Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133094 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heny Primawati
"Skripsi ini membahas penggunaan bentuk sonkeigo, kenjougo dan teichougo terutama verba irassharu, ukagau dan mairu berdasarkan Keigo no Shishin (pedoman penggunaan Keigo). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan irassharu, ukagau dan mairu dalam beberapa situasi sehingga para pemelajar bahasa Jepang dapat menggunakannya dengan tepat. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan buku teks sebagai acuan.

The focus of this study is to describe the use of sonkeigo, kenjougo and teichougo, form of keigo, especially the verb of irassharu, ukagau and mairu according to Keigo no Shishin (the guideline of using Keigo). The purpose of this study is to understand the use of irassharu, ukagau dan mairu in some situations so that Japanese students can use it in a proper way. The data were collected by using questionnaire and textbooks as reference.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13660
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rachmiana
"Skripsi ini berisi tentang analisis bentuk-bentuk wadah, ragam hias dan teknik hias gerabah yang berasal dari Leles (Garut). Penelitian ini dilakukan karena situs Leles (Garut) merupakan situs potensial dengan gerabah sebagai temuan terbesar kedua setelah obsidian. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu penjelasan mengenai keragaman bentuk, ragam hias dan teknik hias gerabah yang berasal dari situs Leles (Garut). Pengumpulan data dilakukan dengan dua macam kegiatan, meliputi pengumpulan data literatur dan pengumpulan data lapangan. Pengumpulan data literatur dibagi dua, pengumpulan data literatur primer dan data literatur sekunder. Pengumpulan data lapangan dibagi dua, yaitu pengumpulan data artefaktual dan data lingkungan situs. Data artefaktual dalam penelitian ini adalah fragmen-fragmen gerabah yang berasal dari situs Leles (Garut) yang sekarang menjadi koleksi laboratorium Asisten Deputi Urusan Arkeologi Nasional, terdiri dari fragmen bagian tepian, bibir, karinasi, dasar, dan cerat. Pengumpulan data lingkungan diperoleh melalui media foto yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan lingkungan situs Leles (Garut). Dalam pengolahan data dibagi menjadi dua macam kegiatan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis berdasarkan aribut bentuk, dan gaya. Atribut bentuk memiliki variabel ukuran (metrik) artefak, yaitu panjang, lebar, tebal dan diameter, sedangkan atribut gaya memiliki variabel seperti warna, hiasan, dan teknik hias. Analisis kuantitatif adalah analisis yang kegiatannya menghitung dan mendata seluruh artefak yang akan dianalisis. Tahap akhir yang dilakukan adalah penginterpretasian semua hasil analisis terhadap fragmen-fragmen gerabah dari situs Leles (Garut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerabah Leles (Garut) memiliki 5 macam bentuk wadah yaitu piring, cawan, periuk, pasu dan kendi. Ragam hias yang paling banyak ditemukan adalah motif hias garis, hal ini dikarenakan motif garis memberikan kemudahan dalam membuat hiasan dan mudah untuk dimodifikasikan, sedangkan teknik hias yang paling sering digunakan adalah teknik hias tekan (impressed) bukan cap."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwiati Rahayu
"Dalam skripsi ini, saya meneliti bagaimana empat orang pria dan seorang wanita Jerman dalam novel Das Superweib menyatakan persetujuan atau penolakan kepada mitra tutur. Saya membatasi percakapan antara empat orang tokoh pria dan seorang tokoh wanita karena kelima orang tersebut adalah tokoh sentral dalam novel karya Hera Lind ini. Ungkapan yang mereka gunakan untuk menyatakan persetujuan atau penolakan dianalisis dari tataran pragmatik berdasarkan teori implikatur percakapan dari Grice dan dari tataran sosiolinguistik berdasarkan teori mengenai ragam bahasa pria dan ragam bahasa wanita dari Katrin Oppermann-Erika Weber dan Ingrid Samel. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh empat orang tokoh utama pria dan seorang tokoh utama wanita Jerman dalam novel Das Superweib untuk menyatakan persetujuan atau penolakan ditinjau dari implikatur percakapan. Selain itu, ungkapan-ungkapan yang mereka gunakan untuk menyatakan persetujuan atau penolakan tersebut dikaitkan dengan ciri ragam bahasa pria dan ragam bahasa wanita. Setelah menganalisis data, saya menyimpulkan bahwa empat orang tokoh utama pria dalam novel Das Superweib lebih sering menggunakan implikatur percakapan dalam menyatakan persetujuan atau penolakan dibandingkan dengan tokoh utama wanita. Namun sebaliknya, ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh tokoh utama wanita dalam novel ini untuk menyatakan persetujuan atau penolakan lebih banyak menunjukkan ciri ragam bahasa wanita dibandingkan dengan ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh empat orang tokoh utama pria yang menunjukkan ciri ragam bahasa pria.

