Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Fuad
"Skripsi ini meninjau pandangan Maslow tentang manusia melalui kerangka yang disusun oleh penyusun buku 'Thories of personality' yaitu Ziegler dan Hjelle. Dari-buku ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa Maslow memiliki pandangan tentang manusia secara optimis dan banyak kemiripan dengan tema-tema filosofis dalam eksistensialisme dan fenomenologi. Selain itu Maslow merupakan tokoh psikologi, maka penulis berusaha menghubungkan filsafat dengan psikologi melalui pandangan Maslow sendiri sebagai pencetus psikologi humanistik dengan berbagai tema filsafat manusia dan budaya. Karena Maslow dan psikologi humanistiknya mengkritik pandangan tentang manusia menurut aliran psikologi (selainnya), maka penulis menghubungkan pandangan Maslow tersebut dengan situasi saat ini, khususnya relevansi pandangannya tersebut dengan kehidupan manusia di Indonesia. Akhirnya, tema-tema filosofis seperti tentang kebahagiaan, hakikat pendidikan, kebenaran, hakikat manusia dalam masyarakat dan potensi manusia oleh penulis diungkapkan sebagai tambahan atas konsepsi Maslow tentang manusia. Hal ini sangat berkaitan karena memang tema-tema tersebut pada dasarnya membicarakan persoalan manusia dan kemanusiaan juga. Dapat penulis simpulkan bahwa pandangan Maslow tentang manusia masih tetap relevan dengan kehidupan manusia saat ini, termasuk di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S16180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Ongkowidjaja
"ABSTRAK
Melalui penulisan tesis ini pada dasarnya penulis mencoba menemukan pnnsip-prinsip yang mendasari adanya kebutuhan akan hak-hak azasi manusia. Bagaimana keterkaitan antara konsep gambaran manusia dengan tuntutan-tuntutan atau hak-hak azasi itu? Dan bagaimana menempatkan hak azasi manusia di dalam konteks yang sesuai? Jawaban terhadap masalah itulah yang hendak dikemukakan lewat tesis ini.
Dalam hipotesis penulis berasumsi bahwa setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini, sama-sama memiliki hak untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Namun demikian, terdapat konsep yang berbeda-beda mengenai gambaran apa yang dimaksud dengan ?manusia seutuhnya?. Karena perbedaan persepsi tentang gambaran manusia seutuhnya, maka mengakibatkan tuntutan akan hak-hak azasi yang berbeda pula. Dengan demikian, penulis berasumsi bahwa ada keterkaitan erat antara konsep citra manusia dengan tuntutan hak azasi manusia.
Pertama-tama penulis memperlihatkan prinsip Hukum Kodrat sebagai dasar legitimasi hak-hak azasi manusia khususnya lewat pemahaman John Locke. Hukum Kodrat dipandang identik dengan hukum alam dan merupakan hukum moral bagi manusia untuk mengetahui tentang yang adil dan yang tidak. Bagi John Locke Hukum kodrat adalah perintah dari Tuhan, karena itu bersifat mengiat manusia. Tuhan mempunyai kuasa untuk mewajibkan manusia melakukannya. Hukum kodrat hanya bisa dipengerti oleh makhluk rasional.
Menurut Locke manusia secara kodrati bersifat rasional, sehingga terdapat keselarasan antara hukum kodrat dan rasio manusia. Sekali manusia dilahirkan ia memiliki kesempatan untuk hidup dan menikmati kehidupan itu sendiri. Semua manusia yang dilahirkan memiliki derajat yang sama, sehingga tidak boleh saling merugikan. Jadi, gambaran manusia yang seutuhnya adalah manusia yang dapat menikmati hidup dan benda-benda yang menjadi miliknya, sesuai dengan usaha dan masing-masing individu.
Dalam rangka itu, maka tuntutan hak yang dibutuhkan adalah hak atas hidup, hak atas kebebasan dan hak atas milik pribadi. Dan hak azasi itu diperoleh berdasarkan pemberian dari Tuhan.
