Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Y. Winanto Saputro
"Amerika Serikat merupakan negara besar yang penduduknya terdiri dari berbagai etnis dari seluruh dunia. Baik penduduk lama yang merupakan bangsa keturunan Eropa maupun kulit hitam Afro-Amerika yang telah ada sejak zaman perbudakan, berbaur menjadi satu dengan para penduduk imigran yang datang dari Asia dan Amerika Latin. Sejak memasuki abad 20, di AS. banyak dari para penduduknya yang tinggal di kawasan perkotaan, dan sekaligus mengindentifikasikan sebagai masyarakat Amerika yang moderen, apalagi pada dekade 1960-an hingga 1980-an. Hal tersebut menjadikan peradaban Amerika dikenal dengan peradaban kota-kota metropolisnya yang moderen dan kawasan padat penduduk. Bersamaan dengan itu salah satu aspek yang menjadikan kota begitu moderen adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh masyarakatnya. Peralatan elektronik rumah tangga seperti telepon, telegraf, radio dan televisi mulai menjadi alat komunikasi massal yang hampir di semua rumah tangga AS memilikinya. Salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah televisi, yang mulai diperkenalkan kepada publik pada tahun 1930-an. Di antara keempat alat komunikasi elektronik di atas, televisilah yang mengalami kemajuan pesat dengan hadirnya inovasi-inovasi terbaru seputar dunia penyiaran. Hal ini telah nampak dari hadirnya televisi hitam-putih sampai dengan teknologi televisi kabel berwarna, yang meramaikan dekade 1950-an dan 1960-an. Namun saat memasuki pertengahan tahun 1970-an, dunia pertelevisian memulai sebuah inovasi baru sekaligus merupakan terobosan awal atau momentum untuk menghadirkan teknologi canggih yang nantinya akan digunakan di setiap rumah tangga di A.S. Inovasi itu adalah hadirnya satelit komunikasi pertelevisian pertama yang bernama, RCA-Satcorn 1, yang diluncurkan pada tanggal 13 Desember 1975. Dengan adanya inovasi baru tersebut, diharapkan semua kendala yang dialami oleh dunia penyiaran dan pertelevisian seperti; masalah jarak jangkauan siaran, tinggi-rendahnya permukaan Bumi, dan kualitas audiovisual yang kurang memadai, akan semakin teratasi. Dengan serangkaian teknologi canggih yang dikemas dalam satelit ini, diharapkan akan mampu untuk membawa perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang selalu lekat dengan dunia informasi dan komunikasi yang semakin maju. Pada era inilah banyak bermunculan stasiun televisi penyiaran baru yang turut serta mengoptimalkan daya dan kinerja satelit komunikasi ini, hingga kehadirannya nanti digantikan dengan yang lebih canggih. Tentu saja dengan hadirnya teknologi satelit komunikasi RCA-Satcom I, yang adalah perintis teknologi dunia informasi dan komunikasi digital baru, akan membawa berbagai dampak yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat yang kompleks, khususnya di perkotaan besar Amerika. Hal tersebut dimungkinkan karena pcrtumbuhan masyarakat yang semakin kompleks, biasanya juga akan membawa perubahan dalam seluruh teknologi yang digunakan untuk mempermudah mobilitas masyarakat kota. Dan dampak ini nampaknya juga akan merambah ke semua aspek kehidupan masyarakat baik sosial budaya, ekonomi, dan politik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmi Dewi Kandi Astuti
"Operasi satelit inclined biasanya dilakukan untuk mengantisipasi keterlambatan satelit pengganti dan menghemat bahan bakar yaitu dengan cara membiarkan sudut inklinasi terus bertambah karena tidak dilakukan koreksi arah Utara Selatan. Dengan semakin bertambahnya sudut inklinasi ini akan menyebabkan pergerakan latitude yang besarnya sama dengan sudut inklinasi dan pergerakan longituda setengah harian yang mengakibatkan pergerakan daerah cakupan dan komunikasi satelit yang kompleks. Sejauh mana dampak operasi satelit inclined terutama terhadap antena stasiun bumi akan lebih jelas terlihat datam perhitungan dan analisis yang dilakukan pada Tugas Akhir ini. Inklinasi yang besar akan mengakibatkan rugi pengarahan dan rugi penguatan antena stasiun bumi membesar sehingga kualitas sistem komunikasi satelit berkurang. Oleh karena itu dalam implementasinya, stasiun bumi harus dilengkapi dengan antena yang mempunyai kemampuan tracking (penjejakan) atau sudut inklinasi yang dibatasi sehingga komunikasi satelit masih layak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Nurkhaerani N.
