Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155679 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria A. Wikantari
"Para linguis seperti Den Hertog (1973), Van Den Toorn (1976) dan Geerts. et x1.(1984) mengatakan bahwa Numeralia Pokok Indefinit adalah numeralia yang mengatakan jumlah suatu benda yang tidak pasti. Numeralia Pokok Indefinit dapat dianalisis dari beberapa segi yaitu morfologis, sintaktis dan semantis. Yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini adalah Numeralia Pokok Indefinit mana sajakah yang dapat atau tidak dapat mengalami perubahan morfologis, apa sajakah kemungkinan-kemungkinan penggabungan sintaktis Numeralia Pokok Indefinit dan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asteria Triyanti Wara Pratiwi
"Adanya keinginan untuk mengetahui proses pembentukan kata berprefiks on-, ont- dan wan- dalam bahasa Belanda dan bagaimana pengaruh penambahan prefiks-prefiks tersebut merupakan langkah awal penulisan skripsi ini. Langkah berikutnya adalah melakukan pembahasan secara morfologis dan semantis dari kata-kata berprefiks tersebut. Sebagai tujuannya, selain mencari pembatasan pembentukan kata berprefiks on-, ont- dan wan-, juga ingin memberikan deskripsi mengenai prefiks-prefiks tersebut. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara morfologis prefiks on- dan wan- dapat berkombinasi dengan N, A dan V. Sedangkan prefiks ont- hanya dapat berkombinasi dengan N dan A. Secara semantis prefiks on- dan ont- dapat meninmbulkan makna 'mengingkari, menegasikan atau menjadikan lawan makna' kata yang disebutkan bentuk dasarnya. Prefiks wan- menyatakan makna kategori 'salah', 'buruk' atau 'keliru'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moeharti Soesani Moeimam
"Ktiga tipe ajektiva berakhiran -ing,-ering, dan -achting dapat berpangkal dari bentuk pokok berkelas kata sama, tetapi apakah setiap bentukpokok yang sama memiliki kemungkinan sama untuk menghasilkan tiga tipe ajektiva ini.Kemampuan -ing,-ering, dan achtig berkombinasi dengan suatu bentuk pokok dalam menghasilkan suatu kata baru adalah masing-masing tidak sama. Dalam proses pembentukan kata baru ini, ditemui adanya pembatasan berupa hambatan dari sestem pembentukannya, sehingga hambatan ini dapat dignakan sebagai patokan untuk menentukan prose pembentukan kata."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S15903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armiyanti T. Lestari
"Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan sangat mempengaruhj perkembangan dan pembentukan istilah baru dalam suatu bahasa; misalnya dengan berkembanganya komputer maka timbul kata-kata baru yang berhubungan dengan bahasa komputer. Banyaknya gagasan atau pikiran baru tersebut menyebabkan penutur bahasa membentuk kata-kata baru dari kata-kata yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, misalnya dengan penggabungan kata (nomina dengan nomina, adjektiva dengan nomina, verba dengan verba dsb). Berkaitan dengan pembentukan kata, dalam skripsi ini saya akan melakukan analisis terhadap salah satu jenis atau care pembentukan kata dalam bahasa Jerman, yaitu komposita, seperti yang dikemukakan oleh Th. Lewandowski (1985 : 557) : komposita adalah suatu jenis ataupun bentuk dari pembentukan kata (Wortbii_dung); penggabungan kata (Wortzusammensetzung). Dalam bahasa Jerman komposita merupakan cara yang paling sering digunakan untuk membentuk kata-kata baru dan merupakan pola pembentukan kata yang paling panting (selain ---> derivasi dan prefiksasi); penggabungan dua morfem bebas atau lebih, misalnya Fahrkartenverkaufsschalter. Sebagai salah satu cara atau jenis pembentukan kata, penggabungan kata bukan hanya merupakan gabungan dua atau lebih morfem bebas tetapi penggabungan kata juga mengubah atau menambah makna baru pada kata atau istilah baru yang dibentuknya. Kamposita ada bermacam-macam, yaitu komposita verbal (contoh: bekanntmachen, teilnehmen), komposita nominal (contoh: Landebahn, Waschtag), komposita adjektival (contoh: brusthoch, hellrot), dan komposita adverbial (contoh: vorderhand, beinahe). Pokok penulisan skripsi ini adalah komposita nominal..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, R. Mawarni
"meniliti bilamana verba majemuk dapat di pisahkan dan bilamana tidak dapat dipisahkan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Termiorshuizen, Gerard
Jakarta , 1981
R 439.313 Ter k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hamdan Basyar