Kedua penulis memperlihatkan prinsip utilitarianisme sebagai dasar dalam pembemtukan hak azasi manusia, khususnya lewat pemahaman John Stuart Mill. Utilitarianisme sendiri dimengerti sebagai suatu pemahaman yang menekankan aspek kegunaan atau manfaat bagi John Stuart Mill di dalam kesenangan-kesenangan ada perbedaan-perbedaan kualitatif intrinsik. Patokan untuk melihat perbedaan kwalitatif intrinsik ini mengacu pada cita-cita tentang manusia, di mana manusia melakukan kesenangan itu dalam rangka atau berguna untuk mengembangkan dan menyempurnakan kodratnya sebagai manusia.
John Stuart Mill memahami bahwa manusia dilahirkan bukan dalam keadaan yang utuh - sempuma. Karena itu ia membutuhkan sarana untuk berkembang dan menyempumakan dirinya sebagai manusia. Masing-masing manusia memiliki perbedaan watak, dan karena keunikan inilah maka manusia membutuhkan keleluasaan untuk berkembang ke arah jadi dirinya. Di sini terdapat aspek individualitas. Pola dasarnya manusia dilahirkan makhluk rasional, maka kebahagiaan terletak pada kebebasan untuk berpikir dan berdiskusi.
Untuk itu perlu ada jaminan akan kebebasan untuk berpikir dan berdiskusi, kebebasan untuk bertindak sesuai dengan pendapatnya, sejauh tidak merugikan orang lain - di dalam rangka idividualitasnya. Selanjutnya dibutuhkan batas-batas wewenang masyarakat atas individu. Dalam hal ini pada dasarnya hak azasi manusia diperoleh berdasarkan solidaritas manusia yang hidup di dalam suatu masyarakat.
Ketiga, penulis memperlihatkan suatu pemahaman yang didasarkan pada filsafat Eksistensial-humanistik, yaitu suatu pemahaman yang menekankan adanya atau kehadiran atau eksistensi manusia yang memiliki values baik pada dirinya sendiri, maupun dalam kaitannya dengan semesta. Untuk itu penulis berusaha memaparkan pendekatan psikologis eksistensiat-humanistik Abraham Maslow.
Bagi Abraham Maslow manusia bereksistensi di dunia yang tidak kosong karena ada banyak individu di dalamnya. Manusia memiliki nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat hierarkhis dan ia pun memiliki potensi-potensi alamiah, serta kemampuan untuk berkembang secara psikolagls. Setiap individu pada dasarnya dapat mengembangkan dirinya semaksimal mungkin ke arah aktualisasi diri.
Menurutnya manusia yang seutuhnya adalah manusia yang sudah mencapai taraf teraktualisasikan dirinya. Karena konsep manusia yang seutuhnya adalah manusia yang mengaktualisasikan din secara maksimai, maka ada prakondisiprakondisi yang dibutuhkan (dapat dilihat sebagai hak azasi) individu yang harus tercipta dalam suatu masyarakat. Prakondisi-prakandisi itu adalah Kemerdekaan untuk berbicara, Kemerdekaan untuk melakukan apa saja - sejauh tidak merugikan orang lain, kemerdekaan untuk menyelidiki, kemerdekaan untuk mempertahankan atau membela diri, adanya nilai-nilai atau prinsip yang beriaku atau diyakini dan dijamin, seperti keadilan, kejujuran, ketertiban, kewajaran. Dengan demikian prakondisiprakondisi yang dapat dilihat sebagai HAM dalam bahasa hukum adalah hak-hak yang tercipta atas dasar kreativitas manusia.
