Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fandy Ismatullah
"Skripsi ini membahas mengenai Dakwah Islam oleh kaum Imigran Muslim Arab di Timur Laut Amerika Serikat. DakwahIslam berkembang lewat perantaraan kaum Imigram Muslim yang mulai berdatangan sejak akhir abad ke 19. Para imigran tersebut tertarik dating ke Ameika karena ingin mencari penghasilan yang lebih baik. Para imigran awal mulai mendawahkan Islam setelah menyadari bahwa jatidiri mereka akan terhapus bila mereka tidak melakukan dakwah. Karena itu pada mulanya dakwah hanya berkembang secara intenal. Namun dalam perkembangannya jumlah Imigran Muslim semakin banyak terutama setelah dilakukannya amandemen Undang-undang imigrasi pada tahun 1965. Para pendakwah ini bannyak terpengaruh oleh gerakan-gerakan yang tengah berkembang di dunia Islam saat ini, seperti Ikhwanul Muslimin dari Mesir dan Jamaati Islami dari Pakistan. Dakwah Islam mendapat sambutan yang beragam dari mayoritas warga non-Muslim di Amerika. Sebagian aa yang menerima namun banyak yang menolak. Yang menerima Islam kebanyakan berasal dari kalangan Kulit Hitam. Sementara mereka yang menolak menganggap bahwa Islam adalah agama yang mempelopori kekerasan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S12320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofia Nabila Nurintan
"Penelitian ini membahas mengenai representasi isu-isu sosial budaya dan spiritual masyarakat imigran muslim Arab di Amerika yang ditemukan dalam serial televisi Amerika Ramy. Tontonan serial televisi karya Ramy Youssef ini menarik untuk dikaji karena mengandung cerminan perjuangan dan dilema masyarakat Arab muslim sebagai minoritas di Amerika Serikat. Hasil penelitian ini adalah jenis representasi intensional paling banyak digunakan dalam serial TV ini karena sifatnya yang dapat menccerminkan intensi pribadi tiap tokoh. Sumber data penelitian ini adalah musim pertama dari serial televisi berbahasa Arab dan Inggris yang berjudul Ramy tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif. Adapun untuk menyampaikan makna-makna simbolis dari serial televisi Ramy penulis menggunakan teori representasi Stuart Hall. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan bagaimaana isu-isu identitas budaya dan spiritual survival masyarakat imigran Arab muslim direpresentasikan dalam adegan-adegan serial televisi tersebut.

This study discusses the representation of socio-cultural and spiritual issues of Arab Muslim immigrant communities in America which are found in the American television series Ramy. This television series by Ramy Youssef is interesting to study because it reflects the struggle and identity dilemma of the Muslim Arab community as a minority in the United States. The result of this study is that intentional representation type is the most widely used in this TV series because of its nature which can reflect the personal intentions of each character. The data source for this research is the first season of the American television series entitled Ramy in 2019 televised in both Arabic and English. This research uses a descriptive qualitative method. As for conveying the symbolic meanings of the television series Ramy, the writer uses Stuart Hall's representation theory. The purpose of this study is to describe the cultural and spiritual identity issues of Arab Muslim immigrant communities represented in the television series' scenes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Juliagar R.N.
