Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulastri Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi siswa terhadap koleksi perpustakaan di SMAN 70 Jakarta, layanan perpustakaan di SMAN 70 Jakarta, sarana dan prasarana perpustakaan di SMAN 70 Jakarta, serta sumber daya manusia perpustakaan di SMAN 70 Jakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan survei. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 70 Jakarta berjumlah 1329 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik accidental sampling berjumlah 100 responden. 1-Iasil penelitian menunjukkan Persepsi siswa terhadap koleksi perpustakaan, terdiri atas: kesesuaian koleksi dalam mendukung kegiatan belajar, kemutakhiran koleksi, dan jumlah koleksi perpustakaan adalah tinggi. Namun, persepsi terhadap kelengkapan koleksi adalah rendah. Layanan perpustakaan dipersepsikan oleh siswa adalah baik atau tinggi, yang mencakup kualitas layanan, kesesuaia, layanan, dan kemudahan mengakses informasi di perpustakaan. Namun persepsi siswa terhadap waktu layanan yang disediakan perpustakaan adalah rendah. Persepsi siswa terhadap sarana dan prasarana, meliputi: persepsi siswa terhadap letak perpustakaan adalah rendah. Menurut mereka, lokasi perpustakaan dinilai tidak strategis dengan ruang belajar karena tidak berada dalam satu gedung. Sedangkan persepsi siswa terhadap luas ruangan perpustakaan, suasana ruangan perpustakaan, sistem penerangan ruangan perpustakaan, dan jumlah sarana meja dan bangku perpustakaan adalah tinggi, karena sudah mencukupi kebutuhan siswa. Sumber daya manusia dipersepsikan siswa adalah baik atau tinggi, yang mencakup jumlah petugas perpustakaan, dan bantuan layanan yang diberikan petugas perpustakaan kepada pengguna. Sedangkan persepsi siswa terhadap kemampuan petugas perpustakaan, dan sikap petugas perpustakaan dalam melayani pengguna adalah rendah. Agar perpustakaan SMAN 70 Jakarta mampu menunjang proses belajar mengajar siswa dan guru dengan baik, maka perlu adanya peningkatan dalam beberapa hat, yaitu: Perpustakaan hendaknya menambah koleksi, dengan mempertimbangkan koleksi dari segi kelengkapan/subjek, kemutakhiran, kesesuaian dengan kebutuhan belajar, dan jumlah koleksi. Waktu layanan yang disediakan perpustakaan hendaknya ditambah, misalnya dengan membuka perpustakaan lebih awal dan menutupnya lebih akhir. Lokasi perpustakaan hendaknya lebih dekat dengan lokasi belajar siswa, karena lokasi perpustakaan yang sekarang berada pada gedung yang berbeda dengan tempat belajar siswa. Meningkatkan profesionalisme petugas dalam mengelola perpustakaan, dan lebih ramah ketika membantu pengguna perpustakaan yang membutuhkan informasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S15338
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Setiap kelompok masyarakat, institusi, atau komunitas tentunya memiliki
kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan ini meliputi berbagai perangkat
nilai, norma, kebiasaan, dan tata cara yang dijadikan pedoman oleh anggotanya
dalam berperilaku. SMAN 70 Jakarta sebagai sebuah sekolah juga memiliki
perangkat nilai, norma, kebiasaan, dan tata cara berperilaku yang terwujud dalam
berbagai bentuk peraturan. Hanya saja, dalam kalangan siswa, peraturan yang
mereka kenal tidak hanya peraturan resmi dari pihak sekolah, namun terdapat pula
aturan-aturan informal yang mengatur dan mempengaruhi keseharian mereka
dalam pergaulan di sekolah.
Atruran main ini hadir dan terwujud dalam interaksi sosial yang dilakukan
dalam pergaulan keseharian siswa. Meskipun seringkali bertentangan dengan
aturan formal dari sekolah yang disadari siswa harus dipatuhi, namun mereka
tidak dapat meninggalkan praktik aturan main yang sudah berlangsung bertahuntahu
dari angkatan siswa sebelumnya.Penelitian skripsi ini menggunakan metode
kualitatif dan fokus membahas mengenai ragam aturan main yang berlaku di
SMAN 70 serta operasionalisasi peraturan tersebut di dalam keseharian siswa."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S53401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rethina Pramstuti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinulingga, Han Fernandes
"Tesis ini membahas tentang model penyelesaian konflik perkelahian antar pelajar sekolah. Kasus yang menjadi kajian penelitian tesis ini adalah perkelahian antar pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 Jakarta. Kasus perkelahian antar kedua pelajar sekolah ini sudah terjadi sejak tahun 1980-an. Berbagai upaya dari pihak sekolah maupun pemerintah telah dilakukan untuk menghentikan kasus perkelahian antar pelajar kedua sekolah ini tetapi tidak menunjukkan hasil yang baik. Perkelahian antar pelajar masih kerap terjadi dan menimbulkan banyak korban.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu penelitian yang lebih menekankan kepada kedalaman sebuah fenomena dan proses berlangsungnya daripada generalisasi sebuah fenomena. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu wawancara mendalam, studi literatur dan studi dokumentasi. Ruang lingkup penelitian ini adalah pada SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 Jakarta. Pembatasan ruang lingkup ini bertujuan untuk menunjukkan secara jelas aspek-aspek apa saja yang akan diteliti sehingga penelitian menjadi fokus dan tidak menjadi bias.
