Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148740 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetelepta, Yudhistira M.
"Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa terjadi penyatuan jemaat dalam Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), antara jemaat berbahasa Belanda dan jemaat berbahasa Indonesia. Terjadinya kegiatan pelayanan jemaat dalam dua bahasa telah terjadi sebelum GPIB terbentuk dan masih dikelola sepenuhnya oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) sejak masa kolonial. Terjadinya pemisahan yang disebabkan perbedaan bahasa, terus diupayakan untuk dipersatukan semenjak GPIB terbentuk pada tanggal 31 Oktober 1948. Namun kelompok Jemaat berbahasa Belanda tetap menginginkan terjadinya pemisahan karena adanya perbedaan pola pikir dan tingkah laku dengan Jemaat berbahasa Indonesia. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan dan sosial antara kedua bagian jemaat sebagai pengaruh kehidupan kolonial. Sebaliknya jemaat berbahasa Indonesia tidak memiliki masalah jika jemaat dipersatukan. Usaha untuk rnempersatukan tidak pernah sungguh-sungguh tercapai hingga tahun 1958 ketika terjadinya pemulangan besar-besaran warga negara Belanda kembali ke negaranya. Pemulangan tersebut disebabkan mernburuknya hubungan politik kedua negara (Belanda dan Indonesia) karena kasus Irian Barat. Pulangnya warga negara Belanda berdampak terhadap berkurangnya anggota jemaat berbahasa Belanda. Akibatnya proses ke arah kesatuan jemaat dapat segera diwujudkan. Pada Sidang Sinode V GPIB (1958) diputuskan untuk menyatukan kedua bagian jemaat. Faktanya penyatuan itu baru terwujud hingga 1 Juni 1961 ketika Jemaat Jakarta mengakhiri ibadah/kebaktian berbahasa Belanda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nuhdi Rifky
"Penelitian ini merupakan upaya dalam melihat memori kolektif yang terdapat pada Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu dan Makam Tugu di Cilincing, DKI Jakarta. Pada gereja dan makam ini terdapat ragam arsitektural yang melatarbelakangi pendirian gereja dan makam ini serta menyimpan memori yang sebagian besar diingat juga dilupakan oleh jemaat keturunan portugis di Tugu. Memori kolektif ini diwujudkan dalam bentuk sebuah mimbar gereja beserta nisan khas umat kristiani. Metode penelitian yang digunakan adalah sumber data yang berupa informasi serta observasi langsung juga studi literatur. Hasil bukti dari data tersebut dianalisis menjadi interpretasi yang menjadi kajian kali ini. Hasil penelitian menunjukkkan bahwasanya pada Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu dan Makam Tugu terdapat memori kolektif dari jemaat keturunan portugis di Tugu yang layak diingat dan dikenang serta perwujudan memori kolektif tersebut melalui sebuah representasi sehingga terjadi keterkaitan satu sama lain.

This research is an attempt to look at the collective memory contained in the Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu and Makam Tugu in Cilincing, DKI Jakarta. In this church and cemetery, there are various architectural backgrounds behind the construction of this church and tomb as well as storing memories that are mostly remembered and forgotten by the congregation of Portuguese descent in Tugu. This collective memory is manifested in the form of a church pulpit along with a tombstone with a Christian name. The research method used is a data source in the form of information and direct observation as well as literature studies. The results of the evidence from the data were analyzed to become the interpretation that became the study this time. The results of the study show that in the Gereja Protestan Indonesia Barat Tugu and Makam Tugu, there is a collective memory of the congregation of Portuguese descent in Tugu which is now remembered and remembered and the embodiment of this collective memory through a representation so that there is a connection with one another."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Benyamin F. Intan
"In this article, the writer states the presence and struggles of Protestant churches in Indonesia doing God’s mission within world’s largest Muslim population country. Firstly, the writer explains the challenges and strives of Protestant churches from the time of Dutch colonialism, Japanese colonization, until Indonesian independence which includes the Old Order and the New Order. This article also highlights Indonesian churches’ struggle of independence to release themselves from the control of Dutch government, fully leaning to Christ, as well as the strategic role of Christianity in preventing nation’s disintegration to make Indonesia one. After that, the writer then performs critical reflection on the struggles of Protestant churches in Indonesia from the perspective of Reformed theology. The writer found that the presence of Christian mission in Indonesia is far from the force of arms and economic greed. However, churches in Indonesia cannot detach themselves from various challenges and suffering in God’s mission which includes Evangelical Mandate and Cultural Mandate. Therefore, while they are still entrusted by Christ, churches in Indonesia ought to perform their dutiful calling faithfully and joyfully"
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2015
SODE 2:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Belicia Ranti Setiamarga
"Meningkatnya jumlah pendeta Protestan yang merambah ke dunia politik merupakan sebab keprihatinan di Sinode Gereja Masehi Injili di Timor. Studi kualitatif ini menggunakan dalam analisis data wawancara mendalam dan observasi lapangan untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana konflik peran pendeta-politisi terjadi. Dalam kasus di mana seorang individu dikaitkan dengan kedua peran tersebut, konflik peran akan terjadi. Ditemukan juga bahwa terjadinya konflik peran sebenarnya mencerminkan proses role exit dari peran sebagai seorang pendeta. Namun, jika proses peran keluar tidak selesai, dapat menyebabkan kerusakan terhadap aktor yang terkait dengan pendeta, yaitu jemaat gereja dan Sinode.