"Sistem komunikasi satelit merupakan salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk terselenggaranya telekomunikasi internasional maupun domestik. Dalam dunia sistem komunikasi satelit, frekuensi C-band telah lama dipergunakan dan saat ini telah penuh. Ku-band merupakan salah satu pita frekuensi alternatif setelah penggunaan frekuensi C-band dirasakan semakin padat. Bagi Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan tahunan yang tinggi, penggunaan frekuensi Ku-band ini memerlukan pengkajian yang cermat. Propagasi pada frekuensi Ku-band sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfir, terutama hujan. Partikel hujan meredam gelombang elektromagnet yang dipancarkan dalam skala yang lebih besar dibandingkan unsur lain di atmosfir. Skripsi ini membahas tentang pengaruh curah hujan pada penggunaan frekuensi Ku-band di Indonesia, dengan terlebih dahulu memperoleh data curah hujan dan menghitung besar redaman hujan dengan metode CCIR. Data monitoring Ku-band signal menunjukan bahwa ketika cuaca hujan maka level sinyal yang diterima menurun dan kualitas gambar juga menurun. Bahkan pada curah hujan yang tinggi 86,4 mm dan redaman hujan 28,18 dB untuk uplink serta 21,78 untuk downlink, sinyal gambar sudah tidak dapat diterima lagi. Pemodelan redaman hujan dari CCIR menunjukan bahwa redaman hujan tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh polarisasi, sudut elevasi, sudut lintang, dan garis lintang stasiun bumi.

Satellite communication system is the one of infrastructure that can be used to support international or national telecommunication. In the world of satellite communication systems, C-band is widely used and now it is full of. Ku-band is the one of alternative frequency band in the satellite communication system while C-band frequency seems to be overloaded. In Indonesia, a tropical climate country with high annual rain rate, Ku-band frequency using needs an accurate recitation. The propagation at Ku-band frequency has been limited by the atmosphere condition, mainly due to the encounter of rain attenuation. The particle of rain attenuates a radiated electromagnetic waves in high scale compared than the other substances in the atmosphere. This paper examines the effect of rain on Ku-band frequency used in Indonesia, with obtaining rain rate data first and calculating rain attenuation with CCIR methode. Monitoring Ku-band signal's data shows that when the climate is rainy, the signal level received and the quality of picture are on the decline. Moreover, at the rain rate 86,4mm and the rain attenuation 28,18 in uplink, and 21,78 in downlink, the signal cannot be received. Rain-attenuation model from CCIR shows that the rain attenuation is not only influenced by the rain rate, but also by the polarization, the elevation angle, the latitude, and the distance of the earth station from the sea level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Kurnia Supriadi
"Sistem komunikasi satelit di Indonesia mempunyai 2 frekuensi utama yaitu C-band (4-6 GHz) dan ku-band (12-14 GHz). Satelit Palapa C2 mempunyai transponder untuk kedua frekuensi ini. Frekuensi C-band banyak digunakan tetapi rawan interferensi pada saluran microwave terrestrial, sedangkan Ku-band bebas interferensi tetapi rawan akan redaman. Selain itu, Ku-band juga mempunyai bandwith yang lebih lebar dibandingkan dengan C-band. Skripsi ini dilakukan untuk menganalisa sejauh mana pengaruh redaman terhadap sistem komunikasi satelit Ku-band. Dalam skripsi ini dilakukan perhitungan redaman hujan, gas dan sintilasi troposfir dengan memakai model Dissayanake, Allnutt, dan Haidara (DAH). Perhitungan ini dilakukan pada satelit Palapa C2 (uplink 14 GHz, downlink 11.49 Ghz) untuk link ke berbagai kota di Indonesia. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa untuk nilai redaman hujan, ada beberapa kota yang mempunyai redaman yang tinggi yakni Putusibau, Padang, Maros dan Cibinong. Untuk redaman gas, nilai redaman yang diperoleh lebih kecil daripada redaman hujan. Kota Surabaya mempunyai nilai redaman gas tertinggi dan nilai minimum di kota Denpasar. Redaman sentilasi troposfir paling kecil dibanding redaman lainnya, yakni sekitar 0.1 dB. Selain itu didapat bahwa nilai redaman hujan, gas, dan sintilasi troposfir untuk uplink lebih besar bila dibandingkan dengan downlink."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priantono
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Eka Putra
"Citra satelit atau foto udara banyak dimanfaatkan untuk membuat peta, menganalisa sebaran penduduk, mencari sumber alam, dll. Dalam pemanfaatannya, citra tersebut harus melalui proses deteksi dan identifikasi objek. Sehingga setiap objek yang terekam dalam foto dapat dikenali dengan benan.