"Orang Jepang adalah salah satu dari banyak kelompok imigran yang datang ke Amerika Serikat merajelala akhir abad ke-19. Mereka pergi dengan harapan untuk hidup yang lebih baik daripada yang mereka alami di Jepang. Mereka dikenal sebagai pekerja keras, hemat, sederhana, dan tertutup. Stereotipe tersebut akhirnya menimbulkan sikap anti dari masyarakat Amerika Serikat seiring dengan keberhasilan para imigran dalam pertanian di wilayah Pantai Barat. Selain itu, sikap anti tersebut semakin membesar dengan tetap dipertahankannya budaya dan tradisi Jepang oleh para imigrannya. Puncaknya adalah penempatan para imigran Jepang seiama masa Perang Dunia H. Pelepasan kewarganegaraan Amerika Serikat adalah hasil dari kekecewaan terhadap perlakuan yang diterirna para imigran. Usaha pemerintah Amerika Serikat untuk mengembalikan kepercayaan para imigran, dibayar dengan tindakan yang mengejutkan. Bagi generasi pertama imigran Jepang (Issei), mereka telah melepaskan kesempatan untuk memperoleh kewarganegaraan yang tidak bisa mereka peroleh selama ini. Sementara bagi generasi kedua (Nisei) adalah pelepasan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang sah, dimana mereka tidak pernah memperoleh hak maupun menunjukkan kewajiban mereka. Nisei memutuskan untuk melepaskan kewarganegaraan Amerika Serikat mereka di tengah keadaan yang menekan, oleh masyarakat yang menuduh mereka sebagai mata-mata. Saat itu mereka hanya bisa mengandalkan sesamanya untuk meminta perlindungan dalam komunitas yang telah mereka coba tinggalkan. Hubungan dalam komunitas tersebut yang juga mempengaruhi keputusan para imigran untuk melepaskan harapan mereka di Amerika Serikat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Amelita
"Artikel ini menggambarkan suatu bentuk negosiasi identitas spesifik untuk imigran Muslim wanita yang tinggal di Amerika Serikat, seperti yang digambarkan dalam film Amira and Sam (2014). Film ini menunjukkan bagaimana Amira menegosiasikan identitasnya sebagai seorang imigran Muslim wanita dari Irak di Amerika Serikat dengan bagaimana dia berpakaian dan berperilaku dalam masyarakat barat. Jilbab yang Amira pakai berbeda mempunyai arti yang berbeda berdasarkan pada bagaimana jilbab itu dipakai dan dipersepsikan. Artikel ini menggunakan studi analisis tekstual dalam menganalisis filmnya, dan teori negosiasi identitas dari Ting- Toomey (2005). Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis unsur-unsur film untuk menentukan negosiasi identitas oleh Amira yang digambarkan dalam produksi tersebut. Proses negosiasi identitasnya melibatkan faktor-faktor sosial, geografis, dan agama. Artikel ini menemukan bahwa Amira telah berhasil melakukan negosiasi identitasnya, yang memungkinkannya untuk menempatkan dirinya dalam budaya barat. Namun dalam melakukannya, Amira mengambil risiko dalam penerimaan sosial dan hubungan pribadi dalam upaya untuk menilai kembali nilai-nilai pada agama Islam-nya.
This article illustrates a form of identity negotiation specific to immigrant Muslim women who live in the United States, as depicted in the movie Amira & Sam (2014). This movie shows how Amira negotiates her identity as an immigrant Muslim woman from Iraq in the United States by the way she dresses and behaves in the western society. The hijab that Amira wears differs in meaning based on how it is worn and perceived. This article draws upon the movie using a textual analysis study, and the theory of identity negotiation by Ting- Toomey (2005). The intention of this article is to analyze the elements of the movie to determine Amira?s negotiated identity depicted in that production. The process of her negotiation involves social, geographic, and religious factors. This article finds that Amira has succeeded in negotiating her identity, which allows her to situate herself in western culture. However in doing so, Amira risks social acceptance and personal relationships in the attempt to reassess her Islamic values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi M.
"Disertasi ini membahas dinamika komunitas LDII dalam mempertahankan eksistensinya, melakukan transformasi serta melihat proses, pola dan strategi yang dikembangkan LDII dalam membangun relasi dengan masyarakat dan negara.Melalui teori strukturasi dikembangkan oleh Giddens yaitu agency; regionalisasi, reproduksi sosial dan globalisasiserta perspektif Foucaulttentangkekuasaan.
Strukturasi dan agency memilki relasi dualitas. Giddens menempatkan manusia dalam posisi yang sangat signifikan yang disebut Giddens sebagai "agency" yang dapat melakukan reproduksi sosial dan memiliki kemampuan serta memahami maksud dan tujuan dari segala tindakan yang mereka lakukan. Manusia merupakan agen-agen berpengetahuan luas. banyak mengetahui kondisi-kondisi dan konsekuensi-konsekuensi atas apa yang dilakukannya dalam kehidupan mereka sehari-hari(Giddens). Oleh karena itu, disertasi ini memperlihatkan bagaimana aktor-aktor sosial dalam komunitas LDII melakukan praktekpraktek sosial sepanjang ruang dan waktu secara terus menerus agar tetap survive dan berkembang serta mampu mempertahankan doktrin dan identitas keagamaan serta jati diri organisasinya.