Perkelahian antar pelajar adalah bentuk dari konflik terbuka dan bukan merupakan perilaku individu tetapi perilaku kelompok. Faktor penyebab terjadinya perkelahian antar pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 yang berulang adalah karena adanya nilai permusuhan (hostile feeling) dan perilaku permusuhan (hostile behaviour) dalam diri kedua kelompok yang bertikai. Nilai permusuhan ini terus direproduksi setiap tahunnya ke siswa-siswa baru oleh seniornya. Dari lima bentuk pendekatan penyelesaian konflik yang di ungkapkan oleh Fisher, dalam kasus perkelahian pelajar antar pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 Jakarta, penanganan konflik yang tepat adalah menggunakan model resolusi konflik.

The focus of this study is the conflict resolving model of fight between students. The case study of this thesis is a fight between students of SMAN 6 and SMAN 70 Jakarta. The fight between students of SMAN 6 and SMAN 70 Jakarta have been going on since the 1980s. Many solution have been made to discontinue the fight between two students of this school but it does not show good results. Fights between students still frequently occur and cause many casualties.
This research is qualitative research. Qualitative research is research that emphasizes the depth of a phenomenon and the ongoing process rather than a generalized phenomenon. The data were collected in three ways: in-depth interviews, literature studies and documentation. The scope of this research is on SMAN 6 and SMAN 70 Jakarta. Scope restriction aims to show clearly any aspects to be studied so that research be focused and not be biased.
Fights between students is an open conflict and it is not an individuals behavior but groups behavior. The cause factors of the fight between students of SMAN 70 and SMAN 6 are hostile feeling and hostile behavior. This hostile feeling continues reproduced each year to new students by seniors. According to Fisher, there are five type of conflict resolving. The appropriate conflict resolving of the fights between students of SMAN 6 and SMAN 70 Jakarta is a conflict resolution model.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rasulia Wirawan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memahami persepsi pemustaka terhadap tata ruang pada perpustakaan SMAN 47 Jakarta Selatan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus deskriptif. Masalah yang ada dalam penelitian ini adalah untuk mengetaui bagaimana persepsi pemustaka, yang terdiri dari kepala sekolah, pembina perpustakaan, guru, staff perpustakaan dan siswa terhadap penerapan tata ruang pada perpustakaan setelah direnovasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemustaka sudah merasa nyaman dan cukup puas dengan tata ruang yang baru namun masih ada kendala yaitu kurangnya luas ruang perpustakaan.

Abstract
The objective of this research is to understand the users perception about interior design in Library of 47 Senior High School, South Jakarta. This research is qualitatif research with descriptive case study method. The problem of this research is to know how perception of users whom are the principle, coordinator of library, teacher, library staff and student, on the design of the library room after had been renovated. The result of the study shows that users become to feel comfortable and satisfield with the new design, but there is still a lack of the size necessary of the library room.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S15612
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farizal Andriansyah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap perpustakaan
MTs Negeri 3 Jakarta Selatan yang di tinjau dari aspek sumber daya manusia
(SDM), koleksi, serta sarana dan prasarana. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan metode studi kasus deskriptif. Teknik pengumpulan data
dengan kuesioner sebagai sumber utama, dan dilengkapi dengan wawancara, dan
observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap
perpustakaan yang ditinjau dari aspek tenaga perpustakaan mendapatkan skor
2,74, aspek koleksi mendapatkan skor 2,64, dan aspek sarana dan prasarana
mendapat skor 2,48. Sehingga skor rata-rata persepsi siswa terhadap perpustakaan
yang dinilai dari 3 aspek tersebut hanya bernilai 2,61 dari skor maksimal 4,00.