In dieser Examensarbeit untersuche ich, wie vier deutsche Männer und eine deutsche Frau die Zustimmung oder Ablehnung zu ihren Gesprächspartnern ausdrücken. Ich habe meine Daten nur auf die Gespräche zwischen einer weiblichen Hauptfigur und vier männlichen Hauptfiguren im Roman ?Das Superweib? beschränkt, denn die fünf Personen sind die Zentralfiguren in dieser Arbeit von Hera Lind. Die Ausdrücke, die sie benutzen, um Zustimmung oder Ablehnung auszudrücken, werden pragmatisch und soziolinguistisch analysiert. Die Analyse basiert sich auf die konversationelle Implikatur-Theorie von Grice so wie auch die Theorie von Katrin Oppermann-Erika Weber und Ingrid Samel über Männersprache und Frauensprache. Das Ziel dieser Untersuchung ist, um herauszufinden, welche Ausdrücke, die vier deutsche Männer und die deutsche Frau im Roman ?Das Superweib? benutzen, um Zustimmung oder Ablehnung auszudrücken. Diese Ausdrücke werden vom Aspekt der konversationellen Implikatur gesehen. Auβerdem werden die Ausdrücke mit den Merkmalen der Männersprache und Frauensprache verglichen. Nach der Datenanalyse kam ich zu der Schluβfolgerung, dass die vier deutsche Männer im Roman ?Das Superweib? öfter als die deutsche Frau die konversationelle Implikatur benutzten, um Zustimmung oder Ablehnung auszudrücken. Im Gegensatz dazu sind Ausdrücke, die von der deutschen Frau benutzt wurden, um Zustimmung oder Ablehnung auszudrücken, mehr die Merkmale der Frauensprache zeigen, als die Ausdrücke von den vier Männern, die die Merkmale der Männersprache zeigen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14975
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.221 7 RAG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
499.227 RAG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Musman
Yogyakarta: Andi, 2015
677.028 AST l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Jamaliawati
"Nita Jamaliawati. Analisis keutuhan Wacana Ragam Jurnalistik: Tinjauan Aspek Semantis,'Leksikal, dan Gramatikal, di bawah bimbingan Ibu Lucy R. Montolalu, S.S. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Kalimat-kalimat dalam sebuah wacana bukanlah merupakan sekumpulan kalimat yang terlepas-lepas, melainkan merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan karena ada unsur _unsur kebahasaan yang mengikatnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana dapat dibe_dakan atas aspek semantis, aspek leksikal, dan aspek gramati_kal. Aspek semantis adalah aspek_ yang memperlihatkan keutuhan wacana secara implisit; sedangkan aspek leksikal dan aspek gramatikal adalah aspek-aspek yang memperlihatkan keutuhan wacana secara eksplisit. Dalam skripsi ini diteliti keutuhan wacana ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) melihat keutuhan wacana ragam jurnalistik secara implisit melalui hubungan_hubungan semantis yang ada dalam wacana dan melihat ke_utuhan wacana ragam jurnalistik secara eksplisit melalui alat-alat kepaduan yang dipakai dalam mempertautkan satuan_ - satuan wacana, (2) melihat hubungan semantis dan alat kepaduan yang paling dominan dipakai dalam mempersatukan satuan - _satuan wacana ragam jurnalistik, (3) melihat seberapa jauh konsep-konsep yang dipakai sebagai landasan penelitian ini dapat diterapkan pada data wacana ragam jurnalistik. Dalam membahas aspek semantis penulis berpedoman pada konsep yang dikemukakan Larson dan dalam membahas aspek leksikal dan gramatikal penulis berpedoman pads uraian yang dikemuka_kan Kridalaksana. Berdasarkan analisis data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) ditinjau dari aspek semantis, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dibangun berdasarkan hubungan pendukung yang bersifat nonkronologis. Janis hubungan semantis yang paling dominan ditunjukkan oleh jenis hubungan logic, (2) ditinjau dari aspek leksikal dan aspek gramatikal, keutuhan wacana ragam jurnalistik sebagian besar dipersatukan oleh tipe kepaduan leksikal. Alat kepaduan yang paling dominan dalam mempersatukan satuan-satuan wacana ditunjukkan oleh tipe kepaduan repetisi, (3) dari basil analisis aspek leksikal dan aspek gramatikal ditemukan dua tipe kepaduan lain yang tidak disebutkan di dalam uraian Kridalaksana. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikata_kan konsep Kridalaksana kurang memadai dengan tipe kepaduan yang ada pada data. Hasil analisis berdasarkan aspek seman_tis menunjukkan bahwa konsep Larson lebih memadai dengan hubungan semantis yang ada pada data yang diteliti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elan Maolana Setiajid
