Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2358 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Twenhofel, W.H.
New York: McGraw-Hill, 1950
551.3 TWE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Slamet Supriatin
"Kebutuhan listrik setiap tahun tentu mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan oleh pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pada kesejahteraan masyarakat, Pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dengan banyak membangun dan menambah pembangkit listrik yang telah ada.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah salah satu pembangkit tenaga listrik diantara jenis pembangkit yang bersumber pada potensi sumberdaya alam. Kelebihan dart PLTA yaitu bersifat bersih karena tidak mencemari lingkungan dan karena air adalah sumberdaya alam yang terbaharui. Bila dibandingkan dengan pembangkit tenaga listrik yang lain, PLTA memerlukan lahan yang relatif luas untuk membangun bendungan dalam menghasilkan 1 joule energi listrik, tetapi waduk selain untuk PLTA juga dapat dialokasikan tmtuk manfaat lain yang bernilai ekonomi.
PLTA Saguling adalah pembangkit listrik yang menghasilkan baik kapasitas terpasang maupun produksi listrik terbesar diantara kedua pembangkit listrik yang lain yaitu PLTA Cirata dan Jatiluhur yang juga terletak di DAS Citarum. Sayang sekali biia potensi ini tidak dimanfaatkan atau tidak berlanjut karena sedimentasi di waduk Saguling. Permasalahan pada penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut : a) jumlah sedimen yang masuk dan mengendap dalam waduk Saguling setiap tahun terus meningkat, melebihi sedimen yang direncanakan per tahun; b) tidak adanya tindakan pengerukan dapat mengakibatkan pendangkalan waduk Saguling; c) dampak dari sedimen baik fisik maupun kimia; d) tataguna lahan yang terus berubah.
Tujuan dari penelitian ini adalah a) Mengetahui umur efektif waduk Saguling sebagai pembangkit tenaga listrik, b) Mengetahui dampak dari sedimentasi terhadap umur efektif waduk Saguling, dan c) Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan erosi dan sedimentasi pada daerah tangkapan air waduk Saguling. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini: adalah a) sedimentasi dapat mengakibatkan umur efektif waduk Saguling sebagai pembangkit tenaga listrik akan menjadi lehth pendek, b) sedimentasi dapat mengakibatkan eutrofikasi, penurunan koefisien diversitas dan pengurangan produksi energi listrik, dan daya korosi perairan waduk, c) penambahan curah hujan dan atau perubahan tataguna lahan adalah yang meningkatkan erosi dan sedimentasi di waduk Saguling. Sasaran dari penelitian ini adalah memberi masukan untuk pengelolaan waduk agar umur waduk bisa lebih panjang. Hasil penelitian ini juga dapat sebagai masukan untuk kebijakan pengelolaan kawasan pada daerah tangkapan air waduk Saguling dan di dalam waduk sendiri.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah en post facto dengan pendekatan data kuantitatif dan taraf analisa deskriptif analisis. Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperleh, diolah dan digunakan untuk menentukan indeks erosivitas hujan. Data sekunder diperoleh dengan cara studi pustaka, wawancara dengan perusahaan dan dari instansi terkait...

The population growth and increase of income further causing the increase demand of the electricity. The government builds various power plants to fulfill the demand on electricity. The hydro power plant is more advantageous than that of the other mode of power generator, since water is a renewable resources. The hydro power plant is relatively clean because it does not yield pollutant. Although hydro power plant needs larger area to produce electricity, it drives multipurpose functions, especially in the form of added value, for example: the Saguling reservoir.
The Saguling power plant produces higher eleciicity than the Cirata and Jatiluhur Power Plants, which are located in its downstream area, in the same Citarum river. However, the sedimentation on Saguling reservoir is abundant igniting assumption that it may reduce the electricity production.
Within that frame of mind therefore the research problem area envelopes : a) the annual increase of sedimentation to Saguling reservoir (whether it is more than the sediment planning each year), b) silting up of Saguling reservoir, c) both of the physical and chemical impacts of sedimentation, d) the landuse changes.
This research intends to : a) estimate (predict) the effective period of Saguling reservoir as a power plant, b) estimate the effect sediment on Saguling reservoir, c)identify the type erosion and factors caused by the erosion on catchment area water Saguling reservoir. The hypothesize of this research are a) the sedimentation may cause the decrease of the effective period of Saguling reservoir as the power plant, b) sedimentation may cause eutrofication, reduce diversity coefficient and the yield electric energy, and water corrosion, c) the may rainfall and or landuse changes are the main cause of the increase of erosion and sedimentation. This research suggest management inputs on Saguling reservoir and for its catchment area.
