Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148791 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herniwaty
"ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi dan pemurnian antibodi anti-AFP manusia dari serum kelinci yang diinduksi dengan cairan amnion manusia. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan antibody anti-AFP murni dari cairan amnion manusia yang dipergunakan untuk keperluan reaksi imun silang. Alfa-fetoprotein manusia diisolasi dan dimurnikan dari 100ml cairan amnion manusia dengan menggunakan kolom Cibacron-blue (F3GA). Setiap kali pemurnian dengan kolom Cibacron-blue dielusi dengan dua macam dapar yaitu dapar A dan dapar B. Protein AFP yang telah diisolasi dideteksi dengan cara elektroforesis (SDS-PAGE) untuk mengetahui barat molekul protein AFP tersebut. Alfa-fetoprotein yang telah diisolasi dikumpulkan untuk diliofilisasi, dan selanjutnya digunakan sebagai kontrol positif pada uji ELISA. AFP hasil liofilisasi untuk imunisasi kelinci. Amnion hasil liofilisasi adalah 1530,4 mg. Imunisasi kelinci dilakukan sebanyak 5 kali dengan selang waktu penyuntikan 10 hari. Penyuntikan dilakukan secara subkutan, dosis tiap kali penyuntikan adalah 1 mg amnion/ml yang dibagi menjadi 5 lokasi penyuntikan. Imunisasi pertama menggunakan ajuvan lengkap Freund. Serum kelinci hasil imunisasi dideteksi dengan uji ELISA untuk mengetahui keberhasilan imunisasi. Serum kelinci tersebut dimurnikan dengan kolom imunoafinitas CNBr yang dibebani AFP manusia. Fraksi tertinggi eluat kolom imunoafinitas dikumpulkan dan dipakai untuk uji ELISA pada penentuan titer antibody. Uji ELISA tersebut menggunakan serum laki-laki normal sebagai kontrol negative. Titer antibody anti-AFP manusia sebelum dimurnikan adalah 1024000 dan titer antibody anti-AFP manusia yang telah dimurnikan adalah 8000. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa antibody anti-AFP manusia cukup murni dan dapat digunakan untuk uji reaksi silang. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina
"Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh estradiol benzoat terhadap diferensiasi warna bulu dada, berat badan, perilaku seks, dan gonad Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnixjaponica Temm. & Schleg.). Delapan puluh butir telur dibagi dalam empat kelompok perlakuan, yaitu satu kelompok kontrol tanpa perlakuan dan tiga kelompok eksperimen yang disuntik dengan estradiol benzoat dosis 5 ρg, 10 ρg, dan 15 ρg. Penyuntikan dilakukan pada hari ke-3 inkubasi telur, kemudian setelah menetas burung puyuh dipelihara dan dilakukan pengamatan warna bulu dada (minggu ke-7), berat badan (minggu ke-1,3,5,7,dan 14), perilaku
seks (minggu ke-12 sampai 14), dan gonad (minggu ke-14). Hasil uji statistik nonparametrik Kruskal-Wallis menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap berat badan burung betina dan berat gonad jantan dan gonad betina, tetapi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat badan burung jantan. Hasil analisis secara deskriptif cenderung tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku seks burung betina, dan warna bulu dada burung jantan dan burung betina, tetapi cenderung menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku seks burung jantan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
"ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi antibodi anti AFP tikus dengan cara hiperimunisasi kelinci. Antigen yang disuntikkan pada kelinci adalah AFP tikus yang diisolasi dengan kolom kromatografi DEAE-selulosa. Serum kelinci hasil imunisasi dimurnikan menggunakan kolom Aminolink. Antibodi anti AFP tikus diperlukan untuk penelitian terhadap reaksi silang antara AFP dan albumin tikus, sedangkan antibodi tersebut belum tersedia di pasaran. Dua ekor kelinci telah disuntik masing-masing dengan 1 mg AFP tikus yang telah dibuat emulsi dengan adjuvan lengkap Freund pada bagian punggung secara subkutan. Suntikan ulangan dilakukan sebanyak 4 kali dengan selang