"Penulisan ini dapat dikatakan sebagai suatu upaya dalam memberikan deskripsi mengenai pemakaian judul-judul berita ragam jurnalistik, khususnya media majalah (dalam hal ini mengambil sampel media Tempo dan Matra). Langkah tersebut didasarkan pada suatu kenyataan bahwa judul berita merupakan fokus utama yang dituju oleh pembaca untuk mengetahui dan memahami isi berita yang disampaikan atau diberitakan. Sebagai suatu bentuk bahasa yang cenderung menjadi titik pusat perhatian pembaca. Judul berita ditampilkan tidak hanya berdiri sebagai bahasa yang komunikatif maksudnya, tetapi juga berfungsi persuasif atau provokatif sifatnya. Kenyataan seperti ini memungkinkan suatu judul berita dalam bentuk pemakaiannya menunjukkan pengungkapan bahasanya, sebagaimana keberadaan 'judul-judul' yang lain. Dalam penulisan ini yang perlu dicatat adalah mengenai perbedaannya yang khas, yaitu 'judul' dalam konteksnya sebagai salah satu unsur ragam jurnalistik yang menekankan kriteria 'berita' di dalam pengungkapannya. Selanjutnya yang menjadi pembahasan penting dalam penulisan ini adalah pendeskripsian analitis terhadap pemakaian konstruksi judul-judul berita, yang bertitik tolak pada kenyataan fungsi persuasifnya, dengan mengkaji permasalahan gramatikal dan nilai afektifitas kebahasaan judul-judul berita yang dijadikan sampel penulisan ini. Dengan memanfaatkan teori yang ada dan bersifat eklektik serta menerapkan metode analisis klasifikasi (yaitu hasil dari analisis yang dilakukan merupakan pengelompokkan tertentu), maka tujuan yang diharapkan dalam penulisan ini setidak-tidaknya memberikan suatu jawaban dari apa yang semula dipertanyakan. Pembahasan mengenai terra penulisan ini, dalam kaitannya dengan tujuan yang diharapkan tersebut menghasilkan suatu kesimpulan: (1. ) Konstruksi judul-judul berita secara gramatikal merupakan bentuk yang universal pemakaiannya jika berpijak pada teori sintaksis. Hal lain yang ditemukan dalam pembahasan sintaksis suatu judul berita dalam penulisan ini adalah terbukti dengan jelas kebenaran teori 'judul' yang diungkapkan Kridalaksana, berlaku pula pada judul berita. (2) Berdasarkan sifatnya judul berita berbeda dengan bentuk judul-judul yang lain, karena dilandasi konsep jurnalistik yaitu menekankan fakta suatu peristiwa yang termasa yang terkandung pada isi pengungkapannya (baca= teks berita). (3) Indikasi fungsi persuasif judul berita dimunculkan secara tegas pada nilai afektifnya yang terkandung pada pemakaian gaya Bahasa dan segi penyajiannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S10831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ramadani
"Tradisi tembikar merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini. Manusia mulai mengenal tembikar sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu tembikar menjadi salah satu perlengkapan kehidupan manusia yang panting, terutama karena kemampuan dan kegunaannya. Adapun jenis jenis tembikar yang dikenal dalam tradisi tembikar prasejarah di Indonesia, adalah jenis wadah (vessel) dan jenis yang bukan wadah. Jenis jenis wadah yang dikenal dari tradisi tembikar prasejarah di Indonesia antara lain, periuk, cawan (mangkuk), piring, kendi, tempayan, dan lain-lain. Tembikar sebagai data arkeologi menurut Para ahli dapat mencerminkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya. Masalah-masalah yang diajukan terhadap tembikar dari Situs Gua Pondok Selabe-1, antara lain adalah, bagaimanakah bentuk-bentuk yang dihasilkan, teknik buat apa yang dipakai, ragam bisa apa sajakah yang terdapat pada tembikar tersebut dan teknik apa yang bisa dipakainya, bagaimanakah karakteristik tembikar tersebut serta keterhubungan antara temuan tembikar dengan temuan lainnya. Dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah segala permasalahan tersebut dapat terjawab. Lewat analisis yang diterapkan pada tembikar ini dapat diharapkan mengetahui tipologi tembikar Situs pondok Selabe-1, Sumatra Selatan. Selain itu, untuk mengungkapkan ragam bias yang terdapat pada tembikar tersebut, teknik hias yang dipakai, teknik pembuatan dan penghalusan (jika memang terdapat indikatornya) yang telah dikenal oleh manusia pendukungnya. Tujuan penulisan ini juga diharapkan memberi gambaran bagaimana tembikar tersebut memainkan peranan dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Tahap pertama untuk memudahkan penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi dan dilanjutkan dengan deskripsi untuk mendapatkan gambaran tentang tembikar tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis khusus dan klasifikasi yang dilakukan adalah klasifikasi taksonomi. Setelah melakukan klasifikasi, menghasilkan enam buah bentuk wadah tembikar, yaitu: periuk dibagi dalam 2 jenis dan tipe, cepuk dibagi 2 tipe, buli-buli dibagi 3 tipe, mangkuk dibagi 2 tipe, piring dibagi 2 tipe. Teknik bias yang digunakan adalah teknik teraltekan, gores, cungkil, slip, dan tempel yang menghasilkan ragam bias yang berupa motif bias berdiri sendiri, serta kombinasi lebih dari satu motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>