This research uses ex post facto method with both quantitative data anti descriptive analysis approach_ This research completed both primer and secondary data. Primary data used to count erosivity index of rainfall. Secondary data used to determine the effective period of Saguling reservoir. The identification of sedimentation impact on Saguling reservoir used comparing between observation data and standard qualification.
Through this research, it is noted that the effective period of Saguling reservoir is 66 years since founded in 1986, so that Saguling reservoir estimated will hold out tilt 2052 to function as hydro power plant. The effective period of Saguling reservoir is correlation (r) of 0.99 The impact of Saguling reservoir sedimentation indicated on the eutrofication process that was shown by both the eceng gondok plant cover and the diversity coefficient.
Presently the sedimentation on Saguling reservoir, in fact, has not yet reduced the electricity production or caused the corrosion. Saguling reservoir produced the electricity for 2,269.585 GWH. More than planned production each Year, that was 2,156 GWH. Through the Ryznar Stability Index (RSI) to measure the corrosion it was shown that Sagulin reservoir has 7-8 scale on water temperature and the temperature was about 26 -30°C. The potential waters corrosion may occurr when the RSI scale is more than 7 at water temperature above 65°C.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arbor Reseda
"Kapasitas Dead Storage waduk pada suatu bendungan selama ini didesain berdasarkan nilai erosi lahan pada Daerah Tangkapan Air (DTA) waduk per tahun tanpa memperhitungkan perubahan tata guna lahan dan dinamika curah hujan pada DTA, serta tidak mempertimbangkan distribusi angkutan sedimen yang tersebar di dasar waduk. Pengembangan protokol prediksi sedimentasi waduk dibutuhkan untuk menghasilkan prediksi sedimentasi waduk yang lebih akurat sesuai dengan kondisi lapangan dan dapat mengakomodasi keterbatasan data hidrolik pada waduk-waduk yang ada di Indonesia. Implementasi dari pengembangan protokol prediksi sedimentasi waduk dapat memberikan perspektif yang lebih baik di bidang perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan waduk. Protokol ini terdiri dari prediksi erosi lahan jangka panjang, pemodelan debit angkutan sedimen jangka panjang, pemodelan angkutan sedimen waduk secara spasial dan temporal, dan prediksi sedimentasi waduk pada masa mendatang. Studi kasus pada penelitian ini adalah Waduk Wonogiri di Indonesia. Simulasi protokol ini dimulai dengan memprediksi erosi lahan tahunan di DTA Waduk Wonogiri untuk jangka waktu yang panjang dari tahun1993 sampai dengan 2019. Debit angkutan sedimen dimodelkan dari prediksi erosi lahan tahunan dan hidrograf yang dimodelkan menggunakan metode FJ Mock dan divalidasi dengan hasil pengukuran sedimen waduk di lapangan. Angkutan sedimen waduk dimodelkan secara spasial dan temporal menggunakan perangkat lunak MIKE. Simulasi ini menghasilkan volume sedimen waduk setiap satuan waktu, terindikasi dari perubahan elevasi dasar waduk, tervalidasi dengan batimetri di lapangan. Prediksi sedimentasi waduk di masa mendatang menggunakan metode regresi secara modular. Hasil prediksi sedimentasi waduk adalah volume sedimen sebesar 146 juta m³ untuk 50 tahun mendatang. Protokol ini memperkenalkan secara luas model matematis angkutan sedimen waduk secara spasial serta memprediksi volume dan sebaran sedimen di dasar waduk pada masa mendatang dengan menggunakan metode regresi secara modular yang hasilnya lebih akurat dari peneletian terdahulu.

The dead storage capacity of a reservoir is usually designed based on the soil erosion rate of the catchment area for a certain year, without considering the land use and precipitation dynamics in the catchment, as well as sedimentation distribution analysis at the bottom of the reservoir. Development of a protocol is needed for a more accurate prediction of reservoir sediment transport to describe the real condition and accommodate data limitations. It will give a good perspective on reservoir design, operation, and maintenance strategy. The proposed protocol consists of long-term soil erosion prediction, modeling long-term sediment discharge, modeling spatial-temporal reservoir sediment transport, and predicting reservoir sediment volume and distribution in the future. The case study is in Wonogiri reservoir, Indonesia. Simulation of the proposed protocol in the case study began by obtaining long-term soil erosion prediction from 1993 – 2019. Sediment discharge was modeled from soil erosion and long-term hydrographs model using the FJ Mock method and validated with sediment rate measured directly in the field. The reservoir sediment transport model was using MIKE software. The simulation gives the volume and distribution of sedimentation validated by the bathymetry result of the reservoir. Prediction of future sedimentation was using the modular regression method. The prediction result of reservoir sediment volume in 2069 is 146.7 million m³. This protocol promotes spatial reservoir sediment transport model and sedimentation prediction by modular regression. The result is more accurate than previous studies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krumbein, W.C.