Peran aktor sebagai agency dalam melakukan perubahan karakter gerakan dengan membangun kedekatan dengan penguasa, merubah kulit luar menghapus bayang-bayang ideologis, membangun keterbukaan, merubah citra, memperkokoh jatidiri, membangun dialog dan kerjasama publik dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang selama ini memposisikan LDII sebagai organisasi yang sesat, serta membangun kerjasama dengan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Keagamaan yang dianggap mainstream, seperti NU dan Muhammadiyah.
Adapun kekuasaan yang selama ini terpusat menjadi menyebar ke berbagai lini. Bagi LDII negara tidak lagi satu-satunya yang memonopoli kekuasaan tetapi juga dimiliki oleh masyarakat oleh karenanya LDII pun tidak hanya bergantung pada negara tetapi juga membangun kerjasama dengan elemen masyarakat. Relasi agama dan negara memperlihatkan hubungan yang fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan dinamika masyarakat. Disertasi ini diharapkan agar kita lebih memahami paham keagamaan yang berbeda dari suatu komunitas agar terjalin saling pengertian, dapat memahami perbedaan, membangun dialog dan kerjasama agar dapat hidup berdampingan secara damai.

This dissertation explains about the dynamics of LDII community in maintaining its existence and make the transformation and see the processes, patterns and strategies developed LDII in building relationships with community and state, through the perspective of a theory developed by Giddens structuration theory is agency; regionalization and globalization and social reproduction and perspectives of Foucault on power.
Structuration and agency which have the duality relation. Giddens puts humans in a very significant position called Giddens as "agency" that can reproduce and have the ability and understand the intent and purpose of any action they did. Human beings are knowledgeable agents. many know the conditions and consequences for what he did in their daily life (Giddens). Therefore, this dissertation shows how the social actors in the community LDII do social reproduction through space and time in order to remain continually survive and thrive and be able to maintain the doctrines and religious identity and organizational identity.
The role as the agency in making a change from the exclusive character of the movement towards an inclusive movement by doing a reformulation of character in the form of re-interpretation of the doctrines and the dialectic of culture, build intimacy with the ruling, build openness, change the image, strengthen its identity, establish dialogue and cooperation with public Indonesian Ulama Council (MUI), which is positioned as an organization LDII astray. And build to cooperation with Community Organizations Religious considered mainstream, such as NU and Muhammadiyah.
The power has been centralized to spread to various lines. State is no longer the only power but also the monopoly held by the public. The relation between religion and state shows up and down relationship is strongly influenced by the development and social dynamics."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D1328
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasmi Yanuardi
"Penelitian mengenai kehidupan kaum imigan Jepang di dalam kamp-kamp relokasi semasa pecah Perang Dunia II di Amerika Serikat telah dilakukan semenjak bulan Maret 2000, tujuannya ialah untuk mengungkapkan sejarah orang-orang Jepang yang menjadi bagian dari masyarakat Amerika Serikat yang sempat mendapat perlakuan diskriminatif secara besar-besaran dengan menempatkan mereka di sepuluh kamp khusus pada kurun waktu Perang Dunia II akibat ketakutan dari sebagian masyarakat kulit putihnya yang lebih didasari oleh prasangka rasial. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari sumber-sumber dari berbagai literatur maupun `web-site' di internet yang berkaitan dengan kehidupan orang-orang Jepang khususnya yang ada di Amerika Serikat. Penelitian bersifat kualitatif dengan menggunakan metode ilmu sejarah. Sumber yang dipergunakan ada yang berupa sumber primer yakni tulisan yang telah dibukukan tentang pengalaman kehidupan di dalam kamp relokasi oleh imigran Jepang yang mengalami sendiri peristiwa tersebut dan beberapa dokumen resmi Pemerintah Amerika Serikat yang berkaitan dengan relokasi. Sumber sekunder yang digunakan berupa buku teks yang membahas baik secara umum maupun khusus tentang imigran Jepang dan kamp relokasi, selain beberapa novel dan cerita pendek yang ditulis sendiri oleh imigran Jepang. Dampak dan akibat