Melalui penelusuran ini, maka penulis menyimpulkan secara induktif bahwa pertama, terdapat prinsip-prinsip yang mendasar timbulnya kebutuhan akan HAM, yaitu prinsip Hukum Kodrat, di mana HAM diperoleh berdasarkan pemberian Tuhan; prinsip utilitarianisme, di mana HAM diperoleh berdasarkan pengakuan antar manusia yang sating berbagi dan bekeija sama atau salidaritas manusia; prinsip eksistensial humanistik, di mana HAM diperoleh melalui krativitas manusia yang bereksistensi di dalam zaman. Kedua, Terdapat kaitan yang sangat erat antara gambaran mansuia dengan hak-hak yang dibutuhkannya. Melalui kesimpulan itu, maka muncul kesimpulan ketiga bahwa gambaran-gambaran tentang manusia pada zaman dan budaya tertentu berbeda. Karena itu muncullah hak-hak yang bersifat umum dan hak-hak yang bersifat khusus. Dengan demikian HAM dapat ditempatkan dalam konteksnya dengan mempbrhatikan aspek universal dan regional.
Berkenaan dengan situasi aktual yang sedang terjadi di Indoensia, maka penulis menekankan betapa penting HAM yang didasari dengan konsep gambaran yang jelas tentang siapa manusia. HAM dilihat menjadi suatu sistem nilai atau etika di dalam menggunakan kekuasaan. HAM juga menjadi suatu etika di dalam membangun bangsa dan negara atau di dalam menyusun strategi kebudayaan itu sendiri.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Timoteus S.
"Di dalam Bab I dibicarakan latar belakang psikologi humanistik yaitu eksistensialisme dan unsur-unsur humanistik. Psikologi humanistik adalah suatu aliran psikologi yang dipelopori oleh Abraham. H. Maslow yang disebut kekuatan ketiga, dimana sebelumnya telah muncul psikoanalisa Sigmund Freud dan behaviourisme Watson dan Skinner. Psikologi humanistik telah meniupkan angin segar karena memandang manusia sebagai eksistensi yang utuh dan humanis. Eksistensialisme mempengaruhi teori motivasi A.H.Mas low ecara implisit, sedangkan pengaruhnya secara eksplisit tampak jelas pada tema aktualisasi diri dan kebebasan. Aktualisasi diri merupakan nilai tertinggi dalam eksistensialisme dan begitu pula dalam teori motivasi A.H. Maslow yang dibicarakan dalam Bab II.
Dalam Bab II dibicarakan teori motivasi A.H. Maslow yang merupakan suatu hirarki kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan kebersamaan, kebutuhan harga diri dan terakhir kebutuhan aktualisasi diri. A.H. Maslow berpendapat bahwa susunan hirarki kebutuhan itu merupakan organisasi yang mendasari motivasi manusia. Semakin individu itu mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya yang relatif lebih tinggi, maka individu itu akan semakin mampu mencapai individualitasnya, artinya lebih matang kepribadiannya. A.H. Maslow juga membedakan motivasi menjadi dua yaitu motivasi defisiensi (D-motives) dan motivasi pertumbuhan (B-motives). Motivasi defisiensi adalah motivasi yang bersangkut paut dengan kebutuhan-kebutuhan dasar. Sasaran utama dari motivasi defisiensi adalah mengatasi peningkatan tegangan organismik pada individu karena defisiensi. Berbeda dengan motivasi defisiensi, maka motivasi pertumbuhan (metaneeds) adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk merealisir potensi-potensinya. Jika motivasi pertumbuhan tidak terpenuhi, maka individu akan sakit secara psikologis yang disebut metapatologi. Sebagai contoh: Jika seseorang mengalami gangguan motivasi pertumbuhan seperti kebenaran, maka metapologi yang muncul adalah kehilangan kepercayaan, sinisme, skeptisisme, kecurigaan pada orang tersebut.
