20 piglets. Piglet models were given 50 ug kg endotoxin infusion Escherichia coli O111 B4 Sigma chemical, St. Louis, MO, USA . Blood sample for analysis of IL 1, IL 6, TNF , MIF, ACTH, cortisol, 17 OHP, DHEA, androstenedione was collected before endotoxin administration and every 15 minutes until septic shock occurred. Piglet models were monitored using PiCCO monitor. Stimulation test was then performed using synthetic corticotropin Synacthen and blood sample was collected again along with immunohistochemistry examination of the adrenal, pituitary and hypothalamus glands.From 19 study subjects analized, all subject had septic shock in 60 minutes. Study subject characteristics in each group were similar. The level of IL 6 at 45 minutes had a significant different compared to the group without RAI 0.65 0.5 ndash 4.32 pg dL vs. 0.54 0.51 ndash 0.61 pg dL , p 0.008 . The level of IL 1 during septic shock were not significantly different between both groups. The level of TNF in RAI group had significant different compared to the group without RAI at 15 minutes 1862.5 327.9 ndash 4511.14 pg dL vs. 155.38 24.67 ndash 394.10 pg dL , p 0.002 and at 30 minutes 4295.76 246.9 ndash 5913.37 pg dL vs. 422.90 101.05 ndash 4129.42 pg dL , p 0.007 The level of MIF in group with RAI during septic shock had a significant different compared to the group without RAI t 25.28 18.45 ndash 30.64 ng dL vs. 11.30 7.1 ndash 15.14 ng dL , p 0.003 . Immunohisto chemistry staining of IL 1, IL 6, TNF , and MIF was observed only in the hypothalamus glands of the RAI group. In septic shock and relative adrenal insufficiency, TNF increased in earlier minutes, then IL 6 increased and later MIF increased in septic shock condition. IL 1 level had no difference increment for both group.Keywords IL 1, IL 6, MIF, relative adrenal insufficiency, septic shock, TNF"
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mary Ester
"Pemberian GA3 konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm kepada tanaman anggrek D. phalaenopsis X D. Walter Oumae bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif anggrek tersebut. Penyemprotan GA3 dilakukan pada hari ke-8 setelah adaptasi, sebanyak 50 ml untuk tiap tanaman dengan 2x pemberian selang waktu 10 hari sekali. Metode penelitian adalah bujur sangkar latin dengan 6 perlakuan dan 6 u.langan . Hasil uj i nonparametrik Kruskal-Wallis padae<.= 0,05 menunjukkan bahwa pemberian GA3 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif•yaitu pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah tunas anakan kecuali pada penurunan jumlah daun. Dengan uji yang sama pemberian GA3 juga tidak berpengaruh pada pertumbuhan generatif yaitu jumlah kuntum bunga/tangkai dan panjang inflpfensia bunga. Uj i perbandingan berganda padao^^ 0,05 terhadap penurunan jumlah daun menunjukkan perbedaan yang nyata antara kontrol dengan perlakuan pemberian GA3 konsentrasi 20 ppm yaitu rata-rata 4 helai daun»"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Gunawan
"Latar Belakang: Nyeri pascaoperasi menyebabkan penglepasan sitokin proinflamasi yang secara resiprokal dapat memodulasi sensitifitas nyeri. Asetaminofen merupakan analgetik yang sering digunakan dan bekerja pada susunan saraf pusat, sedangkan ibuprofen menghambat siklooksigenase dan diyakini dapat mengurangi penglepasan sitokin. Penelitian ini membandingkan ibuprofen intravena 800 mg dan asetaminofen intravena 1000 mg dalam mengurangi respons inflamasi pascaoperasi ekstremitas bawah dengan parameter konsentrasi IL-6 dan CRP sebagai penanda nyeri.Metode: Uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol aktif di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada Juli - November 2017. Setelah mendapatkan izin dari Komite Etik, 62 subjek yang menjalani pembedahan elektif ortopedi ekstremitas bawah dialokasikan secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok A Asetaminofen mendapatkan asetaminofen intravena 1000 mg sedangkan Kelompok I Ibuprofen mendapatkan ibuprofen intravena 800 mg masing-masing setiap 6 jam. Sampel darah untuk pemeriksaan respons inflamasi IL-6 dan CRP diambil sesaat sebelum selesai pembedahan sebelum obat dimasukkan, 4, 6, dan 24 jam setelah pemberian obat pertama kali. Derajat nyeri VAS saat istirahat maupun bergerak diukur pada saat setelah pasien tersadar dari pembiusan, 4, 6, 8 dan 24 jam pascaoperasi. Hasil: Serum IL-6 dan CRP tidak berbeda bermakna antara kelompok A dan I pada semua waktu pengukuran. VAS saat bergerak dan istirahat lebih rendah pada kelompok I pada 24 jam pascabedah p

Background Postoperative pain causes release of proinflammatory cytokines that reciprocally modulate pain sensitivity. Acetaminophen is a commonly used analgesic and acts on central nervous system, whereas ibuprofen inhibits cyclooxygenase and is believed to reduce cytokine release. This study compared intravenous ibuprofen 800 mg and intravenous acetaminophen 1000 mg in reducing postoperative inflammatory responses in lower extremity surgery with IL 6 and CRP as pain indicator.Methods Double blind randomized clinical trial with active control at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in July November 2017. After obtaining approval from Ethics Committee, 62 subjects undergoing elective orthopedic surgery of lower extremities were randomly assigned to 2 groups. Group A Acetaminophen received 1000 mg intravenous acetaminophen while Group I ibuprofen received 800 mg intravenous ibuprofen every 6 hours respectively. Blood samples for inflammatory responses IL 6 and CRP were taken at the end of surgery prior to administration of study drug, 4, 6, and 24 hours afterward. Pain VAS at rest and with movement was assessed immediately after the surgery when patient recovered, 4, 6, 8 and 24 hours postoperative.Results There is no significant difference in serum IL 6 and CRP between group A and I at all time measurements. VAS at rest and with movement was lower in group I at 24 hours postoperative p."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Sulistio
"Pendahuluan: Interleukin-17 (IL-17) adalah sitokin yang berasal dari sel T yang berperan penting dalam memulai dan mempertahankan respon pro-inflamasi dan perkembangan penyakit periodontal. Tujuan: untuk menilai kadar IL-17 dalam cairan crevicular gingiva (CKG) dari perokok dengan periodontitis kronis, dan dibandingkan dengan kelompok non-perokok. Metode: Sampel CKG diambil dari lokasi kehilangan perlekatan ≥ 3mm pada 14 subjek perokok dan 11 subjek tidak merokok dengan penyakit periodontal. Pemeriksaan ELISA dilakukan untuk menentukan jumlah total IL-17 di dalam sampel CKG. Hasil: Ada perbedaan bermakna (p≤ 0,05) total kadar IL-17 di dalam sampel CKG antara perokok dengan non-perokok. Tidak ada perubahan signifikan tingkat IL-17 di CKG sesuai dengan banyaknya jumlah konsumsi rokok.Tidak ada perbedaan kadar IL-17 pada kedalaman poket periodontal antara perokok dengan periodontitis kronis, dan tidak ada perbedaan kadar IL-17 antara perokok dengan non-perokok disertai periodontitis kronis. Kesimpulan: Merokok tidak mempengaruhi kadar IL-17 pada CKG penderita periodontitis kronis.

