Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nelwaty
"Yang menjadi topik dalam skripsi ini adalah koordinasi dalam Bahasa Belanda. Tipe koordinasi yang ada adalah tiga jenis, yakni asindeton, sindeton dan polisindeton. Tipe konjungsi yang dibahas ada dua belas. Pembahasan tipe koordinasi dengan konjungsi-konjungsinya menyangkut masalah 1) Bentuk, ciri serta fungsi konjungsi koordinasi dan 2) Ciri-ciri, khusus konjungta konjungtanya. Kedua masalah ini diterapkan pada kedua belas konjungsi yang ada. Empat dari dua belas konjungsi ini (en, maar, want dan dus) dibahas dari sudut sintaksis dan semantis. Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian pustaka dan korpus. Pertama-tama penulis mengumpulkan sumber-sumber rujukan pustaka yang berkaitan langsung maupun tak langsung dengan pokok bahasan, kemudian bahasan yang berasal dari sumber pustaka tadi dibuktikan atau dilengkapi dengan penelitian korpus dari berbagai teks. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat utama konjungta haruslah sama fungsi gramatikanya atau sama nilainya. Janis konjungta dapat berupa morfem, kata (kata majemuk), frase, klausa atasan ataupun klausa bawahan. Tipe konstruksi koordinasi yang ada bukan saja tiga tipe di atas namun ada dua tipe lain yang dapat ditambahkan, yakni tipe kalimat elips yang terdiri dari satu konjungsi saja dan tipe yang terdiri dari satu konjungsi dengan satu konjungta. Hal lain yang sering terjadi dalam konstruksi koordinasi adalah 1) proses pelesapan, yakni penghilangan anggota-anggota konjungta yang identik dan tidak bertekanan, 2) proses permutasi, yakni pemindahan urutan konjungta dengan tidak merubah makna kalimat atau dengan kata lain makna kalimat hasil permutasi harus logis dan 3) proses pemecahan atau pemisahan satu konstituen yang berstruktur koordinatif yang disebut solitsina. Akhirnya bentuk lain yang berbeda dengan bentuk koordinasi biasa adalah reeksvormers yang dapat membentuk suatu deret dengan konjungsi dan konjungta yang tidak terbatas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan
"ABSTRAK
Dalam skripsi ini PP bahasa Belanda dibahas dalam kaitannya dengan distribusi dan fungsi sintaksis. Yang dimaksud dengan distribusi tersebut adalah distribusi urutan tempat PP dalam frasa nominal dan letak PP dalam terhadap antesedennya (anafora dan katafora). Sedangkan yang dimaksud yang dimaksud dengan fungsi adalah fungsi PP sebagai dieksis. Dalam meneliti PP ini penulis mengadakan penelitian kepustakaan dan korpus. Pertama-tama penulis mengumpulkan sumber rujukan pustaka yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dnegan PP. Bahasan kemudian dilanjutkan dengan teori-terori yang ada terhadap penelitian itu. Dari hasil penerapan teori-teori tersebut, terdapat suatu hal yang penulis anggap baru, yaitu bahwa PP sebagai dieksi memiliki makna endoforis (makna di dalam wacana). Makna eksoforis PP ditentukan oleh personanya (persona pertama, kedua, dan ketiga), sedangkan makna endoforsis PP ditentukan oleh antesednnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S15960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Riyanto
"Dalam skripsi ini pronomina refleksif (PR) bahasa Be_landa akan dibahas dalam kaitannya dengan kategori, fungsi dan distribusi sintaksis. Selain itu juga akan dibahas ba_gaimana secara semantis relasi antara PR bahasa Belanda dengan anteseden (subjeknya) (relasi anafora dan katafora). Sebagai tambahan praktis juga dibahas mengenai keunikan terjemahan PR bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. Dalam meneliti PR ini penulis mengadakan penelitian pustaka dan penelitian korpus. Pertama-tama penulis mengumpulkan sumber rujukan pustaka yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan PR. Setelah itu bahasan yang berasal dari sumber tadi dilengkapi dengan penelitian korpus.