San Francisco: W H Freeman, 1963
551.7 KRU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rahmatsyah
"ABSTRAK
Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering ditemukan di negara berkembang. Tuberkulosis dapat menunjukkan berbagai gejala dan mengubah parameter hematologi. Namun, belum banyak dilakuan penelitian untuk mengetahui karakteristik hematologi pada TB, khususnya LED. Metode Penelitian. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang. Data dikumpulkan dengan  membaca rekam medik. Populasi target ialah seluruh pasien TB  yang memeriksakan diri di Rumah Sakit Umum Persahabatan pada tahun 2016-2018. Hasil. Terdapat 132 subjek penelitian. Sebagian besar subjek memiliki durasi gejala < 3 bulan dengan jumlah 84 orang dan yang berdurasi gejala ≥3 bulan sebanyak 48 orang. Dari segi jenis kelamin, mayoritas subjek ialah pasien laki-laki dengan gejala < 3 bulan. Kelompok usia subjek terbanyak ialah 50-65 tahun denga gejala <3 bulan. Mayoritas subjek, baik yang bergejala <3 bulan dan ≥3 bulan, memiliki nilai LED yang meningkat. Semakin tua usia subjek, maka semakin banyak yang memiliki nilai LED di atas normal. Batuk non-produktif merupakan gejala terbanyak pada subjek penelitian, baik yang bergejala <3 bulan maupun ≥3 bulan. Berdasarkan analisis bivariat, tidak terdapat perbedaan nilai rerata LED antarkelompok pasien bergejala <3 bulan dengan pasien bergejala ≥3 bulan  (p=0.101, IK 95% -1.49-0.14). Kesimpulan : tidak terdapat hubungan antara durasi gejala TB dengan peningkatan LED.

ABSTRACT
Tuberculosis is one of the most common infection in developing countries. Tuberculosis may manifest various symptoms and change hematologic parameters. However, only few studies have been conducted to reveal hematologic parameters in TB, particularly ESR. Methods. This study used cross-sectional method. Data were collected by reading laboratory result in medical record. Target population of this study is all TB patients who came to Persahabatan Hospital during 2016-2018. Result. There were 132 subjects. Most subjects have symptoms duration < 3 months, counted 84 subjects whereas subjects having symptoms duration ≥3 months counted 48 subjects. Based on the sex, most subjects were men  having symptoms duration < 3 months. Most subjects, either those having symptoms durations < 3 months or ≥3 months, have increased ESR. The older the subject, the more having increased ESR. Non-productive cough was the most common symptoms in this study, either on those having symptoms <3 months and having symptoms ≥3 months. Based on bivariate analysis, there was no difference on ESR mean between those having symptoms <3 months and having symptoms ≥3 months (p=0.101, CI 95% -1.49-0.14). Conclusion : there is no relation between TB symptoms duration and ESR increment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faathir Surya
"Tampungan efektif bendungan erat kaitannya dengan laju sedimentasi yang terjadi yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor karakteristik suatu DAS. DAS Krueng Keureuto terletak di kabupaten Aceh Utara memiliki sebuah bendungan yang direncanakan untuk reduksi banjir yang melanda Kota Lhok Sukon dengan demikian diubtuhkan penelitian terkait tampungan efektif dari bendungan karna banyaknya masalah terkait dengan umur rencana bendungan yang tidak sesuai dengan umur rencana desain akibat sedimentasi yang terjadi. Analisis sedimentasi menggunakan bantuan software ArcGis 10.1 dan metode USLE untuk menghitung laju sedimentasi yang terjadi dengan menggunakan proyeksi tata ruang wilayah tahun 2012-2032 yang didapatkan hasil peningkatan efektifitas tampungan bendungan meningkat hingga 15,54 dari tampungan efektif desai bendungan sehingga fungsi bendungan menjadi lebih optimal.