yang ditimbulkan dengan adanya pengevakuasian sebanyak 112.000 orang keturunan Jepang di Amerika Serikat ke berbagai kamp relokasi adalah adanya keinginan dari sekitar 5.589 orang Amerika berketurunan Jepang untuk melepas kewarganegaraan Amerika Serikatnya pada tahun 1945. Sebanyak 9.300 dari mereka siap menjalani repatriasi ke Jepang setelah kehilangan segala harta benda dan juga kekecewaan yang sulit diukur atas perlakuan terhadap mereka. Kehidupan di kamp relokasi ternyata juga telah banyak memberi perubahan pada pola perilaku budaya di sebagian internir Jepang, seperti yang dialami oleh kaum perempuan generasi pertama (Isser) yang menjadi lebih mau terbuka, aktif dan bersedia bersosialisasi dengan lingkungannya yang merupakan kebalikan dari kaum laki-lakinya. Sikap yang cenderung untuk lebih menunjukkan bahwa imigran Jepang setia kepada Amerika Serikat diperlihatkan pada umumnya oleh para imigran generasi kedua (Nisei) yang bergabung di dinas kententaraan Amerika Serikat dalam kancah Perang Dunia II baik di Eropa maupun yang di Asia-Pasifik. Sikap maupun tindakan yang mendiskriminasikan seseorang atau suatu golongan apalagi didasarkan pada prasangka rasial, pada dasarnya mereduksi nilai-_nilai kemanusiaannya sendiri walau itu sudah menjadi kenyataan sosial. Berdasarkan pemahaman tersebut, selayaknya segala macam pendiskriminasian dimanapun dan apapun bentuknya harus diupayakan untuk dihentikan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atep Abdurofiq
"Timur Tengah merupakan salah satu kawasan yang menjadi perhatian utama politik luar negeri Amerika. Sejauh ini, Amerika memandang Arab Saudi sebagai salah satu sekutu strategisnya di Timur Tengah. Amerika telah menjalin kerjasama cukup lama dengan Arab Saudi, negara penghasil serta pemilik cadangan minyak terbesar di dunia. Sehingga keberadaannya ini menempati posisi sentral dalam kebijakan luar negeri Amerika di Timur Tengah.
Hubungan kedua negara ini merupakan hubungan ketergantungan. Amerika sangat membutuhkan pasokan minyak Saudi untuk pertumbuhan industrinya, sedang pada sisi lain Arab Saudi sangat tergantung pada keterlibatan Amerika dalam bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan. Sebelumnya meskipun Arab Saudi negara monarki, Amerika tidak mempersoalkan sistem politik Arab Saudi yang tidak mempraktikkan nilai-nilai demokrasi. Bagi Amerika selain menjaga hubungan dengan keluarga kerajaan yang telah dibangun sejak tahun 1930-an, alasan minyak karena kapasitas produksi harian Arab Saudi mampu menggoyang atau mengamankan pasar minyak global juga karena pertaruhan politiknya terlalu besar jika rezirn Saudi runtuh. Bila hal ini terjadi maka pengganti alternatif di luar keluarga Al-Saud adalah para penantang hegemoni Amerika, terutama Al Qaeda. Disini, nampak bahwa kepentingan Amerika mempertahankan kerajaan, selain faktor ekonomi juga faktor politik.
Namun dasar hubungan Amerika dengan negara-negara Arab umumnya dan Arab Saudi pada khususnya berubah secara mendasar setelah tragedi 11 September 2001 yang menghancurkan menara kembar World Trade Center di New York dan gedung Pentagon di washington, di mana 15 dari 19 tersangka pelaku tindak terorisme itu adalah berwarganegara Arab Saudi. Amerika berusaha mengubah infrastruktur tatanan sosial bangsa Arab yang dianggap sebagai sumber bagi lahirnya radikalisme dan terorisme. Sehingga prioritas utama kebijakan politik Amerika di kawasan Arab saat ini adalah upaya mensosialisasikan dan menerapkan demokrasi di kawasan tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang baru terjadi dalam sejarah hubungan Amerika-Arab Saudi.
Bahkan pada 6 November 2003, Presiden Amerika George Walker Bush secara terbuka mendesak Saudi dan Mesir menerapkan demokrasi. Di Timur Tengah sendiri, banyak pihak yang setuju dengan seruan Bush untuk lebih mengembangkan demokrasi. Bahkan di Arab Saudi tuntutan perubahan pun muncul tidak hanya dari oposisi moderat namun juga datang dari oposisi garis keras yang menentang sikap kerajaan dan anti Amerika sehingga melancarkan aksi terorisme yang menyerang berbagai kepentingan Amerika di Arab Saudi. Namun, seruan untuk mendukung gagasan Bush itu juga ditanggapi dengan dingin sebagai akibat sikap Amerika yang lebih berpihak pada Israel dan keputusan Amerika mengobarkan perang di Irak. Akibatnya gelombang oposisi kian meningkat sebagai prates terhadap kebijakan Amerika. Kedua Persoalan, kebijakan Amerika dan oposisi anti Amerika, ini merupakan rintangan utama bagi keinginan untuk menjadikan Timur Tengah sebagai kawasan yang iebih demokratis.