Introduction: Interleukin-17 (IL-17) is a cytokine derived from T cells. This cytokine has a role in beginning and continuing a pro-inflammatory response and the development of periodontal disease. Objective: to investigate the effect of smoking on IL-17 levels in the gingival crevicular fluid (CKG) of smokers with chronic periodontitis, and compared with the group non-smoking with chronic periodontitis. Methods: CKG samples were taken from the deepest pocket affected by periodontal disease (attachment loss ≥ 3mm) from 14 subjects of smokers and 11 subjects of non-smokers. ELISA examination was carried out to establish the total amount of IL-17 in the collected CKG samples. Results: There were significant differences in total IL-17 levels in CKG between smokers and non-smoker. There was no significant change in IL-17 levels in CKG related to the amount of cigarette consumption. There was no significant change in IL-17 levels related to periodontal pocket depth (PPD) smoker with chronic periodontitis. There was no significant change in IL-17 levels between smoker and non-smoker with chronic periodontitis. Conclusion: Smoking did not significantly affect total levels of IL-17 cytokines in CKG patients with chronic periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angky Budianti
"COVID-19 merupakan penyakit penyebab pandemi pada akhir 2019. Perbedaan manifestasi klinis pada infeksi SARS-CoV-2 ini memicu banyak pertanyaan di kalangan peneliti dan medis. Perbedaan klinis COVID-19 tersebut dapat dipicu oleh faktor hospes, patogen maupun lingkungan. Infeksi SARS-CoV-2 terutama melalui saluran napas atas, tempat kolonisasi mikroba komensal dan patogen. Bagaimana interaksi antara mikroba yang berkolonisasi dengan SARS-CoV-2 dalam menimbulkan respons inflamasi di saluran napas atas masih belum diketahui dengan jelas. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara karakteristik mikrobiota, serta rasio kadar sitokin pro- dan anti-inflamasi dari saluran napas atas dengan beratnya COVID-19.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan 74 swab nasofaring dan orofaring di dalam viral transport medium (VTM) dari pasien COVID-19 berusia 18–64 tahun. Profil mikrobiota di saluran napas atas dan kadar IL-6, IL-1β, IFN-γ, TNF-α dan IL-10 diperiksa dengan metode sekuensing 16S ribosomal RNA dan Luminex assay, secara berurutan. Selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara beratnya COVID-19 dengan OTU, keragaman alfa dan beta dari mikrobiota saluran napas atas.
Lima filum terbanyak di saluran napas pasien COVID-19 di Indonesia berusia 18-64 tahun adalah Firmicutes (32,3%), Bacteroidota (27,1%), Fusobacteriota (15,2%), Proteobacteria (15,1%) dan Actinobacteria (7,1%). Analisis indeks Shannon dan ACE menunjukkan bahwa tidak ada penurunan keragaman microbiota saluran napas atas dengan bertambah beratnya penyakit. Namun, ada perbedaan bermakna keragaman beta pada mikrobiota saluran napas atas antara COVID-19 ringan dan berat. Keberlimpahan filum Firmicutes (p = 0,012), dan genus Streptococcus (p = 0,033) dan Enterococcus (p = 0,031) lebih tinggi pada COVID-19 berat dibandingkan yang ringan, sedangkan keberlimpahan filum Fusobacteriota (p = 0,021), Proteobacteria (p = 0,030), Campilobacterota (p = 0,027), genus Neisseria (p = 0,008), dan Fusobacterium (p = 0,064), spesies Porphyromonas gingivalis (p = 0,018), Fusobacterium periodonticum (p = 0,001) dan Fusobacterium nucleatum (p = 0,022) lebih tinggi pada COVID-19 ringan dibandingkan berat. Keberadaan bakteri Prevotella buccae (p = 0,005) dan Prevotella disiens (p = 0,043) lebih rendah pada COVID-19 berat. Rasio TNF-α/IL-10 lebih tinggi pada COVID-19 berat (p < 0.05). Selanjutnya, rasio IL-6/IL-10, IFN-γ/IL-10, dan IL-1β/IL-10 juga lebih tinggi pada COVID-19 berat, namun tidak berbeda bermakna jika dikaitkan dengan beratnya penyakit.
Penelitian ini mendukung adanya hubungan antara karakteristik mikrobiota di saluran napas atas dengan beratnya COVID-19 pada pasien dewasa. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memeriksa mekanisme bagaimana mikrobiota mencegah beratnya COVID-19. Rasio TNF-α/IL-10 dari saluran napas dapat menjadi prediktor beratnya penyakit dan sebagai alternatif pemeriksaan kadar sitokin pada COVID-19 yang kurang invasif dibandingkan serum.

