Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fardiah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus tangkai daun majemuk ke-3 antara anak daun ke-2 dan ke-3 (t-2.3) Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhandan Laboratorium Biologi Perkembangan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok, selama 5 bulan. Kultur dipelihara selama 8 minggu, dalam ruang gelap.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kalus hanya tumbuh pada medium dengankonsentrasi 2,4-D (0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 tunggal maupun dikombinasikan dengan Kinetin 0,25 mgl-1. Kalus berwarna putih, krem keputihan, krem kecokelatan, dan cokelat, serta bertekstur remah-kompak. Persentase eksplan yang membentuk kalus 10--80%, inisiasi kalus 15--24,33 hari, berat basah dan berat kering eksplan yang membentuk kalus maupun tidak, masing-masing 2,35--51,37 mg dan 0,41--3,86 mg, kategori kalus 1--4,42.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan parameter kuantitatif, perlakuan D (1,5 mgl-1 2,4-D) merupakan perlakuan terbaik untuk induksi kalus t-2.3 M. paniculata, karena memiliki peringkat tertinggi. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, kalus diduga berasal dari jaringan korteks dan kambium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Pratiwi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhillah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus internodus ke-2 Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan penambahan konsentrasi asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan Kinetin yang bervariasi. Perlakuan berupa penambahan 2,4-D (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dikombinasikan dengan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Eksplan dikultur selama 8 minggu tanpa pencahayaan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UI, Depok.
Hasil penelitian menunjukkan semua eksplan dapat membentuk kalus pada semua kombinasi perlakuan kecuali pada perlakuan tanpa penambahan 2,4-D dan Kinetin serta penambahan Kinetin tunggal. Inisiasi kalus 11,4-- 21,25 hari; persentase pembentukan kalus tiap perlakuan 40--100%; rata-rata berat basah dan berat kering kalus masing-masing 1,70--52,48 mg dan 0,49--6,36 mg.
Kalus umumnya berwarna krem keputihan, bertekstur remah--remah kompak. Kalus berasal dari jaringan korteks dan kambium. Perlakuan E (penambahan 2,4-D 2 mgl-1) merupakan perlakuan yang paling baik dalam menginduksi kalus karena memiliki persentase pembentukan kalus 100%, inisiasi kalus 12,4 hari, berat basah kalus 52,48 mg dan berat kering kalus 6,36 mg. Hal tersebut berdasarkan peringkat parameter kuantitatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nur Esti Widiarti
"ABSTRAK
Canangium odoratum Baill. dikenal dengan nama kenanga, banyak ditanam sebagai tanaman hias. Bunganya yang berbau harum dapat diekstraksi untuk diambil minyak atsiri. Kultur kalus telah banyak dicoba untuk mendapatkan berbagai jenis metabolit sekunder yang disintesa oleir tanaman.
Pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan kinetin 0,5 1,5 ppm pada media murashige & Skoog 1962 yang dinerkaya dengan air kelapa 15% dan ekstrak khamir 0,2 ppm, merangsang pertumbuhan eksplan petal kenanga hingga terbentuk kalus. Pengamatan kualitatif dilakukan selama 55 hari dengan selang waktu 5 hari. Pengamatan kuantitatif yaitu menimbang berat kalus hari ke-55.