Desakan reformasi Amerika juga temyata berpengaruh pada kebijakan dalam negeri Arab Saudi buktinya pihak kerajaan telah mengumumkan akan melakukan pemilu nasional dalam waktu dekat untuk memilih wakil rakyat setelah sebelumnya menyetujui pembentukan komite hak asasi manusia nonpemerintah. Persetujuan Arab Saudi atas pembentukan komite hak asasi manusia tersebut adalah suatu perubahan sikap dart persepsi atas isu hak asasi manusia itu sendiri. Sebelum ini, Arab Saudi memandang ada sejumlah prinsipprinsip hak asasi manusia yang diakui dunia saat ini tidak sinkron dengan ajaran Islam, sedangkan pemilu merupakan sebuah proses politik bersejarah bagi Saudi karena untuk pertamakalinya dilaksanakan sejak negara ini didirikan.
Namun belum jelas apakah pemilu ini akan independen dan akan menciptakan parlemen yang berfungsi mengontrol pemerintah sebagaimana lazimnya demokrasi Ataukah, sekadar bentuk lain dari Dewar' Syura yang tidak memiliki kekuasaan, kecuali hanya sekadar memberi masukan kepada pemerintah. Nampaknya walaupun berjalan dengan lamban namun perubahan sedikit demi sedikit sedang terjadi dan terus bergulir di kerajaan Saudi ini.

The Middle East is the main focus of The United States Foreign Policies. Yet, the US government saw Saudi Arabia as their strategic ally in the Middle East. They have been having good cooperation with Saudi Arabia, the biggest oil producer and the owner of the largest number of oil reserves, for years. This strategic condition has put Saudi Arabia in the center of the US foreign affairs policies in the Middle East.
The relationship between these two countries is considered as a dependent connection. The US needs Saudi Arabia to supply them oil for their industry, while Saudi is very dependent on the US involvement in its economy, defense and security. The US does not want to bother the Saudi Arabia's System of Monarchy, even though it is against the values of democracy. For the US, besides keeping a good relation since 1930's with Saudi which its daily oil production is very powerful to the global market they cannot take the great risk they might encounter if the Saudi regime is collapsed. If it happened, Saudi would possibly be ruled by those who are against the US hegemony, especially Al Qaeda. This shows that the US interests are not only economic but also politics.
But generally, the basic form of relationship between the US government and the Arabic countries -especially Saudi Arabia- has changed fundamentally after the 911 incident. The US government is trying to revolutionize the social structure of the Arabian that they consider to be the cause of all radicalism and terrorism. Thus, the most recent priority of the US policies in the Middle East is to socialize-and apply democracy there. This is a new thing in the US-Saudi Arabia mutual aid.
On the 6th of November 2003, George W. Bush, moreover, openly forces Saudi Arabia and Egypt to apply the democracy system in their countries. In fact, in the Middle East, many have agreed with Bush to develop democracy in the area. Even in Saudi Arabia, the demand of changes comes not only from the moderate opposition but also from the radical opponent that protests the Royal attitude and anti-US movements. But the call to approve Bush idea is responded negatively as well, due to the US taking sides Israel and their decision to trigger war in Iraq. This increases the opposition action to protest the US policies. The two problems, the US policies and anti-US movement, can be the real factor to obscure the Middle East becomes a more democratic area.
The US reformation pressure has also influenced the Saudis domestic policies. The Saudi Arabia Royal have announced their willing to run the national election immediately to select their representatives after agreeing the formation of a non government commission for human rights. The Saudi's agreeing the formation of the commission shows attitude and perception changes in viewing human right issues. Prior to that, Saudi perceives some human rights values are not synchronous to Islamic teachings, whereas the election is a very momentous political process to Saudi because it will be the first time ever in Saudi.