Skor 2,61 berada pada interval 2,51-3,75 yang menunjukan penilaian baik.

ABSTRACT
This research aimed to discover the students? perceptions toward library in
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 of South Jakarta that reviewed from three aspects;
those are human resources, collections, facilities and infrastructures. This research
is a quantitative one using a descriptive case study approach. The data collecting
techniques are questioners as a main source, interview and observation as
additional sources. The results of this research show that the students? perceptions
toward library that reviewed from human resources aspect obtain score 2,74;
collections aspect obtain score 2,64; facilities and infrastructures obtain score
2,48. So that the average score of the students? perceptions toward library that
reviewed from those three aspects obtain score only 2,61 from the maximum
score 4,00. Score 2,61 is on interval 2,51-3,75 that shows good appraisal."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42186
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kakay Sukayah
"Kampung Nelayan Muara Angke adalah daerah yang kaya akan keanekaragaman organisme dan budaya. Daerah Kampung Nelayan memiliki banyak masalah lingkungan hidup seperti pencemaran laut dan sungai, kerusakan hutan mangrove, banjir akibat pasang air laut dan sistem pengolahan sampah. Salah satu alasan timbulnya masalah-masalah tersebut adalah rendahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup. Karena itu pendidikan lingkungan hidup di daerah Kampung Nelayan Muara Angke tersebut harus ditingkatkan.
Pendidikan lingkungan hidup yang diselenggarakan di sekolah hams bersifat terbuka, memberikan life skill dan memberikan potensi lokal di daerah tersebut. Hal ini menuntut kompetensi guru dan kultur sekolah yang baik, karena siswa akan mempersepsi kompetensi dan kultur sekolah tersebut dan akhirnya merubah sikap dan prilakunya terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kultur sekolah turut menentukan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi guru, persepsi siswa terhadap kultur sekolah, kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup dan hubungan persepsi-persepsi tersebut terhadap kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup. Kegunaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dan kultur sekolah, sehingga tujuan lingkungan hidup dapat terpenuhi dengan baik. Alasan penentuan Kampung Nelayan Muara Angke sebagai lokasi penelitian adalah karena penduduk tersebut sebagian besar adalah nelayan. Disamping itu, penulis lebih mengenal wilayah Kampung Nelayan Muara Angke dari wilayah yang mungkin representatif juga sebagai lokasi penelitian.
Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode wawancara berstruktur dan observasi lapangan, dengan mengambil data pokok secara langsung di lokasi penelitian dan mengacu pada variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian ini. Variabel bebas dari penelitian ini adalah persepsi siwa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah. Variabel terikat adalah keperdulian siswa terhadap lingkungan hidup. Sampel yang diteliti adalah siswa SD kelas VI dari SDN Pluit 03, SDN Pluit 04, SDN Pluit 05 dan SDN Pluit 06. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dan stratified proporsional sampling. Penelitian ini dilakukan pada semester dua tahun ajaran 2002/2003.
Skor rata-rata dari persepsi siswa terhadap lingkungan hidup adalah 64,42857, skor rata-rata persepsi siswa terhadap kultur sekolah adalah 67,1143 dan skor rata-rata kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup 124,1714. Ketiga skor rata-rata tersebut berkategori baik. Perhitungan statistik dengan menggunakan spearman rho memperlihatkan bahwa hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kepedulian lingkungan hidup cukup berarti (r = 0,6459). Hubungan antara persepsi siswa terhadap kultur sekolah dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup adalah kuat (r = 0,8358). Dan hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup adalah kuat (r 0,8637). Hubungan-hubungan tersebut di atas adalah signifikan pada a = 0,05. Secara deskriptif dengan penjabaran jawaban siswa terhadap butir soal dalam kuesioner menunjukan hasil yang sama.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru berkategori golongan baik
2. Persepsi siswa terhadap kultur sekolah berkategori golongan baik
3. Kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup berkategori golongan baik.
4. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup (r2 = 41,72 %).
5. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kultur sekolah dengan kepedulian lingkungan hidup (r-2 = 69,87 %).
6. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah secara bersama-sama dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup (r2 = 74,60 %).