Jenis kalus yang terbentuk friabel kompak dengan warna bervariasi antara lain: putih dan hiiau. Biomassa kalus terbesar diperoleh pada perlakuan dengan pemberian 2,4-D 1,5-pom/kinetin 1,O pmm, yaitu 1,3129 gram berat basah dengan berat kering 0,0525 gram. Berdasarkan hasil uji perbandingan berganda, biomassa kalus dengan pemberian 2,4-D 1, 5ppm / kinetin 1,0 ppm berbeda nyata dengan biomassa kalus pada pemberian 2,4-D O,5 ppm/kinetin 0,5 PPm. Kenaikan konsentrasi 2,4-D dan kinetin mempercepat pembentukan kalus, tetapi tidak selalu disertai dengan kenaikan biomassa kalus.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Putri
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan anggota suku Melastomataceae yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman obat dan fitoremediator, sehingga perlu dikembangkan, salah satunya melalui kultur in vitro. Penelitian kultur in vitro daun M. malabathricum dilakukan untuk mengetahui respons eksplan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh TDZ 0, 1, 2, dan 3 mgl-1 dan 2,4-D 0; 0,1; 0,2 mgl-1 secara tunggal maupun kombinasi. Kalus yang terbentuk pada seluruh perlakuan memiliki warna dan tekstur yang beragam. Pada perlakuan TDZ tunggal, 2,4-D tunggal, dan kombinasi keduanya, dihasilkan kisaran 75 mdash;95 , 95 mdash;100 , dan 45 mdash;90 eksplan yang membentuk kalus. Akar adventif terbentuk pada perlakuan 0,1 mgl-1 70 dan 0,2 mgl-1 2,4-D 60 . Lebih lanjut, tunas adventif terbentuk pada perlakuan 1 mgl-1 15 , 2 mgl-1 5 dan 3 mgl-1 TDZ 5 . Persentase kuantifikasi kalus pada perlakuan 0,1 mgl-1 2,4-D 63 ; 0,2 mgl-1 2,4-D 50 ; 2 mgl-1 TDZ 42 dan 3 mgl-1 TDZ 50 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu dengan skor 3 kategori jumlah kalus lsquo;sedang rsquo;. Dengan demikian, eksplan daun dapat merespons medium dengan membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan, merespons akar adventif hanya pada medium 2,4-D tunggal, dan merespons tunas adventif hanya pada medium TDZ tunggal.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum is a member of the Melastomataceae that is potential to be developed as a medicinal purpose and phytoremediation plant. Therefore, cultivation such as by in vitro culture, should be useful. The aim of this research was to know effect of thidiazuron TDZ and 2,4 dichlorophenoxyacetic acid toward growth and development of the leaves culture of Melastoma malabathricum. Explant were cultured in solid MS containing single or combination TDZ 0, 1, 2, 3 mgl 1 and 2,4 D 0 0,1 0,2 mgl 1 . Various color and texture of callus was induced in all treatments. In the presence of single TDZ, single 2,4 D, and both TDZ 2,4 D, about 75 mdash 95 , 95 mdash 100 , and 45 mdash 90 explants produced callus, respectively. Root adventitious was produced in 0,1 mgl 1 70 and 0,2 mgl 1 2,4 D 60 . Furthermore, shoot adventitious was initiated in 1 mgl 1 15 , 2 mgl 1 5 and 3 mgl 1 TDZ 5 . Percentage of callus quantification in treatment 0,1 mgl 1 2,4 D 63 0.2 mgl 1 2,4 D 50 2 mgl 1 TDZ 42 and 3 mgl 1 TDZ 50 were higher than other treatments. Research about in vitro culture from leaves of M. malabathricum on MS media containing single or combination TDZ 0 0,1 0,2 mgl 1 and 2,4 D 0, 1, 2, 3 mgl 1 has been conducted. Callus were induced on 12 different media, adventitious root were induced only on single 2,4 D media, and adventitious shoot were induced only on single TDZ media.Keywords thidiazuron 2,4 dichlorofenoxyacetid acid Melastoma malabathricum callus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Strelitsia Tiurma Ida
"ABSTRAK
Pembentukan kalus dari Jasminum sambac dapat diperoleh dengan menanam potongan batang muda tanaman tersebut dalam medium padat Murashige & Skoog 1962 yang dimodifikasi dengan variasi kadar 2,4-D dan kinetin masing-masing sebesar 0,5 ppm - 1,5 ppm, dengan interval 0,5 ppm.
Pengamatan kualitatif terhadap jenis dan warna kalus memperlihatkan bahwa jenis kalus yang terbentuk pada semua perlakuan adalah sama, yaitu friabel kompak dengan warna kalus yang sama pada semua perlakuan tetapi berubah sesuai dengan umur kalus. Pada minggu ke-2 kalus berwarna hijau muda, pada minggu ke-4 berwarna hijau keputihan dan pada minggu ke-6 dan ke-8 berwarna putih kekuningan.