waktu kurang lebih 10 hari dengan dosis sama yang telah dibuat emulsi dengan adjuvan tak lengkap Freund. Pada penelitian mi antibodi dideteksi dengan teknik ELISA dan Western-blot. Hasil ELISA menunjukkan titer antibodi yang didapat pada kelinci I adalah 16000, sedangkan kelinci 2 adalah 8000. Hasil ELISAjuga menunjukkan serum kelinci yang dimurnikan menggunakan kolom aminolink, relatif lebih murni dibandingkan serum kelinci yang belum mengalami pemurnian. Dengan teknik Western-blot menunjukkan bahwa polipeptida yang bereaksi dengan antibodi anti AFP tikus yang diisolasi adalah sebesar 74.000 Da."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Puspitaningrum
"Ruang lingkup dan cara penelitian : AFP adalah protein onkofetal yang disintesis pada masa fetus dan ekspresinya ditekan pada. individu dewasa sehat. Kadar AFP ini akan meningkat kembali pada penderita keganasan hati. Telah diketahui bahwa ekspresi gen APP diakhir pada tingkat transkripsi, akan tetapi, mekanisme pengaturan dari faktor yang mendukung proses pengaturan sintesis AFP tersebut masih belum pasti. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi (ragmen DNA yang mengandung elemen promotor gen dan gen penyandi AFP. Fragmen DNA ini selanjutnya akan digunakan dalam penelitian ekspresi gen APP secara in vitro secara efisien. DNA AFP bahan uji yang digunakan adalah bersumber dari sel jaringan hati tikus Rattus navergic's strain Wistar. Tahap penelitian yang harus dikerjakan adalah mengisolasi DNA genam hati tikus dengan atau tanpa menggunakan kit Menelusuri data urutan nukleotida DNA AFP yang akan diisolasi. Merancang sepasang oligonukleotida primer. Mengisolasi fragmen DNA AFP dengan cara PCR dan memurnikannya dengan cara elektroelusi. Selanjutnya memotong fragmen DNA produk PCR tersebut dengan enzim endonuklease restriksi spesifik. Akhirnya membaca urutan nukleotida fragmen tersebut.
Hasil dan Kesimpulan : Diperoleh fragmen DNA AFP produk PCR sepanjang 292pb dengan menggunakan sepasang oligonukleotida primer Twister I (5'CATAAGATAGAAGTGACCCCTGTG3') dan Twister II (5 'GCATCTTA CCTATTCCAAA CTCAT3 ' ). Fragmen DNA tersebut mengandung elemen promotor gen dan gen penyandi AFP dengan urutan nukleatida yang sama dengan urutan nukleotida pada fragmen DNA AFP yang diperoleh dari bank gen. Pemotongan fragmen DNA tersebut dengan menggunakan enzim menghasilkan fragmen DNA sepanjang 110pb yang hanya mengandung gen penyandi AFP. Fragmen DNA ini akan digunakan sebagai kontrol negatif untuk membuktikan pentingnya elemen promotor gen AFP dalam proses pengaturan ekspresi gen AFP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Upik Anggraheni Priyambodo
"ABSTRAK
Latar belakang: Penilaian kualitas oosit merupakan bagian terpenting dan tersulit dalam fertilisasi in vitro (FIV). Metode yang saat ini tersedia tidak dapat menilai jumlah dan maturasi oosit secara optimal pada prosedur petik oosit pada FIV. Anti Mullerian Hormone (AMH) dalam cairan folikel dihasilkan langsung oleh sel granulosa, yang diharapkan dapat menjadi parameter alternatif untuk meramalkan kuantitas dan kualitas oosit pada program FIV.
Tujuan: Mengembangkan metoda nir-invasif pada program FIV dengan mengetahui nilai prognostik kadar AMH serum dan cairan folikel sebagai parameter alternatif untuk meramalkan kualitas oosit pada program FIV.
Metode: Penelitian ini merupakan uji prognostik dengan desain potong lintang selama periode April 2012 hingga Juni 2013 di Poliklinik Yasmin, RSCM, Jakarta. Subjek penelitian merupakan pasien infertilitas yang menjalani program IVF. Pengukuran kadar AMH dan estradiol serum dilakukan pada awal siklus, sementara kadar AMH cairan folikel, jumlah oosit total, jumlah oosit matur dan morfologi oosit dinilai pada saat hari petik ovum. Kualitas oosit dinilai dari skor morfologi oosit modifikasi Xia. Analisis data menggunakan korelasi Pearson dan analisis regresi linier untuk mencari nilai prognostik kadar AMH serum dan cairan folikel sebagai peramal kualitas oosit.
