Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53566 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Rochma Amaliah
"Penelitian mengenai shinbutsu shugo (perpaduan Shinto dan Budha) dalam Onjoji (Nama sebuah kuil Budha di daerah kota Otsu. Shiga ken, bagian barat daya dari Danau Biwa. Jepang) telah dilakukan pada bulan April dan Mei 2006. tujuannya ialah untuk mengctahui bahwa Onjoji sebagai suatu kuil Budha yang berkembang pada Jaman Heian (781-1191) mencerminkan suatu pemikiran shinbutsu shugo yakni persentuhan: perpaduan antara pemikiran pemujaan kami( (dewa Shinto) yang ada sejak Jaman Kuno. yang merupakan kepercayaan asli setempat. dengan pemikiran Budha yang masuk ke Jepang melalui negara yang lebih dahulu maju seperti Cina dan Korea. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Pemikiran ini didasari oleh teori Ishida Ichiro mengenai shinbutsu shugo. Hasilnya menunjukkan bahwa Onjoji sebagai suatu kuil Budha yang berkembang pada Jaman Heian. menyimbolkan sebuah pemikiran shinbutsu shugo. Shimo no mono (hal yang bersifat Shinto) yang terdapat dalam Onjoji dapat ditemukan dengan adanya pemujaan terhadap kami, yang merupakan sebutan untuk dewa yang dipuja dalam Shinto. Bukkyo no mono (hal yang bersifat Budha) yang terdapat dalam Onjoji dapat ditemukan dengan adanya pemujaan terhadap hotoke (dewa Budha). Sementara itu. honji-suijyaku yakni suatu pemikiran yang menganggap bahwa hotoke adalah kami. dan kami adalah hotoke, yang merupakan bentuk sempurna dari perwujudan shinbutsu shugo terdapat pula dalam Onjoji. dengan anggapan bahwa para hotoke utama yang dipuja merupakan bentuk asli dari kami."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar
"Jepang sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia Timur memiliki kebudayaan dan tradisi kuat mempertahankan nilai-nilai tradisional, terutama pemaknaan terhadap Shinto dan Buddha yang diwujudkan dalam karya seni. Perpaduan Shinto dan Buddha (shinbutsu shūgō) mulai berkembang di Jepang pada zaman Heian (781-1191) tecermin dalam boneka Daruma. Model boneka Daruma merupakan salah satu perwujudan dari pendeta Bodhidharma yang sedang melakukan posisi meditasi. Kepercayaan terhadap Daruma merupakan perwujudan dari perpaduan Shinto dan Buddha. Daruma sebagai simbol keberuntungan dan simbol kesuksesan. Daruma dianggap benda yang bersifat magis. Daruma bukan sebagai benda pemujaan, akan tetapi lambang (simbol) yang memiliki simbolisme Shinto dan Buddha.

Japan as one of the the progress countries in East Asia with strong tradition of maintaining the culture and traditional values​​, especially against the Shinto and Buddhist meanings embodied in works of art. The combination of Shinto and Buddhism (shinbutsu shūgō) began in Japan on Heian period (781-1191) which its reflected in Daruma doll. Daruma doll is a model priest Bodhidharma who sitting in the meditation position. The faith of Daruma is combination of Shinto and Buddhist. Daruma as a lucky symbol and success symbol. The character of Daruma is attributed to magic. Daruma does not an objects of worship, but the emblem (symbol) for symbolism Shinto and Buddhist.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Atka Savitri
"Berdasarkan pendapat seorang tokoh kulit hitam, W.E.B. DuBois yang mengatakan bahwa kaum kulit hitam di Amerika selalu berada dalam dua keadaan yang tidak sempurna (mereka merupakan bagian dari Afrika dan juga bagian dari Amerika), maka tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melihat sejauh mana keadaan mendua atau dualisme tersebut mempengaruhi diri salah seorang penyair Harlem Renaissance yaitu Langston Hughes. Dibantu dengan data sejarah sosial kaum kulit hitam di Amerika, teknik penelitian yang digunakan adalah analisis tekstual terhadap delapan puisi Langston Hughes. Adapun kedelapan puisi yang ditulisnya antara tahun 1921 hingga 1931 adalah sebagai berikut, The Negro Speaks of Rivers yang ditulis pada tahun 1921, My People (1922),Negro (1922), Afro American Fragment (1930), I Too (1924), Our Land (1924), As I Grew Older (1926), serta Union (1931). Empat puisi pertama mengungkapkan pandangannya terhadap Afrika dan kaum kulit hitam. Sedangkan keempat puisi berikutnya mencerminkan pandangannya terhadap rasialisme dan demokrasi di Amerika. Dari analisis tekstual terhadap kedelapan puisi tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perkembangan sikap dalam diri Langston Hughes. Puisi-puisi yang di tulisnya pada awal tahun 1920-an menunjukkan sikap optimis penyair. Sebaliknya, pada puisi-puisi yang ditulis pada tahun berikutnya, tampak sikap pesimis disertai protes penyair terhadap sistem sosial dan masyarakat. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa dualism yang dialami oleh Langston Hughes terletak pada keragu raguannya dan ketidakpastiannya dalam menempatkan dirinya sebagai seorang yang berasal dari Afrika, namun lahir dan dibesarkan di Amerika. Sebagai seorang kulit hitam yang berasal dari Afrika, ia bangga akan identitasnya namun ia tidak mengenali benua Afrika . Baginya, tanah airnya adalah benua Amerika, meskipun Ia membenci sistem sosial yang berlaku di benua tersebut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Aryandini Sumaryoto
"Studi ekologi mengajarkan adanya hubungan antara suatu spesies dengan lingkungannya secara keseluruhan, dan hubungan saling ketergantungan dari semua bagian bumi dalam hubungan sistemik: lapisan bawah geofisik, atmosfir dan iklim, tanaman dan binatang. Juga ternyata bumi tergantung pada matahari sebagai sumber energinya dan bulan yang berpengaruh terhadap pasang surut air (Campbell 1985:6; 194-195).