COVID-19 is a disease that caused a pandemic at the end of 2019. Clinical manifestations difference in SARS-CoV-2 infection has raised many questions in research and medical provider. The clinical differences in COVID-19 can be triggered by host, pathogen and environmental factors. SARS-CoV-2 mainly enters through the upper airway, with colonization of commensal and pathogenic microbes. How the interaction between colonized microbes and SARS-CoV-2 in causing an inflammatory response in the upper airway is still not clearly known. Therefore, we examined the association between the diversity of microbiota, pro- and anti-inflammatory cytokines ratio of upper respiratory and COVID-19 severity.
This research is an observational cross-sectional study using 74 nasopharyngeal and oropharyngeal swabs in viral transport medium from COVID-19 patients aged 18-64 years. We examined microbiota profile in the upper airway using 16S ribosomal RNA sequencing method and levels of IL-6, IL-1β, IFN-γ, TNF-α and IL-10 were examined by Luminex assay. We also examined the association between COVID-19 severities with OTU analysis, alpha and beta diversity of upper respiratory microbiota.
The top five phyla in upper respiratory tract of Indonesian COVID-19 patients with aged of 18–64 years old were Firmicutes (32,3%), Bacteroidota (27,1%), Fusobacteriota (15,2%), Proteobacteria (15,1%) and Actinobacteria (7,1%). Shannon and ACE index analysis showed no decline of microbiota diversity in upper airway with the increase of disease severity. However, there were significant differences of beta diversity in the upper airway microbiota between mild and severe COVID-19. The abundance of the Firmicutes phylum (p = 0,012), Streptococcus (p = 0,033) and Enterococcus (p = 0,031) genera were significantly higher in severe COVID-19 than mild, while the abundance of the Fusobacteriota (p = 0,021), Proteobacteria (p=0,030), and Campilobacterota (p = 0,027) phyla, Neisseria (p = 0,008), and Fusobacterium (p = 0,064) genera, Porphyromonas gingivalis (p = 0,018), Fusobacterium periodonticum (p = 0,001) and Fusobacterium nucleatum (p = 0,022) species were significantly higher in mild. The presence of Prevotella buccae (p=0.005) and Prevotella disiens (p=0.043) bacteria was lower in severe COVID-19. The TNF-α/IL-10 ratio was significantly higher in severe COVID-19 (p < 0.05). Furthermore, IL-6/IL-10, IFN-γ/IL-10, and IL-1β/IL-10 ratio was also higher in severe, but those were not significantly related to the disease severity.
This research supports the relationship between the severity of COVID-19 and microbiota diversity in the upper airway in adults. Further studies are needed to examine the mechanism by which microbiota prevents the COVID-19 severities. The ratio of TNF-α/IL-10 from upper airway swab may be as a predictor of disease severity and alternative for examining cytokine levels in COVID-19 which is less invasive than serum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdiyan Astato
"Latar Belakang : Wabah pneumonia akibat Corona Disesase 2019 (COVID-19) masih menjadi perhatian nasional maupun global. Wanita hamil termasuk dalam kelompok risiko tinggi/rentan terhadap infeksi COVID-19. Adanya badai sitokin akibat infeksi COVID-19 menyebabkan gejala klinis yang semakin berat. Zinc sebagai salah satu mikronutrien penting yang berpengaruh dalam regulasi produksi sitokin oleh sistem imun tubuh. Kondisi defisiensi zinc pada wanita hamil yang terinfeksi COVID-19 dapat menyebabkan disregulasi dari sistem imun dan menghasilkan badai sitokin yang mengakibatkan sindrom ancaman gagal napas akut dan kematian. Tujuan : Meneliti hubungan kadar zinc serum maternal terhadap kadar sitokin pro- inflamasi interleukin-6 (IL-6) dan interferon gamma (IFN-) pada wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan-sedang dan berat. Metode : Penelitian observasional dengan desain studi cross-sectional. Subyek penelitian adalah wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan-sedang dan berat. Faktor yang diteliti meliputi kadar zinc, IL-6 dan IFN- serum maternal dan hubungannya kadar zinc serum terhadap kadar IL-6 dan IFN- serum maternal.