But it is still uncertain whether the election will be real independent and result in a parliament that controls government, or just a different form of "Diwan Syura" that has no authority but to give the government advices. It seems that even though it runs slowly but the changes will gradually occur in this Kingdom of Saudi Arabia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Mariyane Rosya
"Skripsi ini menggambarkan tentang gambaran kehidupan sekuler imigran Yahudi Eropa Timur di kota New York, Amerika Serikat tahun 1920-an yang merupakan implikasi dari sekularisme Amerika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, sesuai dengan metode penelitian sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan dinamisasi kehidupan Amerika sepanjang decade 1920-an, seiring dengan proses pematangan modernisasi di Amerika, memberikan pengaruh pada penguatan sekularisme Amerika yang berimplikasi pada menguatnya pula alternatif sekuler pada imigran Yahudi Eropa Timur yang terkenal dengan keortodoksannya dalam memegang nilai - nilai Yahudi. Alternatif tersebut menimbulkan reaksi dari Reform Judaism, Orthodox Judaism, and the non- Jews people.

This undergraduate thesis describe us about secular life of East Europian Jews immigrant in New York city on the 1920, the United State of America. These immigrant are the implication of secularism in America. This research is using a qualitative descriptive methode. The result of this research indicates that there is an increase in the dynamitation of American life along the decade of 1920, at the same time America is an the process of modernitation maturing. The maturing process influence the secular alternative in immigrant of East Europe Jews that known with their orthodoxy in keeping the Jew?s value. This alternative get the reaction from the Reform Judaism, Orthodox Judaism, and the non- Jews people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12555
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan suatu hubungan yang paradoksal antara kebijakan imigrasi yang berlaku umum dan kebijakan keamanan nasional dan nilai-nilai inti dalam masyarakat Amerika yang terbuka, khususnya imigran ilegal Meksiko di California.
Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana upaya-upaya pemerintah Amerika Serikat membendung kedatangan para imigran ilegal dari Meksiko masuk ke negara bagian California, khususnya kebijakan-kebijakan represif unilateral.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis-interpretatif. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan.
Kebijakan imigrasi Amerika Serikat terhadap para imigran ilegal Meksiko di California pasta tahun 1900-an sampai dengan awal tahun 2000-an menunjukan bahwa masalah imigran ilegal Meksiko tidak akan dapat dicegah selama ada hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan Meksiko.
Argumentasi-argumentasi yang mendukung kebebasan imigrasi atau kebijakan pintu terbuka membuktikan bahwa ketakutan akan identitas nasional dan kultural Amerika adalah berlebihan. Pemerintah Amerika Serikat secara aktif memainkan kebijakan imigrasi terutama terhadap para imigran-imigran dari Meksiko, dan mengikuti hukum permintaan dan penawaran.
Pemberlakuan "The Anti Terrorism and Effective Death Reality Act of 1996 (AEDPA), The Illegal Immigration Reform and Immigrant Responsibility Act of 1996 (IIRIRA), The USA Patriot Act of 2001, dan The Homeland Security Act of 2002", mengakibatkan Undang-Undang Imigrasi dan prosedurnya telah mengalami perubahan yang penting.

The research is aimed at indicating a paradoxical relationship between a generally applicable immigration policy and the national security policy and the core values of an open American society, specifically illegal immigrants from Mexico.
The research problem lies in the question of what efforts the American government has made to entry of illegal immigrants from Mexico into the state of California, specifically unilateral repressive policy.
The research has been conducted employing the qualitative methodology in an analytical-descriptive manner. Data has been gathered through library research.
The American immigration policies on illegal immigrants from Mexico in California from the period following the 1990s to the beginning of the 2000s, inclusive, indicate that the entry of these immigrants would not be capable of being prevented so long as there were economic relationships between the USA and Mexico.
Arguments in favor of immigration freedom or open-door policy prove that fear of the loss of American national identity and culture has been exaggerated. The American government has actively modified immigration policies on Mexican immigrants and followed the law of supply and demand.
The adoption of the "The Anti Terrorism and Effective Death Reality Act of 1996 (AEDPA), The Illegal Immigration Reform and Immigrant Responsibility Act of 1996 (IIRIRA), The USA Patriot Act of 2001, and The Homeland Security Act of 2002", has resulted in significant changes in the Immigration Act and the relevant procedures.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17482
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rauf, Imam Feisal Abdul
Bandung: Mizan, 2007
297.74 RAU wt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>