Untuk menerangkan bagaimana bentuk hubungan saling ketergantungan itu, diambil sebagai unit dasar analisis adalah ekosistem, yang dapat didefinisikan sebagai suatu kawasan alam yang terdiri atas organisme hidup dan unsur-unsur inorganik yang berinteraksi untuk mempertukarkan materi. Sebagai contoh dapat diambil suatu ekosistem hutan atau kolam, dimana diperlihatkan hubungan timbal batik dan adanya ketergantungan satu soma lain antara spesies binatang dan tanaman, demikian juga pada bahan kimia inorganik dalam lingkungan itu (Ibid.:7 mengambil dari Odum 1971).
Dalam ekosistem itu terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan homeostatic, yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Reksasoedarmo, Kartawinata dan Soegiarto 1986:15). Lebih lanjut Odum mengatakan " By steady-state, we mean a self-adjusting equilibrium or balance condition relatively immune to at least small-scale disturbances ("Dengan keadaan seimbang, kita maksudkan suatu ekuilibrium yang menyelaraskan diri atau kondisi seimbang yang relatif tahan paling tidak terhadap goncangan-goncangan berskala kecil") (Odum 1983:4). Odum juga menjelaskan bagaimana setiap unsur dalam ekosistem itu menduduki habitat dan relungnya masingmasing (Campbell 1985:8;14).
Sedang ekologi manusia mempelajari adanya hubungan yang erat antara manusia dan lingkungan (termasuk faktor-faktor seperti iklim, tanah), dan pertukaran energi dengan makhluk hidup lainnya, termasuk tanaman, binatang, dan kelompok manusia lainnya (Ibid.:6-7). Dan ekologi budaya mempelajari bagaimana cara kebudayaan suatu kelompok manusia beradaptasi dengan sumberdaya lingkungannya dan terhadap eksistensi dari kelompok manusia lainnya (ibid.:7; Steward 1977:43)."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Dennis Prasetyo
"Setelah melalui pembahasan ketiga novel Virginia Woolf yang berjudul The Voyage Out, Mrs.Dalloway dan To the lighthouse, terlihat adanya perubahan pandangan terhadap kehidupan yang tercermin dalam tokoh-tokoh utama novel-novel. Pada mulanya tokoh-tokoh utama memandang kehidupan dengan pessimistic sekali, namun pada akhirnya mereka da_pat menerima kenyataan-kenyataan dalam kehidupan tanpa mengharapkan lebih dari yang ada dan tanpa ada rasa penyesalan dalam dirinya. Namun sebelum saya menerangkan lebih jauh mengenai hal tersebut diatas, terlebih dahulu, saya menerangkan atau menyimpulkan bagaimana perkembangan Virginia Woolf dalam mengungkapkan tema pokoknya, yaitu, pandangan terhadap kehidupan tokoh-tokoh utamanya, dalam ke tiga karyanya yang berjudul The Voyage Out, Mrs. Dalloway, den To the Lighthouse. Pertama-tama terlihat perkembangan dalam masalah pokok dan lingkungan sosial yang melingkupi tokoh-tokoh utama. Dalam novel pertamanya, berjudul The Voyage Out , masalah pokok yang meliputinya adalah masalah percintaan, yaitu, bagaimana sepasang kekasih yaitu Rachel dan Terence Hewet mengalami kesulitan dalam mencapai suatu titik temu"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S13691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Sastrowardoyo
"Alasan dan tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengungkapkan Perjuangan Tokoh Tragis dalam usaha merubah nasibnya.Metode yang saya pakai dalam Pembahasan novel-novel ini adalah metode deskriptis-analistis yang meneliti karya sastra dari unsur-unsur dalam karya sastra itu dan berdasarkan penelitian kepustakaan. Mengenai basil penelitian karya tulis ini adalah seba_gai berikut. Saya mencoba mewujudkan gambaran dimana manusia itu ternyata tidak dapat lepas dari berbagai faktor. Saya melihat misalnya manusia tidak dapat lepas dari faktor lingkungan baik masyarakat, keluarga maupun lingkungan alamnya. Disamping itu, manusia juga tidak dapat lepas dari sifatnya. Yang dimaksud dengan faktor sifat adalah kelemahan manusia yang ada dalam dirinya. Contohnya harga diri yang terlalu besar, ambisi untuk berkuasa dan sebagainya. Faktor lain yang cukup berperan adalah faktor turunan atau Heredinty. Ketergantungan manusia terhadap faktor-faktor tersebut menyebabkan ia tidak dapat lepas dari nasibnya. Bagaimana_pun ia berusaha menjauhi nasibnya, ia akan selalu terperang_kap kembali.Kesimpulan akhir adalah bahwa nasib atau tujuan akhir dari hidup itu tidak dapat diramalkan. Kadang kala usaha ma_nusia untuk merubah nasibnya hanya akan menjerumuskan diri_nya ke arah malapetaka. Hal ini juga dialami oleh tokoh tokoh tragis dalam 3 novel T. Hardy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Winarni Suleiman