Effective storage of a dam is closely related to sedimentation rates that are influenced by various characteristics of a watershed. Krueng Keureuto Watershed located in Aceh Utara district has a dam planned for the reduction of flood that hit Lhok Sukon city thereby demystified research related to effective dam from dam due to many problems related to the age of dam plan which is not in accordance with age of design plan due to sedimentation that happened. Sedimentation analysis uses ArcGis 10.1 software and USLE method to calculate sedimentation rate by using spatial projection for 2012 2032. Sedimentation results obtained 14,937.37 m3 year resulting in an increase in the effectiveness of the dam reservoir up to 15.34 of the effective design of the dam, so that the effective dam of the dam becomes more optimal. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G.M. Yudi Prasetia Adhiguna
"Skleroderma adalah penyakit autoimun yang melibatkan jaringan ikat. Salah satu gejala klinis skleroderma adalah Fenomena Raynaud dengan perubahan 3 warna pada kulit. Pemeriksaan marker seperti C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED) digunakan untuk memeriksa tingkat inflamasi terkait Fenomena Raynaud.
Tujuan penelitian adalah menelusuri hubungan kemaknaan antara CRP maupun LED dengan Fenomena Raynaud pada pasien skleroderma. Desain penelitian adalah desain potong lintang dan non-probability sampling. Jumlah sampel adalah 73 (30 memiliki Fenomena Raynaud, 43 tidak memiliki Fenomena Raynaud). Analisis data menggunakan uji chi square (diganti menjadi uji Fisher) untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bermakna secara statistik dan klinis. Data bermakna secara statistik jika nilai p < α. Data bermakna secara klinis jika nilai besar efek penelitian > besar efek minimal.
Hasil penelitian memperoleh, pasien skleroderma terbanyak adalah 26, 38, dan 47 tahun (masing-masing 6,8%), rentang usia 20-73 tahun, mayoritas wanita (87,7%). Hasil yang diperoleh, tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik maupun klinis antara CRP dengan Fenomena Raynaud, maupun antara LED wanita dengan Fenomena Raynaud. Hubungan antara LED pria dengan Fenomena Raynaud diperoleh tidak bermakna secara statistik, namun dianggap bermakna secara klinis.

Scleroderma is an autoimmune disease that involves connective tissue. One of the clinical symptoms is Raynaud's Phenomenon with 3 colors change on the skin. Marker inflammations, such as C-reactive protein (CRP) and erythrocyte sedimentation rate (ESR) can be used for investigating inflammation level in establishing Raynaud's Phenomenon.
The aim was to investigate whether there was a significant relationship between CRP and ESR level with Raynaud's Phenomenon on scleroderma patients. This research use cross sectional design and non-probability samplingTotal sample used was 73 (30 with Raynaud's Phenomenon, 43 did not have). The test used was chi square (then change into Fisher Test) to determine whether the data obtained were statistically and clinically significant. Data is considered statistically significant if the value of p < α. Data is considered clinically significant if value of research effect size > minimal effect size.
The results showed that most of scleroderma patients were 26, 38, and 47 years old (6,8% respectively) with range 20-73 years old, the majority was women (87,7%). The results obtained were no statistically or clinically significant relationship between CRP and Raynaud's Phenomenon, nor between female's ESR and Raynaud's Phenomenon. The relationship between male's ESR and Raynaud's Phenomenon was not statistically significant, but was considered clinically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Widiyasmoko
"Tingkat sedimentasi di danau rawapening cukup tinggi 778,93 ton / tahun , yang disebabkan oleh kondisi lingkungan di sekitar tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik spasial danau dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Parameter yang diamati adalah Muatan padat tersuspensi di danau, erosi dari masing-masing daerah tangkapan, dan keluarnya setiap sungai. Muatan Padat Tersuspensi dipantau menggunakan penginderaan jauh 0,5-0,6?m panjang gelombang tahun 2017, debit sungai dihitung menggunakan metode Rasional, dan erosi ditentukan menggunakan metode Hazarika. Hasil penelitian menunjukkan debit sungai berbanding terbalik dengan muatan padatan tersuspensi, sedangkan besarnya erosi berkorelasi positif dengan muatan padatan tersuspensi.