Morfologi, saiah satu metode pengolahan citra, dapat digunakan untuk mendeteksi objek dengan karakteristik tertentu. Dengan memanfaatkan bentuk dari objek-objek dalam sebuah citra, morfologi dapat menentukan rangka (skeleton) dari setiap objek, Rangka ini kemudian dijadikan tanda untuk proses rekonstruksi objek yang ingin dideteksi.
Hasil simulasi menunjukan bahwa tingkat keberhasilan pendeteksian objek dengan metode morfologi ditentukan oleh pemilihan elemen struktur dan besamya ihresholding pada setiap citra yang diproses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Raditya Krishnamurti
"Penjejakan (tracking) terhadap lintasan satelit dapat dilakukan dengan mengamati lintasan satelit tersebut yang diproyeksikan ke permukaan bumi. Untuk itu diperlukan 5 parameter, yaitu eksentrisitas, ketinggian satelit/apogee, inklinasi, letak ascending node dan argument of perigee. Masing - masing parameter akan menentukan bentuk proyeksi lintasan satelit dan area cakupan maksimumnya. Bentuk orbit yang akan diamati adalah semua bentuk elips dalam berbagai posisi, termasuk orbit lingkaran sebagai kasus khusus dari orbit elips dengan eksentrisitas 0. Ketinggian yang diamati mulai dari satelit LEO, GEO, sampai yang lebih tinggi dari GEO. Dengan mengetahui proyeksi lintasan satelit dan penjejakannya maka dapat diperkirakan posisi satelit setiap saat di sepanjang orbitnya dan dapat diperhitungkan keuntungan dan kerugian yang dimiliki satelit jikaberada pada ketinggian dan posisi tertentu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djamhari Sirat
"Penelitian ini menghasilkan suatu rangkaian Modulator dan Demodulator Offset Quadrature Phase Shift Keyed (OQPSK) dengan menggunakan rangkaian lojik untuk memperoleh suatu rangkaian modulator maupun demodulator yang kompak, mempunyai keandatan yang lebih tinggi, dan dapat dibuat diatom bentuk CMOS ICS sehingga membutuhkan daya listrik yang keci1. Disamping itu pula dengan menggunakan rangkaian lojik dapat dikuatkan dengan menggunakan rangkaian penguat klas C yang mempunyai efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan penguat Linear yang umum digunakan pada modulator konvensional. Dari penelitian ini diperoleh suatu rangkaian Modulator yang terdiri dari 3 buah D flip-flop 7474 untuh offset encoder, sedanghan untuk rangkaian Quadrature Phase modulator terdiri dari 2 buah D flip-flop 7474 dan 2 buah XOR. Rangkaian Demodulator sebagai phase comparator digunakan juga 2 buah D flip-flop 7474 dan sebagai pembalik fasa 90° juga menggunakan 2 buah D flip-f Lop 7474. Untuk digunakan sebagai demodulator dengan pendeksian secara deferensial (Defferential Detection), rangkaian penunda cukup menggunakan beberapa shift register. Untuk menghindari Intersymbol Interference (ISI) akibat adanya batasan karena ketidak linearan transponder dan rangkaian band pass filter di penerima bila digunakan pada komunikasi satelit, pada rangkaian demodulator pencuplikan dapat diatur dengan mudah dan tepat dengan menggunakan rangkaian multivibrator 74123."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningrat
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>