Pengamatan kuantitatif dilakukan terhadap berat basah dan berat kering kalus. Hasil uji Kruskal Wallis dan uji Pembandingan Berganda menunjukkan bahwa pemberian 2,4-D dan kinetin masing-masing sebesar 0,5 ppm - 1,5 ppm tidak memberikan perbedaan nyata terhadap pertumbuhan berat basah kalus pada semua perlakuan, tetapi memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan berat kering kalus pada minggu ke-8 yaitu pada pemberian 1,5 ppm 2,4-D dan 0,5 ppm kinetin, dimana berat kering kalus meningkat dari 0,0623 gram menjadi 0,1554 gram.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respon kalus Centella
asiatica (L.) Urban (pegagan) terhadap medium optimalisasi. Penelitian
dilakukan di Lab. Fisiologi Tumbuhan Dept. Biologi, FMIPA UI, Depok (Maret-
-September 2007). Kalus diinduksi dari tangkai daun bagian atas urutan
ke-1, menggunakan medium Murashige & Skoog (1962) dengan
penambahan 2,5 mgl-1 2,4-D dan 1 mgl-1 kinetin. Kalus yang telah terbentuk
beserta eksplan dipindahkan ke medium optimalisasi (Murashige & Skoog
1962) dengan penambahan 2,5 mgl-1 2,4-D atau NAA, yang dikombinasikan
dengan 0; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 mgl-1 kinetin. Kultur dipelihara pada kondisi
terang kontinu (2 minggu untuk induksi kalus dan 4 minggu untuk optimalisasi
kalus). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh eksplan mampu
membentuk kalus pada medium induksi. Secara umum, kalus hasil induksi
berwarna hijau. Namun, setelah disubkultur ke medium optimalisasi,
sebagian besar sampel pada tiap perlakuan mengalami pencokelatan.
Sebagian besar kalus hasil induksi maupun optimalisasi bertekstur kompak.
Sampel yang ditanam pada medium M9 (MS + 2,5 mgl-1 NAA + 0,75 mgl-1
kinetin) menunjukkan persentase kehidupan sampel paling tinggi (50%).
Dengan demikian, medium M9 merupakan medium yang paling mampu
menunjang pertumbuhan kalus dibandingkan kesembilan medium lainnya."
Universitas Indonesia, 2007
S31466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalia Zakayah
"Melastoma malabathricum (L.) merupakan tanaman yang memiliki potensi sebagai tanaman obat dan fitoremediasi. Oleh karena itu, diperlukan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan dan perbanyakan tanaman M. malabathricum (L.), khususnya secara in vitro. Penelitian kultur in vitro M. malabathricum (L.) dilakukan untuk melihat respons internodus terhadap medium MS modifikasi dengan penambahan TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) dan 2,4-D (0,5 dan 1 mgl-1), baik tunggal maupun modifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplan dapat merespons medium dalam bentuk kalus. Seluruh variasi ZPT pada medium perlakuan dapat menginduksi eksplan dalam membentuk kalus, kecuali pada penambahan 0,5 mgl-1 2,4-D dengan 3 mgl-1 TDZ. Respons kalus pada eksplan paling banyak ditemukan pada medium dengan penambahan 2,4-D tunggal. Sementara itu, eksplan internodus pada kombinasi TDZ dengan 2,4-D menghasilkan respons kalus sedikit. Kalus yang terbentuk bertekstur kompak (medium TDZ tunggal dan kombinasi) dan semikompak (medium 2,4-D tunggal dan kombinasi). Kalus mulai terbentuk pada kisaran hari ke-5 hingga ke-19. Respons eksplan paling baik terbentuk pada medium ZPT tunggal pada pemberian 2,4-D. Sementara itu, medium perlakuan yang menunjukkan hasil respons eksplan yang sedikit teramati pada pemberian kombinasi ZPT (TDZ dan 2,4-D).

ABSTRACT
Melastoma malabatahirum (L.) is shrubs that have potential benefits as medical and phytoremedition plant. Thus, it requires further research and propagation of M. malabathricum benefical, especially in vitro culture. Research about in vitro culture from internode M. malabathricum has conducted to see its response on MS modified medium containing TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) and 2,4-D (0,5 and 1 mgl-1), single and combination dose. The result showed internodes could response by forming callus on all treatment mediums, except medium containing 0,5 mgl-1 2,4-D and 3 mgl-1 TDZ. Compact callus formed at single dose of TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) and combination of growth regulators. Meanwhile, semi-compact callus formed at single dose of 2,4-D (0,5 and 1 mgl-1) and combination of growth regulators. Generally, callus formed at 5th to 19th day after culture. Best explant response found in medium that contained single dose of 2,4-D. Meanwhile, internode explant in combination of TDZ with 2,4-D media showed less response at explants.
"
2017
S70118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>