Sedimentation rate in rawapening lake is fairly high 778.93 tons year , which is caused by the environmental conditions surrounding the catchment. This study is aimed to determine the relation of spatial characteristics of the lake with surrounding environmental condition. The parameters observed were suspended solid load in the lake, erosion from each catchment area, and the discharge of each river suroundings. Suspended solid load was monitored using remote sensing 0.5 0.6 m wavelength of 2017, river discharge was calculated using Rational method, and erosion was determined using Hazarika method. The results show river discharge wasinversely proportional to suspended solid load, while the magnitude of erosion positively correlates with the suspended solid load.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlirrahman Aufar Mujiyanto
"ABSTRAK
Singkapan di Sungai Cipamingkis yang termasuk dalam Formasi Jatiluhur memiliki sekumpulan struktur sedimen yang disebut Sequence Bouma. Sekuen Bouma merupakan salah satu kumpulan struktur sedimen yang terbentuk dari proses aliran turbidit. Aliran turbidit terjadi pada kedalaman air rata-rata 2000m, sehingga sulit untuk diamati secara langsung untuk memahami proses sedimentasi secara komprehensif. Aliran turbidit dalam penelitian ini difokuskan pada klasifikasi berdasarkan Bates (1953) dan sifat kohesivitasnya. Data yang diperoleh dari singkapan dalam penelitian ini berupa kolom Pengukuran Penampang Stratigrafik. Data tersebut akan menjadi data utama dalam melakukan eksperimen fisika. Eksperimen fisik tangki flume merupakan salah satu metode dalam memahami proses sedimentasi aliran turbidit. Pendekatan yang dilakukan dalam percobaan fisika ini adalah dengan menggunakan Froude Number dan Reynold Number. Percobaan fisis yang dilakukan memiliki 5 data percobaan dengan hasil berupa bilangan Froude, bilangan Reynold, perbandingan massa jenis campuran dengan massa jenis tangki flume air, kecepatan aliran maksimum, dan hasil geometri. Geometri hasil yang diperoleh dari percobaan fisika ini akan menjadi analog perbandingan singkapan di daerah penelitian.
ABSTRACT
The outcrop in the Cipamingkis River which is included in the Jatiluhur Formation has a collection of sedimentary structures called Sequence Bouma. The Bouma sequence is a collection of sedimentary structures formed from the process of turbidite flow. Turbidite flow occurs at an average water depth of 2000m, so it is difficult to observe directly to understand the sedimentation process comprehensively. The turbidite flow in this study focused on the classification based on Bates (1953) and its cohesive properties. The data obtained from the outcrop in this study were in the form of a Stratigraphic Cross-sectional Measurement column. These data will be the main data in conducting physics experiments. The physical experiment of the flume tank is one method in understanding the process of turbidite flow sedimentation. The approach taken in this physics experiment is to use Froude Number and Reynold Number. The physical experiments carried out have 5 experimental data with the results in the form of Froude number, Reynold number, ratio of the density of the mixture to the density of the water flume tank, maximum flow velocity, and geometric results. The geometry of the results obtained from this physics experiment will be analogous to the comparison of outcrops in the research area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprihatin Wulansari
"Semakin bertambahnya angka pertumbuhan penduduk menyebabkan angka kebutuhan energi listrik semakin bertambah. Pemerintah membangun berbagai pembangkit listrik tenaga terbarukan untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik. Salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga air. Pembangkit listrik tenaga air sangat tergantung pada ketersediaan air waduk. Adanya sedimentasi yang berada di waduk dapat menyebabkan kinerja pembangkit listrik tenaga air menjadi terganggu. Bagaimana pengaruh sedimentasi terhadap energi listrik, fungsi umur waduk, keberlanjutan PLTA? Dan bagaimana pengaruh KJA terhadap sedimentasi waduk?
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh sedimentasi terhadap energi listrik, fungsi umur waduk Jatiluhur, keberlanjutan pembangkit listrik tenaga air Jatiluhur serta pengaruh KJA terhadap peningkatan sedimentasi di waduk.
Penelitian ini dengan menggunakan analisis korelasi regresi sederhana. Selama periode tahun 2018 hingga 2022 dibandingkan dengan data pada tahun 2013, terjadi peningkatan sedimentasi sebesar 1,6 yang menyebabkan penurunan produksi energi listrik sebesar 72 . Fungsi umur waduk Jatiluhur terhitung sejak tahun 2017 adalah 193 tahun. Keberadaaan KJA memberikan pengaruh terhadap peningkatan sedimentasi di waduk Jatiluhur.

The increasing number of population growth causes the number of electrical energy needs grew. The government built various renewable power plants to meet the demand for electrical energy. One of them is hydroelectric power. The hydroelectric power is highly dependent on the availability of water reservoirs. The presence of sedimentation in the reservoir can cause the performance of hydroelectric power to be disturbed. What is the effect of sedimentation on electrical energy, reservoir age function, hydropower sustainability And how does KJA influence sedimentation of reservoirs.
The purpose of this research is to analyze the effect of sedimentation on electric energy, Jatiluhur reservoir age function, Jatiluhur hydropower generation and KJA influence on increasing sedimentation in reservoir.
This study used simple regression correlation analysis. During the period 2018 to 2022 compared to the data in 2013, a 1.6 increase in sedimentation resulted in a 72 decrease in electrical energy production. The age function of Jatiluhur reservoir since 2017 is 193 years. The existence of KJA had an effect on the increase of sedimentation in Jatiluhur reservoir.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
T49144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>