"Setelah saya menganalisa masing-masing novel dari segi pengaruh modernisasi terhadap tokoh-tokoh novel Hardy yang tinggal di pedesaan, maka dapat saya mengambil kesimpulan, bahwa pengaruh modernisasi terhadap pedesaan mempunyai dua akibat. Yang pertama adalah akibat positif, misalnya dalam bidang pertanian, dengan masuknya mesin-mesin, maka produksi pertanian akan meningkat. Selain itu metode-metode baru mulai dikenal. Dengan demikian ilmu pengetahuan para petani dalam bidang pertanian menjadi maju. Misalnya mereka dapat meningkatkan hasil pertanian mereka dengan adanya pupuk-pupuk buatan. Metode lama dalam penanaman bibit diganti dengan metode baru. Penghitungan dengan cara lama seperti yang dilakukan para petani mulai ditinggalkan. Dengan demikian waktu dapat dipergunakan secara efisien. Contoh diatas dapat kita lihat dalam novel Thomas Hardy yang berjudul The Mayor of Casterbridge seperti apa yang telah dilakukan oleh Farfrae. Demikian pula halnya dalam bidang pendidikan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilastuti Sunarya
"Setelah melihat perjalanan karir T.S. Eliot sebagai sastrawan, maka dapat disimpulkan bahwa pandangan dunia Eliot yang tercermin dalam karya-karya puisi dan karya-karya dramanya bukanlah merupakan suatu perubahan yang bertolak belakang. Mungkin lebih tepat bila dikatakan bahwa perubahan ini lebih merupakan perkembangan pandangan dunia sang sastrawan. Jika dalam karya-karya puisinya pertanyaan Eliot akan kelanjutan nasib manusia modern yang secara spi_ritual begitu kering belumlah terjawab, maka tampaknya jawaban itu telah ditemukannya dalam karya dramanya. Tampaknya Eliot telah menemukan jawaban atas pertanyaannya dan menganggap bahwa dengan berpegang kepada agama dan menjalankan ajaran cinta kasih terhadap sesama maka manusia dapat mengatasi kekeringan jiwanya. Eliot sendiri telah menegaskan pendapatnya ini melalui kata-kata berikut: ... it is doubtful whether civilization can endure without religion (Thorp, 1965: 298). Inilah perkembangan pandangan dunia Eliot yang tercermin dalam karya--karya dramanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noneng Fatonah
"Penelitian mengenai nilai-nilai moral yang tercermin dalam manga Doraemon bertujuan untuk menjelaskan nila-nilai moral seperti apa yang tercermin dalam manga Doraemon yang dapat dijadikan sumber pembelajaran moral bagi anak-anak Jepang. Dasar teori yang digunakan adalah teori amae menurut Takeo Doi, teori Giri Ninjou menurut Ruth Benedict, teori kejujuran dan kesetiaan menurut Izano Nitobe. M etode yang digun akan adalah studi pustaka. Data yang penulis peroleh, penulis kumpulkan, baca dan dicari data-data yang relevan dengan penelitian. Setelah itu, data-data tersebut penulis pahami dan interp retasikan sendiri, kemudian penulis deskrip sikan kembali dalam skrip si ini. Setelah memaparkan sejumlah data dan menganalisisnya, pada akhir penelitian ditarik kesimpulan bahwa dalam manga Doraemon tercermin nilai moral amae, giri, ninjou, kesetiaan dan kejujuran yang diperlihatkan oleh sikap dan perilaku tokoh-tokoh dalam manga Doraemon"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13752
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jumsari Jusuf
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI , 1994
091 JUM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>