Hasil: Didapatkan 102 pasien FIV dengan protokol stimulasi pendek, yang diperiksa kadar AMH serum, kadar AMH cairan folikel, kadar estradiol serum kemudian dinilai jumlah oosit total, jumlah oosit matur dan skor morfologi.
Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa usia dan AMH serum dapat digunakan dalam meramalkan kualitas oosit (r = - 0,038; r = 0, 183; p < 0,05).
Kesimpulan: Kadar AMH serum dan cairan folikel berkorelasi dengan kuantitas oosit. Kadar AMH serum dapat digunakan sebagai parameter untuk meramalkan kualitas oosit, namun tidak untuk AMH cairan folikel

ABSTRAK
Background: Assessment of oocyte quality is an important but difficult component in in vitro fertilization (IVF). Current methods available cannot predict ooctye number and maturation in oocyte pick-up optimally during IVF.
Anti Mullerian Hormone (AMH) in follicular fluid is produced directly by granulosa cells, and it could be an alternative parameter to predict oocyte quantity and quality in IVF.
Objective: To develop nir-invasif method in IVF program with knowing prognostic value of serum and follicular fluid AMH as alternative parameters to predict oocyte quality.
Method: This is a prognostic study with cross sectional design, during a period of April 2012 until June 2013 in Yasmin Clinic, RSCM, Jakarta. The subjects of this study were infertile couples who underwent IVF. The measurement of serum AMH level and serum estradiol serum was done in the beginning of IVF cycles, while follicular fluid AMH, number of oocyte retrieved, number of mature oocyte, and oocyte morphology were measured at the day of ovum pick-up.
Oocyte quality using morphological score modified from Xia criteria as parameter. Statistical analysis was done using Pearson correlation and linear regression analysis to measure predictive value of AMH as oocyte quality
predictors.
Result: We obtained 102 short protocol IVF patients. Serum AMH level, AMH level in follicular fluid, serum estradiol, oocyte count, number of mature ooctye, and morphological score were assessed. Based on multivariate analysis, we found that age and serum AMH level can be used to predict oocyte quality (r = - 0,038; r = 0, 183; p < 0,05).
Conclusion: There were correlation between serum and follicular fluid AMH with oocyte quantity. AMH level in serum, but not follicular fluid, can be used as a parameter to predict oocyte quality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Retno Prijanti
"Homosistein adalah suatu senyawa antara yang mengandung sulfur pada proses sintesis asam amino sistein dari metionin. Radar normal dalam darah kurang lebih 10 µ mol/L. Peningkatan kadarnya dihubungkan dengan "premature vascular diseases" dan merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar lebih dari 100 µ mol/L menyebabkan homosisteinuria. Bila tidak diterapi maka 50°/o penderita akan mengalami tromboemboli dan mortalitasnya 20% pada penderita usia 30 tahun. Faktor resiko ?'kadar homosistein tinggi" ini apabila dapat diketahui maka dapat diupayakan pencegahannya atau paling tidak dapat memperlambat terjadinya kerusakan vaskuler pada seseorang.
Saat ini pengukuran kadar homosistein plasma ditetapkan dengan metoda HPLC yang canggih dan kepekaannya tinggi, namun sangat mahal biaya operasinya Karena itu dirasa perlu dikembangkan cara penetapan lain yang lebih murah dan cukup peka, seperti ELISA. Sebagai langkah awal dilakukan upaya isolasi antibodi kelinci anti hoinosistein.
Kelinci diinduksi dengan homosistein yang diikatkan pada permukaan membran eritrosit memakai glutaraldehid 2,5%. Induksi imunisasi dengan dosis total perkali 1 mL yang disuntikkan dengan cara subkutan di 5 lokasi berbeda pada kulit punggung kelinci. imunisasi dilakukan dengan selang waktu 1 minggu. Serum kelinci diambil pra dan pasca imunisasi ke 3. Titer antibodi kelinci anti hoinosistein diukur dengan metoda hemaglutinasi pasil. Hasil yang didapat, titer antibodi kelinci anti homosistein praimunisasi 0 (nol) dan pasca imunisasi ke 3 adalah 32."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
C.F.G. Sunaryati Hartono, 1931-
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2004
323.4 SUN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson, Paul D.
Jakarta: EGC, 1996
611 AND an
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
D. Dwidjoseputro
Jakarta: Erlangga , 1994
304.2 DWI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
D. Dwidjoseputro
Jakarta: Erlangga, 1994
577 DWI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>