Rekomendasi bagi SDN Pluit 03, 04, 05 dan 06 dalam meningkatkan Kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup melalui perbaikan kompetensi guru dan kultur sekolah adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi guru
Guru-guru perlu lebih memahami pendidikan lingkungan hidup yang terbuka, memuat potensi lokal yaitu daerah pesisir, memenuhi life skill, dan tidak memisahkan antara lingkungan hidup alami, sosial dan buatan. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan Dinas Perikanan setempat, masyarakat nelayan, baik sebagai pedagang, pengelola, maupun buruh/ABK atau juga pengurus koperasi setempat untuk memberikan pengalamannya kepada siswa-siswa atau guru sebagai penambahan pengalaman dan pengetahuan. Disamping itu dapat juga dilakukan dengan membawa anak berkeliling daerah setempat seperti hutan bakau, pulau Rambut atau pulau Bokor dan lain-lain di daerah pesisir setempat untuk lebih mengenal kehidupan pesisir. Hal ini penting karena walaupun siswa hidup di daerah nelayan, mereka kurang memiliki pengetahuan yang terkait pada daerah tersebut. Disamping itu guru dalam proses belajar mengajar perlu memberikan contoh-contoh tumbuhan, hewan dan lain-lain yang berasal dari daerah nelayan, sehingga siswa lebih mengenal daerah lingkungan hidupnya. Perlu pula guru memberikan tugas atau prakarya yang bahan bakunya di ambil dari daerah pesisir, sehingga siswa belajar memanfaatkan potensi daerah pesisir. Guru dalam menerangkan lingkungan alami, sosial dan butan perlu mengkaitkan lingkungan-lingkungan tersebut sehingga tergambar bahwa lingkungan tersebut tidak dapat dikelola secara terpisah. Pendidikan lingkungan hidup tersebut dapat dilakukan oleh guru dengan menyisipkan pada muatan lokal pendidikan lingkungan kehidupan Jakarta (PLKJ) atau kegiatan pramuka yang merupakan ekstra kurikuler wajib bagi siswa.
b. Kultur sekolah
Kegiatan-kegiatan sekolah yang berkaitan dengan lingkungan hidup perlu ditingkatkan. seperti pramuka, UKS, P3K, kegiatan kerja bakti bersama dan bakti sosial. Khusus pramuka perlu dikembangkan lagi mengenai pengenalan alam sekitarnya. Mengaktifkan kegiatan-kegiatan tersebut di atas adalah penting, karena nilai-nilai, sikap dan perilaku yang ada pada kegiatan-kegiatan tersebut akan ditiru siswa dan diaplikasikan kepada lingkungannya. Karena hubungan persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan persepsi siswa terhadap kultur sekolah bersinergik terhadap kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup, maka guru hares aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah yang terkait pada PKLH. Untuk mendukung kultur sekolah yang baik perlu dilakukan perbaikan-perbaikan sarana, prasarana dan tenaga kebersihan sekolah yaitu:
1. Perlu ditambah tempat sampah yang tertutup, sehingga tidak berterbangan tertiup angin. Disamping itu perlu disediakan tempat sampah yang terpisah antara tempat sampah kering dan tempat sampah basalt
2. Perlu ditambah tumbuhan hias atau apotik hidup sehingga dapat menciptakan suasana yang lebih sejuk dan nyaman
3. Perlu penertiban kembali mengenai kantin yang ada di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan kerjasama antara pedagang makanan di sekolah dan pihak sekolah untuk membuat kantin yang bersih dan nyaman
4. Perlu ditambah tenaga kebersihan sekolah, mengingat sekoiah cepat kotor setelah dibersihkan karena daerah Kampung Nelayan Muara Angke merupakan daerah pesisir yang hembusan anginnya relatif kencang dan membawa debu-debu yang berasal dari gejaia pasang surut.

Students Perception and Environment Awareness (Case Study: Students Perception toward Teachers Competence, Students Perception toward School Culture and Students Awareness toward Environment In SDN Pluit 03, 04, 05 and 06 Kampung Nelayan Muara Karang, Jakarta)Kampung Nelayan Muara Angke is a coastal area that is rich in diversity of organism and culture. Kampung Nelayan Muara Angke has many environment problems, such as sea and river pollution, damage of mangrove, flood caused by the rise of tide, and garbage management system. One reason of the problems is low society awareness toward environment. Hence environment education in Kampung Nelayan Muara Angke should be increased.
Environment education in school should be open, must give life skill, and learn local potential. It needs good teachers' competence and good culture of school, because students will perceive them and finally change their attitude and behavior toward environment. So, students' perception toward teachers' competence and school culture determine students' awareness toward environment.
The research is generally aimed at knowing students' perception toward teachers' competence, students' perception toward school culture, students' awareness toward environment and knowing relationship between those perceptions and students' awareness toward environment. Purpose of this research is to increase teachers' competence and school culture, so aim of the environment education can be fulfilled. Kampung Nelayan Muara Angke is selected to be sample area since many of people are fishermen. In addition the researcher knows the representative area in Kampung Nelayan Muara Angke well for survey.