"/wa/ merupakan salah satu partikel dalam Bahasa Arab, seperti halnya 'aw, 'an, min dan yang lainnya. Sebagai partikel, /wa/ mempunyai peranan yang sangat rumit dalam struktur gramatikal Arab. Contoh ujaran berikut akan memperlihatkan hal itu. Masya Muhammadun wa hasanun _Muhammad dan Hasan berjalan_; masya muhammadun wa al-nila _Muhammad berjalan bersama sungai nil_ (=sepanjang); nama _umaru wa yaduhu _ala ra_sihi _ Umar tidur, sedang tangannya diatas kepala _; wa al-layli _ _ Demi malam _; wa laylin ka mawji al-bahri _arkha sudulahu _alayya _Beberapa malam bagaikan ombak laut, telah menurunkan layarnya di atasku_; wa zaydah _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S13273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moeharti Soesani Moeimam
"Teori dari Keenan dan Comrie (1977), hierarki keterjangkauan/HT (accessibility hierarchy), digunakan sebagai ancangan awal untuk tin¬jauan perbandingan antara klausa relatif bahasa Belanda dan bahasa Indonesia berdasarkan pertimbangan bahwa teori ini pernah diterapkan oleh Keenan dan Comrie pada pembahasan baik klausa relatif dari bahasa Indo Eropa (misaInya bahasa Jerman) maupun klausa relatif dart bahasa Austronesia (misalnya bahasa Batak Toba). Hierarki keterjang¬kauan adalah suatu teori yang memperlihatkan adanya hierarki, sebagai ciri utama dari kaidah berimplikasi, dari posisi-posisi frasa nominal. Posisi frasa nominal itu didasarkan pada fungsi dari suatu konstituen (dalam hal ini: penghubung) yang koreferensial dengan konstituen in¬duk (dalam hal anteseden) dalam klausa relatif. Apabila dalam suatu bahasa terdapat suatu bentuk klausa relatif, berarti terdapat penggunaan P (berkoreferensi dengan anteseden) dengan fungsi tertentu dalam klausa relatif yang sejajar dengan posisi frasa nominal dalam HT.
Hasil penerapan HT pada klausa relatif bahasa Belanda menunjukkan ketaatan bahasa itu terhadap kaidah berimplikasi dari HT. Penentuan posisi frasa nominal yang didasarkan pada fungsi penghubung dalam klausa relatif dengan mudah dapat dilakukan. Berbeda dengan bahasa Belanda, penerapan HT pada bahasa Indonesia mengalami hambatan. Fungsi penghubung dalam klausa relatif bahasa Indonesia perlu lebih dahulu di. identifikasikan. Berdasarkan pengidentifikasian tersebut, terlihat bahwa di dalam bahasa Indonesia pembedaan antara OL dan OTL, seperti dalam bahasa Belanda, tidak relevan. Dengan pembedaan antara OL dan OTL tidak relevan, berarti teori HT (SU > OL > OTL KM >GEN OPEM) sebenarnya (Adak berlaku untuk bahasa Indonesia. Untuk itu, dalam penelitian ini, sesuai dengan keadaan bahasa Indonesia, disusun model teori lain dengan prinsip hierarki yang dipertahankan tetap se¬jajar dengan teori HT. Dalam model teori ini, posisi tidak lagi di¬dasarkan pada fungsi penghubung tetapi pada peran penghubung dalam klausa relatif, sehingga terbentuk model teori seperti berikut:"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
T39934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atajudin Nur
"Bahasa Belanda-Pecuk adalah bahasa orang Belanda--Indo yang lahir pada abad ke-18, digunakan sebagai bahasa pergaulan antara tentara Belanda dengan penduduk asli serta masyarakat Belanda-Indo di Hindia Belanda. Istilah Pecuk di kalangan Belanda-Indo diperkenalkan oleh Tjalie Robinson, penulis berdarah Belanda-Indo yang banyak menggunakan bahasa Belanda-Pecuk dalam setiap karyanya. Dengan terbitnya buku Ik en Bentiet pada tahun 1976, maka istilah Belanda-Pecuk menggantikan istilah bahasa Belanda-Indo. Sebagai bahasa kreol, otomatis, Bahasa Belanda-Pecuk memiliki karakteristik sebagai bahasa pijin dan kreol. Bahasa Belanda-Pecuk adalah bahasa pijin yang dipakai sebagai bahasa ibu oleh orang Belanda-Indo. Pengaruh bahasa Melayu Betawi dan Belanda terhadap salah satu bahasa Belanda-Pecuk yang berkembang di Batavia terlihat dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Dapat disimpulkan juga bahwa bahasa Belanda-Pecuk yang berkembang di Batavia adalah bahasa yang menggunakan sebanyak mungkin kosa kata Belanda dengan struktur gramatikal Melayu Betawi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmawati Rahadiani Puspitadewi
"Kata serapan di bidang otomotif yang ditemukan tidak semua mengalami perubahan fonoligis. Hal ini karena kata serapan tersebut sudah sesuai dengan struktur bahasa Indonesia, sehingga tidak perlu berubah lagi. Ada pula kata serapan yang mengalami perubahan bunyi. Perubahan itu terbagi menjadi perubahan fonem, penambahan dan penghilangan fonem. Perubahan fonem terjadi pada vokal dan konsonan, sementara penambahan fonem hanya terjadi pada vokal dan penghilangan fonem terjadi pada vokal maupun konsonan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>