Pada Bab III, dibicarakan teori aktualisasi diri A.H. Maslow yang merupakan kebutuhan tertinggi dari teori motivasinya. Untuk mencapai taraf ini maka terlebih dahulu harus dipenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Orang-orang yang telah berhasil mengaktualisir dirinya memiliki ciri-ciri khas yaitu kemampuan menangkap rea1itas secara akurat dan sepenuh -penuhnya; menaruh hormat kepada dirinya sendiri dan orang lain; penuh spontanitas, kesederhanaan, kewajaran; mempunyai komitmen moral yang tinggi; menunjukkan kemandirian yang lebih besar; kemampuan memberikan apresiasi; mengalami peak experiense, seperti pengalaman religius yang tinggi; mempunyai kreativitas yang tinggi, dan lain-lain.
Dalam Bab IV, diuraikan tentang kreativitas karena orang-orang yang telah mengaktualisir diri memiliki daya kreativitas yang tinggi. Kreativitas bukan hanya tercermin dalam suatu produk atau ciptaan baru, melainkan juga dalam sikap. A.H. Maslow membedakan antara special talent creativeness, seperti bakat musik, melukis dan lain-lain, dan self actualizing (SA) creativeness, yang merupakan perwujudan dari keseluruhan kepribadian yang tampil dalam kehidupan sehari-hari. Menurut A.H. Maslow terdapat perbedaan antara kreativitas primer dan sekunder, begitupula antara proses primer dan proses sekunder. Apabila kreativitas menggunakan kedua proses yaitu proses primer dan sekunder sekaligus dalam proporsi dan urutan yang seimbang, maka disebut integritas creativity, dan dari kreativitas yang terintegrasi ini timbul karya agung dalam seni, ilmu pengetahuan dan falsafah.
Setelah kita membicarakan kreativitas dalam Bab IV, maka dalam Bab V akan dibahas kaitan antara kreativitas dan manajemen. Manajemen berarti proses untuk mengadakan sarana dan sumder daya serta mempergunakannya sedemikian rupa sehingga berhasil mencapai sasaran dengan efektif dan efisien. Dalam manajemen penting sekali membuat analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity, Threath) . Kalau peluang (Oppurtunity) dan kekuatan (Strength) cukup besar, padahal kelemahan (Weakness) dan a ncaman (Threath) sangat kecil , maka situasi ini merupakan petunjuk bahwa sasaran tepat dicapai dalam jangka pendek. Begitu pula sebaliknya. Seluruh jajaran dalam manajemen dituntut mempunyai daya kreativitas yang tinggi supaya sasaran manajemen tercapai dengan tepat. Namun untuk mengaktualisir kreativitas secara optimal sargat tergantung pada motif-motif individualnya. Sehubungan dengan itu, setiap manajer per1u mengetahui teori motivasi pada umumnya dan teori motivasi A.H. Maslow pada khususnya. Dengan demikian jelas kiranya bagi kita bahwa terdapat korelasi yang erat antara motivasi, kreativitas dan manajemen.
