Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Z.M. Hidajat
Bandung: Tarsito, 1977
301.51 HID m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Onghokham
Depok: Komunitas Bambu, 2008
305.8 ONG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dana K. Anwari SB
[Place of publication not identified]: Orayta, [date of publication not identified]
951.095 98 DAN b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Greif, Stuart William
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991
305.895 159 8 GRE it
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Inspirasi, 2002
301 ANT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
"Orang Cina datang ke Indonesia sekitar abad ke-9, ketika utusan dari Cina menjalin kerja hubungan dengan kerajaan-kerajaan di wilayah nusantara. Pemukiman-pemukiman kecil mereka sudah ada jauh sebelum bangsa Eropa datang, seperti di kota-kota pelabuhan perdagangan di sepanjang pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, Surabaya, dan Batavia. Pada tahun 1596 ketika Belanda datang ke Batavia sudah terdapat kampung yang didiami oleh orang-orang Cina di tepi sungai Ciliwung. Mereka adalah imigran-imigran generasi pertama yang datang secara berombongan, sebagian besar dari mereka adalah pekerja-pekerja bujangan yang kemudian berintegrasi dengan penduduk setempat, menikah dengan perempuan pribumi dan menetap. Kelompok inilah yang secara kultural makin jauh dari kultur asli negara leluhurnya dan bahasa yang mereka pergunakan pun merupakan bahasa campuran, atau lebih dikenal sebagai bahasa Melayu Cina. Maka terbentuklah suatu kelompok yang dalam banyak buku disebut "golongan peranakan"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanti Untoro Dradjat
"ABSTRAK
Orang Cina yang bermukim di Indonesia, ternyata masih banyak yang memelihara adat kebiasaan sebagaimana layaknya ketika mereka bertempat tinggal di negeri Cina. Sebagian adat tersebut terlihat dari kepercayaan yang dianutnya, meskipun ada. juga sebagian kebiasaannya yang sudah berubah. Salah satu adat yang tampak jelas masih berlangsung adalah upacara sembahyang yang ditujukkan kepada penyembahan roh nenek moyang atau leluhur yang biasanya dilakukan di rumah. Upacara-upacara keagamaan lainnya dilaksanakan di tempat peribadatan orang Cina yang di Indonesia lazim disebut kelenteng. Di dalam bangunan ini terdapat bermacam-macam dewa/dewi sesuai dengan dewa/dewi apa yang diunggulkan dalam ibadah tersebut. Oleh karena itu arca dewa/dewi yang ditemukan dalam kelenteng berbeda satu sama lain.
Kepercayaan orang Cina yang terpancar dari berbagai wujud dewa/dewi yang dipujanya itu, bersumber dari ajaran agama Buda, ajaran Kong Hu Cu dan Tao, ditambah dengan ajaran dari agama Cina. Pilihan terhadap dewa/dewi dalam kepcrcayaan Cina agaknya ditentukan pula mitologi setempat. Oleh karena itu berbagai upacara maupun dewa/dewi orang Cina yang bermukim di Indonesia tetap menampakkan unsur "kecinaannya?. Sangat menarik bila dari area-area tersebut dapat diketahui sehingga dapat menambah pengetahuan kita mengenai sebagian aspek religi mereka.
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan untuk memperoleh data tentang kepercayaan orang Cina asli dan kepercayaan yang diterapkan di Indonesia. Selain itu dilakukan pula pengamatan lapangan di beberapa kelenteng untuk memperoieh data mengenai upacara-upacara yang dilakukan dan data bandingan tentang arca dewa/dewi yang ada di dalam kelenteng tersebut.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa scbagian ada! istiadat Cina berupa beberapa upacara yang sudah tidak dilaksanakan lagi di Indonesia diduga karena adanya perbedaan ekologi di dua negara ini. Namun sebaliknya, penyembahan terhadap area dewa/dewi yang pengaruh mitologi Cinanya amat dominan tetap dilakukan di Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berkisar pada masalah strategi adaptasi yang
dikembangkan oleh masyarakat dengan Iatar belakang kebudayaan
Hoabinh. Masyarakat ini mendiami wilayah Asia Tenggara daratan.