Dari hasil penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan cukup baser antara PR bentuk pen_dek dan bentuk panjang. Perbedaan tersebut menyangkut fungsi dan distribusi sintaksis, juga proses mengacunya. PR bentuk pendek tidak selalu memiliki fungsi sintaksis, sedangkan PR bentuk panjang selalu memiliki fungsi sintak_sis. Distribusi PR bentuk panjang lebih babas dibanding PR bentuk pendek. Proses mengacunya PR bentuk pendek masih khas refleksif, sedangkan PR bentuk panjang bisa mirip pronomina persona (bisa mengacu ke luar wacana)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S15948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Tota Mariana
"Dalam bahasa Belanda terdapat sejumlah konjungsi . atau kata sambung, seperti: EN, MAAR, OF, WANT, DAT dan sebagainya, yang mempunyal fungsi menghubungkan dua kata, dua bagian klausa atau kalimat, atau dua klausa dan lebih. Dalam skripsi ini kami hanya akan membuat penelitian mengenai konjungsi OF, karena nampaknya konjungsi ini mempunyai fungsi dan makna yang cukup luas. Koenen dalam Verklarend Handwoordenboek der Neder_landse Taal (1975: 900-901) mgnjelaskan bahwa OF mempunyai fungsi dan makna sebagai berikut: konjungsi koordinatif (pevenschikkend voegwoord) yang dipakai untuk menyatakan makna: kontradiksi (uitsluitend tegenstellend) misalnya nampak dalam:Ja of Nee 'Ya atau tidak' menvamakan (gelijkstellend) seperti dalam: een ad verbium of bijwoord 'adverbia atau kata tambahan'. Konjungsi ,subordinatif (onderschikkend voeawoord) yang dipakai untuk menyatakan makna:"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S15962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Pradsna Paramita Djarwo
"ABSTRAK
Jika kita membicarakan masalah gezegde 'predikat' khususnya dalam tata bahasa Belanda, mau tidak mau kita akan menyinggung masalah het werkwoordelijk gezegde ' predikat verbal' dan het naamwoordelijk gezegde 'predikat nominal' . Dalam tata bahasa Belanda baku, hanya ada dua jenis predikat itu yang dikenal. Predikat-predikat tersebut, tidak pernah dipergunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat tunggal, hanya terdapat sebuah predikat. Dari pengamatan kepustakaan yang saya lakukan akan lebih sukar untuk memahami het naamwoordelijk gezegde dari pada het werkwoordelijk gezegde karena naamwoordelijk gezegde untuk selanjutnya akan saya singkat dengan ng - memiliki lebih banyak kekhusussan dilihat dari segi unsur pembentukan, makna dan syarat pemakaian. werkwwodelijk gezegde atau wg dari ng adalah dengan memperhatikan persoonsvorm atau 'py'nya ' verba finit' yaitu salah satu bentuk yang dapat dimiliki oleh suatu verba yang disesuaikan dengan pokok kalimatnya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S15839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyogo Jatmiko
"Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang dapat menghubungkan dua satuan gramatikal yang memiliki status sintaktis yang sama. Konjungsi ini dapat menghubungkan klausa dengan klausa, frasa dengan frasa dan kata dengan kata. Penelitian terhadap konjungsi koordinatif pada skripsi ini dimaksudkan untuk mencari persamaan dan perbedaan konjungsi tersebut dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan sintaktis dan pendekatan semantis. Pendekatan sintaktis dimaksudkan untuk menunjukkan unsur-unsur apa saja yang dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, sedangkan pendekatan semantis untuk menunjukan pertalian makna yang ada antara unsur-unsur yang dihubungkan.
Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai ciri-ciri sintaktis dan semantis konjungsi koordinatif dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Hasil deskripsi tersebut kemudian dibandingkan secara konstrastif untuk menunjukkan persa_maan dan perbedaan antara kedua pokok bahasan tadi.