Sumber daya manusia adalah tema sentral dalam marajemen Oleh karena itu dalam Bab IV, A.H. Maslow melontarkan asumsi asumsi dasar tentang manusia. A.H. Maslow berpendapat bahwa manusia adalah mahluk yang bebas, mahluk yang rasiona1; mahluk yang harus di1ihat secara menye1uruh, mahluk yang berubah, dan mahluk yang tidak dapat diketahui sepenuhnya. Penulis sependapat dengan asumsi-asumsi dasar tentang manusia menurut A.H. Maslow, karena penolakan terhadap asumsi asumsi dasar tersebut manusia akan diperlakukan sebagai robot dan teralienisir. Kesimpulan yang terpenting dapat dikatakan bahwa pekerjaan dapat menjadi psikoterapi, psikogogik yang dapat membuat masyarakat dapat mercapai taraf aktualisasi diri. Pekerjaan adalah suatu hubungan timbal balik dalam masyarakat serta menimbulkan organisasi yang sehat dan pekerjaan cenderung untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Akhirnya dapat dikatakan pekerjaan dapat memperbaiki diri masyarakat dan dunia dalam arti suatu utopia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This article is focused on systematic explanation of Abraham Kuyper's though on calvinism and science. Some of significant contributions of calvinism are the theological foundation of science and its liberation from church's invasion. This article uses a philosophical approach in its methodology and not a theological one. Therefore, I frequently make critical dialogues with the philosophy of science in reading and analyzing Kuyper's Nation. Final ending of this research is an articulation of its implications to the ethics of science. On this point, I will consider the contribution of David Resnick"
SODE 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggono Wisnudjati
"Permasalahan tentang siapakah aku yang sebenarnya merupakan permasalahan pokok di dalam filsafat manusia. Permasalahan ini belum memiliki jawaban yang tuntas dan menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh karena manusia dapat dilihat dari berbagai macam segi _ Salah satunya adalah dari segi jiwa dan tubuhnya. Plato merupakan salah satu filsuf yang berefleksi tentang manusia dari segi jiwa dan tubuhnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S15996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koosinah Suryono Sastrohadikusumo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S16137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Riyanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leahy, Louis, 1927-
Jakarta: Gramedia, 1988
128 Lea s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lewuk, Peter
Jakarta : Forum Studi & Komunikasi , 1995
181.16 LEW k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riyati Yarmani
"Skripsi ini mencoba untuk menyajikan salah satu pemikiran Bertrand Arthur William Russell tentang Atomisme Logis. Tujuan Atomisme Logis ialah menjelaskan hakekat bahasa dan realitas. Pengetahuan memerlukan bahasa sebagai alat. Dengan bahasa, seseorang dapat mengungkapkan pendapatnya, dan meyakinkan orang lain bahwa sesuatu hal yang dikemukakan itu mempunyai landasan yang cukup kuat. Dalam bukunya Irving M. Copi yang berjudul Introduction to Logic dikatakan bahwa bahasa mempunyai fungsi informatif, ekspressif, direktif, seremonial dan performatif. Fungsi bahasa yang pertama ialah untuk mengatakan informasi komunikasi. Bahasa digunakan untuk prosisi menyatakan atau proposisi menolak, atau untuk memberikan argumen-argumen. Tulisan atau ceramah informatif digunakan untuk menggambarkan dunia, dan pengertian mengenai hal tersebut. Apakah fakta-fakta yang digambarkan itu penting atau tidak penting, umum atau khusus tidak menjadi soal, dalam setiap kasus bahasa digunakan untuk menggambarkan atau melaporkannya. Dengan kata lain fungsi informatif menggambarkan dunia fakta atau realitas. Faham yang umum mengenai bahasa selama ini, bahwa bahasa tersebut merupakan alat mengungkapkan pikiran dan pendapat seseorang. Pemikiran manusia itu mendapat bentuk dalam bahasa, yang mampu member penjelasan yang baik dan betul. Akan tetapi penyelidikan Russell mengenai bahasa menghasilkan suatu pandangan baru. Russell bersama Moore dengan metoda analisa menganalisa bahasa. Menurut Moore, bahasa sehari-hari merupakan sumber akal sehat yang sudah mencukupi. Tetapi menurut Russel metoda analitis Moore belum memuaskan, karena bahasa sehari-hari kurang cocok. Kita dapat menyelidiki susunan kenyataan melalui analisa bahasa, karena memang bahasa merupakan suatu cermin dari kenyataan,tetapi agar cermin ini berfungsi dengan baik, kita harus menyempurnakan bahasa. Kita harus menciptakan suatu bahasa ideal yang secara logis sempurna. Bahasa yang secara logis sempurna terdiri dari unsur yang disebut atom-atom logis yang merupakan suatu deskripsi dari fakta-fakta atomis. Menurut penulis, atomis logis menjadi jelas, dengan diuraikan epistemologis Russell dari buku Problems of Philosophy sebagai pengantar untuk mengetahui pengetahuan realitas dan fakta, logika dan penerapan bahasa yang menguraikan proposisi."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>