The research is designed to adopt structural interview and observation methods by referring to variable being the focus of this survey. Independent variables are students' perception toward teachers' competence and students' perception toward school culture. Dependent variable is students' awareness toward environment. Sample are students of level VI SD from SDN Pluit 03, SDN Pluit 04, SDN Pluit 05 dan SDN Pluit 06. Sampling method are purposive sampling and stratified proportional sampling. The research had been done during the second semester in the academic year 200212003.
Average score of students' perception toward teachers' competence is 64,42857. Average score of student's perception toward school culture is 67,1143 and average score of students' awareness toward environment is 124,1714. Average score of them are categorized as good level. Statistic calculation by using Spearman who show that relationship between students' perception toward teacher students' competence and students' awareness towards environment is strong enough (r = 0,6459). Relationship between students' perception toward school culture and students' awareness toward environment is strong (r = 0,8358). And Relationship between students' perception toward teacher students' competence plus students' perception toward school culture and students' awareness towards environment is strong (r - 0,8637). Those relationship are significant with a = 0,05.
From the result obtained, it can be concluded that:
1. Students' perception toward teachers' competence is categorized as level good
2. Students' perception toward school culture is categorized as level good
3. Students' awareness toward environment is categorized as level good.
4. There is the positive relationship between students' perception towards teachers' competence and students' awareness toward environment (r2 = 41,72 %).
5. There is the positive relationship between students' perception towards school culture and students' awareness toward environment (r2 = 69,87 %).
6. There is the positive relationship between students' perception toward teachers' competence plus students' perception toward school culture and students' awareness toward environment (r2 = 74,60 %).
Recommendation for SDN Pluit 03, 04, 05 dan 06 to increase students' awareness toward environment through improving teachers' competence and school culture are
a. Teachers competence
Teachers need to understand more about environment education which is open and local potential oriented, and does not separate between natural environment, social environment and handmade environment. This condition can be applied through cooperation with institution of fisheries, fisherman society as trader, processor of sea produce, or fisherman and laborer, and koperasi management to give their experience to students or teachers, so their knowledge can be wide. The other way is taking students to go around this coastal area such as Rambut Island, Bokor Island, etc, to know more the coastal life. It is important; since students live in coastal area do not know much about this coastal life. In the other side, teachers in learning-teaching process need to give coastal plant and animal, so students know much more about their environment. Teacher need to give assignment or vocational subjects in school which has material from coastal area, so students learn to use potential of coastal area. When teacher explain natural environment, social environment and handmade environment, they should explain connection among them so it will be clear that those environments can not be managed separately. This environment education can be carried out by teacher on the local subject of Jakarta life environment education (PLKJ) or scout which is a compulsory extracurricular for students.
b. School culture
The activities related environment education need to increase to be more active, such as scout, UKS, P3K, together work to clean environment of school, and social work to society. Especially for scout, it is necessary to increase recognition of students? environment. To make all activities functioning is important, because through increasing those activities, the values, attitude and behavior contained in the activities will be imitated and applied by students to their environment. Since students' perception toward teachers' competence and students' perception toward school culture strengthen each other to have correlation with students' awareness toward environment, teacher must be active to get involved in school activities which are related environment education. In order to be good school culture, some improvement on facilities and school servants should be applied. Those improvements are:
1. Necessity to add covered trash bins, so trash can not fly every which way when there is wind. Besides, it is necessary to have trash bins which separately consist of organic and non organic trash bins.
2. Necessity to add garnish plants or medicinal plants, so it can make comfortable atmosphere.
3. Necessity to put in order food trader in school. It can be applied through cooperation between food trader and school management to build a clean canteen.
4. I t is necessary to add servants to clean up school which is easy to dirty, since Kampung Nelayan Muara Angke is coastal area that has relatively fast wind and bring dust from rise of tide phenomenon."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 10895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octa Desi Ayuningtyas
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26516
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Experiment is the core of physics subject. Most of physics phenomena taught in school, are not based on observation. They are taught verbally and in few cases they are correlated with phenomena found in daily life. The presence of virtual laboratory could solve the problems as well as provide alternative solution for lack of equipments of physics laboratory in most school. This research explained the perception of students about utilization of virtual laboratory in physics to learn the topic of linear motion. The research carried out on student class X in SMAN 87 Jakarta Selatan in 2009/2010. Data is collected from quessioner and then analyzed descriptively. The result indicates that using virtual laboratory, students better understand the concept of linear motion and give them experiences of more save and more compartable practicum. "
JPUT 12:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>