Baik dari segi sintaktis maupun segi semantis diperoleh kesimpulan bahwa antara konjungsi koordinatif dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia terdapat persamaan dan juga perbedaan. Dari segi bentuk, keduanya dapat dibagi menjadi bentuk sederhana, gabungan dan bentuk terpisah. Dari segi fungsi, keduanya sama-sama digunakan untuk menghubungkan satuan grammatikal yang memiliki status sintaktis yang sama. Begitu pula dalam hal posisi, kedua_nya menempati tempat yang sama, yaitu berada di antara dua satuan gramatikal yang dihubungkannya.
Dari segi semantis, baik dalam bahasa Jerman maupun dalam bahasa Indonesia, konjungsi koordinatif mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyatakan hubungan makna tertentu. Dan apabila mempunyai ciri-ciri sintaktis dan semantis yang sama, konjungsi koordinatif baik dalam bahasa Jerman maupun dalam bahasa Indonesia, dapat saling dipertukarkan penggunaannya dalam suatu konstruksi kalimat. Perbedaan antara konjungsi koordinatif dalam kedua bahasa tersebut terletak pada jumlah dan macam satuan gramatikal yang dapat dihubungkan oleh suatu konjungsi.
Dalam bahasa Jerman terdapat 26 jenis konjungsi, sedangkan dalam bahasa Indonesia hanya 24 jenis konjungsi koordinatif. Dalam bahasa Jerman dikenal adanya satuan gramatikal berupa Worttei1, dalam bahasa Indonesia tidak. Demikian pula secara semantis, ada beberapa hubungan makna yang dalam bahasa Jerman dinyatakan dengan konjungsi, tapi tidak dalam bahasa Indonesia, dan demikian pula sebaliknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria A. Wikantari
"Para linguis seperti Den Hertog (1973), Van Den Toorn (1976) dan Geerts. et x1.(1984) mengatakan bahwa Numeralia Pokok Indefinit adalah numeralia yang mengatakan jumlah suatu benda yang tidak pasti. Numeralia Pokok Indefinit dapat dianalisis dari beberapa segi yaitu morfologis, sintaktis dan semantis. Yang menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini adalah Numeralia Pokok Indefinit mana sajakah yang dapat atau tidak dapat mengalami perubahan morfologis, apa sajakah kemungkinan-kemungkinan penggabungan sintaktis Numeralia Pokok Indefinit dan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Slamet
"Skripsi ini merupakan suatu analisis sintaktis dan semantis terhadap verba zullen untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai fungsi verba tersebut. Di kalangan mahasiswa jurusan Belanda, verba culler hanya dikenal sebagai verba bantu yang mengacu pada kala mendatang. Pada kenyataannya zullen berfungsi juga sebagai verba bantu modalitas, dan bahkan beberapa pakar linguis Belanda berpendapat bahwa verba zullen tersebut hanya berfungsi sebagai verba bantu modalitas. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengambil sejumlah artikel yang membahas fungsi verba zullen dari beberapa pakar linguis Belanda untuk kemudian dibandingkan satu sama lain, dan dipilih satu pendapat yang paling akurat. Sebagai hasilnya terlihat bahwa verba zullen memang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai verba bantu penunjuk waktu mendatang dan sebagai verba bantu modalitas. Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan seorang pakar linguis Belanda Steenbergen (1974)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buang Susanto
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Adiyanti
"Dubbelop adalah istilah dalam bahasa Belanda yang dapat diterjemahkan sebagai: pendobelan/pengulangan. Yang dimaksud di sini adalah pengulangan pemakaian kata dalam suatu kalimat, baik pengulangan yang eksplisit maupun yang implifsit. dapat berjalan dengan lancar.
Pengulangan ini sering terjadi, tapi bila pengulangan terjadi pada teks tertulis, hampir dapat dipastikan bahwa pengulangan tersebut dimaksudkan untuk tujuan tertentu, yaitu untuk memberikan penekanan anti dapat berjalan dengan lancar.
Dalam skripsi ini, penelitian dilakukan terhadap teks-teks tertulis yang mengandung pengulangan, dan yang akan diteliti adalah apa unsur pembentuk pengulangan serta bentuk pemuncu_lannya, pada jenis bacaan apa pengulangan lebih banyak terjadi serta fungsi dari pengulangan itu sendiri dalam suatu kalimat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>