Hasil : Jumlah total subyek sebanyak 48 orang dibagi menjadi 28 subyek untuk kelompok wanita hamil yang terkonfrimasi COVID-19 gejala ringan-sedang dan 20 subyek dengan gejala berat. Rata-rata usia responden 30,61 tahun untuk kelompok gejala ringan-sedang dan 32,9 tahun untuk kelompok gejala berat. Rata-rata usia kehamilan pada kelompok gejala ringan-sedang lebih tua dibanding kelompok gejala berat (38,1 minggu vs 34,5 minggu).Lama perawatan kelompok dengan gejala berat lebih lama dibanding kelompok gejala ringan-sedang. 60% subyek dari kelompok gejala berat berakhir dengan kematian maternal. Semua subyek dalam penelitian ini mengalami defisiensi zinc. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar zinc serum maternal pada kedua kelompok yaitu 54,0 (34-78) μg/dl untuk kelompok gejala ringan-sedang dan 52,0 (38-97) μg/dl untuk kelompok gejala berat. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok gejala ringan-sedang dengan kelompok gejala berat terhadap kadar IL-6 serum (5,8 (1,5-69,6) pg/ml vs 18,6 (3,8-85,3) pg/ml) dan kadar IFN- serum (0,9 (0,1-16,8) pg/ml vs 9,0 (0,9-21,1) pg/ml). Tidak ada korelasi antara kadar zinc serum maternal dengan kadar IL-6 dan IFN- serum maternal. Kesimpulan : Kadar zinc serum maternal tidak berbeda bermakna diantara kedua kelompok penelitan. Kadar IL-6 dan IFN- serum kelompok gejala berat lebih tinggi dibanding kelompok gejala ringan-sedang. Tidak ada korelasi antara kadar zinc serum dengan kadar IL-6 dan IFN- serum maternal.

Bacground : The outbreak of Corona Disesase 2019 (COVID-19) is still a national and global concern. Pregnant women are included in the highrisk/susceptibility group for COVID-19 infection. The presence of a cytokine storm due to COVID-19 infection causes increasingly severe clinical symptoms. Zinc is one of the important micronutrients that influence the regulation of cytokine production by the immune system. Zinc deficiency in pregnant women with confirmed COVID-19 can cause dysregulation of the immune system and produce a cytokine storm that results in acute respiratory distress syndrome and maternal death. Objective: To evaluate the relationship between maternal serum zinc levels and the pro- inflammatory cytokines interleukin-6 (IL-6) and interferon-gamma (IFN-) in pregnant women with confirmed COVID-19 with mild-moderate and severe symptoms. Methods: A cross-sectional was adopted in this study. The subjects of the study were pregnant women with confirmed COVID-19 with mild-moderate and severe symptoms. We measure the maternal serum zinc levels, serum IL-6 and IFN- levels, then we evaluate the relation between the maternal serum zinc levels and the maternal serum IL- 6 and IFN- levels.
Results: The total number of subjects was 48 patiens, divided into 28 subjects for the pregnant women with confirmed COVID-19 with mild-moderate symptoms and 20 subjects with severe symptoms. The average age of the respondents was 30.61 years for the mild-moderate group and 32.9 years for the severe group. The mean gestational age in the mild-moderate group was older than in the severe one (38.1 weeks vs. 34.5 weeks). The length of stay of subjects with severe symptom was longer than the mild-moderate group. 60% cases from the severe group ended in maternal death. All the participants in this study suffered zinc deficiency. There was no significant difference in maternal serum zinc levels between the two study groups (54.0 (34-78) g/dl in mild-moderate group vs 52.0 (38-97) g/dl in severe group). There was a significant difference between mild- moderate vs severe groups in which the serum IL-6 levels were (5.8 (1.5-69.6) pg/ml vs 18.6 (3.8-85.3) pg/ ml) and the serum IFN- levels were (0.9 (0.1-16.8) pg/ml vs. 9.0 (0.9- 21.1) pg/ml). There is no correlation between maternal serum zinc level and maternal serum IL-6 and IFN- levels. Conclusion: The maternal serum zinc levels were not significantly different between the two study groups. The maternal serum IL-6 and IFN- levels in the severe group were higher than in the mild-moderate group. There is no correlation between maternal serum zinc level and maternal serum IL-6 and IFN- levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>