The rising numbers of protestant pastors venturing into politics is a cause of concern in the Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Synod. This qualitative study used in-depth interview data analysis and field observation in order to explain why and how the role conflict of pastor-politicians happened. In the case where an individual is associated with both roles, a role conflict will occur. It was also found that occurrence of role conflict actually reflects the process of role exit from the role as a pastor. However, if the process of role exit is not completed, it might cause harm towards the actors associated with a pastor, which is the congregation and the Synod."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Permatasari
"Buitenzorg atau sekarang disebut Bogor merupakan salah satu kota penting pada masa kolonial. Oleh karena itu, banyak peninggalan berupa bangunan yang sampai saat ini masih tetap berdiri. Pada bangunan-bangunan tersebut dapat terlihat adanya percampuran kebudayaan Barat dan lokal. Bangunan dengan ciri itu disebut memiliki gaya Indis. Skripsi ini membahas tentang percampuran kebudayaan yang terdapat pada bangunan Middelbare Landbouwschool (MLS). Percampuran kebudayaan tersebut dapat terlihat dari gaya-gaya yang digunakan pada komponen-komponen bangunan. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa gaya yang terdapat di MLS, mulai dari klasik, modern, lokal, dan indis. Berdasarkan hal tersebut, bangunan MLS juga dapat dikatakan sebagai bangunan bergaya Indis.

In a colonial period, Buitenzorg or also known as Bogor is one of important city, because of that there are so many inheritance in form of building which still exist until now. In that buildings can show a culture mixed between local and an occident culture. The building with that appearance have an Indis style. A culture mixed in a building of Middelbare Landbouw School (MLS) revealed in this research. A culture mixed can be shown on the building's interior. Some style in the MLS building, starting from classic, modern, local, and indis style has been found as a result of the research. Inother words, MLS is a building with the Indis style according to the research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saefudin
"Pada satu sisi orang Indonesia menganggap dirinya sebagai bangsa yang religius. Namun pada sisi yang Iain, pada tataran praksis, ada indikasi terjadinya degradasi moral dan juga meningkatnya sekularisme. Tindakan yang dapat dikategorikan non-religius atau indikasi rendahnya religiositas ini, ternyata tidak hanya terjadi di kalangan orang tua, tetapi juga di kalangan anak-anak/remaja. Keadaan ini menarik dan penting untuk diperhatikan mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa. Di samping itu menurut Erik H. Erickson pada fase remaja seorang individu menghadapi krisis identitas, suatu fase perkembangan yang sangat penting, yang akan mempengaruhi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pertanyaan yang muncul dan menjadi permasalahan penelitian adalah seberapa besar pengaruh agen-agen sosialisasi agama (yaitu: keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya) dalam membentuk religiositas remaja (usia 13-17 tahun) yang selama ini dilakukan?
Penelitian ini bertujuan, pertama, ingin mengetahui pengaruh sosialisasi agama dalam keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya terhadap religiositas remaja. Kedua, ingin mengetahui perbedaan pengaruh sosialisasi agama dalam keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya terhadap religiositas remaja dari sisi denominasi gereja, jenis kelamin dan jenis sekolah.
Variabel dependen yang diangkat dalam penelitian ini adalah religiositas remaja. Religiositas (religiosity atau religious commitment atau religious involvement atau religiousness) yang dimaksudkan di sini adalah kepercayaan dan tingkah laku individu dalam kaitannya dengan hal yang bersifat supernatural dan/atau nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Pengukuran religiositas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengadopsi indikator-indikator yang dikembangkan oleh Joseph E. Faulkner dan Gordon F. DeJong, yang bersumber dari dimensi-dimensi religiositas yang dikembangkan oleh Charles Y. Glock dan Roodney Stark. Dalam penelitian ini diangkat empat dimensi religiositas yaitu: keyakinan (ideological/belief), praktek religius (ritualistic), pengalaman (experimental) dan pengetahuan (intellectual).

Indonesians view themselves as religious people. However, in reality, lndonesians are experiencing a period of moral degradation and increased secularism. These phenomena not only occur among adults, but also among teenagers, the future generation. As Erik H. Erickson suggests, during adolescence, an individual is undergoing identity crisis, a critical phase which will influence on later development. In such an impressionable state, teenagers are influenced by their families, churches, schools and peers groups. The questions, then, is how these groups shape teen religiosity (age 13 to 17).
This research has two goals. First, it investigates the influences of religious socialization in the family, church, school and peers groups in shaping teen religiosity. Secondly, it explores different kinds of influence of religious socialization in the family, church, school and peers groups in shaping teen religiosity with respect to church denomination, gender and school types.
The dependent variable in this research is teen religiosity. Religiosity (or religious commitment) in this research is understood as individual belief or behavior connected to moral and godly matters. The quantitative indicators adopted to measure religiosity was developed by Joseph E. Faulkner and Gordon F. DeJong as found in the religiosity dimensions cultivated by Charles Y. Glock and Roodney Stark. The four dimensions of religiosity are belief (ideological), religious practices (ritualistic), experience (experimental) and knowledge (intellectual)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T21164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hisbaro Muryantoro
"Gereja Puh Sarang yang dibangun oleh Ir.Hericus Maclaine Pont pada tahun 1936 merupakan bangunan gereja yang bercorak Hindu - Jawa.Maclaine mampu memadukan gaya arsitektur pada bangunan gereja yang melambangkan unsur-unsur kebudayaan lokal baik corak,persiapan materi dan pengerjaan bangunan yang melibatkan penduduk setempat...."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2008
PATRA 9(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yogyakarta: Kanisius, 1988
260 GER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jacobs, Tom
Yogyakarta: Kanisius , 1992
260 JAC g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>