Dengan bertumpu pada sumberdaya Iaut dan sungai mereka menjadikan
kerang sebagai pangan utamanya. Persoalannya adalah bagaimana
mereka menyelenggarakan kehidupannya dengan situasi lingkungan
tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ciri kuat kebudayaan
Hoabinh melalui wujud data arkeologi yang dapat diamati. Melalui data itu
diharapkan dapat ditelusuri bagaimana cara mereka dalam
mengembangkan sistem adaptasinya
Upaya menelusuri identifikasi kebudayaan Hoabinh itu antara Iain dengan
mengamati Salah satu etnik yang juga mengembangkan sistem adaptasi
yang kurang lebih sama. Etnik yang dipilih adalah suku Anbarra di
Australia Utara. Melalui pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa :
1) kebudayaan Hoabinh antara lain ditandai dengan bukit kerang yang
terdapat baik di sekitar sungai maupun di tepi pantai.
2) kebudayaan Hoabinh selain menyantap kerang juga tumbuh-tumbuhan
dengan indikator artefak alu dan lesung batu yang diduga digunakan
alat bantu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 1996
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rifa`ati Hanifah
"Jurnal ini membahas mengenai akulturasi upacara kematian masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Masyarakat Cina Benteng adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang tinggal di wilayah Tangerang, Banten. Nama Cina Benteng berasal dari kata ldquo;Benteng rdquo;, nama lama kota Tangerang. Kata ldquo;Benteng rdquo; dalam istilah Cina Benteng mengacu pada Benteng Makassar, yang terletak disisi timur sungai Cisadane.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap bagaimana ritual upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa dan menjelaskan bagaimana ritual upacara kematian masyarakat Cina Benteng yang telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat setempat di Tangerang, Banten. Selain itu, juga untuk menunjukan bagaimana upacara kematian menjadi salah satu titik temu antara dua budaya yang berbeda dan melihat sejauh mana budaya tradisional masih mempengaruhi budaya yang sudah terakulturasi melalui upacara kematian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upacara kematian masyarakat Cina Benteng telah terakulturasi dengan budaya upacara kematian masyarakat Non- Cina Benteng di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam upacara kematian Cina Benteng terdapat beberapa bagian yang berbeda dari upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa. Upacara kematian masyarakat Cina Benteng lebih sederhana dalam pelaksanaannya. Selain itu, akulturasi kematian masyarakat Cina Benteng terjadi karena adanya pergeseran zaman dan pergeseran budaya.

This journal talks about the acculturation of the death ceremony of Chinese Benteng community in Tangerang, Banten. Chinese Benteng are people of Chinese descentdant who live in Tangerang, Banten. The name of Chinese Benteng comes from the word ldquo;Benteng rdquo; means ldquo;Fort rdquo; , which is the old name of city of Tangerang. The word Benteng in the term of Chinese Benteng refers to Benteng of Makassar Makassar Fort , which lies on the east side of the Cisadane river.
The purpose of this research is to fully describe the death ceremony ritual of the Chinese Traditional community and the death ceremony ritual of Chinese Benteng people that has been acculturated with the culture of the local community in Tangerang, Banten. In addition, it shows how the death ceremony became the point of intersections between two different cultures and to what extent the traditional cultures still affect the culture that has been acculturated through the death ceremony. The method used in this research is qualitative method.
The result of this research shows that the death ceremony of Chinese Benteng community has been acculturated with the death ceremony of Non-Chinese Benteng community in Tangerang. Therefore, the death ceremony of Chinese Benteng is different in some parts from the death ceremony of traditional Chinese community. The death ceremony of the Chinese Benteng community is more simple in its implementation. In addition, the acculturation of death ceremony of Chinese Benteng community also occurred due to the changing of time and culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Baqir Zein
Jakarta: Gema Insani, 2000
305.8 ABD e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>